Minjae mengeringkan rambutnya yang basah, ia berjalan menuju ruang tengah rumahnya. Hanbin dan Hyungwon sedang asyik bermain game.
‘Aish, kalian masih main game dari tadi pagi?’ Minjae memukul Hyungwon dan Hanbin dengan handuk basah bekas mengeringkan rambutnya tadi, yang di pukul seberusaha mungkin menghindar.
‘Hyung, sebentar. Jangan ganggu kami’ usap Hyungwon yang tetap fokus pada gamenya.
‘Ah, Hyung, aku hampir saja kalah’ ucap Hanbin. Minjae duduk di atas sofa, ia meluruskan kakinya.
‘Bahkan aku tidak kepikiran untuk main game di saat aku kuliah’ keluh Minjae.
‘Kita beda zaman Hyung, kamu kuliah kedokteran sepuluh tahun yang lalu dan kami baru mau lulus sekarang’ ucap Hanbin.
‘Kami tidak hanya main game, terkadang kami juga nonton film biru’ ucap Hyungwon yang masih asyik dengan gamenya.
‘Anak gila!’ keluh Minjae.
‘Aku mau ke New York minggu depan’ ucap Minjae.
‘Aku juga, semoga kita satu pesawat. Tapi tidak mungkin agensi memberikanku tiket pesawat bisnis jika perginya ramai – ramai’ ucap Hanbin.
‘Ada apa kau ke New York?’ tanya Minjae.
‘Pemotretan, apa lagi?’ ucap Hanbin santai.
‘Aku ikut, nanti aku akan bilang ke perusahaan untuk mencarikanku jadwal pemotrena di New York minggu depan’ ucap Hyungwon.
‘Ikut – ikutan saja!’ keluh Hanbin.
‘Aku butuh liburan!’ ucap Hyungwon yang menyandarkan tubuhnya di sofa setelah kalah bermaind engan Hanbin.
‘Hidupmu main – main saja isinya’ cibir Minjae.
‘Hyung, kenapa Hyung tidak mencari pacar saja di New York?’ ide Hyungwon.
‘Gila!’ ucap Minjae.
‘Hyung, usiamu sudah tiga puluh lebih, apa kau tidak ingin menikah?’ tanya Hyungwon.
‘Aku hanya akan menikah dengan seorang atlit yang berbakat’ ucap Minjae.
‘Menikah saja dengan Woohyun’ celetuk Hanbin, sedetik kemudia ia habis di pukuli oleh Chae bersaudara.
‘Mulutmu tak di jaga’ keluh Minjae.
‘Apa aku salah? Aku tidak salahkan? Kau bilang kau hanya akan menikah dengan atlit yang berbakat, sedangkan aku dan Hyungwon tak memiliki teman seorang atlit, kami hanya memiliki Woohyun sebagai atlit di lingkungan ini’ ucap Hanbin.
‘Sepertinya kau butuh pacar’ ucap Minjae.
‘Aku tidak butuh itu, di perusahaanku banyak sekali wanita cantik. Mereka sangat perhatian denganku, aku rasa aku tak butuh pacar sampai di antara teman – temanku ada yang menikah’ ucap Hanbin.
‘Aku menikah, kau akan kebakaran jengot mencari wanita’ ucap Hyungwon.
‘Silahkan, aku mau lihat kau menikah dengan siapa’ ucap Hanbin yang menantang.
₪
Hoshi memutar stir mobilnya lalu dan meluruskan ban mobilnya, akhirnya ia bisa memarkirkan mobilnya dengan benar setelah selama lima belas menit terus memutar stir, menginjak pedal gas dan berusaha agar mobilnya bisa di parkir secara benar.
Hoshi mematikan mesin mobilnya, mencabut kunci mobilnya lalu membuka pintu mobilnya. Sudah lama rasanya ia tidak datang ke rumah Hyungwon untuk bermain.Hoshi berjalan membuka pintu rumah Hyungwon, a melihat Hanbin sedang duduk di sofa panjang dengan wajah suntuk.
‘Hey’ sapa Hoshi, Hanbin menengok kea rah Hoshi.
‘Untunglah kamu datang’ ucap Hanbin.
‘Kalian mau kemana?’ tanya Hoshi ketika meliha Hyungwon dan Minjae keluar dengan membawa tas.
‘Kamu tau? Minjae dan Hyungwon telah bersiap – siap dari pagi hari dan jam segini baru rapih, aku sampai bosan menunggunya’ Hanbin mulai mengoceh tidak jelas.
‘Kami akan pergi ke New York’ ucap Minjae.
‘Lalu untuk apa aku kesini jika kalia mau ke London’ ucap Hoshi dengan wajah datar.
‘Karena kamu sudah datang, antar kan kami ke bandara’ ucap Hyungwon dengan senyum penuh arti. Hoshi menatap Hanbin dan Hyungwon dengan wajah kesal.
‘Jadi kalian ngapain ke New York?’ tanay Hoshi.
‘Aku ada pemotretan’ jawab Hanbin.
‘Aku ada seminar’ ucap Minjae.
‘Dan kau?’ tanya Hoshi yang menatap Hyungwon.
‘Apa kamu lupa kalau aku ini model, aku memiliki wajah yang tampan. Aku ada pemotretan dengan sebuah majalah’ ucap Hyungwon.
‘Aish.. sudahlah, mari aku antar kalian ke bandara’ ucap Hoshi yang tak tahan mendengar ocehan percaya diri Hyungwon.
₪
Aejel menaikan kaca mata hitam yang bertenger di pangkal hidungnya, ia mendorong trolly berisi beberapa koper yang ia bawa. Di seblahnya Woohyun berdiri memakai baju berwarna merah di padu dengan celana pendek robek – robek dan sepatu yang kemarin Aejel berikan. Woohyun memakai kaca mata hitam dan juga topi berwarna putih. Mereka berdua mendorong trolly berisi koper memasuki bandara. Saat ingin memasuki bandara, beberapa remaja wanita menghampiri Woohyun dan memberikan kejutan berupa kue ulag tahun lengkap dengan lilin yang menyala. Aejel dan Woohyun terkejut ketika mereka banyak di kelilingi oleh remaha putri.
‘Selama ulang tahun, Oppa’ ucap seorang gadis yang membawa kue dengan lilin yang menyala.
‘Kalian bisa minggir’ pinta pihak keamanan bandara yang menegur kumpulan remaja putrid yang mengeremungi Woohyun dan Aejel.
‘Ah, tidak apa – apa. Mereka hanya ingin memberikan kejutan sebelum saya pulang ke London. Kamu bisa menjaga kami dari kejauhan’ ucap Woohyun yang membuat pihak keamanan menjauh.
‘Oppa, ayo tiup lilinnya’ ucap beberapa remaja putri itu. Woohyun berjalan mendekati kue miliknya, ia menutup mata dan berdoa sejenak. Woohyun membuka kedua matanya dan meniup semua lilin yang menyala.
‘Yeay’ Aejel bertepuk tangan dan bersorak.
‘Terimakasih atas kejutanya’ ucap Woohyun dengan senyuman dan membukukan tubuhnya. Sekupulan remaja itu bertempuk tangan, lalu memberikan kado kepada Woohyun.
Woohyun dengan menerima kado – kado yang di berikan oleh remaja putrid itu dengan senyuman dan terus mengucap terimakasih.
‘Kalian harus check in’ seseorang yang bertanggung jawab mengurus Woohyun dan Aejel selama di New York memperingati. Aejil dan Woohyun membungkukan tubuh dan kembali berjalan memasuki bandara dengan mendorong trolly berisi barang – barang mereka.
‘Begitulah jadi artis dan atlit. Orang akan selalu memberi kepadamu’ ucap Aejel yang mendorong trolly-nya.
‘Aku seutuhnya adlaah seorang atlit’ ucap Woohyun. Mereka berdua berhenti sejenak, Woohyun memasuka kado – kado yang di berikan fans-nya ke dalam koper dan meneteng beberapa paper back yang tidak bisa masuk kedalam kopernya. Setelah semuanya rapih, mereka melakukan Check In.
‘Apakah Honey mengucapkan selama ulang tahun kepadamu?’ tanya Aejel ketika mereka berdua menaiki escalator menuju ruang tunggu.
‘Semuanya memberikan ucapan lewat media sosial dan aku membacanya. Aku tidak membalas ucapan selamat ulang tahun dari mereka’ ucap Woohyun yang berjalan sejajar dengan Aejel.
‘Kenapa? Apa kamu masih marah kepada mereka?’ tanya Aejel.
‘Tidak, entahlah. Aku sedang tidak ingin membalasnya. Terkadang aku meridukan masa SMA kita yang begitu menarik, sekarang aku hanay fokus untuk terus berprestasi’ ucap Woohyun.
‘Eh, bukankah itu teman – temanmu’ Aejel menujuk tiga orang pria yang berjalan tidak jauh dari mereka.
‘Oh iya, ada apa mereka ke New York?’ tanya Woohyun.
‘Kenapa kamu tidak menghampiri mereka?’ tanya Aejel.
‘Ah, sebentar lagi pengumuman penumpang harus memasuki kabin’ ucap Woohyun yang melihat jam tangannya. ‘Aku akan menghubungi mereka nanti saat kita sampai di London’ lanjut Woohyun. Aejel dan Woohyun berjalan menuju ruang tunggu penumpang, mereka duduk di bangku panjang yang ada di ruang tunggu. Aejel menatap Woohyun yang tidak menatapnya, laki – laki berhidung mancung itu hanya melihat lurus ke depan tapi tidak benar – benar melihat sesuatu. Ada hal yang mengusik pikirannya. Aejel mengulurkan tangannya, ia mengengam erat tangan Woohyun.
‘Kamu hanya belum siap, aku yakin kalau mereka semua menunggumu’ ucap Aejel dengan sebuah senyuman tipis.
‘Entahlah, aku merasa sedih setiap melihat mereka. Aku merasa kecil setiap di dekat mereka. Aku baru menyadari kalau aku sama sekali tidak mengenal mereka’ ucap Woohyun.
‘Karena kalian adalah sahabat, lalui semuanya secara bersama – sama. Sahabat adalah harta ke dua yang paling berharga selain keluarga’ ucap Aejel, Woohyun menengok kea rah Aejel lalu mengangguk.
‘Benar, sahabat adalah hal yang terpenting selain bola, dan keluarga’ ucap Woohyun dengan senyuman tipis. Mereka berdua berjalan menuju kabin pesawat ketika mendengar pengumuman kalau penumpang di persilahkan masuk kedalam kabin pesawat.
‘Aku baru melihat laki – laki bertubuh tinggi itu, dia bukan dari Honey kan?’ tanya Aejel ketika ia dan Woohyun sampai di kabin pesawat.
‘Oh, Minjae Hyung. Iya, dia kakak kandung Hyungwon. Minjae sekarang tinggal di Korea dan menjadi seorang dokter yang sangat terkenal di Korea. Ia juga seorang dokter bertangan dingin’ ucap Woohyun.
‘Ah, di sangat tampan. Aku suka pria yang menjadi seorang dokter’ puji Aejel.
‘Akulah laki – laki yang paling tampan di dunia ini’ ucap Woohyun dengan percaya diri.
‘Bahkan aku bosan melihat mu’ cibir Aejil.
₪
Seseorang berbaju merah dengan sebuah topi dan kaca mata menarik perhatian Hyungwon, ia merasa tidak asing dengan orang tersebut. Hyungwon mengingat – ingat apakah orang yang ia lihat benar Woohyun.
‘Aku seperti melihat Woohyun’ ucap Hyungwon.
‘Apakah kamu berhalusinasi?’ gumam Hanbin.
‘Bukankah ia ada pertandingan tiga hari lagi, jadi tidak mungkin ia berada di New York’ ucap Minjae.
‘Mungkinkah aku salah orang?’ Ucap Hyungwon yang kembali mengingat – ingat laki – laki yang tadi ia lihat. Mnjae dan Hanbin mengambil trolly, mereka menunggu koper mereka keluar.
‘Seharusnya aku membawa satu asisten untuk mengambil koper dan mengatur keperluan kita lainnya’ keluh Hanbin.
‘Jadi photographer merubah kamu’ sindir Minjae.
‘Mungkin, apa – apa aku menyuruh orang lain’ ucap Hanbin.
‘Iya, aku terkadang sedikit terbawa sikap itu ketika sedang dinas di rumah sakit. Apa – apa menyuruh’ keluh Hyungwon.
‘Sepertinya enakan jadi artis’ ucap Minjae.
‘Kalau kamu tidak tau beratnya menjadi kami, kamu hanya akan melihat sisi nikmatnya saja’ ucap Hanbin. setelah koper mereka keluar, mereka meletakan koper mereka di trolly dan mendorong trolly menuju lobby bandara. saat mereka berjalan menuju lobby bandara, banyak remaja putri mulai berteriak – teriak.
‘Apakah kamu memposting kalau kamu ada pemotretan di New York?’ tanya Hyungwon.
‘Tidak, kalau aku mempostingnya, tentu saja aku akan membawa asisten’ ucap Hanbin.
‘Lalu mengapa ramai seperti ini?’ ucap Minjae yang berusaha untuk tetap tenang. Mereka bertiga berjalan sesantai mungkin. Terkadang mereka menyapa beberapa pengemar mereka, kecuali Minjae yang hanya tersenyum.
‘Oppa, apa kamu bertemu dengan Woohyun?’ tanya seorang gadis. Hyungwon menarik sebelah alisnya. Dugaanya benar, ternyata orang yang ia lihat tadi benar – benar Woohyun. Hyungwon hanya tersenyum melihat gadis yang tadi bertanya kepadanya.
₪
Clip Chart berwarna biru menemani pekerjaan Seolhyun hari ini, lusa ia akan sebuah fashion show. Seolhyun hampir merampungkan semua pekerjaanya.
‘Seolhyun, ada tamu untukmu’ ucap seorang gadis yang menjadi karyawa Seolhyun.
‘Suruh tunggu sebentar’ ucap Seolhyun yang memfokuskan diri ke clip chartnya lalu mengecek baju yang membalut manakin.
‘Sesibuk itukah kamu hingga teman kamu ke datang jauh – jauh ke New York dan kamu suruh menunggu’ ucap Hanbin yang melipat kedua tanganya di dada, sama seperti Hyungwon yang berdiri di sampingnya. Seolhyun membalik tubuhnya, ia mengulas sebuah senyuman menatap kedua temannya
‘Sudah lama?’ tanya Seolhyun.
‘Tidak, kami baru sampai siang ini’ ucap Hanbin.
‘Aku mau minta baju’ ucap Hyungwon yang melirik beberapa baju yang tergantung. Seolhyun menatap kedua teman – temannya dengan wajah datar.
‘Jadi untuk apa kalian kesini? mau minta baju atau mau bertemu denganku’ ucap Seolhyun yang melipat kedua tanganya di atas dada.
‘Dua – duanya, kalau bisa bertemu denganmu dan dan meminta baju, kenapa tidak?’ ucap Hyungwon.
‘Aish kalian memang menyebalkan’ keluh Seolhyun.
‘Jadi New York merubah Seolhyun? Pakaian crop tea berlengan panjang dengan motif abstrak monster di tambah dengan rok span mini dan pamer perut yang mulai buncit’ ucap Hanbin yang melihat Seolhyun.
‘Aish. Kamu memang tidak ada hentinya untuk mengomentari penampilanku’ ucap Seolhyun.
‘Kamu butuh baju untuk apa?’ tanya Seolhyun.
‘Pemotretan’ ucap Hyungwon yang langsung memukul kepala Hyungwon dengan clip chart.
‘Namanya saja pemotretan, pasti bajunya sudah di sediakan. Apa kau menipuku?’ ucap Seolhyun sebal.
‘Sebenarnya pemotretan untuk majalah, sekalian juga membuat video di sini. Hyungwon akan nyanyi bersama Bora Noona, jadi kami butuh costume untuk shooting video’ jelas Hanbin, Seolhyun menatap kedua temannya dengan wajah datar.
‘Cecilia, tolong ambilkan aku baju Hyungwon. Antarkan ke ruanganku’ pinta Seolhyun.
‘Woahh, tinggal suruh. Benarkan kata Minjae Hyung, jadi artis membuat kita mempunyai sikap apa – apa menyuruh’ ucap Hyungwon.
‘Aku tidak menyuruh, aku minta tolong, lagi pula itu tugas karyawan ku’ bantah Seolhyun.
‘Ya! Dengarkan saja kata Seolhyun, wanita selalu benar!’ cibir Hanbin. Seolhyun mengajak ke dua teman – temanya untuk masuk ke dalam ruanganya. Cecilia mengantarkan baju – baju yang akan Hyungwon pakai untuk Shooting video. Hanbin duduk di atas sofa panjang, sedangkan Seolhyun duduk di bangku putar depan mejanya, ia sibuk mengecek ulang clip chart – nya.
‘Ternyata benar, Seolhyun membuat baju untuk ku’ ucap Hyungwon yang memilih baju yang di gantung.
‘Lebih tempatnya type baju. Di Hyung’s Brother ada type baju Hanbin, Hoshi, Hyungwon dan Woohyun. Aku membuatnya sesuai dengan karakter kalian, baju – baju dengan type kalian cukup di minati oleh kaum laki – laki karena kalian memiliki style yang berbeda, itu memudahkan pelanggan ingin membeli baju seperti apa’ ucap Seolhyun.
‘Untung saja semuany di bayar perusahaan, kalau aku beli sendiri, aku pasti menangis saat membayarnya’ keluh Hyungwon yang melihat harga baju yang di jual Seolhyun.
‘Tidak semuanya mahal, ada yang murahnya juga. Kualitas dan harga sebanding’ ucap Seolhyun.
‘Oh, yah. Aku dengar Woohyun habis melakukan pemotretan di New york’ ucap Hanbin. Seolhyun berdiam diri.
‘Aku melihatnya di bandara, kami tidak saling menyapa, mungki karena ia tidak menyadari kalau kami ada di sana’ ucap Hyungwon.
‘Aku mengirimkan koleksi bajuku ke pihak pemotretan, tapi Woohyun sama sekali tidak memakai bajuku untuk pemotretan. Aku bertanya kepada staylist alasan ia tidak memakai baju buatanku’ ucap Seolhyun yang menghentikan kata – katanya, membuat ke dua teman – temanya penasaran.
‘Apa alasannya?’ tanya Hyungwon.
‘Alasanya adalah karena kulitnya tidak cocok dengan bahan baju yang aku buat’ ucap Seolhyun.
‘Woah, Woohyun sekarang jadi seorang yang pemilih’ cibir Hyungwon.
‘Kamu tidak berniat ingin memperbaiki hubunganmu dengan Woohyun? Beberapa minggu yang lalu Minjae Hyung menemui Woohyun di London saat ada pertandingan. Woohyun masih seperti yang dulu’ ucap Hanbin.
‘Membiarkannya pergi memang bukanlah cara terbaik, tapi bertemu denganya dan memohon kembalipun bukanlah cara yang tepat. Biarkan Tuhan mempersatukan kita dengan cara-Nya yang indah’ ucap Seolhyun.
‘Benar, terkadang kita hanya perlu memberikan orang lain waktu yang lebih untuk dapat menerima sebuah kondisi yang baru’ ucap Hyungwon.
‘Sudahlah, aku penat. Aku mau makan’ ucap Seolhyun.
‘Aku sudah memilih bajunya, ayo kita ke salon! Aku mau menganti warna rambut’ ucap Hyungwon.
‘Ayo kita maka!’ ucap Hanbin.
‘Setelah makan mari kita ke salon’ ucap Hyungwon.
‘Sekali – kali kamu ke sini berikan aku kerjaan atau orderan baju, jangan hanya minta temani ke tempat – tempat aneh’ keluh Seolhyun.
‘Baiklah, tunggu aku menikah. Aku akan banjiri kamu dengan banyaknya desain – desain baju’ ucap Hyungwon.
‘Sudah, jangan dengarkan dia. Dari kemarin Hyungwon terus berbicara kalau ia akan menikah, aku saja sampai mauk mendengarnya’ ucap Hanbin yang menghampiri Seolhyun dan berjalan bersama Seolhyun keluar dai ruangan.
₪
Seolhyun membuka perlahan kedua matanya, fajar telah menyapanya pagi ini. New York seakan terasa seperti tempat yang paling nyama untuknya lari dari semua hal yang membuatnya sedih. Seolhyun mengambil ponselnya yang terletak di meja kecil, ia mengecek beberapa informasi terbaru seputar selebritis yang bernaung di agensinya dan membalas beberapa pesan yang belum sempat terbalas semalam.
Melihat berita terbaru tentang Woohyun merupakan sebuah hal yang menyenangkan untuknya, setidaknya kini ia menjadi pengamat rahasia Woohyun. Seolhyun menarik nafas panjang, ia memejamkan sejenak kedua matanya. Untuk seseorang yang tidak bisa kembali, untuk seseorang yang tidak akan menoleh kebelakang, untuk seseorang yang akan terus berjalan kedepan apapun yang terjadi, Seolhyun akan tetap mencintainya walau hanya sebatas cerita – cerita patah hati dan air mata yang menemani setiap pagi.
Seolhyun menyibakan selimutnya, membawa ponselnya ke dapur, ia meletakan ponselnya di atas meja lalu membuat secankir kopi yang akan ia nikmatin pagi ini. Seolhyun kembali mengecek artikel mengenai berita terbaru, Seolhyun menarik sebelah alisnya ketika melihat rumor tentang Hyungwon dengan Wooyeon. Sebuah rumor yang menyebutkan kalau Wooyeon dan Hyungwon telah berpacaran sejak lama, Seolhyun nyaris tertawa terbahak – bahak dengan berita tersebut. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Hyungwon menjadi kakak ipar Woohyun. Apakah Wooyeon akan baik – baik saja melihat sikap percaya diri Woohyun dna Hyungwon yang sangat akut.
‘Bahkan kalau memang mereka benar berpacaran, aku masih tidak percaya sampai aku membuatkan mereka gaun pengantin untuk pernikahan mereka’ ucap Seolhyun. Seolhyun mencari berita terbaru lainnya. Sebuah artikel yang membuatnya berdebar – debar ‘Mengintip hubungan romantic antara Woohyun dan Ri Ae Jel’. Di artikel tersebut tertulis bahwa pengemar yag berada di New York memberikan kejutan kepada Woohyun saat Woohyun dan Aejel bertolak ke London setelah pemotretan, artikel itu memperlihatkan Woohyun dan Aejel duduk di ruang tunggu dengan saling berpengangan tangan.
‘Sepertinya mereka memang bahagia’ ucap Seolhyun yang menarik nafas panjang.
‘Memang cocok! Atlit dengan atlit, Aejel juga memiliki tubuh yang kecil, ia periang dan cantik. Semoga kamu benar – benar bahagia’ gumam Woohyun.
‘Tapi kenapa rasanya masih tidak iklas? Kenapa? Bahkan ini sudah lebih dari tiga tahun’ keluh Seolhyun. Ia menangis layaknya anak kecil yang kehilangan mainan.
₪