Woohyun membuka kedua matanya lalu kembali memeluk guling yang ada di sampingnya, sebelum ia mengingat kalau ia ada jadwal wawancara dengan sebuah stasium tivi siang ini. Woohyun segera lompat dari tempat tidur dan menyambar handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya.
‘Ah, mengapa saat aku pulang ke Korea bukannya liburan malah bekerja’ gerutu Woohyun ketika memasuki kamar mandi. Ia mempercepat mandinya agar tidak telat untuk sampai di sebuah café—tempat wawancara. Woohyun membuka pintu lemarinya, ia mencari baju yang sekiranya cocok ia gunakan untuk wawancara siang ini, namun ia gagal. Ia bahkan tidak tau baju apa yang pantas untuk ia kenakan ke wawancara nanti. Woohyun mengambil ponselnya yang terletak di atas meja kecil dan mencari nomer telpon seseorang—ia menghubungi Seolhyun.
‘Bisakah kamu membantuku? Aku sedang ada di kamarku’ ucap Woohyun yang langsung menutup teleponnya tanpa mendengar perkataan Seolhyun. Tak lama kemudian gadis itu muncul di ambang pintu kamar Woohyun.
‘Ada apa?’ tanya Seolhyun dengan wajah setengah kantuk. Seolhyun berjalan menuju lemari Woohyun dan sembarang mengambil kaos lalu melemparkannya ke wajah Woohyun.
‘Aku ingin pergi wawancara, bukan mau pergi jalan – jalan. Kenapa kamu memberikan aku kaos?’ Protes Woohyun.
‘Kamu membuat aku tidak fokus!’ ucap Seolhyun yang melihat tubuh Woohyun. Woohyun memakai kaos yang Seolhyun berikan.
‘Tolong jelaskan kamu akan kemana dan dalam acara apa?’ tanya Seolhyun yang membongkar lemari Woohyun.
‘Hari ini aku ada wawancara dengan sebuah media, lalu sorenya aku akan ke agensi untuk..’ Woohyun berhenti berbicara sejenak.
‘Aku ada perlu sebentar di agensi’ Woohyun segera menkonfrimasi perkataanya.
‘Aku bahkan tidak perduli apa yang kamu lakukan di agensi’ ucap Seolhyun ketus. Seolhyun meletakan sebuah kemeja putih bertulisan Merine di atas tempat tidur Woohyun, ia juga meletakan celana bahan berwarna hitam serta sebuah kalung. Woohyun menganti bajunya dengan kemeja dan celana yang telah Seolhyun siapkan. Sedangkan gadis itu sibuk mencari sebuah sepatu yang kemungkinan cocok dengan pakaian Woohyun hari ini. Saat Seolhyun membalikan tubuhnya, Woohyun sudah berpakaian rapih.
Seolhyun memberikan sepatu dengan merek dagang NB ke Woohyun. Setelah Woohyun memakai sepatunya, Seolhyun mulai memake up wajah Woohyun. Kamu harus liat dulu apa yang akan di wawancarai nanti. Jika semuanya berhubungan dengan entertainment, kamu pakai topi yang aku berikan, jika membicarakan sport jangan pernah memakai topinya. Ucap Seolhyun yang mengulung kedua ujung celana Woohyun.
‘Terimakasih atas bantuanmu’ ucap Woohyun.
‘Karena kamu masih sah artis yang berada di bawah naungan agensi, sudah sebuah kewajiban aku membantu style mu. Jangan lupa transfer bayarannya ke rekeningku!’ ucap Seolhyun yang berniat ingin keluar dari kamar Woohyun, namun tidak jadi karena melihat Woohyun yang berencana membawa sebuah ransel.
‘Kamu bukan anak sekolah, pakai ini’ ucap Seolhyun yang memberikan clutch ke tangan Woohyun.
‘Pindahkan barang – barang yang penting ke clutch ini dan jangan lupa membawa topinya’ ucap Seolhyun yang segera keluar dari kamar Woohyun ketika melihat Woohyun telah rapih.
‘Terimakasih Nyonya Kim’ ucap Woohyun yang membungkukan tubuhnya di depan Seolhyun.
‘Jangan lupa transfer bayarannya’ Seolhyun mengingatkan.
‘Aissshhhhh… apa cewek New York semuanya seperti mu? perhitungan!’ cibir Woohyun ketika melihat Seolhyun keluar dari kamarnya.
₪
Setelah Hyungwon mengumumkan akan menikah bersama Wooyeon kepada teman – temannya, mulai hari itu ia menjadi sedikit sibuk. Selain harus memilih dekorasi ruang resepsi, Wooyeon dan Hyungwon juga di sibukan dengan foto pra-wedding, desain udangan, dan beberapa kesibukan lainnya. Tidak hanya Wooyeon dan Hyungwon yang sibuk, Seolhyun juga mendadak sibuk karena harus membuat baju dua kali lebih banyak dari bulan – bulan sebelumnya. Ia juga harus memilih baju – baju apa yang sekira cocok Hyungwon dan Wooyeon pakai untuk foto pra – wedding mereka. Selain Seolhyun, ada Hanbin yang juga sibuk. Ia bertugas mendesain undangan yang akan di bagikan serta menyiapkan konsep foto pra – wedding yang berbeda dari yang lainnya.
Hoshi yang tidak begitu pandai dalam membantu acara pernikahan orang, ia menyerah dengan menyiapkan konsep penampilan artis yang akan tampil saat resepsi serta menyiapkan souvenir yang akan di bagikan ke tamu undangan saat tamu undangan datang.
‘Aku baru pertama kali membantu orang menyiapkan pernikahan’ gumam Hanbin yang sibuk dengan komputernya. Ia harus mencetak beberapa foto yang akan di pajang saat hari H.
‘Bukannya persiapannya sudah mau selesai? tinggal menunggu hari H saja. Makanan, baju, undangan dan yang lainnya’ ucap Woohyun yang sedang tiduran di ranjang kamar Hanbin.
‘Iya, kita tinggal mencoba baju yang Seolhyun buatkan’ sahut Hanbin.
‘Setidakya kalian itu lebih baik sibuk dengan persiapan pernikahan Wooyeon Noona dan Hyungwon, sedangkan aku yang berencana untuk liburan malah di sibukan dengan kegiatan ke artisan’ kelu Woohyun.
‘Keartisan? Memangnya kamu masih seorang artis?’ ledek Hanbin.
‘Entahlah, aku mengikuti wawancara di beberapa media online dan media cetak, lalu menjadi model untuk beberapa majalah, melatih vocal, datang ke rekaman orang yang memakai laguku untuk comeback mereka’ Woohyun menghitung beberapa kegiatannya akhir – akhir ini.
‘Apa kau membuat lagu lagi?’ tanya Hanbin.
‘Hemmmmmm.. aku tak tau harus menjawabnya bagaimana. Saat aku di London, ulang tahun pertamaku di London saat itu. Seorang fans memberikan aku gitar, awalnya aku memainkannya saat suntuk, namun aku mulai menulis sebuah lagu. Jika aku bisa, aku ingin memberikan lagu – lagu ku untuk penyanyi yang mempunyai suara unik’ gumam Woohyun yang melipat tangannya untuk di jadikan bantalan.
‘Apa kau akan datang ke malam bujang nanti?’ tanya Hanbin.
‘Aku sudah mengosongkan jadwalku, bahkan Aejel akan datang’ gumam Woohyun.
‘Ah, senangnya kekasih bisa turut bergabung dalam malam bujang’ ledek Hanbin.
‘Dia bukan kekasih ku’ bantah Woohyun.
‘Media mengatakan kalau ia adalah kekasih mu, jadi aku hanya mengikuti media’ bela Hanbin. Woohyun tertawa hambar mendegar perkataan Hanbin.
‘Bukannya media sering membodoh – bodohi masyarakat? Aku bahkan sering tertawa melihat pemberitaan yang terkadang berbeda dari kenyataannya’ ucap Woohyun.
‘Apapun itu, kita nikmatin hidup’ ucap Hanbin yang berjalan menuju ranjang kamarnya dan tidur di samping Woohyun.
₪
Akhirnya Seolhyun bisa sedikit bernafas lega karena pakaian yang akan di gunakan di pernikahan Wooyeon dan Hyungwon telah selesai di buat. Kedua mempelai pengantin telah selesai mencoba baju yang akan mereka pakai di hari bahagia mereka, kini Seolhyun hanya tinggal mengurus pakian yang akan di pakai dirinya dan ketiga gajoannya.
‘Kamu terlalu banyak tau tentang diriku, sampai baju yang kamu buat pas di tubuhku walau kamu tidak mengukurnya’ oceh Woohyun ketika Seolhyun merapihkan kera baju Woohyun.
‘Diam saja, aku tidak fokus karena kamu terus mengoceh’ ucap Seolhyun. Sesuatu yang bercahaya di leher Seolhyun menarik perhatian Woohyun, sebuah kalung mas putih yang ia beli dari hasil menemani Wooyeon ke beberapa tempat untuk promosi novel terbarunya. Woohyun menarik nafas, ia tak menyangka Seolhyun masih memakai kalung tersebut. Woohyun mengulurkan tanganya untuk melihat kalung di leher Seolhyun, namun dengan sigap Seolhyun mundur satu langkah dari hadapan Woohyun, menyebabkan laki – laki itu tertawa.
‘Aku tak menyangka kamu masih memakainya’ ledek Woohyun yang berjalan ke depan cermin. Ia melihat baju yang akan ia kenakan di pesta pernikahan kakaknya —baju berwarna peach. Woohyun melepas jas yang ia kenakan, begitu juga kalung yang ada di kemejanya, ia melepas kemeja yang ia kenakan dan di ganti dengan kaos yang ia kenakan tadi.
‘Kenapa?’ tanya Seolhyun yang melihat Woohyun berganti pakaian.
‘Aku ingin ganti celana sebentar’ ucap Woohyun yang pergi ke ruang ganti, meninggalkan Seolhyun yang masih menebak – nebak apa yang salah dari desain yang di kenakan Woohyun.
‘Aku akan mengatakan pada Wooyeon Noona dan Hyungwon kalau aku tidak akan mengunakan pakaian buatanmu’ Ucap Woohyun yang keluar dari ruang ganti, ia meletakan celana yang tadi ia pakai di sofa.
‘Kenapa? Apa kamu tidak suka warnanya? Apa bahannya membuat kulitmu gatal – gatal? Apa karena model baju yang hampir mirip dengan milik Hoshi dan Hanbin?’ tanya Seolhyun, Woohyun malah berniat untuk pergi meninggalkan ruangan itu.
‘Woohyun, tolong jawab pertanyaanku. Aku bahkan telah membuat baju untukmu semalaman suntuk’ ucap Seolhyun yang nyaris berbicara dengan nada membentak. Seolhyun menudukan kepalanya, mengapa ia ingin sekali tau alasan Woohyun tidak ingin memakai baju rancanganya?
‘Maaf, aku terlalu terbakar emosi’ ucap Seolhyun dengan suara pelan yang bergetar, air matanya siap meluncur kapanpun.
‘Bajunya tidak cocok denganku’ ucap Woohyun tanpa rasa bersalah. Ia keluar dari ruangan itu ketika Hoshi dan Hanbin datang.
‘Ada apa? Kenapa suasananya tegang seperti ini?’ tanya Hoshi yang melihat Seolhyun menunduk, Seolhyun dengan cepat menghapus air matanya.
‘Tidak ada apa – apa, sampai bertemu besok’ ucap Woohyun yang menepuk bahu Hoshi dan segera berlalu.
₪
Udara sejuk menyambut Hyungwon yang mengedarai mobil, berkat teman sesama dokter, ia dapat mengadakan malam bujang di sebuah villa yang jauh dari pusat kota Seoul. Ia meninggalkan Wooyeon dengan kesibukan Wooyeon sebagai penulis yang terkenal. Hyungwon tak hentinya tertawa mendengar seluruh ocehan teman – temannya dalam mobil. Seakan empat tahun yang mereka lewati sendiri – sendiri kini terbayar sudah. Minjae yang menyetir sendirian masih terlihat mengekor di belakang mobil yang Hyungwon kendarai.
‘Apa Minjae Hyung tidak kesepian?’ tanya Woohyun yang melihat bayang mobil yang Minjae kendarai dari kaca spion.
‘Entahlah. Tapi sebentar lagi kita sampai’ ucap Hyungwon yang masih menyetir mobilnya.
‘Aku ingin segera tiduran’ ucap Hoshi yang meregangkan tubuhnya.
‘Mari kita berpesta’ ucap Hyungwon yang membelokan mobilnya ke sebuah villa yang asri dan besar.
‘Yey, akhirnya aku bisa liburan’ ucap Hanbin girang.
Mereka langsung turun dari mobil, mereka juga mengeluarkan barang – barang mereka dari mobil dan membawanya kedalam Villa.
‘Aku berharap aku tidak mengendarai mobil saat pulang nanti’ ucap Minjae yang keluar dari mobilnya.
‘Tenang saja Hyung, aku akan membawa mobilmu pulang’ ucap Woohyun dengan tawa.
Selain memiliki taman yang asri, villa ini juga memiliki kolam renang yang cukup besar dan juga lapangan yang bisa di gunakan untuk bermain. Walau hanya terdapat dua kamar tidur di dalam villa ini, namun villa ini menawarkan pemandangan indah saat sunset. Saat Woohyun, Minjae, Hyungwon dan Hanbin sibuk bermain bola hingga matahari tenggelam, Seolhyun malah sibuk menyiapkan makan malam.
Seolhyun mengantarkan minuman segar ke tepi lapangan untuk ke empat temannya.
‘Jadi yang dari tadi di hubungin sedang sibuk main bola’ suara seorang gadis menarik perhatian orang – orang yang sedang main bola. Gadis itu merajuk, ia melipat kedua tanganya di atas dada dan sedikit memanyunkan bibirnya. Seolhyun melihat gadis itu, gadis yang tak asing untuk dirinya. Woohyun segera berlari menghampiri gadis itu dengan tawa di wajahnya. Walaupun Woohyun bertelanjang dada, Woohyun tak ragu untuk memeluk gadis itu. Ia tak perduli gadis itu mengoceh karena bau keringat Woohyun.
‘Hatiku bahkan sakit menahan rinduku’ ucap Woohyun yang mengelus dadanya di hadapan Aejel. Woohyun membalikan tubuhnya dan merangkul bahu Aejel.
‘Ini teman – temanku’ Woohyun memperkenalkan teman – temannya.
‘Dia siapa?’ tanya Aejel saat melihat Seolhyun.
‘Kamu tidak tau dia? Bahkan kamu memakai baju desainannya saat kita jalan – jalan di New York’ ucap Woohyun yang membuat Seolhyun terkejut.
‘Hyung’s Brother?’ Aejel mencoba untuk mengingat mereka baju yang ia kenakan saat di Newe York.
‘Ya, dia adalah Kim Seol Hyun, desainer dari Hyung’s Brother dan Seolhyun collection’ Woohyun memperkenalkan Seolhyun, Aejel langsung membungkukkan tubuhnya.
‘Apa kau lapar? Apa kamu lelah?’ tanya Woohyun yang langsung membawa Aejel masuk kedalam villa, meninggalkan teman – temannya di lapangan.
‘Ya! Nam Woo Hyun, permainan kita belum berakhir!’ teriak Hanbin.
‘Bajingan kecil itu masih suka seenak hatinya’ gerutu Hoshi.
‘Biarkan saja, dia sedang bertemu dengan pujaan hatinya’ tukas Hyungwon yang kembali mengenakan bajunya yang ia letakan di atas kursi taman.
‘Aku juga lelah, ingin mandi rasanya’ ucap Minjae yang membasuh keringatnya dengan handuk kecil. Mereka berempat terkejut ketika melihat Woohyun dan Aejel sedang pemanasan dekat kolam renang.
‘Sepertinya aku sudah lama tidak berenang’ ucap Hanbin yang berlari ke kolam renang, di susul dengan Hoshi, Hyungwon dan Minjae. Mereka di buat tercengang oleh bakat renang Woohyun dan Aejil.
‘Woahhh.. aku bahkan tak menyangka Woohyun bisa berenang seperti itu’ ucap Hoshi takjub.
‘London merubah Woohyun’ ucap Seolhyun yang melipat tangan di atas dada lalu masuk kedalam villa.
₪
Setelah menghabiskan makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah villa untuk mengobrol banyak hal. Minjae mengeluarkan sebuah alat test kejujuran.
‘Wah, aku paling malas bermain ini’ keluh Hoshi.
‘Hanya untuk senang – senang saja, tidak usah di anggap serius’ ucap Minjae dengan sedikit tawa.
‘Yah, kita mulai. Siapa yang kalah dalam suit ia yang akan di tanya lebih dahulu’ ucap Minjae yang meletakan alat test kejujuran di meja tengah.
‘Aku bahkan tidak tau apapun tentang kalian’ keluh Aejel.
‘Ayo kita mulai’ ucap Hanbin yang memulai untuk suit. Hoshi menjadi orang yang pertama yang melakukan test kejujuran, lalu di susul dengan Hanbin, Seolhyun, Woohyun, Minjae dan Hyungwon. Aejil terpaksa tidak mengikuti permainan karena tidak begitu mengenal teman – teman Woohyun.
Hoshi meletakan tanganya di atas alat test kejujuran, Hanbin bersiap untuk menanyakan suatu hal kepada Hoshi.
‘Apakah kau dan Bora Noona benar sedang berkencan?’ tanya Hanbin yang membuka botol soju dan menyodorkan gelas di hadapan Hoshi.
‘Untuk apa ini?’ tanya Hoshi.
‘Jika kamu kalah, kamu harus meminum soju ini’ ucap Hanbin dengan senyum licik.
‘Aku tidak berpacaran… A…’ teriak Hoshi yang merasa tanganya kesetrum.
‘Wahh.. kau berbohong’ gumam Hyungwon.
‘Jadi kalian terus merebut Noona ku? Pertama Hyungwon yang merebut Wooyeon Noona dariku, sekarang kau merebut Bora Noona juga?’ ucap Woohyun yang tak percaya.
‘Bukan seperti itu’ Hoshi membela diri.
‘Bagaimana kau tau?’ tanya Minjae. Hanbin tertawa puas melihat Hoshi kelimpungan.
‘Aku berada di satu agensi dengan Hoshi, dan kami sering bekerja sama. Aku sering memperhatikan kalau Hoshi memiliki sikap yang aneh saat bersama Bora’ ucap Hanbin dengan tawa liciknya.
‘Kami masih di awal saling mengenal, dan aku hanya berharap masyarakat tidak mengetahuinya’ ucap Hoshi setelah meminum soju yang di tuangkan Hanbin. pengakuan Hoshi membuat ruang tengah menjadi riuh.
‘Aku mau mencoba Soju’ ucap Aejel yang mengulurkan tanganya untuk mengambil botol soju, namun dengan sigap tangan woohyun memukul lengan Aejel hingga gadis itu mengeluh kesakitan.
‘Kamu akan habis di marahi pelatih jika ketauan minum’ ucap Woohyun.
‘Jadi kalian tidak pernah minum alkohol?’ tanya Hoshi.
‘Kami menjaga semua makanan yang masuk kedalam tubuh kami, bahkan kami harus selalu olahraga walau kami sedang liburan. Tidak boleh narkoba, minum alkohol dan merokok’ ujar Woohyun. Hampir seluruh teman – temanya mengatakan ‘Woah’
‘Apa kalian sebagai dokter masih minum alkohol?’ tanya Woohyun kepada Minjae dan Hyungwon yang duduk bersebelahan.
‘Aku sudah lama tidak minum, Ayah bahkan tidak pernah menyediakan soju di kulkas. Kalau Hyungwon aku tidak tau’ ucap Minjae.
‘Aku tidak begitu sering, namun beberapa kali aku minum bersama Wooyeon Noona’ ucap Hyungwon.
‘Ayo kita lanjutkan’ ucap Minjae. Hanbin meletakan tanganya di atas alat kejujuran.
‘Apa kau benar – benar menyukai Seolhyun saat kita SMA?’ tanya Hyungwon yang membuat Seolhyun dan Woohyun menudukan kepala.
‘Iya’ jawab Hanbin, ia tidak merasakan setruman dari alat tersebut.
‘Aku mengalah demi seseorang yang mampu membuat Seolhyun lebih bahagia dan demi Ibu ku yang tak menyukai aku berpacaran dengan wanita semarga’ jelas Hanbin yang di sambut dengan tepuk tangan karena telah jujur.
Kini giliran Seolhyun yang meletakan tangannya di atas alat kejujuran. Seolhyun mengigir bibir bawahnya, ia takut jika seseorang bertanya tentang sesuatu yang tak mampu ia jawab.
‘Apa kau sedang menyukai seseorang?’ tanya Minjae.
‘Iya’ jawab Seolhyun.
‘Kenapa kamu bertanya seperti itu?’ tanya Aejel.
‘Karena Seolhyun sering tersenyum dan menangis di waktu yang sama. Matanya memberikan pertanda kalau ia sedang menyukai seseorang namun kulitnya memperlihatkan pertanda jika ia stress. Ini sedikit aneh’ jelas Minjae yang di sambut oleh tepuk tangan dari teman - teman adiknya. Kini giliran Woohyun, ia meletakan tanganya di atas meja.
‘Apa kau masih menyukai Seolhyun?’ Tanya Hoshi.
‘Tidak, kenapa?’ jawab Woohyun, ia tak merasakan setrum.
Seolhyun menundukan kepala, apa hanya dirinya yang masih berharap?
₪
Hanbin, Hyungwon dan Hoshi telah terlentang di atas lantai setelah menengak berbotol – botol Soju, Minjae menutuskan untuk tidur di kamar, ia mengatakan kalau ia tidak tahan dengan bau soju yang menyengat. Seolhyun menuangkan soju ke gelas dan menegak soju pertamanya hari ini.
‘Ri Ae Jel, bangun’ Woohyun sibuk membangunkan Aejel yang telah meminum dua gelas soju, merasa putus asa karena Aejel tak kunjung bangun, ia membopong tubuh mungil Aejel ke kamar. Woohyun meletakan tubuh Aejel secara pelan – pelan ke atas ranjang.
‘Astaga, sudah aku peringatkan untuk tidak minum’ ucap Woohyun yang menyelimuti tubuh Aejel. Woohyun melepas jaket yang ia kenakan dan kembali ke ruang tengah untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Ia melihat kalau Seolhyun terus meminum soju.
‘Oh ada Woohyun’ ucap Seolhyun ngelantur.
‘Berhentilah untuk minum’ ucap Woohyun yang duduk disamping Seolhyun.
‘Kau laki – laki jahat, kenapa aku bisa sangat menyukai dirimu?’ ucap Seolhyun yang membuat Woohyun terdiam, seakan semuanya telah lama di pendam Seolhyun sendirian. Woohyun menatap Seolhyun yang kembali menengak soju yang ada di depannya.
‘Kau datang ke New York? Bagaimana bisa kau tidak memberitau aku? Aku bahkan sangat merindukanmu, berharap saat aku pulang ke Korea, aku bisa bertemu dengan dirimu’ ucap Seolhyun sambil tertawa tak jelas.
‘Kau malah membawa gadis lain, kau malah tak menyukai baju yang semalaman suntuk aku buat untukmu. Aku bahkan tak berharap dapat di bayar, aku hanya berharap jika kamu mau memakai baju yang aku buat’ ucap Seolhyun yang meneteskan air mata. Woohyun menatap Seolhyun yang menangis di hadapanya
‘Bagaimana aku tidak bilang kamu jahat? Aku bahkan masih memakai kalung pemberianmu, sedangkan kau sudah tidak mencintaiku lagi’ ucap Seolhyun yang menatap ke arah Woohyun, terdapat bekas air mata di pipinya. Seolhyun memukul dada Woohyun, namun Woohyun malah mengengam kedua tangan Seolhyun agar tak memukulinya lagi. Seolhyun mendekatkan dirinya lalu mengecup bibir Woohyun, tanpa di sangka Wohyun melepaskan tanganya yang mengenggam tangan Seolhyun lalu membalas setiap kecupan yang Seolhyun lakukan. Woohyun bahkan tak mengeluhkan bau alkohol yang tajam dari mulut Seolhyun. Ia menikmati setiap kecupan yang Seolhyun lakukan hingga akhirnya Seolhyun terjatuh di dada Woohyun dan tertidur.
‘Jadi setelah membuat dadaku berdebar sekencang kuda perang, kini kamu malah tertidur di dadaku?’ ucap Woohyun sebal. Ia mengulurkan tanganya untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Seolhyun.
‘Bahkan aku harus mengendong tubuhmu hingga kamar’ ucap Woohyun yang memindahkan tubuh Seolhyun ke kamar. Woohyun merebahkan tubuh Seolhyun di samping Aejel yang telah terlelap tidur. Woohyun sedikit membungkukkan tubuhnya lalu mengecup bibir Seolhyun.
‘Ini bayaran untuk aku yang telah mengendongmu dari ruang tegah hingga kamar’ ucap Woohyun yang keluar dari kamar. Ia berencana untuk tidur di kamar sebelah bersama Minjae yang telah tidur dari tadi.
₪