home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Jika Kamu Tau

Jika Kamu Tau

Share:
Author : Maisaveron
Published : 14 Feb 2016, Updated : 20 Jul 2019
Cast : Nam Woohyun, Kim Hanbin, Hoshi, Hyungwon, Seolhyun, Bora, Eunha
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |8642 Views |0 Loves
Jika Kamu Tau
CHAPTER 16 : Argumen (ep 16)

Da

Dalam udara yang dingin, Seolhyun tak merasa kedinginan saat memakan es cream yang baru saja ia beli. Di sampingnya duduk Hanbin yang sedang makan ramen cup.

‘Aku merasa ada yang aneh dengan hari ini’ ucap Seolhyun.

‘Apa?’ tanya Hanbin.

‘Hyungwon, anak pintar itu mana mungkin ia bertengkar’ ucap Seolhyun yang kembali memakan es cream miliknya.

‘Dia kan seorang laki – laki, bukannya laki – laki suka bertengkar?’ ucap Hanbin setelah menghabiskan mie nya.

‘Iya sih, Hyungwon berbeda dengan Woohyun. Aku merasa Woohyun sosok yang senang bertengkar. Ia si mulut besar, emosinya tak terkontrol dan mudah marah’ ucap Seolhyun yang mengingat – ingat kelakuan Woohyun.

‘Hentikan!’ ucap Hanbin dengan nada yang lebih tinggi, hal itu membuat Seolhyun seketika terkejut.

‘Kamu kenapa? Aku hanya berbicara tentang Woohyun’ ucap Seolhyun.

‘Hentikan!’ ucap Hanbin yang pergi meninggalkan Seolhyun sendirian.

‘Dia kenapa? Aneh sekali’ komentar Seolhyun.

 

Wooyeon membuka pintu kamar Woohyun tanpa mengetuk pintu.

‘Membuat kaget saja’ keluh Woohyun dengan wajah terkejut.

‘Kenapa? Kamu sedang menyembunyikan sesuatu?’ tanya Wooyeon, Woohyun langsung berdecak.

‘Aku sedang belajar, tidak menyembunyikan apapun. Memangnya Noona, banyak rahasia’ ledek Woohyun. Wooyeon berjalan masuk kedalam kamar Woohyun dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur empuk Woohyun. Sang pemilik kamar sedang duduk di meja belajarnya. Mengerjakan beberapa soal untuk masuk ke perguruan tinggi.

‘Buat apa belajar. Kamu sudah resmi di terima di sekolah sepak bola tanpa tes’ ucap Wooyeon.

‘Diam! Yang tau hal itu hanya keluarga kita. Bagaimana jika ada tau?’ tukas Woohyun.

‘Yah, kamu memang enak. Masuk sekolah tanpa tes dan tanpa syarat berkat membantu Bora dalam album Solonya. Sebenarnya ia juga berkontribusi juga. Ia bahkan mendaftarkan dirimu sebagai siswa baru di sekolah sepak bola secara diam – diam sebelum pertandinganmu. Bora pasti sangat menyukaimu’ ucap Wooyeon.

‘Omonganmu tak berdasar’ celetuk Woohyun.

‘Baiklah’ ucap Wooyeon yang bangun dari kasur milik Woohyun.

‘Aku ingin bertanya, apakah Hyungwon memiliki seorang kakak laki – laki?’ tanya Wooyeon. Woohyun menatap Wooyeon dengan terkejut, yang di tatap merasa aneh.

‘Ah, aku sudah yakin kau akan menatapku seperti itu. Aku hanya bertanya. Kemarin malam aku melihat Hyungwon berjalan bersama laki – laki yang di panggilnya Hyung. Bukankah ia hanya memiliki kakak seorang perempuan?’ ucap Wooyeon yang kembali mengingat – ingat kembali keluarga Hyungwon.

‘Jika memang ia memiliki kakak laki – laki, kau mau apa?’ tanya Woohyun sengit.

‘Lalu kemana kakak perempuannya?’ tanya Wooyeon.

‘Sudahlah, keluar dari kamar ku’ ucap Woohyun sedikit ketus.

‘Adik macam apa kau? Sungguh tidak membantu’ cibir Wooyeon.

Hoshi menekan beberapa angka untuk membuka pintu apartemennya. Rumahnya terasa sangat sepi. Seperti biasa, orang tuanya akan sibuk dengan bisnis  mereka dan kedua kakak nya akan sibuk dengan kasus hukum yang seakan tak pernah habisnya. Hoshi terkejut melihat kedua kakaknya duduk bersama di sofa panjang depan tivi.

‘Aku pulang’ ucap Hoshi tanpa melihat kakaknya.

‘Lihatlah, semenjak jadi artis ia tidak pernah tau sopan santun’ ucap Kwon Soo La — kakak pertama Hoshi.

‘Sudahlah, kamu masuk saja ke kamar. Istirahatlah’ ucap Kwon Soo Na yang melambaikan tanganya kearah kamar Hoshi.

‘Pantas saja jika dia menjadi lebih berani, kamu selalu membelanya’ ucap Soola.

‘Aku tidak membelanya, aku hanya ingin menonton acara tivi dengan tenang’ ucap Soona secara santai.

‘Kamu lihat adikmu, semenjak dia jadi artis dia jadi kurang sopan. Dia menari di atas panggung, bahkan aku malu saat bertemu dengan orang kantor’ cibir Soola.

Noona seperti netizen’ ucap Hoshi yang membuat kedua kakaknya terkejut dengan ucapa Hoshi.

‘Soonyoung-ie!’ ucap Soola yang memanggil nama asli Hoshi dengan nada sedikit kekesalan.

‘Aku rasa aku memilih jalan yang benar. Apa Ayah dan Ibu pernah melarang kalian untuk menjadi hakim dan jasa? Tidak bukan? Dan aku ingin memilih jalan hidupku sendiri. Aku ingin melanjutkan mimpi Ibu sebagai penari, karena itu—jika tidak suka tidak usah mengakui diriku sebagai adikmu’ ucap Hoshi menatap Soola.

‘Woooo.. Adik ku sudah besar’ komentar Soona.

Hoshi membungkukkan tubuhnya dan berjalan masuk kedalam kamarnya. Itu adalah hal yang terbaik, sebelum kakaknya menjadi marah besar.

‘Ya! Apa kamu tau kalau ia mulai mengungkapkan apa keinginannya sekarang’ ucap Soona yang menyengol bahu Soola yang duduk di sebelahnya.

‘Aku tau, tapi aku lebih senang jika ia menjadi seorang pengusaha. Ingat, dia adalah anak laki – laki satu – satunya di keluarga kita. Jika Ayah dan Ibu telah tidak ada, siapa yang mau mengurus semua perusahaan dan investasi miliki mereka?’ ucap Soola yang membuat Soona berfikir sejenak.

‘Entahlah, mungkin aku’ ucap Soona.

‘Kau? Apa kau mau meninggalkan pekerjaanmu demi perusahaan?’ tanya Soola dengan wajah serius.

‘Mungkin, bagaimanapun perusahan telah memberikanku segalanya. Bahkan ia mengeyekolahkan kita hingga luar negeri’ kenang Soona.

‘Aku tidak pandai dalam mengatur sebuah perusahaan’ keluh Soola.

‘Yah, serahkan itu kepadaku dan Soonyoung. Aku rasa kecerdasannya akan berguna jika orang tua kita telah pensiun. Sekarang izinkan ia menikmati masa mudanya’ ucap Soona dengan senyuman, Soola hanya dapat menarik nafas panjang.

Wooyeon melangkahkan kakinya menuju rumah Hyungwon, ia masih belum puas dengan jawaban dari Woohyun tadi.

‘Permisi’ ucap Wooyoen yang memasuki rumah Hyungwon.

‘Saudara kembar? Ada apa kamu kesini?’ tanya Minjae.

‘Tolong hentikan untuk mengatakanku kalau aku ini saudara kembarmu. Aku ini hanya punya adik laki – laki..’ ucap Wooyeon. Lalu ia terdiam.

‘Chae Min Jae maksudmu?’ ledek Minjae dengan tawa. Wooyeon masih terdiam, ia berfikir akan sesuatu. Itu tidak mungkin. Bagaimana bisa terjadi. Chae Min Jae? Chae Min Soo? Tidak mungkin. Kakak Hyung Won itu hanya Min Soo.

‘Sedang apa kamu disini?’ tanya ketus Wooyeon.

‘Aku berencana ingin mengikuti wajib militer’ ucap Minjae dengan senyuman tipis.

‘ Memangnya kau orang Korea? Lihat saja aksenmu itu, mirip orang Jepang’ Minjae menatap Wooyeon dengan datar.

‘Iya, Aku bahkan tinggal hampir seumur hidupku di Jepang’ jelas Minjae.

‘Kemana Paman dan Bibi?’ tanya Wooyeon saat melihat rumah kosong.

‘Oh, mereka pergi ke Jepang. Mengurus ke pindahanku ke Korea. Aku orang yang kurang paham akan hal itu’ ucap Minjae.

‘Manja sekali’ komenta Wooyeon.

‘Apa kamu kakaknya Hyungwon yang sesungguhnya? Bukannya kakaknya seorang perempuan?’ tanya Wooyeon yang membuat Minjae terdiam sejenak. Minjae menatap Wooyeon secara lekat – lekat.

‘Sini, akan aku tunjukan sesuatu padamu’ Minjae mengajak Wooyeon ke kamarnya.

‘Lihat itu, apa kamu pernah melihat foto itu?’ tanya Minjae yang menunjuk foto keluarganya. Di foto tersebut ada seorang gadis kecil yang berdiri mencium Ayah Hyungwon dan seorang anak kecil laki – laki yang mencium pipi Ibu Hyungwon. Gadis kecil itu tubuhnya lebih besar.

‘Itu foto keluarga Hyungwon, lalu kamu yang mana?’ tanya Wooyeon, dan Wooyeon terkejut ketika Minjae menunjuk sosok anak laki – laki dalam foto tersebut.

‘Aku tau, pasti Hyungwon selalu mengaku kalau anak laki – laki itu adalah dirinya. Saat itu Ibu sedang mengandung, sudah sekitar lima bulan umur kandunganya’ cerita Minjae,

‘Lalu kemana sekarang Minsoo?’ tanya Wooyeon penasaran.

‘Dia telah damai. Pada tahun pertama kelahiran Hyungwon, kami sekeluarga berniat untuk pindah ke Jepang. Saat itu Hyungwon tidak bisa kami bawa ke Jepang karena kondisinya yang masih lemah. Ibu menitipkan Hyungwon pada nenek di Seoul. Kami sempat hidup di Jepang hampir satu tahun hingga sebuah kecelakaan besar menimpa kami. Pada saat itu Ayah tidak ikut, ia sedang mengoperasi orang. Aku, Minsoo Noona dan Ibu kecelakaan sore itu. Kami bertiga di larikan ke rumah sakit tempat Ayah bekerja dan kami bertigapun kritis. Ayah sangat panik saat itu. Ia bekerjasama dengan dokter lainnya. Aku di tangani oleh dokter lainnya karena kondisi ku tidak separah kondisi Ibu dan Minsoo Noona. Namun takdir berkata lain, Minsoo Noona pergi meninggalkan kita semua di tangan Ayah. Ayah tidak dapat menyelamatkan Minsoo. Untukku Minsoo Noona tetap hidup, karena mata dan hatinya aku pakai hingga hari ini. Walau kondisi ku tidak separah Minsoo Noona, namun aku sempat mengalami gagal hati setelah dua hari di rumah sakit dan kedua mataku rusak pasca kecelakaan. Tahun itu adalah tahun tragis untuk keluarga kami. Kami kehilangan pianis kebanggaan kami; Chae Min Soo’ Minjae mulai meneteskan air matanya, ia tak kuat mengenang masa lalu.

‘Bahkan setelah Minsoo Noona meninggal, Ibu masih belum menerimanya. Ia masih mengira aku adalah Minsoo nya yang hilang’ ucap Minjae dengan linangan air mata.

‘Hyung!’ panggil Hyungwon. Tangan Hyungwon telah membuka setengah pintu kamar Minjae. Entah sudah dari kapan Hyungwon berada disana, tapi ia terkejut melihat Minjae yang menangis.

‘OH, Hyungwon-a. aku mencarimu tadi’ ucap Wooyeon yang mengalihkan perhatiannya, Minjae masih menangis. Ia menutupi wajahnya dengan tangan kirinya.

‘Pulanglah! Tempatmu bukan disini’ ucap Hyungwon dengan suara pelan.

‘Hyungwon-I, aku bisa jelaskan’ ucap Wooyeon.

Noona buat apa ada disini? Ini masalahku dengan keluargaku. Untuk apa kamu perduli? Siapa kamu?’ bentak Hyungwon, Hyungwon benci mengakui pada dunia kalau kakaknya sudah pergi meninggalkannya. Wooyeon hanya menunduk, ia hanya terdiam.

‘Aku akan pulang’ ucap Wooyeon, dengan langkah berat, ia berjalan meninggalkan kamar Minjae.

‘Kau tidak perlu kasar seperti itu kepada Wooyeon, aku tau kalau kau merasa bersalah dekat dengannya karena ia mirip dengan Minsoo Noona’ Ucap Minjae yang menatap Hyungwon ketika Wooyeon telah pulang.

‘Aku minta maaf’ gumam Hyungwon yang membungkukan tubuhnya.

‘Pakai jaket mu jika tidak mau terkenal flu’ Woohyun melempar jaket ke wajah Wooyeon, yang di lepari jaket tidak bereaksi. Woohyun berjalan mengahampiri Wooyeon yang sedang berdiri di depan balkon kamar Woohyun.

‘Ada apa?’ tanya Woohyun yang melihat kakaknya, Wooyeon masih tak menjawab. Woohyun mengambil jaket yang menutupi wajah Wooyeon, namun Wooyoen malah memeluk erat tubuh Woohyun hingga Woohyun terkejut.

‘Ada apa? Ceritakan kepadaku’ ucap Woohyun.

‘Hyungwon’ ucap Wooyeon yang mulai terisak. Woohyun mengusap punggung Wooyeon.

‘Cepat katakan kepadaku kenapa kamu menangis, sebelum aku memukul Hyungwon’ ucap Woohyun dengan nada sebal, Wooyeon melepas pelukannya.

‘Jadi benar kalau Hyungwon memiliki kakak laki – laki?’ tanya Wooyeon, Woohyun hanya menatap datar wajah Woohyun.

‘Jadi kamu menangis karena hal itu? Kekanak-kanakan’ cibir Woohyun.

‘Entahlah, aku merasa di bohongi saja, seharunya Hyungwon lebih jujur kepadaku’ ucap Hyungwon.

‘Kamu kenapa? Aku tau kalian dekat, tapi bukannya ini sedikit berlebihan? Yang mengetahui tentang kematian Min Soo Noona hanya keluarga Hyungwon dan Honey, tidak ada yang tau selain kami’ Ucap Woohyun.

‘Tapi? Aku hanay merasa di manfaatkan’ bantah Wooyeon.

‘Kamu harus mengerti jika kepergian Minsoo Noona adalah suatu hal yang menyakitkan, jadi Hyungwon menyembunyikan ini untuk menghargai perasaan Ibunya’ ucap Woohyun yang menepuk – nepuk bahu Wooyeon.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK