CHAPTER 4 : Pertemuan Rain memutuskan untuk menuju taman belakang sekolah yang tidak terlalu ramai di datangi orang. Ya disitu lah tempat rain bisa menghabiskan waktu karena suasana di sana cukup tenang. Ia pun membuka macbook lalu menelfon seseorang. "Bagaimana?" Tanyanya langsung. "Aku telah mengirimnya lewat email" ucap namja di balik layar. Rain pun langsung membuka email yang di berikan lalu membacanya dengan seksama. "Itu adalah hasil pengamatan ku" ujar namja itu. Rain pun mendengarkan dengan baik ketika namja itu menjelaskannya secara detail.
"Aku mau kau menemukan bukti lebih kuat, lakukan apapun yang bisa kau lakukan" perintah rain. "Ternyata kau di sini" bunyi suara namja yang tak jauh darinya. "Nam" ucap rain. Nam pun menghampiri rain dan melihat apa yang sedang di lakukan yeoja itu. "Raina" panggil nam membesarkan kedua bola matanya menatap layr laptop. "Aku akan menghubungi mu lagi" rain langsung memutuskan sambungan telfon lalu menutup laptopnya.
"Neol" nam menatap rain tak menyangka. Rain hanya diam. "Ku kira kau sudah melupakannya" ucap nam. Rain tersenyum sinis "melupakan? Bagian mana yang harus ku lupakan?" Tanya rain. "Raina, itu sudah lama sekali" nam tampak tak mengerti. "Mungkin kau dapat melupakannya, tapi aku tidak" jawab rain. "Raina ku mohon hentikan, kau tak bisa seperti ini terus menerus" nam meraih tangan rain seperti memohon. "Jika polisi tak bisa menyelesaikannya sampai tuntas maka akulah yang akan menyelesaikannya" rain menepis tangan nam. "Raina mau sampai kapan kau hidup didalam dendam, kau hanya akan menyiksa diri mu sendiri" ujar nam. "Ini akan berakhir jika semua sudah terungkap" jawab rain. "Anni, sampai salah satu di antara kami mati. Maka itu baru selesai" suara rain seperti bertekad untuk membunuh.
"Cukup, hentikan sampai di sini raina. Kau bisa melewatinya" nam meyakinkan. "Aku tak akan berhenti. jika ada seseorang yang menghalangi ku,aku tak akan segan segan menyingkirnya. Termasuk kau dan jinhwan. Jadi jangan coba coba menghalangi ku" rain menatap nam dingin dan pergi. "Jika ini berakhir, akankah kau kembali menjadi raina kim yang dulu?" Tahan nam. Rain menatap nam "raina yang kau kenal dulu sudah tidak ada, sekarang yang ada di hadapan mu adalah rain kim bukan raina kim" jawab rain. "Anni kau raina dan akan terap menjadi raina yang ku kenal dari dulu. Hanya saja saat ini kau tenggelam di dalam kegelapan mu sendiri, aku yakin suatu saat kau akan keluar dari kegelapan itu" kata nam.
"Oy" panggil jinhwan berlari menghampiri mereka, ia merasa ada yang tidak beres dari keduanya. "Ada apa?" Tanya jinhwan. "Aku tidak akan membiarkan mu melakukan itu sendirian, aku akan menarik mu keluar dari kegelapan mu dan aku tidak akan membiarkan mu masuk menuju jalan yang salah" nam tidak akan membiarkan rain melakukan hal buruk. Jinhwan tak mengeti ke arah mana omongan mereka. Rain menatap kedua sahabatnya itu "di dunia ini yang ku miliki hanya kalian, kalian sangat berharga untuk ku dan aku akan melakukan apapun untuk kalian. Tapi...." ucapannya seperti tersendat.
"Aku sangat mencintai orang tua ku, aku sangat menyayanginya,Mereka adalah orang baik" rain melanjutkan perkataannya. "Rain" jinhwan seperti sudah mengetahui arah pembicaraan. "Aku tak bisa melupakannya begitu saja" rain meneteskan air mata. Jinhwan langsung menarik rain dalam pelukannya "neol.... mengapa kau tak mengatakannya? mengapa kau hanya diam? Mengapa kau selama ini menutupinya?" Jinhwan akhirnya ikut meneteskan air mata mengingatkan sikap rain yang ternyata menyembunyikan kesedihannya. Ia tau betul gimana perasaan itu karena ia pernah mengalaminya. "Aku hanya tak ingin kalian terbebani, selama ini kalian terus berusaha menghibur ku. Bagaimana bisa aku...." Ujar rain. "Rain, kita adalah keluarga. Apa kau menganggap kami keluarga? Kau hanya perlu terbuka dan jujur dengan kami. Jika memang kau menganggap kami adalah keluarga mu" kata jinhwan.
Nam pun memeluk kedua sahabatnya itu. "Aku tak tau ternyata kita masi terjebak di masa itu. Mian selama ini aku masi belum bisa melindungi kalian, aku kurang memperhatikan kalian karena aku terlalu sibuk dengan urusan ku sendiri. mulai sekarang apapun yang terjadi kita harus saling terbuka dan tetap bersama" nam menyesali dirinya sendiri. "Anni, tidak ada yang perlu disalahkan di sini" ujar jinhwan. Mereka melepas pelukan mereka. "Lalu apa yang akan kau lakukan?" Tanya jinhwan. "Aku tak akan melibatkan kalian dalam masalah ini. Aku akan menyelesaikannya sendiri" jawab rain. "Raina" panggil nam. "Aku tak akan melakukan hal bodoh, aku berjanji" rain meyakinkan.
Mereka pun diam dalam pemikiran mereka masing masing mencoba untuk tak mengukit pembicaraan barusan. "Apa kalian lapar?" Tanya rain. "Anni, ah aku hanya ingin beristirahat lebih lama" jinhwan membaringkan tubuhnya. "Kau nam?" Tanya rain pada nam. Nam menggelengkan kepala. "Baiklah" rain ikut membaringkan dirinya nam pun ikut bergabung. "Hya ada apa kalian mencari ku?" Tanya rain yang sadar bahwa kedua bocah itu sedang berada di asramanya. "Aku ingin menanyakan sesuatu pada mu tadi" jawab nam. "Aku bosan, lalu nam menghilang. tadi aku mengintip kamar mu ternyata kau tak ada lalu aku menuju kemari" jawab jnhwan. "Ada apa kau mencari ku?" Tanya rain.
"Terjadi masalah, mereka mengatakan bahwa kami telah meniru produk mereka" ujar nam. "Hya mengapa kau tak bilang dari tadi" jinhwan menepuk nam. "Lalu bagaimana?" Tanya rain. "Mereka sedang menyelidikinya" jawab nam. "Baiklah ayo kita selesaikan" rain bangkit dan membuka laptopnya kembali. Mereka pun membuka berita hari ini dan benar, merwka telah memberitakan masalah ini lewat media. "Aku akan menyelidiki dari luar, nam kau selidiki dari dalam, dan jinhwan aku minta kau untuk menghentikan berita itu. Lalu cari tau dari mana sumber itu berasal" rain membagi tugas.
"Okee" jawab jinhwan penuh semangat. "Ayo kita singkirkan orang orang yang ingin menghancurkan usaha orang tua kita" rain tampak seperti mengancam. Mereka pun sibuk dengan urusan mereka masing masing, sesekali jinhwan mendumel lewat telfon dan rain membentak seseorang yang di telfonnya itu.
Karena terlalu sibuk mereka tidak menyadari bahwa waktu telah menunjukan waktu jam 3 sore. "Sepertinya ini sudah di rencanakan" rain mematikan telfon. "Aku sudah memblock semua berita itu, mereka sedang mencari siapa sumbernya" jinhwan memberi tahu. "Gumawo" nam merasa berterima kasih karena mereka telah membantu nam. "Ey apa kau masi harus berterima kasih? Kau ingat kalau itu milik mu berarti milik ku juga. Mana mungkin aku membiarkan perusahaan ku dalam masalah" jinhwan merangkul nam. "Kau tenang saja, serahkan semua pada ku. Akan ku bereskan" ucap rain sambil meregangkan tubuhnya yang kaku.
Rain melihat jam tangannya "sudah jam 3 aku harus kembali,kepala sekolah akan mengecek kamar satu persatu kalian kembalilah. Jika ada kabar terbaru akan ku beri tau" rain membereskan barang barangnya. "Araseo, kalau begitu kami pergi" pamit nam. Rain pun kembali ke asramahnya.
Rain tiba di depan pintu kamar miliknya. Ia lalu mengambil kunci dan memutarnya "oh mengapa pintu ini tak terkunci?" Pikirnya. Perlahan ia membuka pintu kamar tersebut, ia tampak bingung ada 2 orang yang berada di dalam kamar miliknya. "Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya rain tampak mengintrogasi. 2 orang tersebut tampak begitu kaget melihat kehadiran ya disitu. "Ah rain kau sudah sampai?" Ucap heri berbasa basi. "Sam untuk apa kau kemari?" Tanya rain. Ia melihat suho di sedang berbaring di ranjangnya "dan kau, untuk apa kau berbaring di situ" ucap rain tak suka. "Aish yeoja itu lagi" suho berdecak lalu berdiri.
"Rain biar ku perkenalkan teman sekamar mu" heri membuka pembicaraan. "Hah moya?" Rain memotong. "Mulai sekarang dia akan tinggal di sini" jelas heri. "Tidak! Heh kau pasti bercanda" rain meninggikan suara. "Namanya sehi, ia baru pindah kemari" sambung heri. "Hya!" Teriak rain. "Apa apaan dia sangat tidak sopan" ucap suho dalam hati. "Oy kau, pergi dari kamar ku sekarang" rain mengusir suho. Semua siswi langsung berhamburan menuju kamar rain untuk melihat apa yang terjadi. "Apa aku di usir?!" Suho ingin memberi pelajaran kepada rain tapi di tahan oleh heri. "Tahan suho jika kau marah semua berakhir" suho menenangkam dirinya.
"Keluar dari kamar ku sekarang!" Bentak rain sekali lagi. "Tidak ada yang berhak mengusir seseorang dari sekolah ini" kepala sekolah pun muncul. Rain tersenyum sinis "baiklah kalau begitu aku yang akan pergi" rain langsung mengemasi barang barangnya. "Bagus kau saja yang pergi" suho berkata dalam hati.
Rain pun telah selesai berkemas dan langsung membawa kopernya melewati heri dan kepala sekolah. "Kim raina" panggil kepala sekolah, rain menoleh kebelakang. "Ikut ke ruangan ku sekarang" kepala sekolah berlalu meninggalkan rain. Rain pun mengikutinya " letakkan koper mu" perintahnya.
Mereka pun memasuki ruangan. "Duduklah" perintah kepala sekolah, ia pun menurutinya. "Sebagai seorang murid kau tidak sepantasnya berteriak kepada seorang guru" ucap kepala sekolah. "Kita sudah membuat perjanjian, bahwa aku ingin satu kamar untuk ku sendiri" rain mengingatkan. "Aku tak bilang apa apa tentang perjanjian itu. Aku hanya menyetujui kau untuk bebas keluar masuk sekolah ini" kepala sekolah memperbaiki apa yang mereka sepakati. "Dengar walau eomanim mu dulu adalah sahabatku bukan berarti kau dapat bertingkah semau mu. Kau yang datang ke sini, maka kau yang harus mematuhi peraturan disini" ujar kepala sekolah.
Rain tampak tidak suka dengan ucapan kepala sekolah. "Jika kau tidak suka maka kau bisa pergi dari sekolah ini. Sekolah ini tidak melarang siapapun untuk mengundurkan diri, termasuk kau raina" sambung kepala sekolah. Rain tidak bisa keluar dari sekolah ini, ada beberapa hal yang masi harus di selesaikan di sini. "Sebelum eomanin mu meninggal ia menitipkan mu pada ku, selama ini aku memberikan mu kebebasan untuk pergi karena kau harus menggantikan mereka meneruskan perusahaan. Tapi semakin ku perhatikan sikap mu semakin berubah. Kau tidak mau berbaur dengan siapapun, kau selalu menyendiri, dan bahkan kau tidak mau berteman dengan mereka. Sudah cukup aku memberimu kelonggaran" kepala sekolah selama ini memantau perkembangan rain.
"Aku tidak perlu mereka, tanpa mereka aku bisa melakukan apapun sendiri. Aku beda dengan mereka" rain menjawab. "Tidak,kau sama dengan mereka. Hanya kau sedikit memiliki tanggung jawab. Kau bisa berbaur dengan mereka, tertawa, mengobrol, menghabiskan waktu liburan bersama. Kau hanya menutupi diri mu rain" kepala sekolah tidak setuju dengan ucapan rain. "Sehi akan tetap satu kamar dengan mu, kau tidak bisa mengusirnya. Perlakukan dia dengan baik, aku yakin kau akan cocok dengannya. Ku harap kalian bisa berteman" perintah kepala sekolah.
"Kepala sekolah.." Rain tak terima. "Tak ada bantahan jika kau menolak, aku akan menarik izin ku agar tak bisa keluar kemanapun. Kau mengerti? kembali ke kamar mu sekarang" perintah kepala sekolah. Rain pun meninggalkan ruangan menuju kamar.
Ia memasuki kamarnya kembali dan masi ada heri dan suho yang seperti menunggu kedatangannya. "Kau sudah datang rain?" Heri menghampiri rain yang berada di ambang pintu. "Sam kau bisa pergi sekarang" ucap rain. "Baiklah aku pergi, kalian beritirahatlah" heri keluar.
Suho berdiri terdiam "moya? Dia tak jadi pergi?" Pikirnya. "Kau, jangan mengurusi urusan ku dan tidak boleh berisik" rain berlalu menuju ruangannya. "Apa apaan dia" dumel suho.