Fanfiction : Rolling – ttoreureu [또르르]
Author : NnPark17
Main Cast : Park Jiyeon, L Infinite
Other Cast : JB Got7, Yoo Seung Ho, Krystal F(x), Sung Jong Infinite etc.
Leght : Chapter
Rating : +17
credit poster: Arin Yessy @ Indo Fanfictions Arts
-------------------------
Anyeong readers~~
Harusnya ini bagian dari chapter 4.
Tapi Sepertinya di akun dreamers gak cukup nampung semuanya. Jadi aku tumpahkan di Chapter 5.
Bagi yg punya Wattpad bisa cari cerita ini di akun Nnpark17. Dan sumbangkan voment kalian ya^^
Khamsahamnida for all^^
Happy Reading^^
-----------------
**Don't be silent readers.thx before after**
Please read, like, share and comment~
Gomawooo^^
Setiap orang memiliki definisi berbeda tentang cinta.
Bagi seseorang..
Cinta adalah 'melepaskan meski terasa menyakitkan'
Bagi orang lainnya..
Cinta adalah 'menyerah pada cintanya demi kebahagian orang yang kita cintai'
Terkadang dimulai dengan harapan,
Motivasi untuk hidup.
Dan misteri yang harus di pecahkan bagi orang lainya.
Terlepas dari itu semua,
Cinta adalah perasaan bahagia yang membuat jantung setiap orang yang merasakannya menjadi berdebar.
Dan juga,
Seharusnya cinta bisa membuat semua orang tersenyum bahagia.
Tapi tidak untukku.
Cause my definition about love is 'Love hurts whether it's right or wrong.
**
"Eoh. Gomawo." Kataku setelah mendengar jawaban dari yeoja yang berada di sebrang telephone.
....
"Jiyeon-ssi?" aku menoleh ke asal suara.
"Ne seonbaenim?"
"Persiapan sudah selesai." Katanya memberitahu.
"Ne.. aku akan segera kesana." Ku letakan handphone yang sebelumnya ku genggam di atas nakas dekat tempat tidur JB. Kemudian mengikuti langkah salah satu crew Star Competition.
**
-AUTHOR POV-
Hari yang di tunggu-tunggu bagi seluruh finalis Star Competition Kirin telah tiba. Seluruh peserta dan para crew acara tengah sibuk mempersiapkan pertunjukan akbar bagi seluruh masyarakat Korea Selatan yang sudah sangat menantikan wajah baru-pemenang-dari Star Competition yang tahun ini di adakan di Kirin.
Semua peserta nampak sibuk juga cemas dalam mempersiapkan lagu mereka untuk pertunjukan solo juga duet yang akan di pertandingkan hari ini. Tak terkecuali Kim Myungsoo yang tengah cemas menantikan rekan duetnya.
Handphone Jiyeon tidak pernah aktif, sekalinya aktif selalu saja sibuk. Myungsoo kehabisan akal untuk menghubungi yeojanya yg juga merupakan rekan duetnya itu. Bahkan sekarang Kim-sajangnim sudah mengetahui perihal hilangnya Jiyeon menjelang final Star Competition.
Karir Jiyeon sedang dalam bahaya. Pikir Myungsoo.
-KRREEKK-
"Mwohaeyo?" tanya Myungsoo pada yeoja yang baru saja memasuki ruang rias para finalis yang saat itu hanya ada Kim Myungsoo di dalamnya. Karena peserta yang lain sudah bersiap di backstage bersama pasangan duet mereka, untuk mengawali kontes hari ini dengan menampilkan performance category duet.
"Myungsoo-ya." Pantau yeoja itu sendu.
"Wae irae Krystal-ssi?" Myungsoo bangkit dari duduknya dan menghampiri Krystal cemas.
"Menyerahlah! Jangan sakiti dirimu sendiri!" kata Krystal masih dengan nada sendunya.
"Musun suriya?"
" Tinggalkan Jiyeon! Berhentilah menunggunya! Pergi... dan raihlah mimpimu sendiri!" Krystal mengguncang tubuh Myungsoo dengan kedua tangannya menggenggam bahu Myungsoo erat. Nada suaranya makin meninggi seiring dengan matanya yang mulai berkaca-kaca menatap manik mata Myungsoo.
Layar LED yang di gantung di ruang rias menunjukan bahwa Final Star Competition kini telah di mulai. Menampilkan sebuah acara kompetisi secara Live. Namun Final kali ini di mulai dengan cara yang berbeda, tidak ada Host Musik yang mengawali pembukaan Final Star Competition. Melainkan sebuah tirai putih yang kini memutar sebuah video live, menampakan seorang namja dengan pakaian pasien Rumah Sakit yang sedang duduk di kursi roda tengah menyanyikan satu bait lagu.
'haruharu saraganeun ge sesang sogeseo budijhineun ge.. himdeul ttae'
(hari demi hari, hidup ini saling beradu di dunia... saat hal ini menjadi sulit)
Mata Myungsoo membulat sempurna saat bait selanjutnya di nyanyikan oleh seorang Yeoja yang ia tunggu-tunggu.
'sumanheun saram sogeseo keu junge han myeongppuniraneun ge neukkyeojil ttae'
(Saat kau merasa seperti hanya kau sendiri yang keluar dari banyak orang)
sarangseureon nungillo nareul barabwahjuneun
(Aku melihat mata mu, menatap penuh cinta)
ni nuneul bomyeon nan teukbyeorhada neukkyeojyeo
(Kau menatapku, membuat ku merasa istimewa)
ttadeuthan ni pumeuro nareuranajumyeoneun
(Saat kau memegangku dalam pelukan hangatmu)
on mome sangcheoga modu amureoga
(semua bekas luka pada tubuhku terobati)
When we're together, when we're together
(Saat kita bersama, saat kita bersatu)
modeun ge kwaehnchanhajyeo apeun giyeokdeul sarajyeo
(Segalanya menjadi baik-baik saja, kenangan menyakitkan seakan menghilang)
When we're together when we're together
(Saat kita bersama, saat kita bersatu)
nan tashi haengbokhaejyeo nado moreuge misol jiyeo
(Aku merasa bahagia lagi, tanpa menyadarinya aku juga tersenyum)
Layar di TV LED itu mati. Myungsoo menekan tombol off pada remote tv yang entah sejak kapan ada di genggamannya. Ia tak sanggup lagi melihat tayangan itu. Hatinya bagai tertusuk sebilah pisau dan terbakar di saat yang bersamaan.
Krystal mengelus lembut punggung Myungsoo dan menyodorkan handphonenya yang nampak sedang menghubungi seseorang. Myungsoo meletakan remote tv yang hampir hancur ia genggam sekuat tenaga itu. Kemudian menyambut handphone yang Krystal berikan. Ia tahu siapa yang sedang Krystal hubungi dari layar handphone android milik Krystal itu.
"Algesseo. Aku menerima tawaranmu."
**
Di tempat lain. Di Luar Korea...
Seorang Yeoja tampak menyunggingkan senyum manisnya melihat ke-2 insan yang tengah menyanyikan lagu ciptaanya. Dengan setetes air mata yang nampak mengalir di pipi putihnya.
**
Jiyeon tergesa-gesa turun dari taxi yang membawanya ke Universitas Kirin. Ia sadar. Sudah telat untuk menyesali segala keputusannya yang bodoh. Namun Jiyeon tak mau tinggal diam merutuki kebodohannya, dan tetap berusaha mengejar namja yang begitu ia butuhkan untuk tetap berada disisinya. Meskipun 0% kemungkinannya untuk bisa berhasil.
"Mwohae?!" Jiyeon menoleh.
"Kau menyesal? Kini kau baru menyesalinya?" Jiyeon hanya menatap sendu yeoja yang saat ini sudah ada di hadapannya.
"Dia sudah pergi. Sesuai permintaan mu. Kini Kim Myungsoo benar-benar sudah pergi dan meninggalkan yeoja bodoh sepertimu." Suara yeoja itu meninggi.
"Kau baru menyadarinya? Kau baru sadar betapa berharganya Kim Myungsoo huh?" yeoja itu menatap tajam Jiyeon yang hanya diam mendengar semua ucapan sarkasme nya.
"Bukankah sudah ku bilang sebelumnya? Bahwa jangan menyesali keputusanmu setelah memintaku untuk membawa Kim Myungsoo lari meninggalkanmu." Katanya lagi tepat di telinga Jiyeon yang saat ini tengah menunduk.
Ya. Sebelumnya memang Jiyeon yang menghubungi Yeoja itu untuk meminta bantuannya membujuk Kim Myungsoo menerima tawaran dari Sung Jong. Jiyeon pikir itu adalah cara terbaik untuk tidak menyakiti hati Myungsoo terlalu dalam. Karena keputusan yang Jiyeon ambil dengan kembali menjadi rekan duet JB dan membantunya untuk bisa tampil di Final Star Competition. Membuat Myungsoo secara otomatis tereliminasi sebagai pasangan duet Park Jiyeon.
Sungguh egois bagi Jiyeon, jika berusaha menjelaskan semuanya pada Myungsoo dan memintanya untuk mengerti. Myungsoo sudah terlalu sering mengalah dan mencoba mengerti dirinya. Namun Jiyeon selalu saja berakhir dengan mengecewakannya. Maka itu, Jiyeon berharap dengan keputusan membuat Myungsoo menerima tawaran untuk bergabung dengan Woolim Entertaintment, akan mengurangi sedikit rasa bersalahnya. Setidaknya, Kim Myungsoo masih punya masa depan yang cerah bersama Woolim. Tidak seperti saat bersama dirinya yang penuh dengan masalah.
Flashback-
"Eoh. Gomawo." Kata Jiyeon pada seorang yeoja yang berada di sebrang telephone nya.
....
"Jiyeon-ssi?" Jiyeon menoleh ke asal suara yang memanggil namanya.
"Ne seonbaenim?" sahut Jiyeon.
"Persiapan sudah selesai." Kata Crew itu memberitahu.
"Ne.. aku akan segera kesana." Jiyeon meletakan handphone yang sebelumnya ia gunakan untuk menghubungi seseorang di atas nakas dekat tempat tidur JB. Kemudian mengikuti langkah salah satu crew Star Competition yang tadi memberitahunya.
**
Jiyeon mengamati saksama seorang namja yang tengah berada di kursi roda dengan sebuah microfone dan selembar note di tanganya.
Namja itu mulai menyanyikan lirik pertama dari lagu yang ia baca di note yang ia genggam.
"Mianhe Myungie-ya." Ucap Jiyeon sebelum masuk ke lirik berikutnya, ikut menyanyikan lagu duet yang Sora tinggalkan untuk mereka.
Meskipun terkejut. JB tetap melanjutkan lagu mereka hingga selesai, dan menyambut kedatangan Jiyeon dengan senyuman yang manis.
**
"Wae?" Jiyeon menatap JB tak mengerti. Kini mereka berada di taman Rumah Sakit Hanshin yang sejuk dengan hamparan rumput yang tampak begitu hijau sepanjang mata memandang.
"Yeogisseo mwohae, Jiyeon-ah? Bukankah kau harus berada di Kirin saat ini? Bagaimana dengan Kim Myungsoo, rekan duet mu?" Jiyeon menunduk mendengar pertanyaan JB.
"Jiyeon-ah." Pantau JB. Meraih dagu milik Park Jiyeon dan membuat yeoja itu menatap mata hazel miliknya.
Jiyeon masih tidak menjawab pertanyaan JB. Ia hanya menatap sendu dan mulai mengalirkan bulir-bulir air mata yang sebelumnya ia tahan.
JB meraih tubuh ramping Jiyeon dan membawa tubuh itu ke dalam pelukannya. Membiarkan yeoja malang itu menangis sepuasnya.
"Pergilah! Temui namja yang begitu mencintaimu itu." JB mengelus lembut punggung Jiyeon yang bergetar.
"Jelaskan semua padanya. Dan jangan biarkan namja yang juga kau cintai lari lagi dari mu." Jiyeon melepaskan pelukan JB dan menatap mata namja itu, berusaha memahami maksud perkataanya.
"Jangan biarkan dirimu menyesali keputusanmu. Jangan biarkan cinta mu pergi lagi dari mu. Dan jangan mencemaskan keadaanku!" Jiyeon terkejut.
Apakah namja ini sudah mengetahui tentang keadaan kakinya?-batin Jiyeon
"Gopjonghasseyo.. aku baik-baik saja." Kata JB lagi menyunggingkan senyum manisnya yang menampakan deretan gigi putihnya. Tanpa Jiyeon sadari ia juga tersenyum dengan buliran air mata yang masih mengalir lembut di pipinya.
Flashback end-
**
Langit Seoul nampak memahami perasaan dua anak manusia yang tengah larut dalam kesedihannya. Terjebak pada perasaan yang tak dapat mereka paksakan untuk ke-egoisannya masing-masing. Juga perasaan yang menurut mereka adalah keputusan yang terbaik untuk orang yang mereka cintai. Meskipun itu harus menipu hati mereka sendiri.
..
Ketika ku rasakan cinta telah datang,
Tiba-tiba kau mengatakan bahwa kau akan pergi,
Aku menunggu lama untuk ini,
Tapi kau katakan bahwa aku tak bisa melihatmu lagi,
Berakhir seperti orang bodoh,
Kisah cinta ku mengalir seperti air mata,
Sampai jumpa lagi.
Selamat tinggal.
Ketika nanti kita bertemu lagi,
Aku akan menjadi orang pertama yang mengatakan bahwa aku baik-baik saja,
Aku harap waktu berlalu dengan cepat,
Dan membawa ku kepadamu,
Aku harap kau akan memberitahuku sekali saja,
Bahwa kau juga baik-baik saja di tempat mu berada.
Dimanakah kau saat ini?
Apakah kau mendengar isi hatiku?
Aku merindukanmu..
Dari tempat ku saat ini aku tak bisa melihatmu lagi.
Jangan khawatir!
Aku baik-baik saja.
Terimakasih.
Selamat tinggal .
Dan sampai jumpa.
..
Myungsoo menatap langit Seoul dari jendela pesawat yang kini tengah menjauh dari Negara yang penuh dengan kenangan untuknya. Negara dengan sejuta kenangan yang harus ia tinggalkan. Bukan untuk waktu yang lama, hanya saja untuk memberi waktu bagi kenangan itu agar terlupakan atau melupakan bebannya dengan sendirinya.
**
Sudah terlambat untuk menyesal sekarang.
Sudah terlambat untuk memohon padamu untuk tinggal.
Aku sudah terbiasa memilikimu disisiku, meskipun tidak mengetahui bahwa ini adalah cinta.
Aku tidak bisa memanggilmu lagi.
Aku tidak akan pernah bisa memanggilmu lagi.
Aku ucapkan selamat tinggal meskipun bukan itu yang ku maksud.
Meninggalkan ku sendiri.
Aku rasa. Aku mengira kita hanya teman. Kau adalah sahabat terbaikku.
Aku mengira, ini hanya persahabatan. Dan hanya sebatas persahabatan.
Di saat aku merindukanmu seperti ini. Disaat aku sangat bersedih seperti ini.
Seperti orang bodoh. Aku menipu hatiku sendiri.
Ku bilang, mari kita berteman saja.
Ku bilang mari kita sebut ini persahabatan saja. Disaat aku tidak bisa hidup tanpamu. Bahkan jika itu menyakitkan. Bahkan jika aku menangis. Aku masih tersenyum seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Tak bisakah kau kembali ?
Tak bisakah kau memelukku lagi?
Bahkan jika hanya satu hari.
Bahkan jika hanya sekali.
Maukah kau mencintaiku lagi?
...
Jiyeon menatap pesawat yang baru saja lepas landas dari jendela raksasa milik Incheon Airport dengan buliran air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya.
Sebuah tangan menyentuh lembut bahunya. Membuat Jiyeon menoleh dan berbalik menatap sosok yang saat ini justru merengkuh tubuhnya yang bergetar ke dalam pelukan yang terasa hangat.
Jiyeon meloloskan air matanya lagi di dalam pelukan hangat itu. Membiarkan air matanya menganak sungai di kedua pipinya. Memasrahkan tubuhnya untuk bersandar pada sosok yang tengah mengelus lembut kepala dan punggungnya yang bergetar hebat.
~TBC~
--------------------------------------------
Eotte? berikan tanggapan kalian tentang chapter kali ini.
Gimana menurut kalian? Berakhir disini sajakah? Atau mau di lanjut ke chapter berikutnya?
Tebak juga siapa kira-kira sosok yang meluk Jiyeon di Bandara?!
Kajja.. kajja di tebak?!! Siapa menurut kalian?
Dan maunya kalian siapa?
Juga kenapa kalian mengharapkan sosok 'yang kalian mau' sebagai orang yang meluk Jiyeon?
Di tunggu yaa.. Next chapter yang kayanya bakal lama publish 'atau bisa jadi batal publish'
Tergantung situasi dan kondisi nanti.
Do'ain author yang mau berangkat wamil yah?! *halah lebay*
Cuma UAS kok kekeke..
See you di next chapter... animyeon.. di next ff ^^
Pye~pye~