Walau matahari bersinar terik tapi udara tetap terasa sejuk. Musim dingin terasa sudah di depan mata. Orang – orang mulai memakai jaket saat keluar dari rumah. Seorang laki – laki bertubuh tinggi mengerek kopernya. Ia berjalan keluar dari bandara. Ia membuang nafas ketika mengetahui bahwa tidak ada satu orangpun yang menjemputnya. Laki – laki itu membuka kaca mata dengan kesal. Bagaimana mungkin keluarganya membiarkan ia sendirian di bandara? Ia tak tau cara untuk pulang kerumahnya. Laki – laki itu menarik kopernya. Ia berjalan keluar dari bandara dan mencari taxi yang akan mengantarkannya pulang.
Setelah mendapatkan taxi yang akan mengantarkannya pulang, laki – laki itu masuk kedalam taxi.
‘Tolong antarkan saya ke Mapo Gu, rumah Nam Kyu. Apa Ahjjusi tau?’ tanya laki – laki itu.
‘Apa kamu anaknya? Sepertinya Woohyun tidak seperti mu’ ucap supir taxi tersebut, laki – laki tersebut terdiam sejenak.
‘Aku keponakan Nam Kyu’ dusta laki – laki itu.
‘Baiklah. Aku ingin meminta tanda tangan keluarga Nam Kyu. Istriku sangat menyukainnya’ jelas supir taxi tersebut.
‘Wah, ia memang terkenal di Negara ini’ gumam laki – laki tersebut.
‘Apa kau baru pulang dari luar negeri?’ tanya supir taxi.
‘Iya. Aku akan meminta tanda tangan keluarga Nam. Mungkin akan lama, karena mereka jarang di rumah. Ahjjusi, tinggalkan nomer mu. Aku akan menghubungimu ketika aku sudah mendapatkan tanda tangan keluarga Nam’ ucap laki – laki tesebut.
‘Benarkah, terimakasih sebelumnya’ ucap supir taxi itu.
Laki – laki yang ada did alam taxi itu mengendarkan pandanganya. Ia memandang perjalanan dari bandara Gimpo menuju Mapo Gu. Negara ini cukup banyak banyak berubah. Laki – laki itu mengenang terakhir ia menginjakan kaki di tanah kelahirannya.
‘Sudah sampai’ ucap supir taxi tersebut.
‘Terima kasih Ahjjusi’ laki – laki itu memberikan selembar uang dan menolak kembalian yang supir taxi tersebut berikan. Laki – laki itu turun dari dari taxi dan membuka bagasi taxi untuk mengambil koper miliknya.
‘Tidak banyak yang berubah’ gumam laki – laki tersebut. Ia menarik koper miliknya masuk ke dalam gang. Beberapa rumah sudah di removasi menjadi lebih baik. Laki – laki itu berjalan perlahan.
‘Permisi, ada yang bisa saya bantu?’ tanya seorang gadis yang merasa aneh melihat laki – laki tersebut.
‘Ah tidak usah, aku dahulunya tinggal disini. Aku sedang melihat – lihat saja’ ucap laki – laki tersebut. Laki – laki itu langsung menengok ke arah pagar pintu yang tiba – tiba terbuka. Woohyun keluar dari pagar pintu tersebut.
‘Woohyun-a’ sapa laki – laki tersebut. Gadis yang tadi berbicara dengan laki – laki itu terkejut karena Woohyun mengenal laki – laki tersebut.
‘Minjae Hyung?’ ucap Woohyun yag terkejut melihat laki – laki tersebut.
‘Sudah lama tidak bertemu, apa kabar?’ tanya Minjae.
‘Baik. Aku tak menyangka kalau Hyung akan pulang ke Korea’ ucap Woohyun.
‘Dia siapa?’ tanya gadis yang tadi berbicara dengan Minjae.
‘Seolhyun, kenalkan. Ini Chae Min Jae. Ia adalah kakak Hyungwon’ ucap Woohyun yang memperkenalkan Minjae.
‘Oh, Annyeonghaseo. Saya Kim Seol Hyun. Saya teman sekolah Hyungwon’ ucap Seolhyun yang membungkukkan tubuhnya di hadapan Minjae. Tapi saat membungkukkan tubuh, Seolhyun teringat sesuatu.
‘Senang bertemu denganmu’ ucap Minjoo.
‘Ayo Hyung kita kerumah’ Ajak Woohyun yang membawakan koper milik Minjae ke rumah Hyungwon dan meninggalkan Seolhyun sendirian.
Woohyun membuka pintu rumah Hyungwon. Seperti biasa, rumah selalu sepi. Hyungwon pasti sedang tidur. Woohyun memasukan koper milik Minjae ke dalam rumah.
‘Wah, sudah lama aku tak pulang’ gumam Minjae saat melihat sekitar rumahnya.
‘Akupun tak pernah melihat kamu berada di rumah ini’Ucap Woohyun.
‘Ya Woohyu-ie! Berheti untuk membuat ke gaduhan di rumah ku. Aku sedang belajar’ teriak Hyungwon dari kamarnya, beberapa detik kemudia ia keluar dari kamarnya.
‘Oh.. Minjae Hyung?’ ucap Hyungwon terkejut. Ia tak menyangka kalau kakak nya aka pulang ke Korea.
‘Hai anak pintar’ sapa Minjae dengan senyum tipis.
‘Lihatlah, kalian hampir serupa’ komentar Woohyun.
‘Apakah kalian mau lapar?’ tanya Seolhyun ketika masuk ke dalam rumah Hyungwon.
‘Yah benar, kita harus makan. Bisakah kamu masakkan kami sesuatu?’ tanya Hyungwon.
‘Tunggu sebentar’ ucap Seolhyun yang jalan ke dapur rumah Hyungwon.
‘Kamu pasti lelah, istirahatlah di kamar’ Hyungwon mengajak Minjae masuk kedalam kamar.
₪
Minjae membuka pintu kamarnya. Ia mengendarkan padanganya. Rasanya sudah lama ia tak menginjak kamar ini. Kamar kecil ini masih sama seperti dulu. Mainannya sewaktu kecil tersusun rapih di atas meja, begitu juga dengan foto yang terpajang rapih di dinding kamar. Minjae rindu ke hangatan keluarga ini. Rindu keluarga ini saat ia masih kecil. Bulir air mata menetes, ia mengenang sosok gadis dua tahun lebih tua dari dirinya dalam sebuah foto.
‘Tidak, aku tidak boleh menangis’ gumam Minjae.
‘Kamu akan sedih jika aku menangis di kamar ini’ ucap Minjae yang menghapus air matanya. Ia memaksakan dirinya untuk tersenyum. Alasannya ia tak pernah kembali ke rumah ini karena gadis kecil itu sudah tidak ada.
‘Hyung, makanannya sudah siap. Ayo kita makan’ ucap Hyungwon dari balik pintu kamar Minjae.
‘Oh, aku akan kesana’ jawab Minjae. Ia menganti pakaiannya dan keluar dari kamarnya.
‘Selamat datang di Korea’ Sorak Hyungwon, Hoshi, Habin, Woohyun dan Seolhyun ketika Minjae keluar dari kamarnya. Ke lima anak itu meniup terompet, suasana rumah jadi bisinng.
‘Terimakasih’ ucap Minjae yang berjalan ke meja makan. Semuanya duduk pada tempatnya.
‘Hanbin-a, ternyata kamu sudah besar’ tukas Minjae yang melihat Hanbin, laki – laki itu hanya menatap datar Minjae.
‘Hyung, adikmu saja sudah besar. Masa aku terus – terusan menjadi bayi’ celetuk Hanbin yang membuat semua orang yang ada ri ruang makan tertawa.
‘Ternyata Hyung lebih tampan dari yang di foto. Jika kamu ke sekolah kami, pasti keterana Hyungwon akan musnah’ ucap Hoshi.
‘Aku berharap ia mengunakan ke gantenganya secara bijak’ ucap Minjae.
‘Hyung, kamu harus tau. Adikmu senang sekali menggoda Noona – Noona cantik. Hyungwon juga menggoda Noona ku’ ucap Woohyun yang langsung di bekap mulutnya oleh Hyungwon. Hal tersebut membuat Minjae tertawa. Mereka semua mulai berdoa lalu menyantap masakan buatan Seolhyun.
‘Aku pertama kali bertemu degan Woohyun beberapa tahun yang lalu. Saat itu ia sedang bertanding di Tokyo. Aku menonton pertandingan sepak bolanya’ cerita Minjae.
‘Woohyun berutung, bahkan aku pun tak pernah bertemu dengan Minjae Hyung saat ke Jepang’ ucap Hanbin.
‘Terakhir aku melihatmu, kamu masih bayi. Kamu terus menangis sepanjang hari. Sampai saat kau diam, aku akan kerumah mu untuk membuatmu menangis’ ucap Minjae yang membuat semuanya tertawa kecuali Hanbin.
‘Sudah, habiskan makanan kalian. Berterimakasihlah kepada gadis cantik yang membuatak kita makanan’ ucap Minjae dengan senyum tipis.
‘Hyung, Seolhyun milikku. Kamu tidak boleh naksir dia, yah’ gumam Woohyun yang menutupi wajah Seolhyun dengan tanngannya. Namun prilaku Woohyun tersenbut membuat seseorang menengok ke arahnya.
₪
Entah untuk berapa kali Wooyeon harus memandang tas karton miliknya. Sore ini ia sedang berdiri di depan pagar rumahnya. Wooyeon melempar pandanganya ke arah rumah Hyungwon. Harapannya kandas setelah melihat kalau bukan Hyungwon yang keluar. Ia melihat pria yang mirip dengan Hyungwon, namun wajahnya lebih manly dari Hyungwon. Tubuhnya jangkung seperti Hyungwon, namun hidungnya sedikit bengkok—seperti bekas kecelakaan. Kulit laki – laki itu lebih gelap dari Hyungwon. Laki – laki tersebut membawa Bum keluar dari rumah Hyungwon.
Wooyeon memperhatikan setiap langkah laki – laki itu hingga laki – laki itu berjalan di hadapan Wooyeon dan berhenti.
‘Benar mirip’ ucap laki – laki tersebut di hadapan Wooyeon.
Wooyeon menatap laki – laki itu aneh, merasa ada yang janggal dengan perkataannya.
‘Siapa sih kamu? Dasar orang aneh’ gumam Wooyeon yang berjalan ke rumah Hyungwon.
Woyeon berjalan memasuki rumah Hyungwon. Ia sedikit mengoceh sepanjang jalan.
‘Ada apa?’ tanya Ayah Hyungwon.
‘Oh, Paman. Annyeonghaseyo’ sapa Wooyeon yang membungkukkan tubuhnya.
‘Tidak Paman, barusan aku bertemu dengan seseorang yang aneh sekali. Ia mengatakan “Benar mirip” auhhhh.. membuat takut saja’ ucap Wooyeon yang meniru perilaku laki – laki yang barusan ia temui.
‘Hati – hati lah, Nona cantik’ ucap Ayah Hyungwon.
‘Paman, apa Hyungwon ada?’ tanya Wooyeon.
‘Ada. Ia sedang belajar. Tolong bantu Hyungwon untuk belajar agar ia tetap mendapatkan ranking satu’ ucap Ayah Hyungwon.
‘Baiklah Paman’ ucap Wooyeon yang masuk ke kamar Hyungwon.
‘Noona?’ ucap Hyungwon terkejut ketika melihat Wooyeon masuk ke dalam kamarnya.
‘Anak rajin, kamu masih belajar di hari libur’ puji Wooyeon.
‘Aku hanya ingin masuk perguruan tinggi yang aku mau’ ucap Hyungwon yang di akhiri dengan senyuman.
‘Ini aku berikan hadiah untukmu. Semoga kamu menyukainya’ Wooyeon menyodorkan tas karton yang dari tadi ia jinjing.
‘Terimakasih Noona’ ucap Hyungwon dengan Senyuman.
‘Itu hadian karena kamu beberapa kali membantuku dalam menulis naska drama. Hari ini adalah penayangan episode terakhir. Semoga ratingnya di atas 29%’ harap Wooyeon.
‘Aku bangga kepada Noona, kamu memang hebat’ ucap Hyungwon dengan senyuman.
‘Baiklah, aku akan pulang’ Pamit Wooyeon.
₪
Bel tanda kelas usai seperti pintu surga yang di bukakan kembali. Seluruh murid yang ada di kelas mengatakan kata ‘Yey’ sebagai tanda mereka senang dengan adanya bel.
‘Aku akan berterimakasih dengan penemu bel, ia membuatku selalu senang setiap mendengarnya’ ucap Hoshi.
‘Itu karena kamu tidak bisa terlalu fokus dengan sebuah pelajaran’ celetuk Hanbin.
‘Belajarlah yang rajin, kita harus masuk perguruan tinggi favorite’ ucap Woohyun.
‘Aku ingin memakai baju bebas, aku bosan memakai seragam’ keluh Hyungwon.
‘Hai. Ayok kita makan siang, aku lapar’ ucap Seolhyun yang menghampiri ke empat temannya yang sedang duduk bersama. Seolhyun baru saja kembali dari toilet.
‘Ayo, aku sudah lapar sekali’ ucap Hyungwon yang merangkul bahu Seolhyun dan mengajaknya untuk pergi ke kantin.
‘Seolhyun-a’ panggil Woohyun. Yang di panggil menengok ke arah sumber suara. Woohyun menyodorkan sebuah tas karton ke hadapan Seolhyun. Dengan rasa takut, Seolhyun melirik ke arah Hanbin yang berdiri di samping Woohyun.
Woohyun menari tangan Seolhyun untuk mengengam tas karton yang di berikannya olehnya.
‘Apa isinya?’ tanya Hoshi penasaran.
Seolhyun melihat isi tas karton yang di berikan oleh Woohyun. Sebuah bantal leher dan bantal kecil yang di gunakan untu duduk.
‘Woooo… Woohyun sangat perhatian’ ledek Hyungwon.
‘Gunakan itu saat kamu mendesain pakaian atau saat kamu belajar di perpustakaan’ ucap Woohyun.
‘Terimaasih, Woohyun-a’ Woohyun tersenyum mendengar ucapan Seolhyun.
‘Ayo kita makan, aku sudah lapar’ Ucap Hanbin yang jalan lebih dulu.
‘Ya! Tungguin’ teriak Hoshi.
₪