Woohyun berjalan menyusuri lorong yang ada di agensinya, setiap staff yang bertemu dengannya selalu mengucapkan selamat untuk penghargaan yang di terima olehnya. Beberapa kalangan artis yang bernaung di agensi ini juga mengucapkan selamat atas kemenangan yang di dapatkan oleh Woohyun dan teman – temannya. Satu di pikiran Woohyun kini, ia dapat menwujudkan mimpinya menjadi seorang pemain sepak bola professional. Ia tak sabar untuk menunggu bulan depan, untuk menunggu keberangkatnya ke Inggris, meninggalkan Korea demi mimpinya yang akan menjadi kenyataan, begitu juga mimpi ke empat sahabatnya.
Woohyun memasuki sebuah ruangan, di sana sudah ada Bora, Hoshi, Seolhyun, Hanbin, dan Hyungwon yang berkumpul.
‘Kalian kenapa tidak bilang kalau akan ke agensi juga’ tanya Woohyun yang berjalan menuju sofa yang di duduki Hyungwon da duduk di sampinya — ia menyandar ke bahu Hyungwon.
‘Aku pikir aku telah telat, jadi aku ke sini sendirian. Setelah sampai di sini, aku orang yang pertama kali yang sampai’ ucap Hoshi dengan muka datar, ia di tertawakan oleh teman – temannya.
‘Dasar bodoh!’ ucap Hanbin.
‘ Kita masih punya tiga jadwal lagi bersama dan satu jadwal ISAC. Selebihnya hanya jadwal pemotretan’ ucap Bora.
‘Aku tak menyangka kalau waktu berlalu sangat cepat. Seperti perjanjian kita di awal, kalian akan masuk ke perguruan tinggi yang kalian inginkan begitu kontrak ini selesai. Aku akan mempersiapkan album group ku mulai minggu depan’ ucap Bora.
‘Noona, semangat’ tukas Hanbin yang mengepalkan tanganya ke udara.
‘Aku awalnya tak suka dengan semua ini, namun setelah di jalankan semuanya terasa nikmat. Kita masih memiliki tiga video yang harus kita upload ke Channel Youtube. Mohon kerjasamanya’ ucap Hanbin dengan senyum tipis.
‘Aku juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Eonnie, bahkan aku kini di percaya untuk membuat costume debut group baru. Berkat Eonnie, karyaku lebih di kenal oleh yang lainnya’ ucap Seolhyun yang menatap Bora, yang di tatap hanya tersenyum.
‘Ah, kenapa suasananya jadi menyedihkan seperti ini? Mari kita bersenang – senang sebelum masuk ke perguruan tinggi’ ucap Woohyun dengan semangat.
‘Yeahhh…’ ucap yang lainnya dengan serempak.
‘Mari kita buat video tapi aku baru saja meng-upload sebuah video di Channel Youtube kemarin siang. Apa kalian sudah melihatnya?’ tanya Hanbin.
‘Sudah satu juta viewers, aku baru saja melihatnya di media online’ ucap Bora yang mengangkat ponselnya.
‘Aku saja belum lihat video yang Hanbin upload’ ucap Hyungwon terkejut.
‘Wah, kita benar seorang Idol sekarang’ ucap Hoshi tak menyangka.
₪
Hyungwon memasukan ponsel Woohyun yang tertinggal di dalam saku mantelnya.
‘Ah, ia memang ceroboh. Ponsel saja sampai tertinggal’ gumam Hyungwon.
Hyungwon membuka pagar rumahnya lalu berjalan menuju rumah Woohyun. Hyungwon membuka pintu rumah Woohyun, orang tua Woohyun sedang tidak berada di rumah.
‘Woohyun-ie’ teriak Woohyun.
‘Ke atas saja, orang tua ku sedang makan malam bersama’ ucap Woohyun dari kamarnya. Hyungwon menaiki tangan untuk ke kamar Woohyun, namun ia terpesona melihat seseorang yang ia jumpai saat menaiki anak tangga menuju kamar Woohyun. Seseorang gadis yang memotong pendek rambutnya, model bob yang lagi booming. Warna rambutnya yang coklat diganti menjadi warna abu – abu. Ia memakai gaun berwarna hitam panjang tanpa lengan dengan dada rendah. Hyungwon tertegun menatap Wooyeon.
‘Woohyun ada di kamarnya?’ ucap Wooyeon yang berlalu. Hyungwon melihat Wooyeon yang turun dari tangga. Baju yang Wooyeon kenakan memperlihatkan punggung Wooyeon yang indah.
‘Aish, buat salah fokus saja!’ gerutu Hyungwon yang kembali jalan menuju kamar Woohyun.
Hyungwon membuka pintu kamar Woohyun dan masuk. Woohyun sedang bercemin untuk mengecek penampilannya sudah rapih apa belum.
‘Kamu akan pergi?’ tanya Hyungwon.
‘Hanya ke malam penghargaan’ ucap Woohyun yang membetulkan posisi dasinya. Hyungwon menghempaskan tubuhnya di atas kasur woohyun dan melipat tanganya di atas kepala sebagai bantalan.
‘Sejak kapan Wooyeon Noona menjadi cantik?’ tanya Hyungwon.
‘Apa kamu sudah melihatnya? Baju yang ia kenakan buatan Seolhyun, tapi aku kurang suka dengan potongan rambutnya, ia terlihat lebih dewasa’ komentar Woohyun.
‘Entahlah’ ucap Hyungwon yang membuang nafas.
‘Jangan naksir dengan kakakku, akan aku pukul kau jika naksir dengannya’ ucap Woohyun dengan sedikit tertawa dan mempratekkan caranya memukul Hyungwon nanti.
‘Nih ponselmu, aku mau pulang dan tidur’ ucap Hyungwon yang meletakan ponsel milik Woohyun di tempat tidur lalu bangun dan berniat untuk keluar dari kamar Woohyun.
‘Hanya orang kesepian yang suka tidur’ ledek Woohyun.
₪
Seolhyun membetulkan pangkal kaca matanya, malam ini ia sudah janjian dengan Hanbin untuk menonton sebuah film yang ada di bioskop.
‘Apakah kamu sudah lama menunggu ku?’ tanya Hanbin yang berdiri di samping Seolhyun secar tiba – tiba, membuat gadis itu terkejut.
‘Ah, mengejutkan saja’ ucap Seolhyun yang mengelus dadanya.
‘Tidak usah berlebihan seperti itu, mereka tau kita adalah teman. Mereka tidak akan curiga kalau kita berpacaran’ ucap Seolhyun yang membuka masker yang Hanbin pakai. Aku hanya takut mereka curiga.
‘Mari kita nonton, aku telah membeli tiketnya’ ucap Seolhyun yang mengulurkan tanganya untuk mengandeng lengan Hanbin. mereka berjalan menuju ruang teater.
Hanbin dan Seolhyun mencari nomer bangku yang mereka pesan. Seolhyun duduk di samping Hanbin. Film yang akan di putar belum di mulai, beberapa orang mulai memasuki ruang teater dan duduk sesuai dengan bangku yang mereka pesan.
Hanbin menengok kearah Seolhyun yang sedang minum, ada sesuatu yang berkilau di leher Seolhyun — Kalung pemberian Woohyun.
‘Apa kamu sangat menyukai kalung itu?’ tanya Hanbin yang menatap layar putih yang ada di depannya.
‘Hah?’ ucap Seolhyun yang awalnya tak mengerti.
‘Oh ini, iya. Kalung yang bagus’ puji Seolhyun.
Hanbin menelan air liurnya, sejenak ia berfikir apakah ia berpacaran dengan orang yang benar? Ia merasa kalau ia mencoba untuk jujur dengan perasaanya.
₪
‘Film tadi bagus, yah?’ ucap Seolhyun ketika ia berjalan menuju rumahnya. Hanbin berjalan di sampingnya, ia masih teriam—tidak merespon sama sekali perkataan Seolhyun.
Melihat tingkah Hanbin, Seolhyun mencoba untuk berhenti berjalan. Ia melihat Hanbin yang terus berjalan dan tidak menyadari kalau Seolhyun tidak lagi berjalan bersamanya. Setelah beberapa langkah, Hanbin menengok ke kiri dan ke kanan lalu membalikkan tubuhnya. Seolhyun sudah berdiri dengan melipat kedua tanganya di dada.
‘Kamu kenapa?’ tanya Seolhyun yang menghampiri Hanbin.
‘Aku hanya cemburu dengan Woohyun, ia banyak memberikanmu seseuatu lebih dari yang aku berikan’ ucap Hanbin yang memanyunkan bibirnya, lalu kembali berjalan. Seolhyun berjalan lebih cepat agar bisa menyamakan langkahnya dengan Hanbin.
‘Kalau begitu, mengaku saja’ Hanbin menghentikan langkah, lalu menatap Seolhyun. Hanbin kembali mengingat kali pertama ia menyukai gadis yang sedang berdiri di depannya. Saat itu, Woohyun yang lebih heboh darinya. Semua kenangan terus berputar hingga Hanbin menyadari kalau ia tak pernah melakukan apapun untuk Seolhyun.
‘Hanbin-a, Aku tidak bisa menolak setiap apa yang Woohyun berikan ke aku, itu akan terasa aneh dan membuat yang lain curiga. Ayo kita mengaku saja, tidak untuk mengaku ke dunia. Hanya mengaku ke sahabat mu saja’ ucap Seolhyun yang menatap Hanbin. Sejenak Hanbin menuduk lalu menengok ke kiri sebelum ia menatap Seolhyun lalu membuang nafas panjang yang terasa berat. Untuk sekali lagi, Hanbin menatap Seolhyun.
‘Sahabat ku? Mereka juga sahabat mu!’ ucap Hanbin dengan nada yang sedikit tinggi.
‘Seolhyun-a, mari kita putus’ ucap Hanbin.
‘Apa? Coba katakan sekali lagi?’ ucap Seolhyun yang menatap Hanbin dengan terkejut.
‘Mari kita akhir ini, aku mengalah’ ucap Hanbin yang jalan meninggalkan Seolhyun, namun berhenti beberapa langkah kemudia. Hanbin menengok ke Seolhyun yang masih berdiri di tempatnya.
‘Anak keras kepala’ ucap Hanbin yang berjalan menghampiri Seolhyun. Hanbin mengulurkan tanganya ke hadapan Seolhyun, gadis itu menunduk seperti menangis. Seolhyun mengangkat tanganya secara perlahan. Hanbin langsung menarik tangannya.
‘Sudah berhentilah menangis, aku bukan laki – laki jahat’ ucap Hanbin yang menarik Seolhyun. Hanbin mengantar Seolhyun hingga depan rumahnya.
‘Kita tetap sahabat’ ucap Hanbin yang menepuk tangan Seolhyun lalu pergi meninggalkan Seolhyun.
Adakah mantan yang menjadi sahabat?
₪
Dengan terburu – buru Wooyeon membuka pagar pintu rumahnya, ia hampir saja telat jika sekarang juga ia tidak berangkat. Wooyeon hanya berharap kalau jalan menuju Gangnam tidak macet.
‘Noona?’ panggil seseorang, Wooyeon menengok ke arah sumber suara. Seseorang itu berjalan mendekati Wooyeon yang berencana untuk membuka pintu mobil.
‘Aku ingin mengucapkan selamat atas penghargaan yang kamu dapat semalam’ ucap Hyungwon dengan senyum tipis. Yang di ucapkan selamat malah terdiam menatap Hyungwon.
‘Kenapa kamu selalu membuat aku bingung?’ Hyungwon sedikit bingung mendengar pertanyaan Wooyeon.
‘Aku hanya mengucapkan selamat atas penghargaanmu’ jelas Hyungwon. Wooyeon membuka pintu mobilnya, berniat untuk meninggalkan Hyungwon, namun Hyungwon dengan sigap menutup kembali pintu mobil Wooyeon.
‘Aku bahkan nyaris telat karena mu’ ucap Wooyeon dengan nada kesal.
‘Aku bahkan sudah telat karena mengucapkan selamat untukmu’ balas Hyungwon. Hyungwon mengengam tangan Wooyeon agar ia tidak dapat membuka pintu mobilnya. Wooyeon mengalihkan pandangannya lalu membuang nafas.
‘Selama ini kamu sangat baik kepadaku’ Wooyeon menatap Hyungwon, laki – laki itu hanya membalas tatapan Wooyeon tanpa ekspresi.
‘Kamu menemaniku belanja, kamu membantuku menulis banyak skrip yang terkadang membuat aku pusing. Hingga kamu menjemput aku saat mabuk berat, kamu mengantarkan aku pulang’ ucap Wooyeon. Hyungwon menarik nafas lalu memejamkan mata sejenak.
‘Karena kamu Noona ku’ ucap Hyungwon.
‘Karena aku mirip dengan Minsoo?’ tanya Wooyeon dan di tanggapi dengan angukkan kecil oleh Hyungwon.
‘Permisi, aku sudah telat untuk datang ke meeting kantor’ ucap Wooyoen yang mengisaratkan agar tangan Hyungwon melepas tangannya. Wooyeon masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Hyungwon yang masih berdiri disana.
₪