CHAPTER 6 : Apa Yang Terjadi? Suho merasa bosan disana, menurutnya perbincangan para siswi itu sangatlah tidak penting untuk di dengar. "Aku ingin kekamar" ucapnya lalu berdiri. "O? Sehi-ya apa kau sakit?" Tanya yeri. "Aku hanya masi mengantuk, aku ingin tidur sebentar hehe" alasan logis untuk meninggalkan rombongan itu. "Oke aku akan membangunkan mu jika masuk nanti" bora menawarkan diri. "Nde gamsamida" ucapnya lalu pergi.
"Yeoboseo" nam joohyuk tampak menerima terlfon. "Ne, aku segera kesana" ujarnya. "Apa mereka sudah datang?" Tanya rain. "Asisten ku sudah tiba" jawab nam sambil memasukan ponsel miliknya kedalam saku celana. "Oo" kata rain. "Pemotretan hari ini akan di lakukan di sekolah mu, apa kau mau ikut melihat?" Ajak nam. Rain menggeleng "sebentar lagi masuk" jawabnya. "Oke, jika kau bosan kau bisa menghampiri ku" nam hendak berdiri. "Oke" jawab rain. Setelah nam pergi tak lama rain menuju kamar.
Ketika rain membuka pintu ia sedikit bingung mengapa pintu kamarnya tidak terkunci, dan melihat suho sedang berbaring di kasur. "Oh rain-ssi" suho langsung berdiri melihat keberadaan rain di ambang pintu. "Mian aku masi mengantuk jadi aku kembali ke kamar, tapi jika kau ingin menggunakan kamar ini aku akan keluar" suho hendang berjalan keluar. "Aku hanya mengambil laptop" ucap rain sambil berjalan kearah meja miliknya. "Ah nde" suho merasa canggung.
Laptop sudah di ambil, rain pun keluar. "Rain-ssi" panggil suho. Rain menghentikan langkahnya. "Apa kau masi marah soal ini?" Tanya suho hati hati. Tak ada jawaban, rain meninggalkan suho begitu saja. "Ey yeoja itu. Kau tau aku aku siapa?!!" Suho merasa kesal.
Rain menuju tempat biasa yang biasa ia kunjungi. Masi ada beberapa menit untuk memeriksa pekerjaannya sebelum bel masuk berbunyi ia langsung mengecek email dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Beberapa hari ini rain sedikit sibuk karena masalah yang terjadi sedikit masalah di perusahaan milik nam. Ia pun mendapat telefon dari seseorang yang telah menyelidiki kasus tersebut. "Ada apa?" Tanya rain. "Araseo, aku jemput aku 10 menit lagi" perintah rain lalu menutup kembali laptopnya dan bergegas.
Ia menuju ruang kepala sekolah dan langsung mengetuk pintu ruangan tersebut. "Ada apa rain?" Tanya kepala sekolah langsung. "Aku ingin meminta izin" ucap rain. "Ada masalah apa?" Kepala sekolah paham jika rain meminta izin pasti ada beberapa hal yang sedang tidak beres. Rain pun menjelaskan semua kepada kepala sekolah agar ia dapat di berikan izin. "Aku mengerti, kau akan menganti kelas mu setelah kembali nanti. pergi setelah anak anak sudah masuk kelas" kepala sekolah memberikan izin. "Nde gamsamida" rain keluar dari ruangan itu. Ia meraih ponsel miliknya dan menelfon seseorang "siapkan semua, aku akan kesana 40 menit dari sekarang" perintahnya.
Bell masuk sudah berbunyi dan para guru pun sudah masuk kedalam kelas untuk mengajar. Suho yang menyadari rain tidak berada di kelas langsung menanyakan kepada guru yang berada di depan. "Sam, rain belum masuk" ucapnya. "Hya untuk apa kau menanyakannya" sikut yeri. "Rain tidak dapat hadir dalam pelajaran hari ini" jawab guru itu seadanya. "Wae, perasaan tadi dia baik baik saja" pikir suho dalam hati. "Sudah ku bilang dia mendapat perlakuan khusus, dia bebas menghadiri kelas kapan saja" bisik jihyo. Suho tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Pelajaran di mulai, suho mulai merasa bosan dengan ucapan guru yang berada di depan. bagaimana tidak ia sudah mempelajari itu 3 tahun yang lalu. "Sam boleh aku ke toilet?" Suho meminta izin. "Nde, jangan lama" guru itu memberi izin. Suho pun keluar. "Hah yang benar saja aku harus belajar itu untuk kedua kalinya" suho tampak mengeluh dan berjalan ntah kemana. "O bukankah itu rain?" Suho melihat keberadaan rain tak jauh darinya. "Mau kemana anak itu" tanpa berpikir panjang suho mengikutinya. "Dia akan pergi?" Ucapnya heran melihat rain keluar dari gerbang sekolah. "Ah sudahlah untuk apa ikut campur" suho pergi begitu saja.
Tak jauh dari situ nam sedang melakukan pemotretan untuk sebuah brand olahraga. "Raina?" Pikirnya ketika melihat rain menuju gerbang. "Raina" teriak nam. "Raina" teriaknya sekali lagi tapi tampaknya rain tak mendengar. "Bisa tunggu sebentar" nam meninggalkan kru dan menghampiri rain. Ketika semakin dekat ia menghentikan langkahnya "orang itu.." Ucapnya sambil berpikir. Ia tak asing melihat wajah orang yang menjemput rain waktu itu. "Orang itu!!" Ia ingat bahwa orang itu yang telah menelfon rain melalui video call. "Apa yang terjadi" pikirnya.
"Rain!" Tariak nam tapi rain tetap menghiraukan. "Noona mian tapi bisa kau bilang pada mereka untuk mengundur pemotretan ini" teriak nam lalu mengejar mobil rain. "Hya joo hyuk kau mau kemana?!" Teriak asisten nam. "Aku harus mengejarnya" nam berlari menuju sekolahnya.
"Kim jinhwan!" Teriak nam mencari keberadaan jinhwan. "Ia berada di studio tari" jawab siswa lain. Buru buru nam langsung menghampiri jinhwan. "Hya kim jinhwan!" Teriak nam. "Hya mengapa kau berteriak?" Jinhwan merasa heran. "Berikan kunci mobil mu" nam menarik kerah baju jinhwan. "Ah wae?!" Tanyanya. "Palli!!" Bentak nam. Jinhwan pun memberikannya "hya hyuk-a ada..." Belum selesai ucapan jinhwan nam langsung berlari meninggalkannya. "Hya nam joo hyuk!" Teriak jinhwan. "Aish anak ini" jinhwan ikut berlari. "Hyung" panggil yunhyeong. "Kau urus ini" jinhwan langsung mengejar nam.
Di sekolah mereka di larang untuk membawa mobil tapi tidak berlaku untuk jinhwan. Jinhwan adalah seorang murid pemberontak, menurutnya peraturan di larang membawa mobil ke sekolah itu tidak logis. Ia memarkirkan mobilnya di luar sekolah agar tidak di ketahui oleh pihak sekolah dan ia juga jarang menggunakannya. Mobil itu hanya di pakai jika sesuatu yang penting saja seperti kejadian ini. "Hya hyuuk-a ada apa?" Tanyanya setelah mereka memasuki mobil. "Aku melihat raina keluar tadi" jawabnya singkat sambil menamcap pedal gas. "Lalu?" Tanya jinhwan lagi. "Ia tampak buru buru, aku melihat orang yang ada di video call itu" ucap nam sambil mencari keberadaan mobil rain, ia yakin mereka tidak terlalu jauh. "Aku mengeti" jinhwan tau apa yang di pikirkan nam.
Di perjalanan rain sibuk membaca berkas yang di berikan oleh orang yang seperti pegawainya. "Agassi sepetinya teman teman anda mengikuti mu" ucap orang itu yang dari tadi memperhatikan. "Woo bin arahkan mobil ini kekantor" perintah rain langsung ketika melihat mobil jinhwan di belakang mereka. "Nde" orang yang bernama woo bin itu menuruti ucapan rain.
Mereka pun tiba di sebuah gedung tinggi minimalis. "Tampaknya ia hanya kekantor" jinhwan melihat rain turun dari mobil. Nam tampak serius memperhatikan rain dan ia yakin rain tak mungkin hanya menuju kantor. "Kau hanya khawatir berlebihan joo hyuk" jinhwan menepuk pundak nam. Nam masi tetap dalam pandangannya. "Aku akan mencari tau apa yang di lakukan olehnya" jinhwan mengambil ponsel dalam sakunya dan menelfon sekretaris rain. "Oh baiklah, aku tutup telfonnya. Ne" ucap jinhwan dan memutuskan telefon. "Rain hanya ingin melihat beberapa file perusahaan untuk di tanda tangani, dan ia akan menghadiri rapat dengan perusahaan S untuk kerja sama. Lalu memeriksa berkas berkas menyangkut masalah brand mu" jelas jinhwan. "Nde noona" nam mendapat panggilan dari asistennya. "Kau harus kembali sekarang!" Terdengar suara teriakan di balik telfon. "Araseo" jawab nam.
"Ku harus balik kesana?" Jinhwan mendengar ucapan sasten nam barusan. Nam mengangguk. "Aku bisa tetap di sini menemani rain" tawar jinhwan. "Anni kita kembali, kau juga sedang berlatih bukan" nam memutar mobilnya menuju sekolah.
Rain memasuki gedung miliknya itu di dampingi oleh woo bin lalu menuju ruangan miliknya. Di sana sekretaris rain telah menunggu untuk memberikan apa yang telah di minta rain. "Apa kau sudah menyiapkannya?" Tanyanya langsung tanpa basabasi. "Nde, ini semua yang anda minta" sekretaris itu memberikan beberapa map kepada rain. Rain membaca dengan seksama sambil mendengarkan penjelasan.
Setelah butuh waktu 30 menit rain selesai. "Baiklah aku mengerti, woo bin-ssi apa kau sudah menemukan tempatnya?" Tanya rain. "Nde saya suka menyiapkannya" jawab woo bin. "Kita kesana sekarang" rain bangkit dari kursinya. "Ye" jawab woo bin. "Aku akan keluar mengurus beberapa hal, jika terjadi seusatu hubungi aku" ucap rain sambil merapikan baju. "Ne" sekretaris itu mematuhi. "Bawa berkas berkas itu" perintah rain.
*satu jam kemudian*
Mereka telah sampai di sebuah gedung. "Kau yakin ini tempatnya?" Tanya rain yang melihat kearah luar. "Nde agassi" jawab woo bin. "Baiklah kita selesaikan hari ini" rain keluar dari mobil. "Jika situasi mulai mendesak kau tau apa yang harus kau lakukan" ujar rain. Woo bin mengerti.
"Aku ingin bertemu direktur kalian" rain berbicara dengan resepsionis di depan pintu. "Apa nona sudah membuat janji sebelumnya?" Tanya resepsionis itu dengan sopan. "Bilang rain kim ingin bertemu" rain menekan ucapannya. "Tunggu sebentar" resepsionis disana seperti menelfon atasan mereka. "Anda bisa langsung keruangannya" kata resepsionis itu setelah mendapat persetujuan dari atasan. Mereka pun menuju ruangan dimana direktur perusahaan tersebut berada.
"Welcome" direktur itu menyambut rain. Rain hanya memberi senyum paksa. "Apa yang membawa seorang anak mafia kemari?" Tanya direktur itu seperti meremehkan. "Tak perlu berbasa basi kau sudah tau maksud kedatangan ku" rain duduk tepat di samping direktur. Woo bin memberi amplop coklat kepada rain. "Kau tau sedang berurusan dengan siapa, tapi kau bermain dengannya" ucap rain santai sambil memberi amplop coklat besar yang sudah disiapkannya. Direktur itu membuka amplop tersebut dan tampak kesal. "Ada pepatah mengatakan rusa tidak boleh membangunkan harimau yang sedang tertidur" kata rain. Direktur itu menatap rain dengan kesal. "Apa kau mengancam ku?" Ucapan sinis dari sang direktur.
Rain memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan direktur itu. "Tampaknya kau belum tau seperti apa aku" bisik rain. Direktur perusahaan itu mengepal kedua tangannya. "Apa yang kau ingin kan?" Tanyanya. "Aku memberi mu waktu 2 hari untuk menyelesaikan masalah yang sudah kau buat, atau kau akan tau sendiri akibatnya" jawab rain. "Hahahaha" direktur itu memaksakan tawa. "Kau tidak memiliki bukti bahwa aku yang telah menciptakan rumor itu, semua orang sudah tau bahwa brand tersebut mencuri hasil karya dari perusahaan ini. Dan mereka tampak percaya" ucap direktur itu bangga. Rain mulai memasang wajah serius. "Hey kau sudah memiliki banyak usaha dan uang, untuk menutup salah satu usaha mu ku rasa tak jadi masalah" direktur tersebut merobek amplop yang di berikan padanya.
"Woo bin" rain memberi perintah. Tanpa butuh waktu lama woo bin langsung memutar sebuah video bukti dan beberapa rahasia perusahaan milik mereka. "Neol!" Direktur itu seperti akan mengamuk. "Kau bisa bermain dengan ku tapi tidak dengan keluarga ku. Ku beri kau waktu 2 hari untuk menyelesaikannya, jika tidak ku pastikan kau dan perusahaan kecil mu ini akan menghilang dari bumi ini tanpa seorang pun yang tau" ancam rain. "Kau tak akan bisa melakukannya" teriak direktur itu. "Oh kau tau itu sangat mudah bagi ku" jawab rain enteng. "Kau tinggal memilih mengembalikan keadaan seperti semula atau menghilang" ucap rain dan langsung meninggalkan ruangan. "Kau awasi dia, jika dalam 2 hari dia tidak melakukannya maka kau tau apa yang harus kau lakukan" rain berlalu melewati woo bin.
Jam sudah menunjukan jam 8 malam. Setelah melewati hari yang panjang, rain ingin menghirup sedikit udara segar. "Woo bin-a turun kan aku di sungai han" pinta rain. Woo bin pun menurut. Tanpa butuh waktu lama mereka pun sampai di tempat tujuan. "Kau tak usah mengikuti ku, kembalilah. Aku ingin bersantai sebentar di sini dan pulang menggunakan taksi" ucap rain.
Ia pun berjalan jalan memutari sungai han menikmati angin malam yang berhembus menembut mantel hangat yang ia kenakan, tak bengitu banyak orang di sana malam ini. "Hah sudah lama aku tak bersantai seperti" rain menghirup udara di sekitarnya. Ia memutuskan untuk mengecek ponsel miliknya yang memang dari tadi di biarkan begitu saja. "Wah ada apa dengan mereka ckckck" ketika rain membuka handphone itu begitu banyak pesan dari nam dan jinhwan yang menanyakan keberadaannya. "Sebegitukah rindunya kalian kepada ku? Aigoo" dumel rain.
"Oy" seseorang memanggil rain dari belakang. Rain menghadap kebelakang dan "agh" rain berdeham. "N..nneeool" ucap rain terbata bata. Sebuah pisau tajam menancam mulus di perut rain. Orang yang mengenakan baju serba hitam, di lengkapi oleh topi dan masker untuk menutupi wajahnya tepat berada di belakang rain membawa pisau dan memanggil rain. Rain berusaha menahan tangan orang itu agar pisau yang di bawanya tidak masuk lebih dalam. "Sii siiapaa yang menyuruh mu?" Tanya rain. Rain menatap bola mata sang pelaki cukup lama sambil terus menahan. "Tit tit tit tit tit tit" sebuah alat berbunyi. "Kkk kkau tau aapa yang kkau lakukan adalah keebodoohan" rain tersenyum sinis pada orang itu. "Ah!" Rain mengumpulak seluruh tenaga yang ia miliki untuk menendang orang tersebut.
"Aku harus kabur darinya" ucap rain dalam hati. Rain berlari menuju tempat ramai sambil memegang perutnya yang sudah mengeluarkan banyak darah. "Sial dia masi masi mengejar ku, aku harus kemana?" Pikirnya panik sambil terus berlari. "Taksi" rain pun memanggil sebuah taksi yang lewat di depannya. "Akan berbahaya jika dia mengetauhi rumah ku, sebaiknya aku kembali ke asrama" pikirnya dan menyuruh supir taksi untuk mengantarkannya.
*kamar nam dan jinhwan*
"Tit tit tit tit" sebuah alat berbunyi. Jinhwan yang sedang bermain game di ponselnya sempat terhenti. "Oo bukankah itu..." Ucapnya. "Aish jinja!!" Jinhwan tampak panik dan membuka laptop yang tak jauh darinya. "Hya nam joo hyuk!" Teriak jinhwan. "Wae?" Nam yang sedang mandi pun merasa terganggu. "Sinyal darurat rain berbunyi!" Teriaknya. "Mwo?" Nam terkejut. Jinhwan lalu mengecek melalui laptop miliknya. Mereka bertiga memeliki alat antisipasi yang terpasang di sebuah jam, alat itu berfungsi untuk memberi sinyal darurat. Sudah lama alat itu tidak berbunyi dan biasanya yang berbunyi selalu milik jinhwan dan kali ini berbeda.
"Seusatu tidak beres" nam langsung keluar dari kamar mandi. Jinhwan membuka laporan tubuh rain saat ini "igo tanda merah di bagian perut sebelah kanan" jinhwan menunjuk gambar tersebut. Alat itu juga dapat membaca tubuh seseorang yang menggunakannya. "Jinja! Di mana dia sekarang?!" Tanya nam panik. "Aku sudah melacak ponselnya ia berada di sekitar sungai han" jinhwan masi sibuk mengotak atik laptopnya. "Lacak gps di tangannya" ucap nam. "Ia belum mengaktifkan gps miliknya" jinhwan menatap nam penuh rasa bingung. "Cari rain di seluruh sungai han sekarang" nam memerintahkan melalui telefon.
**