home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > BOOK ONE

BOOK ONE

Share:
Author : Frohmafitri
Published : 04 Jan 2016, Updated : 04 May 2016
Cast : Kim Nara, Chanyeol exo, Siwon super junior , Baekhyun, Kai, Luhan, Kris, Jonghyun cnblue
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |2028 Views |1 Loves
BOOK ONE
CHAPTER 10 : BAB TUJUH PART I

BAB TUJUH

 

 

            Aku pasti ketiduran semalam, tapi waktu terbangun aku sudah terbaring di tempat tidur dan diluar jendela tampak terang. Aku tidak ingat pindah; Baekhyun pasti menggendongku ke kamar— ia juga meninggalkan segelas air di atas meja kecil di samping ranjang. Tenggorokanku kering kerontang. Kureguk habis isi gelasku.

            Perlahan-lahan aku bangkit. Aku merasa lemah dan mulutku tidak enak, tapi selebihnya aku baik-baik saja. kulirik jam.

            Delapan jamku sudah berlalu.

            Aku duduk di kursi, melipat lutut dan memeluk kedua kakiku. Ada yang tidak beres, mungkin lebih parah dari pada yang kusadari. Aku menelan ludah, berusaha mengenyahkan ganjalan yang tiba-tiba bersarang di tenggorokanku. Perasaan bersalah ke Siwon membuat kepalaku tertunduk dan bahuku terkulai.

            Aku memutuskan untuk mandi karena merasa sangat kedinginan, tapi air panas ternyata tidak bisa memengaruhi suhu kulitku. Aku masih kedinginan ketika akhirnya aku menyerah dan mematikan air. Aku membungkus tubuhku dengan handuk, lalu membuka pintu kamar mandi.

            Aku memakai blus rajut putih—celana tidur panjang lalu bergerak kearah dapur. Aku duduk di kursi, Baekhyun pasti keluar. Ia meninggalkan memo di atas bubur hangat yang masih mengepul. Aku keluar dan tidak lama. jangan melewatkan sarapanmu, oke? Tulisnya.

            Ku santap bubur buatannya dengan tenang.

            Aku tak memaksa diri, dan hanya makan setengahnya. Aku berdiri di ruang depan, berpikir tentang Kai yang bicara mengenai topik-topik aneh tentang teman-temannya.

            Aku tidak bisa menunda keingintahuan ini lebih lama lagi. Jadi aku menghampiri ruangan paling atas rumah ini dan menggeser sekotak alumunium silver di samping pintu. Sedikit membungkuk, memberi jarak dua senti dari box pendeteksi kornea. Mesinnya bekerja dengan gerakan cepat memindai seluruh mataku, setelah selesai pintu itu menggeser, jadi aku menghampiri meja belajar dan membolak-balik halaman buku yang sedang setengahku baca minggu lalu.

            Sambil menghela nafas aku berbalik dan mencari buku lain di rak buku yang memanjang dan mengitari seluruh dinding ruang ini. Aku menghentikan jariku yang baru ingin mencari buku lain, teringat buku yang ku pinjam di perpustakaan tempo hari. Segera saja aku keluar— melepas sandal dan menaruhnya diantara pintu dan tembok agar pintu tidak menutup lalu menuju parkiran bawah. Aku mengedarkan pandangan ke beberapa mobil disana, mencari mobil sedan putihku. Ada. Ku buka pintunya, ku keluarkan semua buku yang menumpuk di kotak dan bangku belakang. Berlari kecil, kembali ke atas—menendang sandal pengganjalnya. Pintu tertutup rapat.

            Aku mencari kata Teleportation.

            Tentu saja perlu waktu yang sangat lama. ketika aku menemukan ada banyak pengertian yang harus dibaca-mulai dari pengertian-penelitian-film-sulap; lalu aku mencari lagi dibuku lain dan menemukan sesuatu yang menarik perhatianku; Teleportation-frost-flame-mind-levit.

SAINS GILA

Manusia yang dapat berteleportasi? Atau dapat melawan gravitasi bumi? Manusia penyembuh dan pembuat salju?

Kedengarannya seperti cerita fiksi ilmiah. Namun, belum ada yang dapat membuktikan secara real tentang rumor yang sudah lama beredar sejak tahun 1973 itu. Tahun 1980-an, beberapa peneliti asia bekerja sama dengan organisasi rahasia guna menciptakan tekhnologi cloning yang canggih pada masanya. Rumornya mereka memodifikasi DNA yang terdapat pada hewan-tumbuhan dan organisme lain dan mengubahnya sebelum kemudian di gabungkan dengan DNA lain untuk menciptakan seperangkat gen yang sama sekali baru. Yang nantinya akan mereka masukkan atau gabungkan lagi ke DNA manusia.

Tahun 2007, ilmuan korea selatan mengubah DNA seekor kucing untuk membuat kucing tersebut bersinar dalam gelap. Mereka meng-clone kucing-kucing lain juga dan menjadikan itu sebagai bahan penelitian sampai dimana penelitian tersebut membuahkan hasil yang sempurna.

Belum ada yang tahu sampai saat ini bagaimana hasil dari permainan biotekhnologi tersebut. Namun di tahun 1983-an, rumor yang sempat terlupakan oleh dunia itu kembali mencuat ke permukaan. Konon, ilmuan-ilmuan tersebut terus melanjutkan penelitian dan telah menciptakan clone pada manusia sehingga terbentuk semacam gen dengan kemampuan luar biasa.

“Teleportation-Pyrokinetis-Hydrokinesis-Terrakinesis-Lunarkinesis-Aerokinesis-Telekinesis-Levitation-Vitakinesis-Chronokinesis-Electrokinesis-Chrokinesis”

Namun, rumor hanya sekedar rumor. Bukti ilmiahnya sampai saat ini belum ditemukan meski beberapa ilmuan dunia mencurigai bahwa penelitian tersebut sudah berhasil.

Beberapa ilmuan lain juga menganggap media hanya mengarang-ngarang cerita saja, karena pada saat itu terdapat virus yang menyebabkan semua wanita pada zaman itu mandul. Tidak bisa memiliki keturunan. Peng-clone-an tidak bisa mencapai titik dimana manusia dapat menciptakan semua imajenasi mereka ke dunia nyata. Banyak juga yang menyebutkan jika para ilmuan itu gila—

            Selain itu buku tersebut berisi daftar seluruh rumor tentang penelitian dan beberapa bukti serta fakta tentang peng-cloningan hewan dan tumbuhan di seluruh dunia, tersusun secara alfabetik di daftar isi. Pertama-tama aku membaca penemuan kucing yang bersinar dalam gelap lebih lanjut, aku membaca uraiannya dengan seksama, mencari apa saja yang tidak asing bagiku, apalagi masuk akal.

            Sepertinya seluruh penelitian tentang cloning DNA dan sebagainya ini berpusat pada ilmuan yang terobsesi pada kemungkinan-kemungkinannya sendiri; ada beberapa diantaranya yang terkenal kejam hingga menempuh berbagai cara dan fasilitas lainnya demi melancarkan kesuksesan karyanya. Mereka tidak mengkhawatirkan tentang ketidak sempurnaan hasil cloning pada binatang yang dijadikan model cloning.

            Ada beberapa catatan yang menarik perhatianku; Mark. Manusia pertama hasil tekhnologi cloning. Cloning manusia pertama yang merupakan sebuah keberhasilan para ilmuan barat dalam memanfaatkan sains yang akhirnya mampu membuat sebuah kemajuan pesat yang telah melampaui seluruh ramalan manusia. Cara ini di anggap sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas keturunan; lebih cerdas, kuat, rupawan dan hebat. Mark diduga mempunyai kemampuan menghitung angka luar biasa. Ia mengalahkan tekhnologi berhitung canggih apapun dimasanya. Namun Mark diketahui memiliki penyakit aneh yang diperkirakan itu efek samping dari peng-clone-an yang belum sempurna. Jadi, dimasanya itu peng-cloningan pada manusia di hentikan karena beberapa sebab dan lain hal.

            Tekhnologi itu juga mendapat tantangan dari berbagai penjuru dunia, sebab; di tangan ilmuan ‘hitam’, cloning bisa menjadi malapetaka.

            Rasanya lega ada catatan yang menyatakan bahwa itu tidak berhasil dan di hentikan pada masanya.

            Meski begitu secara keseluruhan rumor itu sempat berhasil namun gagal. Dan sampai sekarang belum ada konfirmasi lagi tentang kebenaran biotekhnologi itu. Lalu masalah lainnya, yang ku ingat dari beberapa kejadian yang telah terjadi terhadapku—tentang Kai yang menghilang dan masuk kerumahku. Tentang seseorang yang mampu memasuki kepalaku, tentang tubuhku yang baik-baik saja setelah terjadi perang kecil dengan Kris. Lalu Kris. Matanya. Kekuatannya. Hawa dingin yang ia keluarkan dari tubuhnya. ia melawan grafitasi beberapa kali. Berpindah-pindah ke sisi satu dan ke sisi lainnya dengan cepat.

            Merasa putus asa, kututup rapat-rapat buku itu, melemparkannya ke atas meja sembarangan. Di balik keputusasaanku, aku merasa sangat marah. Semua ini benar-benar konyol. aku keluar dari ruang baca itu, mencari udara segar yang dapat kuhirup. Kenapa sih aku ini?.

            Aku harus keluar rumah, tapi Baekhyun jelas melarangku melakukannya. Meski begitu aku tetap mengenakan sendalku, mengambil sweater rajut yang lebih tebal di lemari lalu menekan tombol hijau di bagian pojok kaca di kamarku, lalu perlahan kacanya menggeser kesamping, memberi celah sebagai pintu keluar dari kamar ke balkon sebelum menginjakkan kaki ke bibir pantai. Tanpa memeriksa cuaca lebih dulu aku langsung menghambur ke luar.

            Langit mendung, tapi belum hujan. Ku tinggalkan kamarku yang terbuka dan berjalan kaki ke selatan, melewati balkon kecil kamarku menuju bibir pantai. dalam waktu singkat, rumahku mulai mengecil-itu artinya aku sudah cukup jauh dari brangkas raksasa. Satu-satunya suara yang terdengar adalah bunyi bedebum ombak yang di ciptakan oleh angin musim dingin dan gemerisik pasir dari langkah-langkah kakiku.

           Aku terus berjalan kedepan semakin menjauhi rumah, kemarahanku pada diri sendiri terus mendorongku untuk maju.

            Aku memperlambat langkah ketika amarahku memudar.

            Aku duduk hari-hati dan perlahan membaringkan diri di atas pasir—menyandarkan seluruh tubuhku disana. ku pejamkan mata mencoba menghirup sebanyak-banyaknya udara musim dingin. Kurasakan udara dingin memenuhi paru-paruku. Seharusnya aku tidak seperti ini, tapi aku harus bagaimana? Langit-langit masih mendung dan sangat mirip dengan suasana hatiku sepuluh menit yang lalu. Marah—gelisah.

            Disini, diantara deru angin dan ombak yang terus menggulung, lebih mudah untuk menerima pengetahuan-pengetahuan baru yang membuatku resah di rumah tadi. Tekhnologi sudah canggih—dan semua rumor dari seluruh penjuru dunia itu mungkin saja sudah terjadi. Ilmuan itu mungkin saja sudah berhasil menciptakan manusia yang lebih hebat dari Mark.

            Ku paksakan diriku berkonsentrasi pada pertanyaan paling penting yang harus ku jawab, tapi aku enggan melakukannya.

            Pertama, aku harus menentukan apakah pernyataan di buku tentang pengetahuan itu benar adanya dan sudah berhasilkah? Reaksi pertama yang muncul adalah menentangnya. Rasanya tidak wajar dan gila mempercayai hal itu. Tapi lalu bagaimana? Pikirku. Aku membuat urutan dalam pikiranku mengenai hal-hal yang sudah terjadi: kekuatan mustahil, warna mata yang berubah, ketampanan yang abnormal, cepat, namun sebagian besar itu hanya tertuju ke Kris. Bagaimana aku menerima penjelasan tentang Kai? Bagaimana aku menerima orang-orang lainnya? Orang seperti Kris tidak hanya satu atau dua, sebelas? Jika memang benar tekhnologi itu ada, bagaimana mereka menciptakan manusia seperti itu di bumi ini?

            Mungkinkah mereka?

Well, mereka manusia. Jika memang sesuatu di luar itu telah terjadi. Pembenaran teori atau semacamnya, akan ku pikirkan lagi nanti. Entah itu manusia cloning versi buku ataukah manusia yang memiliki bakat hebat menurutku sendiri, Kai dan Kris untuk sementara ini bukanlah..... manusia biasa sepertiku. Mereka lebih dari itu.

            Jadi— untuk sementara. Mungkin itu jawabanku sekarang. Lalu, apa yang akan ku lakukan jika teori itu benar? Jika mereka benar hebat—aku tidak bisa memaksa otakku untuk memikirkan kemungkinan tersebut. Aku bahkan tidak lagi mempercayai kemampuan otakku lagi. Jika aku bercerita ke Siwon, ia pasti akan membawaku ke psikiater. Aku bergidik lebih ngeri ketika membayangkan aku bercerita ke Jong hyun. Ia benar-benar tanpa ragu akan memasukkanku ke Rumah sakit jiwa.

            Sepertinya hanya ada satu pilihan.

            Mengkonfirmasi sendiri dengan kedua mataku dan temui mereka semua. Toh mereka mengundangku? Yeah! Mereka yang mengundangku.

            Aku teringat akan pembicaraan singkat dengan Kai. Ponsel! Ingatku. Chanyeol meninggalkan pesan untukku.

            Aku langsung bangkit dari tempat pelarian ini, aku bergegas berlari di antara deburan ombak yang semakin keras, aku terkejut menyadari betapa jauhnya aku telah berjalan. Kulihat rumah kecil di ujung sana yang kokoh. Teramat kokoh bagi siapapun. Namun itu tidak berlaku untuk Kai.

            Hari sudah siang ketika aku masuk ke kamar. Aku mencari tas yang di letakkan Kai di ranjang. Itu dia. Ku buka kancing pengaitnya, mengeluarkan paksa semua isi di dalamnya. Dan dalam hitungan detik, semua isi tasku berceceran kemana-mana. Pulpen, booknote, kamera, ponsel, kertas-kertas kecil dan aku melihat memonya. Secarik kertas berwarna biru menyembul di antara pulpen dan ponselku. Ku tarik kertasnya untuk melihat apa yang ia pesankan untukku.

Hai? Merasa lebih baik, kan?

Sebelumnya maafkan tentang Kai. Aku akan menjelaskannya besok.

 Maaf juga atas kelancangan luhan tempo hari di rumah sakit.

Nara, sebaiknya kita bertemu. Hubungi nomorku jika kau bersedia.

Kai atau aku akan menjemputmu langsung.

Hubungi aku secepatnya. Oke?

Chanyeol

**

==>NEXT

synopsis bab 7 part 2^^

Sambil mengumpat, aku mulai membersihkan spons yang jatuh sudah terhitung belasan kali dari rumput dan serpihan pasir yang menempel. Ingin rasanya ku lempar benda yang sedang berusaha ku bersihkan ini kedalam semak-semak berduri di sebelah sana. Saking frustasinya, akhirnya ku lempar benda lembut tak bersalah itu ke dalam ember.

            “Kelihatannya kau butuh bantuan.”

            Aku terperanjat mendengar suara dingin itu.

***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK