Bunga – bunga menghiasi meja – meja bertaplak putih. Beberapa orang tengah sibuk dengan hari ini. Beberapa pelayan juga mulai menyiapkan air minum untuk tamu undangan. Foto – foto berbingkai menghiasi beberapa sudut gedung ini. Semuanya bertemakan putih — warna suci. Woohyun masih sibuk di rumahnya, ia membongkar lemarinya, mencari baju yang akan ia pakai di hari special ini. Woohyun menyerah, ia bahkan tidak tau harus mengenakan baju seperti apa di hari special ini. Woohyun mengambil ponselnya, ia mencari nama seseorang—Seolhyun. Hal itu di urungkan karena beberapa minggu yang lalu Woohyun pernah menolak baju rancangan Seolhyun. Woohyun mengingat sesuatu, ia ingat akan Aejel yang memberikan sebuah baju bermotif polkadot hitam putih. Woohyun mencari kotak baju itu.
‘Kamu memang malaikatku’ puji Woohyun yang segera menganti bajunya. Woohyun merapihkan jasnya, lalu sekali lagi bercermin untuk memastikan penampilannya.
‘Woohyun-I, cepat’ teriak Ibunya dari lantai bawa rumahnya.
Woohyun segera berlari menyambar clutch yang ada di atas meja, ia harus segera ke gedung pernikahan Wooyeon dan Hyungwon.
‘Aku bahkan tidak menyangka kalau kamu akan secantik ini’ gumam Woohyun yang menghampiri Wooyeon ketika sampai di gedung pernikahan Wooyeon. Gadis berusia 28 tahun itu memakai sebuah baju pengantin berwarna putih layaknya seperti putri di cerita dongeng. Di kepalanya di hiasi sebuah mahkota yang mengkilap. Ia tak hentinya tersenyum, masih tidak menyangka hari ini akan datang.
Untuk pertama kalinya setelah empat tahun yang lalu, Woohyun memeluk erat tubuh Wooyeon, ada sebuah perasaan masih belum percaya jika kakaknya akan menikah dengan sahabatnya sediri. Masih juga ada rasa belum percaya jika Wooyeon tidak akan tinggal di rumah lagi. Ia akan pindah ke pelukan Hyungwon.
‘Apa ini membuatmu bahagia? Aku bahkan belum bisa menerima jika kamu menikah secepat ini’ ucap Woohyun yang mengucap punggung kakaknya.
Wooyeon melepaskan pelukannya ketika Nam Kyu menghampirinya, Nam Kyu mengulurkan tanganya untuk menuntun Wooyeon ke depan pendeta. Daemin dan Woohyun mengekor di belakang Wooyeon dan Nam Kyu. Mereka berjalan memasuki gedung pernikahan.
Di altar, Hyungwon sudah menunggu dengan gagah. Ia memakai baju berwarna putih bak pangeran dalam cerita dongeng. Ia mengulas sebuah senyum ketika melihat calon istrinya berjalan mendekatinya. Saat sampai di altar, Nam Kyu menyerahkan tangan Wooyeon ke tangan Hyungwon.
‘Aku percayakan putriku padamu’ ucap Nam Kyu yang menatap wajah Hyungwon. Keluarga Woohyun duduk di sebuah bangku yang telah di sediakan.
Setelah mengucapkan sebuah janji sehidup semati, Hyungwon dan Wooyeon kini resmi menjadi suami istri.
‘Aku bahkan tidak menyangka kalau hari ini akan datang’ ucap Hoshi yang duduk di samping Woohyun.
‘Aku bahkan tak menyangka jika si brengsek kecil itu kini menjadi kakak iparku’ Woohyun melihat Hyungwon menuntun Wooyeon menuju pelaminan.
‘Kamu kapan menyusul?’ ledek Hanbin.
‘Apa kau ingin mati? Hyungwon kini resmi menjadi seorang dokter, ia tidak memiliki begitu banyak kegiatan di agesi. Sedangkan kita masih terlilit oleh kontrak, ingat kita tidak boleh menimbulkan masalah, rumor serta kita tidak boleh berpacaran hingga kita menyelesaikan kontrak kita’ ucap Hoshi.
‘Kontrakku berakhir tahun ini’ ujar Woohyun yang merapihkan jasnya.
‘Aku juga, tahun ini. Rasanya aku bangga dengan tahun ini, aku menjadi sarjana tahun ini, kontrak kerjaku juga akan berakhir tahun ini dan sahabatku menikah tahun ini’ Hanbin mengulas sebuah senyuman.
‘Mari kita cari pacar’ ajak Woohyun yang merangkul kedua temannya yang duduk sebelahnya.
‘Bahkan, tanpa di caripun ia telah datang’ ucap Hanbin yang melihat Aejel menghampiri Woohyun. Pakaian yang di kenakan Woohyun dan Aejel adalah pakaian couple.
‘Kau akan konfrimasi hubungan kalian hari ini?’ tanya Hoshi.
‘Aku akan menjodohkan Aejel dengan Minjae’ ucapan Woohyun membuat kedua temannya menatap Woohyun dengan tidak percaya.
‘Kau gila?’ tanya Hanbin.
‘Tunggu saja hingga mereka menikah tahun depan, atau aku yang akan menikah dengan seseorang tahun depan’ ucap Woohyun yang meninggalkan kedua temannya. Ia malah pergi mengandeng tangan Aejel.
‘Ikut aku’ ucap Woohyun yang mengandeng tangan Aejel, Woohyun membawa Aejel kehadapan Minjae yang sedang mengobrol dengan teman – temannya.
‘Hyung’ panggil Woohyun, Minjae menatap Woohyun dengan senyuman tipis.
‘Apa kami cocok?’ tanya Woohyun, Minjae mengerutkan keningnya.
‘Maksudmu?’ tanya Minjae tak mengerti.
‘Aku bertanya kepada Hyung, apa aku dan Aejel cocok?’
‘Ehmmm.. cocok, sama – sama atlit. Pasti anak kalian akan menjadi seseorang yang berbakat’ ucap Minjae. Woohyun menarik tangan Minjae dan memindahkan tangan Aejel yang ia rangkul ke tangan Minjae, membuat kedua orang itu kebingungan. Woohyun memasukan kedua tanganya dalam saku celana lalu ia tersenyum tak jelas.
‘Aku dan Aejel hanya teman, kami saling melengkapi karena kami adalah dua orang yang berbeda. Aku menganggapnya adik dan ia menganggapku kakak yang bisa di andalkan. Kalian lebih cocok berdua’ ucap Woohyun yang langsung di cubit oleh Aejel.
‘Aejel sangat menyukaimu pertama kali melihatmu di bandara. Ia bilang kalau mimpinya sejak kecil adalah menikah dengan seorang dokter. Sedangkan Hyung pernah bilang ke aku, sekitar beberapa tahun yang lalu, saat aku sedang bertanding di Jepang. Hyung mengatakan kalau Hyung ingin sekali memiliki pacar seorang atlit. Aku sebagai kakak Aejel memintamu untuk menjaga adikku secara baik – baik’ ucap Woohyun yang membungkukkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Minjae dan Aejel. Kini sebuah masalah sudah terselesaikan, ia hanya harus menyelesaikan masalah hati nya.
₪
Dari lantai dua gedung yang di gunakan Hyungwon dan Wooyeon untuk resepsi pernikahan mereka, seorang gadis menatap taman yang penuh dengan tamu undangan. Tamu undangan mulai dari kalangan dokter hingga artis dan pejabat memenuhi taman yang di gunakan Hyungwon dan Wooyeon untuk pesta pernikahan mereka. Wooyeon sibuk menyapa tamu yang hadir, dengan gaun yang ia kenakan malam ini sungguh indah, berwarna peach. Di wajahnya yang cantik, Wooyeon tak hentinya tersenyum berbeda dengan gadis yang berdiri di lantai dua gedung ini. Air mata tak hentinya mengalir di pipinya, ia tak menyangka kalau ini akan sesakit ini. Perjuanganya dan penantiannya selama ini akan sia – sia. Ia bahkan tak akan pernah bisa lagi menyentuh laki – laki yang ia cintai beberapa tahun belakangan ini. Seolhyun menundukan wajahnya, ia bahkan tak mampu menaikan wajahnya hari ini. Semuanya terlalu sulit, semuanya terlalu berat. Sejauh apapun Seolhyun mencoba menjauh, sejauh apapun Seolhyun mencoba melupakan, ia akan terus teringat akan sebuah senyuman yang mampu merusak move on sebelaga.
Seolhyun menarik nafas, ia mengapus air matanya. Ia berniat untuk pulang, karena matanya yang sudah sangat bengkak.
‘Mau menemani aku minum’ ucap Woohyun ketika Seolhyun membalikan tubuhnya. Woohyun membawa dua gelas sempain, ia memberikan satu gelas untuk Seolhyun.
Seolhyun tak punya nyali untuk menatap laki – laki yang ada di depannya.
‘Beberapa hari yang lalu saat kita menginap di villa, apakah kamu ingat kalau kamu melakukan sesuatu untukku?’ Woohyun menatap gadis di depannya yang masih menudukan kepalanya, bahkan Woohyun tak bisa melihat wajahnya karena tertutup rambut.
‘Maaf aku pasti sangat mabuk malam itu hingga aku tidak mengingat apa yang aku perbuat’ ucap Seolhyun. Woohyun mengulurkan tanganya untuk mengangkat wajah Seolhyun. Kedua mata Seolhyun sangat Sembab.
‘Apa kamu menangis karenaku?’ tanya Woohyun, Seolhyun masih terdiam. Mereka saling berdiam untuk beberapa menit hingga akhirnya Woohyun meminum habis sempain yang ada di gelas dan melemparkan gelas itu ke lantai, ia bahkan membuat Seolhyun berkejut dengan prilakunya.
‘Kamu ingin tau apa yang kamu lakukan untukku malam itu?’ tanya Woohyun yang langsung mengecup bibir Seolhyun. Woohyun menatap Seolhyun dari jarak yang sangat dekat, ia berbisik ke telinga Seolhyun.
‘Aku baru menyadari suatu hal, seberapapun aku berubah aku akan tetap jatuh cinta dengan orang yang sama. Orang yang berdiri di hadapanku dengan mata sembab sehabis menangisiku yang merangkul wanita lain’ Woohyun tersenyum, ia kembali mengecup bibir Seolhyun sebelum Wooyeon melepar seikat bunga kewajah mereka berdua.
‘Jangan lupa konfrimasi di media yah’ teriak Wooyeon dari bawah. Beberapa wartawan bahkan telah menfoto adegan ciuman mereka. Seolhyun dan Woohyun hanya tertawa, mereka tak perduli dengan dunia, yang mereka perdulikan adalah rasa mereka yang akhirnya berlabuh di dermaga yang tepat setelah berlayar sekian lama. Woohyun mengulurkan tangannya untuk memeluk Seolhyun yang ada di sampingnya.
‘END’