Seorang pedagang koran melempar secara asal koran hari ini, Woohyun hampir saja terkena lemparan koran tersebut.
‘Aishhh.. kenapa Ahjjusi itu tidak hati – hati’ oceh Woohyun yang memungut koran di halaman rumahnya. Ia menaruh koran di ruang tamu rumahnya lalu berjalan ke luar rumah.
‘Hanbyul-a, Annyeong’ sapa Woohyun. Hanbyul yang di gendong Hanbin hanya melambaikan tanganya ke Woohyun.
‘Mau kemana kamu?’ tanya Hanbin.
‘Ibu menyuruhku membeli daging cornet di supermarket. Ia ingin masak’ ucap Woohyun.
‘Baiklah, hati – hati. Jangan lupa nanti siang kita akan shooting video terakhir yang akan kita upload sebelum pesta kelulusan’ ucap Hanbin yang berjalan menuju rumahnya. Sedangkan Woohyun berjalan keluar dari jalan rumahnya.
Hanbin membuka pintu pagar rumahnya, ia memungut koran yang ada di halamannya rumahnya dan meletakannya di meja makan agar dapat di baca oleh Ayahnya setelah sarapan pagi nanti. Hanbin menurunkan Hanbyul di kursi meja makan, Ibu nya sedang menyajikan sarapan pagi.
‘Jangan lupa turun untuk sarapan’ ucap Ibu Hanbin ketika anaknya berniat menaiki tangga menuju kamarnya.
‘Aku hanya ingin menganti baju’ ucap Hanbin yang menaiki anak tangga.
Setelah menyiapkan sarapan pagi di meja makan, Ibu Hanbin duduk di samping Hanbyul. Ia membuka koran yang tadi Hanbin letakan di atas meja makan.
Ibu Hanbin tidak begitu menyukai berita politik yang selalu ada di depan koran, ia lebih menyukai berita selebritis yang ada di halaman belakang koran. Ibu Hanbin membulatkan matanya, ia membaca baik – baik judul yang ada di kolom pertama yang ada di koran.
‘Ini tidak mungkin’ ucap Ibu Hanbin.
‘Apa yang tidak mungkin? Oh yah, Hanbin-a kemana?’ tanya Ayah Hanbin yang datang lalu duduk di depan Ibu Hanbin.
‘Aku disini, mari kita makan’ ucap Hanbin yang menuruni anak tangga lalu duduk di samping Ayahnya.
‘Bagaimana dengan kuliahmu?’ tanya Ayah Hanbin ketika anaknya duduk di sampingnya.
‘Aku bahkan belum memulai kuliahnya Ayah, kuliah akan di mulai bulan Februari nanti. Namun, aku telah berhasil masuk kuliah tanpa test dan tanpa syarat’ pamer Hanbin kepada Ayahnya.
‘Baguslah, kamu memang anak yang membanggakan’ ucap Ayah Hanbin,u ntuk sesaat mereka keluarga itu terdiam sampai Ibu Hanbin menyelesaikan makannya.
‘Hanbin-a, katakan kalau kepada Ibu kalau ini semua tidak benar’ ucap Ibu Hanbin yang menyodorkan berita di koran. Sebuah kolom di koran membuat berita tentang hubungan Hanbin dengan Seolhyun yang tertangkap kamera sedang berkencan di sebuah bioskop.
Hanbin menatap koran itu, ia menelan air liur. Ibu nya penuh dengan tatapan tajam.
‘Ada apa ini?’ Tanya Ayah Hanbin, ia mengambil koran yang di sodorkan ke Hanbin lalu membaca judulnya.
‘Biarkan saja, mereka masih muda’ ucap Ayah Hanbin yang melempar sembarang koran yang baru ia baca.
‘Aku akan membiarkannya jika ia berpacaran dengan gadis lain, namun ini Kim Seol Hyun. Apa kamu tau?’ Ujar Ibu Hanbin, kini nada bicaranya sudah naik satu oktaf dari biasanya—tanda ia sedang marah.
‘Aku tau, anak chef yang rumahnya sebelah Woohyun kan? Lalu ada apa? Mereka satu sekolah, mereka sering belajar bersama. Jadi tidak apa – apa jika mereka pacaran’ bela Ayah Hanbin.
‘Apa kamu sadar kalau mereka satu marga? Aku tidak melarang anak kita untuk berpacaran atau berteman dengan siapapun, namun aku tidak ingin ia menikah…’ ucap Ibu Hanbin yang terburu terputus dengan perkataan anaknya.
‘Hentikan Ibu’ ucap Hanbin pelan.
‘Aku minta maaf telah membuat kalian bertengkar. Terimakasih atas sarapannya yang enak’ ucap Hanbin yang bangkit dari tempat duduk lalu membungkukan tubuhnya dan pergi ke kamarnya.
‘Kamu terlalu memanjakannya, hingga dia tidak mendengarkan kata Ibu nya’ ucap Ibu Hanbin kesal.
‘Berpacaran belum tentu menikah, mengapa kamu menjadi sedikit berlebihan?’ tanya Ayah Hanbin.
‘Terserah dirimu!’ ucap Ibu Hanbin yang merapihkan meja makan dan pergi ke dapur.
₪
Woohyun membuka pintu rumahnya, Ibunya sedang menyiapkan sebuah bekal untuk tamasya. Akhir – akhir ini Ayah dan Ibu Woohyun sering pergi berdua ke luar rumah.
‘Woohyun-I, Ibu meletakan sebuah kotak dari Seolhyun di meja belajar mu, katanya itu baju untuk perpisahan nanti’ ucap Ibu Woohyun ketika mengetahui anakknya telah pulang.
‘Iya, Ibu’ ucap Woohyun yang berjalan ke kamarnya dan beberapa menit kemudian berjalan ke dapur untuk menghampiri Ibu nya.
‘Ibu mau kemana?’ tanya Woohyun yang melihat Ibunya sedang sibuk membuat bekal makan siang.
‘Ibu akan kencan dengan Ayah mu’ ucap Ibu Woohyun yang menyuapi kimbab ke mulut Woohyun.
‘Kencan? Lagi? Ibu kapan bisa berkencan dengan aku?’ ucap Woohyun cemburu.
‘Aigoo.. Anak Ibu sudah besar, sudah bisa cemburu dengan Ayahnya sendiri’ ucap Ibu Woohyun yang mencubit dagu anaknya dengan gemas.
‘Baiklah, aku mau main ke rumah Hanbin. Kami mau buat video lagi’ ucap Woohyun yang bergegas.
‘Jangan lupa makan siang di rumah, Ibu telah masakkan makan siang untukmu’ teriak Ibu Woohyun ketika anaknya keluar dari rumah.
‘Ne’ Jawab Woohyun.
Woohyun berjalan menuju rumah Hanbin, tidak seperti biasanya. Rumah Hanbin terlihat sepi di hari libur seperti ini, Woohyun membuka pintu rumah Hanbin dan masuk ke dalam rumah temannya itu.
‘Kemana orang tua mu, tumben sekali tidak ada di rumah saat hari libur seperti ini’ tanya Woohyun ketika melihat Hanbin sedang menonton di ruang tamu.
‘Hello, aisssshhh… rasanya malas sekali’ ucap Hyunwon yang datang tiba – tiba dan mengeluh.
‘Tadi pagi mereka berdua bertengkar. Ibu memutuskan untuk pulang ke rumah Nenek, dan Ayah memutuskan untuk bermain bola dengan teman kantornya’ jelas Hanbin yang menganti channel tivi tanpa minat.
‘Rumah akan terasa aneh jika orang tua sedang bertengkar’ Ucap Woohyun yang duduk di samping Hanbin.
‘Ah. Kenapa orang tua mu bertengkar?’ tanya Hyungwon.
‘Masalah kecil. Sudahlah, ayo kita buat video di rumah saja’ ucap Hanbin yang bangkit dari duduknya dan mematikan tivi.
‘Aku belum telat kan?’ tanya Hoshi yang baru sampai.
‘Kau akan menjadi telat jika tidak membawa makanan untuk kami’ ucap Hyungwon.
‘Ah, aku membawa makanan untuk kalian’ ucap Hoshi yang menaruh kantong plastik di atas meja.
‘Ayo kita membuat video’ ajak Woohyun yang merangkul pundak Hyungwon dan Hoshi ke kamar Hanbin.
Video yang mereka buat adalah video singkat yang meceritakan bagaimana cara menghabiskan liburan dirumah namun menyenangkan. Video yang berdurasi selama tiga menit itu di buat Hanbin di rumahnya, ia memanfaatkan setiap sudut rumahnya untuk shooting video terbaru. Mereka bahkan menghabiskanwaktu seharian untuk membuat video tersebut.
Take terakhir merupakan adegan membuat kue di dapur, mereka berakting layaknya orang yang sedang membuat kue. Tak jarang mereka saling melempar tepung dan bercanda, hingga secara tidak sengaja Hyungwon melemparkan telur ke hadapan Woohyun hingga telur itu pecah di wajah Woohyun. Woohyun mendadak kesal, namun sedetik kemudian ia tertawa terbahak – bahak karena tingkah temannya itu.
‘Selesai. Terimakasih’ ucap Hanbin yang selesai mengambil video Woohyun.
‘Aish, gara – gara anak brengsek ini aku bahkan harus mandi’ ucap Woohyun yang membersihan bajunya dengan tanganya.
‘Pulanglah dan mandi’ ucap Hoshi.
‘Aku akan mati di omelin Noona jika aku pulang dengan penuh telur begini. Lebih baik aku mandi di rumah Hanbin’ ucap Woohyun.
‘Nih handuknya, bersihkanlah tubuhmu’ ucap Hanbin yang memberikan Handuk ke Woohyun.
‘Mari kita rapihkan ini semua’ ajak Hyungwon yang mulai merapihakn dapur Hanbin.
Woohyun bergegas untuk mandi, sedangkan ketiga teman – temannya terpaksa membersihkan dapur Hanbin agar tidak kena omel saat Ibu Hanbin pulang.
‘Hanbin-a, apa bajuku masih ada di sini?’ tanya Woohyun.
‘Iya, masih. Baju mu ada di lemari bagian atas. Ambil saja. Kami sebentar lagi akan menyelesaikan ini’ ucap Hanbin yang mengelap meja di dapur.
‘Baiklah’ ucap Woohyun yang menaikki anak tangga menuju kamar Hanbin. Woohyun memasuki kamar Hanbin, ia membuka pintu lemari untuk mencari bajunya yang pernah tertinggal di rumah Hanbin.
‘Aihs, kenapa lemarinya tinggi sekali?’ keluh Woohyun kesal. Ia harus sedikit berjinjit agar dapat melihat baju yang akan ia ambil.
‘Ah, ini dia’ ucap Woohyun yang mengambil baju miliknya lalu memakainya. Namun saat Woohyun mengabil baju milikknya, ia menjatuhkan beberapa foto yang sengaja Hanbin sembunyikan di lemari bagian atas.
‘Ah, nanti aku rapihkan’ ucap Woohyun yang memakai baju lalu menyisir rambutnya.
‘Ah aku lelah’ keluh Hyungwon yang masuk kamar Hanbin dan melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Sedangkan Woohyun membereskan foto – foto yang terjatuh tadi.
‘Mari kita makan’ ucap Hoshi yang membawa makanan ke dalam kamar Hanbin dan meletakannya di dekat meja kecil.
Woohyun yang merapihkan foto – foto merasa ada yang aneh dengan foto – foto yang ia lihat.
‘Woohyun-I, sedang apa kamu?’ tanya Hyungwon yang melihat Woohyun hanya mematung melihat foto – foto yang berserakan di lantai. Yang di tanyapun tak bergeming sama sekali.
‘Aku membawakan juice jeruk kesukaan kalian’ ujar Hanbin yang masuk kedalam kamar dan meletakan juice jeruk yang ia bawa di atas meja kecil.
Woohyun menelan air liurnya, ia merapihkan semua foto yang berserakan di lantai secara cepat. JAntungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, ia merasa sesuatu hilang dalam dirinya. Sesautu yang tak dapat ia mengerti.
‘Hanbin-a, bisakah kau menjelaskan ini?’ tanya Woohyun yang mengengam foto – foto Hanbin dan Seolhyun. Tatapan Woohyun menjadi tajam, sedangkan Hanbin terkejut mengetahui kalau Woohyun menemukan foto – foto dirinya dan Seolhyun yang belum ia bakar.
‘Aish.. aku rasa hari ini akan datang’ celetuk Hyungwon, Woohyun memalingkan pandanganya.
‘Apa kau sudah tau sebelumnya?’ tanya Woohyun sengit.
‘Aku hanya membaca berita itu di koran tadi pagi’ ucap Hyungwon dengan santai.
‘Jadi pemberitaan tadi pagi benar? Apakah benar Hanbin?’ tanya Hoshi.
Hanbin tidak menjawab sama sekali, ia hanya menuduk. Bahkan ia hanya bisa menelan air liurnya secara berat.
‘Aku pikir di antara kita tidak ada rahasia’ ucap Woohyun yang melemparkan foto – foto yang ia gengam ke wajah Hanbin yang menunduk.
‘Ah, aku jadi tidak lapar lagi’ ucap Woohyun yang keluar dari kamar Hanbin dan pulang ke rumahnya.
‘Aku tidak pernah menyukai gadis ada di antara kita, mereka hanya kiamat bagi kita’ ucap Hyungwon yang bangun dari tempat tidur dan pergi keluar dari kamar Hanbin. Hyungwoon pulang kerumahnya tanpa pamit.
‘Maaf Hanbin, sepertinya aku tidak akan menemani kamu makan’ ucap Hoshi yang juga keluar dari kamar Hanbin. Hanbin mengambil gelas kaca yang ada di meja kecil dan melemparnya kesembarangan tempat dengan rasa kesal.
₪
Woohyun melempar tubuhnya ke atas tempat tidur. Perasaan kesal dan marah mendadak bercampur menjadi satu. Ia menatap langit – langit kamarnya, lalu mengalihkan pandanganya ke meja belajarnya. Sebuah kotak baju berisi baju buatan Seolhyun. Baju yang rencananya akan ia pakai di hari perpisahan nanti. Woohyun membuang nafas panjang, ia merasa tidak yakin akan datang ke pesta perpisahaan nanti.
‘Ah, kamu meninggalkan banyak sekali sakit di hatiku’ ucap Woohyun yang meraba dadanya. Benarkah rasanya sangat sakit?
‘Hey, Noona sudah menhangatkan makan malam. Ayo, makan bersama’ ucap Wooyoen yang membuka pintu kamar Woohyun. Hanya kepalanya saja yang muncul di balik daun pintu.
‘Okay’ ucap Woohyun yang bangkit dari tidurnya dan bergegas ke ruang makan.
Wooyeon menyiapkan nasi untuk adiknya, Woohyun hanya duduk di atas bangku dan menatap makannya tanpa minat.
‘Ayo makan’ ucap Wooyeon yang menyengol Woohyun.
Mereka duduk bersebelahan, Woohyun mulai mengambil sendok untuk menyuap nasinya. Untuk beberapa menit pertama mereka hanay berkonstrasi pada makanan mereka.
‘Rumah ini akan semakin sepi’ ucap Wooyeon.
‘Makanya kamu cepat menikah, sehingga rumah ini akan ramai dengan tangisan dari anakmu’ ucap Wooohyun setelah menyuapkan nasi dan sayur kedalam mulutmu.
‘Aku sedang tidak di fase ingin menikah. Aku sedang ingin membuat karya sebanyak mungkin untuk semua penikmat karyakku’ ucap Wooyeon.
‘Aku juga ingin sepertimu, berlari mengapai mimpimu sendiri bahkan tanpa beban berat di pundakmu. Memilih apa yang engkau inginkan. Aku sungguh iri terhadapmu’ ucap Woohyun yang menghentikan makannya.
‘Woohyun-I’ ucap Wooyeon yang menengok ke arah adiknya, Woohyun menatap Wooyeon dengan tatapan datar sulit arti.
‘Segituhkan bebah yang kau rasakan?’ tanya Wooyeon, Woohyun menghelai nafas lalu menatap makanan yang ada di atas meja.
‘Seperti apapun aku melakukannya, Ayah bahkan tidak akan pernah bangga dengan apa yang aku lakukan. Ia lebih bangga jika anaknya ini menjadi seorang penyanyi, berbeda denganmu. Ayah bahkan tidak pernah menuntut apapun dari dirimu. Noona bebas melakukan apapun yang Noona suka tanpa harus memikirkan Ayah akan bangga atau tidak’ ucap Woohyun, entah mengapa kata – kata itu keluar dari mulutnya tanpa terkontrol oleh dirinya.
‘Woohyun-I, jika aku bisa menukar ketenaranku dengan memintamu agar tetap berada di rumah ini, mungkin itu akan aku lakukan. Aku lebih senang jika adik ku ada di rumah ini, daripada di asrama. Bahkan jika kamu tidak pernah sarapan bersama kami, aku tetap senang kamu ada di rumah ini. Setidaknya kamu banyak membuat suasana rumah menjadi lebih ramai’ ucap Wooyeon.
‘Untuk semua yang aku dapat saat ini. Dulu aku pernah mengikuti lomba menyanyi, saat Ibu mengandungmu. Saat juri tau aku adalah anak dari Nam Kyu Man, mereka menangkan diriku. Betapa aku merasa rendah saat itu’ cerita Wooyeon.
‘Aku merasa aku memiliki banyak beban dari kecil. Aku memutuskan untuk menulis sebuah cerita pendek, walau sempat beberapa kali di tolak oleh majalah dan penebrit buku, namun aku tak pantang menyerah. Aku menulis sebuah buku yang menceritakan tentangmu, tentang mimpimu yang ingin menjadi pemain sepak bola yang di kenal dunia. Kamu ingat, saat itu kamu masih kecil. Tanpa seorangpun yang mengetahui siapa Ayahku, aku berhasil menerbitakn buku pertamaku saat aku berusia remaja. Penerbit yang dulu menolakku kini menyesal. Aku ingat betapa kamu sangat berpengaruh dalam karir ku, aku merasa betapa kamu lebih di cintai oleh pengemarku daripada diriku. Kini aku harus merasakan pisah dengan adikku. Ia seorang atlit muda kebanggaan bangsa ini akan bertolak ke London demi menwujudkan mimpinya. Mungkin aku akan jarang menulis tentangmu di buku – buku ku, tapi bukan tulisanku tentangmu yang aku rindukan namun celotehan dan omongan mu yang pastinya akan terasa hilang’ ucap Wooyeon yang menahan air matanya, namun air matanya tetap menetes.
‘Seberapapun aku katakan kamu jangan pergi, kamu akan tetap pergi. Benarkan? Bahkan aku tidak ingin melarangmu mengapai mimpimu, namun aku tidak ingin kamu meninggalkan aku bersama Ayah dan Ibu’ ucap Wooyeon. Woohyun mengulurkan tangannya untuk memeluk Wooyeon.
‘Cari uang yang banyak dan jenguk aku sesering mungkin di London’ ucap Woohyun yang mengusap bahun Wooyeon.
‘Anak brengsek, memangnya mencari uang tidak sulit? Memangnya ongkos ke London semurah ongkos dari rumah kita ke Gangnam?’ ucap Wooyeon yang memukul punggung Woohyun.
‘Berhenti memukul punggungku, aku bisa cidera’ keluh Woohyun yang melepas pelukannya.
‘Jangan minum – minum jika kamu sedang patah hati’ Woohyun memperingati Noonanya.
₪
Di hari – hari jelang ke lulusan siswa rata – rata mulai di longgarkan oleh kegiatan. Mereka hanya tinggal melakukan test masuk perguruan tinggi, ada beberapa yang sudah di pastikan masuk pergurun tinggi. Namun untuk anak – anak yang tidak terlalu berprestasi, mereka harus lebih berusaha lagi untuk masuk perguruan tinggi.
Pagi jelang hari – hari kelulusan, siswa mulai berdatangan ke sekolah. Beberapa dari mereka menarik nafas panjang, sekolah menengah ke atas tidak hanya menguras emosi dan pikiran, tapi juga menguras hati. Tiga tahun berada di sekolah ini terasa banyak sekali kenangan yang mungkin tak akan mereka lupakan, bahkan akan mereka ceritakan ke anak – anak mereka kelak.
Woohyun tidak duduk di bangkunya, ia meminta temannya untuk bertukarang bangku. Woohyun duduk di meja paling depan dekat jendela. Ia menjadikan tanganya sebagai penompang kepalanya di atas meja dan memejamkan kedua matanya. Ia tak perduli dengan apapun yang terjadi di kelas ini.
‘Ya, Woohyun-i. Sudah jam istirahat. Ayo kita makan’ Hyungwong menguncangkan tubuh Woohyun untuk membangunkannya. Woohyun bangun dari tidurnya, parasnya datar tanpa ekspresi.
Ia bangun dari tempat duduknya dan pergi melewati teman – temannya begitu saja.
‘Ya, anak manja!’ ucap Hanbin dengan kesal. Woohyun menghentikan langkahnya, ia membalikan tubuhnya melihat Hanbin.
‘Jika kamu marah kepadaku, katakan sesuatu. Mengumpatlah. Bukankah kamu pintar mengumpat, mengata-ngatai orang lain. Ayo bilang ku brengsek, bajingan, keparat, atau apapun itu agar marahmu hilang’ ucap Hanbin yang mencuri perhatian teman – teman sekelasnya.
Bukannya membalas perkataan Hanbin, Woohyun malah berjalan meninggalkan Hanbin begitu saja. Hyungwon yang tadi membangunkan Woohyun hanya dapat melihat sahabatnya keluar dari kelas. Ini pertama kalinya Hyungwon melihat Woohyun diam saat marah, tidak mengatakan sepatah katapun.
₪
Tatapannya menjadi sebuah tatapan kekesalan, tatapan penuh amarah. Hyungwon memasukan kedua tangannya kedalam mantelnya. Ia menatap Hanbin yang berdiri di depannya.
‘Apa ini yang engkau inginkan dari akhir SMA kita?’ tanya Hyungwon.
‘Aku tidak menyangka Woohyun akan semarah ini’ ucap Hanbin membela diri. Hyungwon mengepalkan tanganya dan melayangkannya ke wajah Hanbin hingga Hanbin hampir jatuh tersungkur. Beruntunglah hanya pot bunga yang jatuh ke bawah karena terkena tangan Hanbin.
‘Aku bahkan bersabar karena tingkahmu’ tukas Hyungwon, namun ia segera melihat kebawah ketika mendengar suara teriakan seseorang.
₪
Kepalanya terasa sangat sakit. Woohyun berjalan perlahan menuju UKS yang berada dekat lapangan, namun karena sakit kepalanya makin menjadi ia memutuskan untuk berhenti sejenak dan mengangkat kepalanya ke atas untuk menatap langit. Tapi saat ia mengakat kepalanya ke langit, ia melihat sebuah pot bunga nyaris jatuh dari atas gedung sekolahnya. Woohyun mengendarkan pandanganya, Seolhyun sedang berjalan menuju tempat pot bunga akan jatuh, dengan sekuat tenaga Wohyun berlari untuk menghalangi tubuh Seolhyun agar tak tertimpa pot bunga. Namun saat Woohyun mendorong tubuh Seolhyun, pot bunga malah terjatuh tepat di punggung Woohyun.
‘Awww…’ keluh Woohyun yang terjatuh di tanah. Pot bunga menghantam punggung Woohyun lalu jatuh dan pecah berkeping - keping. Hal tersebut membuat beberapa gadis yang menjadi saksi mata berteriak. Seolhyun mencoba untuk bangun dan membantu Woohyun untuk bangkit, namun ia sulit berdiri. Dengan di bantu oleh beberapa murid yang ada di dekat lapangan, Woohyun bangun dan membersihkan bajunya dari tanah pot bunga.
Woohyun berjalan perlahan menuju ruang UKS di bantu oleh beberapa orang yang ada di dekat lapangan — meninggalkan begitu saja Seolhyun yang terkilir kakinya.
‘Ah, terimakasih sudah mengantarkan aku ke UKS. Kalian bisa kembali ke kelas’ ucap Woohyun yang membungkukkan tubuhnya dan masuk ke ruang UKS.
‘Wajahmu sangat pucat’ucap Dokter UKS ketika melihat Woohyun masuk kedalam UKS.
‘Kepalaku sangat sakit sekali, di tambah dengan aku habis tertimpa sebuah pot bunga dari atas. Bisa tolong cek, apakah punggungku terluka?’ pinta Woohyun lang langsung membuka bajunya dan memperlihatkan punggungnya.
‘Hanya memar saja, kamu harus kerumah sakit untuk CT scan untuk memastikan kalau punggung mu tidak apa – apa’ ujar Dokter UKS.
‘Mungkin besok atau nanti malam aku akan ke rumah sakit. Tolong berikan aku obat untuk memar di punggung ku dan obat sakit kepala. Aku mau istirahat sejenak’ ucap Woohyun yang memasang kembali bajunya dan mengambil posisi untuk tidur di atas tempat tidur.
‘Ini obatnya, istirahatlah sebentar’ ucap Dokter UKS.
₪