Wooyeon memakan roti selai coklatnya tanpa minat sama sekali, entah mengapa ia merasa belakangan ini ia menjadi lebih sensitive. Wooyeon mengalihkan pandanganya ke suara koper yang berasal dari depan kamar orang tuanya.
‘Ibu mau kemana?’ tanya Wooyeon.
‘Kencan’ ucap Ibu genit.
‘Dengan Ayah? Bukannya Ayah besok mau pergi denganku ke Busan’ ucap Woohyun.
‘Dengan pacar Ibu, kalau Ayahmu suami Ibu’ ledek Ibunya.
‘Jangan berbohong!’ ucap Wooyeon dengan wajah datar.
‘Makanya kamu cepat cari pacar. Dulu saat Ibu seusia mu, Ibu sudah mengedong mu’ ucap Ibu Wooyeon.
‘Aishhh.. kenapa bahas itu lagi?’ tanya Wooyeon.
‘Ibu sudah mengatur kencan buta mu dengan seorang anak pejabat. Silahkan datang jam 7 malam, alamatnya nanti Ibu SMS’ ucap Ibu Wooyeon yang keluar rumah dengan mengerek koper miliknya, meninggalkan anaknya yang kesal dengan tingkah Ibunya.
‘Aku enggak mau kencan buta’ teriak Wooyeon.
₪
Kim Dae Min duduk di bangku penonton, ia sibuk melihat anaknya main bola. Berlari ke sini dan kesana, membawa bola dengan kakinya lalu menendang bola hingga masuk ke gawang. Kim Dae Min bertepuk tangan heboh ketika melihat anaknya mencetak angka. Setelah pertandingan selesai, Daemin berjalan menuju lapangan hijau, ia menyodorkan handuk putih ke putra sematawayangnya.
‘Nyonya Kim’ ucap Woohyun dengan tawa, ia membungkukan tubuhnya melihat Ibunya. Woohyun mengelap keringat yang mengucur dengan handuk yang di berikan Ibunya tadi.
‘Anakku sudah besar’ ucap Daemin yang berencana ingin memeluk Woohyun, namun di tolak oleh Woohyun.
‘Aku sangat berkeringat’ ucap Woohyun.
‘Ibu ingin mengajakmu berkencan’ ucap Daemin yang menyodorkan tanganya ke hadapan putranya. Woohyun menyambut tangan Ibunya dan membawa Ibu nya berjalan menuju asramanya.
‘Jadi Ibu baru menyadari kalau aku tampan?’ ledek Woohyun.
‘Ibu sudah menyadari kalau kamu tampan dari dulu’ jawab Ibunya.
‘Lalu kenapa baru sekarang Ibu berkencan dengan aku?’ goda Woohyun.
‘Ah, kamu membuat aku merasa sedang berada di samping Ayahmu’ ucap Daemin.
Woohyun membuka pintu kamarnya, Hoya sedang mengerjakan sesuatu di meja belajarnya.
‘Ho-na, kenalkan ini ke kasihku. Kim Dae Min. Apakah ia cantik?’ tanya Woohyun dengan sedikit tawa.
‘Serius? Apa kau serius?’ ucap Hoya yang terkejut.
‘Dasar Bodoh, ini Ibu ku. Ia sedang ke London’ ucap Woohyun yang menyuruh Ibunya untuk duduk di sofa yang ada di kamar Woohyun.
‘Maafkan saya. Annyeonghaseo, saya Hoya teman sekamar Woohyun’ ucap Hoya yang membungkukkan tubuhnya di depan Ibu Woohyun.
‘Ibu, aku mandi dulu. Kamu bisa mengobrol dengan Hoya. Dia atlit yang sungguh membanggakan’ puji Woohyun yang berjalan ke kamar mandi dan meninggalkan Ibu nya dengan Hoya.
₪
Woohyun mengengam erat tangan Ibunya yang berjalan di sampingnya. Wanita berusia lima puluh enam tahun itu memakai baju terusan berwarna hitam di padu dengan topi bundar dan kaca mata hitam. Walau usianya sudah menginjak lima puluh enam tahun, namun walahnya sangat mulus. Tidak banyak kerutan yang tampak di wajahnya seperti wanita seusianya pada umumnya. Woohyun mengangkat tangan Ibunya dan memijit tangan Ibunya, namun Ibu Woohyun yang malah memijit tangan anaknya.
‘Aku yakin tangan ini sudah lelah membesarkan dua anak yang sangat bandel’ ucap Woohyun.
‘Aku bahkan lupa kalau kalian sangat bertingkah, karena kau adalah anakku, aku lupa akan sikap jelek ku dan Ayahmu yang menurun kepadamu’ ucap Daemin.
Woohyun mengajak Ibunya untuk duduk di bangku taman, mereka mengendarkan pandangan mereka, melihat langit biru yang indah.
‘Maaf aku belum bisa pulang ke rumah, aku yakin Ibu pasti sangat kesepian di rumah’ ucap Woohyun.
‘Ibu malah bahagia kamu bisa mengapai mimpimu walau Ibu harus lebih jarang melihatmu. Ibu merasa menyesal karena terus bekerja saat kau dan Wooyeon menjadi anak super, tapi Ibu bangga setelah mengetahui kalau kedua anak Ibu di cintai oleh seluruh orang’ ucap Daemin yang membuka kaca matanya.
‘Aku bangga memiliki Ibu dan Ayah seperti kalian’ ucap Woohyun dengan senyum yang lebar.
‘Aku menyesal hanya memiliki waktu yang sedikit untuk kalian’ ucap Daemin dengan lirih.
‘Ayo kita habiskan hari ini untuk makan, menonton dan belanja. Aku akan bayarkan semua itu’ ucap Woohyun yang mengajak Ibunya untuk pergi ke Mall yang tak jauh dari taman.
Woohyun menghabiskan harinya bersama dengan Ibunya, ia menonton film animasi yang kebetulan sedang di putar di layar lebar. Ia juga menemani Ibunya untuk belanja, bahkan Woohyun membeli sebuah sepatu olahraga samaan dengan Ibunya. Woohyun mengambil ponselnya yang ada di saku jaketnya, lalu memfoto kakinya dan kaki Ibunya yang memakai sepatu samaan ke Instagram.
‘Nam Woo Hyun: Hari ini aku pergi berkencan dengan wanita yang paling cantik di dunia ini, Kim Dae Min. Aku kembali mengenang masa kecilku bersama wanita yang super hebat, aku harap kalian bisa lakukan kencan dengan Ayah atau Ibu kalian juga’ posting Woohyun di Instagram yang ia dan tiga temannya gunakan.
Woohyun mengajak Daemin untuk makan ke sebuah restoran yang ada di pusat kota, mereka duduk bersebelahan. Woohyun memeluk Ibunya, ia bahkan belum puas melepas rindunya kepada Ibunya.
‘Ibu, aku ingin bertanya. Ibu lebih bangga jika aku menjadi musisi atau menjadi atlit sepak bola?’ tanya Woohyun.
‘Apapun itu, asal kamu menjadi dirimu sendiri’ ucap Daemin.
‘Sungguh?’ tanya Woohyun sekali lagi.
‘Iya’ jawab Daemin.
‘Tiga puluh tahun lebih Ibu menikah dengan Ayahmu, itu merupakan hal yang sangat luar biasa bagiku. Ayahmu bukan type orang yang pemarah. Ia hanya diam saja saat Ibu menghabiskan uang yang ia hasilkan untuk belanja hal yang sebenarnya tidak penting. Hingga Ibu memilih jalan hidup Ibu sendiri dengan berkuliah kembali dan bekerja sebagai pramugari. Ayahmu tidak seperti suami pada umumnya yang akan melarang istrinya untuk terbang kemanapun. Ibu bahkan mendapatkan karir yang cukup bagus di dunia penerbangan berkat dukungan Ayahmu, saat itu Ibu sadar kalau Ibu tidak punya hak untuk menentukan mimpimu dan Wooyeon’ jelas Daemin.
‘Berkat pramugari, Ibu masih cantik seperti ini’ Puji Woohyun.
‘Ibu berhenti bekerja saat ibu berusia lima puluh dua tahun, semua orang yang bertemu dengan Ibu selalu menyangka umur Ibu tiga puluhan. Mungkin karena itu ibu bertahan menjadi di pekerjaan Ibu’ ucap Daemin.
‘Bahkan Noona menuruni wajah awet mudanya Ibu’ Ucap Woohyun.
‘Ibu menyuruhnya untuk menikah, bahkan Ibu sering menbuatkan kencan buta dengan anak teman – teman Ibu. Semuanya gagal’ ucap Daemin.
‘Ah, Noona memang pemilih’ cibir Woohyun.
₪
Daemin mengantarkan putranya hingga depan asramanya, ia harus berpisah dengan putra sematawayangnya setelah mereka berjalan – jalan bersama. Woohyun merentangkan tanganya untuk memeluk Daemin dengan erat.
‘Ibu, jangan sakit yah’ ucap Woohyun.
‘Anakku, jangan bersedih. Kamu harus nangis bersama Ibu jika kau ingin menangis’ ucap Daemin.
‘Ibu, Aku mencintaimu’ ucap Woohyun akhirnya. Ucapan yang paling jarang ia ucapkan untuk Ibunya. Woohyun melepas pelukannya lalu mencium tangan Ibunya sebelu ia pergi masuk kedalam asramanya.
₪
Wooyeon berjalan memasuki rumah Hyungwon.
‘Selamat pagi Paman dan Bibi’ sapa Wooyeon ketika melihat Kedua orang tua Hyungwon sedang duduk di meja makan.
‘Apa kamu mencari Hyungwon?’ tanya Ibu Hyungwon.
‘Tidak Bibi, aku mencari Minjae. Apakah Minjae sudah berangkat ke rumah sakit?’ tanya Wooyeon.
‘Ah, belum. Ada apa kau mencari Minjae?’ Tanya Ayah Hyungwon.
‘Aku ingin pinjam beberapa buku kedokteran yang akan aku gunakan untuk menulis sebuah naskah drama’ ucap Wooyeon ketika Hyungwon keluar dari kamarnya dan duduk di meja makan.
‘Kamu sudah datang?’ ucap Minjae yang keluar dari kamarnya sambil membawa beberapa buku yang ingin Wooyeon pinjam.
‘Ini buku yang akan kau pinjam, aku saja yang antarkan ke rumahmu bagaimana? Bukunya tebal – tebal ‘ ucap Minjae.
‘Ah, tidak apa – apa Oppa. Aku pinjam bukunya yah’ ucap Wooyeon dengan senyum.
‘Aishhh.. kau ini. Baiklah, menulislah secara rajin’ ucap Minjae yang mengacak – acak rambut Wooyeon.
‘Wooyeon-a, ayo makan dulu sini’ Ajak Ayah Hyungwon.
‘Terimakasih Paman, aku pamit terlebih dahulu’ ucap Wooyeon yang membungkukan tubuhnya.
₪
Wooyeon menyamakan langkah kakinya dengan pria yang jalan di sampingnya. Pria itu adalah Yoon Gi Ki. Seorang anak pejabat yang di kenalkan oleh Daemin dalam sebuah kencan buta. Wooyeon tak berhenti tertawa mendengar segala cerita Giki. Pria berusia tiga puluh tahun itu bahkan rela jalan dari restoran tempat mereka makan hingga rumah Wooyeon.
‘Ah, sudah mau sampai yah?’ ucap Giki yang menatap Wooyeon.
‘Mengobrol dengan dirimu adalah hal yang asik’ ucap Wooyeon.
‘Itu pujian atau hinaan?’ ledek Giki.
‘Tentunya Pujian lah, Oppa. Ku tidak menyangka kalau kamu mempunyai selera humor yang sangat bagus’ ucap Wooyeon.
‘Aku juga tidak menyangka kalau penulis berbakat secantik dirimu’ puji Giki.
‘Noona’ panggil Hyungwon ketika melihat Wooyeon berbicara dengan seorang laki – laki di depan jalan rumahnya.
‘Oppa, aku pulang dulu yah. Hati – hati di jalan’ ucap Wooyeon yang membungkukan tubuhnya di hadapa Giki. Wooyeon langsung berjalan menghampiri Hyungwon.
‘Apa kamu kencan buta lagi?’ tanya Hyungwon.
‘Bukan urusanmu’ jawab Wooyeon yang membuat Hyungwon terdiam.
‘Noona’ panggil Hyungwon, yang di panggil tidak menyaut ia masih terus berjalan hingga Hyungwon menarik tanganya.
‘Ada apa?’ tanya Wooyeon dengan wajah datar.
‘Aku ingin minta maaf’ ucap Hyungwon.
‘Untuk apa?’ tanya Wooyeon.
‘Maaf jika kau menyangka aku baik kepadamu karena kamu mirip dengan Minjoo Noona’ ucap Hyungwon.
‘Aku sudah lupa akan hal itu’ ucap Wooyeon yang berniat untuk kembali berjalan.
‘Kenapa kamu meminjam buku kedokteran dengan Minjae?’ tanya Hyungwon yang membuat langkah kaki Wooyeon terhenti. Kini mereka berdiri saling berhadapan.
‘Aku tidak tau harus meminjam buku kedokteran dengan siapa. Dengan Ayahmu? Aku terlalu sungkan. Dengan mu? Bahkan kau saja belum menjadi dokter, baru menjadi siswa kedokteran. Aku rasa Oppa adalah…’ belum Wooyeon menyelesailkan omongannya Hyunwon telah melangkah lebih dekat ke Wooyeon hingga akhirnya mengecup bibir Wooyeon. kedua mata Wooyeon membulat, dengan cepat ia mendorong tubuh Hyungwon dan menampar pipi Hyungwon.
‘Aw’ keluh Hyungwon yang mengusap pipinya.
‘Apa kamu lupa kalau aku ini Nam Woo Yeon—kakak sahabat mu?’ ucap Wooyeon dengan nada tinggi.
‘Aku ingat, kamu Wooyeon. Aku bahkan sadar kalau barusan aku menciummu’ ucap Hyungwon.
‘Hyungwon-I, aku tidak punya waktu untuk bermain denganmu. Aku sudah di usia dua delapan tahun dan kamu masih dua puluh dua tahun. Kamu masih suka bermain – main dan aku sudah menuju ke hal yang serius’ ucap Wooyeon dengan nada kesal.
‘Jika kamu menyadari, aku tidak pernah main – main denganmu’ ucap Hyungwon yang mendekati tubuhnya ke Wooyeon, dengan cepat Hyungwon mengecup bibir Wooyeon. Hyungwon merentangkan tanganya untuk mendekap tubuh Wooyeon. Wooyeon membiarkan bibir Hyungwon berpetualang di setiap mili bibirnya.
₪
Woohyun terus melatih kemampuan berenangnya di kolam renang sekolah. Setelah merasa sedikit lelah, ia naik ke atas untuk mengeringkan tubuhnya dan sedikit beristirahat. Woohyun memberikan handuk kepada Aejel yang berdiri di sampingnya, gadis itu juga tengah berlatih renang dengan Woohyun. Aejel tidak mengambil Handuk yang Woohyun sodorkan, ia malah mengambil baju handuk yang ada di bangku dan mengenakannya. Woohyun hanya terdiam melihat sikap Aejel.
Saat gadis itu berniat ingin minum, Woohyun memberikan sebotol air mineral yang tutupnya sudah di bukakan, namun gadis itu malah mengambil botol yang ada di samping Woohyun—botol yang tutupnya belum di buka. Setelah menengak sebotol air, Aejel melepas baju handuknya dan kembali berenang. Meninggalkan Woohyun yang bingung akan sikap gadis itu.
‘Apa aku melakukan kesalahan? Aku bahkan tidak ngapa – ngapain’ tanya Woohyun pada dirinya sendiri.
Woohyun kembali berenang, mengikuti Aejel yang terus berenang tanpa hentinya dari ujung kolam renang hingga ujung kolam renang lagi. Namun Woohyun menghentikan renangnya karena kakinya kram, ia bahkan tak bisa naik ke atas.
‘Kau tidak apa – apa?’ tanya Aejel yang melihat Woohyun berada di tepi kolam renang.
‘Kaki ku kram’ ucap Woohyun. Aejel berenang mendekati Woohyun dan membantu Woohyun untuk naik ke atas kolam renang. Aejel memberikan penolongan pertama untuk kaki kram.
‘Sebentar lagi juga akan sembuh’ ucap Aejel yang meninggalkan Woohyun di tepi kolam renang.
‘Jel, apa hati mu baik – baik saja?’ tanya Woohyun.
‘Tidak’ jawab Aejel.
‘Aku sedang merasa kesal, merasa ingin marah – marah dengan seorang laki – laki yang memeluk seorang wanita malam – malam’ ucap Aejel. Woohyun tersenyum mendengar celotehan gadis itu. Sesuatu hal yang di sukai Woohyun dari Aejel adalah ia selalu berbicara apa adanya, selalu jujur kepada dirinya sendiri. Woohyun tertawa.
‘Jadi kau menyidir aku?’ tanya Woohyun.
‘Kalau kamu merasa, aku bersyukur’ ucap Aejel ketus. Woohyun mencoba berdiri dan berjalan mendekati Aejel dengan langkah seperti orang pincang.
‘Kalau kau tau wanita yang aku peluk itu adalah Ibuku, pasti kamu akan berkenalan dengan Ibuku’ ucap Woohyun yang mengacak – acak rambut Aejel.
‘Aishhh.. kenapa kamu mengemaskan sekali’ ucap Woohyun yang mengambil handuk yang ada di atas bangku dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
₪
Sejak hari pertama kali Woohyun bertemu dengan Aejel, mereka sudah mulai berteman dekat. Mereka saling memberikan semangat di setiap pertandingan yang mereka ikuti, setelah tahun pertama Woohyun menjadi siswa di sekolah atlit, kini Woohyun bergabung dengan sebuah club sepak bola yang namanya sangat popular di dunia sepak Bola. Woohyun bahkan sering menyumbangkan poin untuk timnya. Selain di sibukan dengan latihan, Woohyun juga di sibukan dengan kegiatan pemotretan. Terkadang ia di pasangkan bersama Ri Ae Jel di beberapa kesempatan.
Woohyun berniat untuk mengunakan sebuah pakaian yang akan ia pakai untuk sesi pemotretan berikutnya, ia melihat merek yang ada di baju yang akan ia pakai ‘Hyung Brother’ sebuah merek pakaian yang tak asing untuk dirinya.
‘Aku bisa tidak memakai baju ini?’ tanya Woohyun kepada seorang staylist, ia sedang memilih baju lain yang akan ia kenakan untuk pemotretan.
‘Kenapa?’ tanya Staylist.
‘Ah, aku mempunyai alergi pada bahan baju seperti ini’ ucap Woohyun yang memberikan baju dengan merek dagang Hyung’s Brother kepada stylelist.
‘Sayang sekali, padahal baju itu harganya cukup mahal. Aku akan carikan baju yang lain’ ucap Staylist.
‘Aku minta maaf jika telah merepotkanmu’ ucap Woohyun yang membungkukkan tubuhnya.
‘Ada apa?’ tanya Aejel.
‘Tidak ada apa – apa, kamu sudah selesai makeup nya?’ tanya Woohyun.
‘Sudah, cepat ganti baju. Aku sudah mulai lelah’ ucap Aejel yang memijat bahunya.
Woohyun segera menganti baju yang ia pakai ketika staylist memberikan baju penganti.
Setelah selesai melakukan pemotretan hingga larut malam, Woohyun dan Aejel kembali ke Hotel tempat mereka menginap.
Woohyun menghempaskan tubuhnya di atas ranjang hotel, tubuhnya serasa sangat pegal setelah seharian melakukan pemotretan. Aejel memasuki kamar Woohyun, ia membawa sebuah kotak berbungkus kertas berwarna merah. Woohyun bangun dari tudrunya, ia menatap Aejel dengan sebuah senyuman tipis.
‘Selamat ulang tahun’ ucap Aejel yang memberikan kotak yang ia pegang ke Woohyun.
‘Apa ini?’ tanya Woohyun.
‘Lihat saja. Aku lelah. Selamat malam’ ucap Aejel yang meninggalkan kamar Woohyun.
Woohyun membuka bungkus kado yang ia dapatkan. Sebuah sepatu keluaran terbaru dari brand terkenal.
‘Ah, dia mengenal aku lebih dari selera yang aku suka’ ucap Woohyun yang melihat sepatu yang ia dapatkan.
₪