home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Rolling – Ttoreureu [또르르]

Rolling – Ttoreureu [또르르]

Share:
14 Subscribes |7404 Views |21 Loves
Rolling – ttoreureu [또르르]
CHAPTER 6 : That Isn't It !

Fanfiction : Rolling - ttoreureu [또르르]

Author : NnPark17

Main Cast : Park Jiyeon, L Infinite

Other Cast : JB Got7, Yoo Seung Ho etc.

Leght : Chapter

Rating : +17

CREDIT : Hyunleea @ Indo Fanfictions Arts


-----------------

Anyeoong readers~~

akhirnya, sempet juga publish chapter ini wkwk

Ada yg nungguin gak? hehhe mianhaeyo~~ galau bgt mau lanjutin chapter kemarin. Tadinya chapter ini mau di jadikan chapter terakhir, tp karena masih banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang belum terungkap, jadi diperpanjang deh.

Maaf ya... masih lama nih kayanya sedih2annya :( Keep Fighting MYS.. InsyaAllah aku pasti bikin happy ending buat the best couple kita-Uri Myungyeon. Tapi butuuh proses ya^^

Happy reading^^

**Don't be silent readers.thx before after**

Please read, like, share and comment~


-----------------

“Ada yang harus di lepaskan untuk tahu rasanya lega.

Ada yang harus menghilang untuk tahu rasanya sesal.”-Park Jiyeon

 

---

 

“I miss you more than I hate you,

I long for you more than I’m sad”-Kim Myungsoo

 

-JIYEON POV-

 

Sama seperti saat aku membiarkanmu pergi.

Seperti mati rasa.

Sama seperti hujan yang membasahi kota Seoul saat ini.

Seperti mati rasa.

Mencoba untuk menghentikan.

Mencoba untuk memahami.

Tapi tak bisa.

Aku bahkan tak bisa menahan tangis.

 

Mataku sibuk menatap langit Seoul yang mendung dan seolah memahami perasaan ku saat ini dengan ikut meneteskan ribuan tetes air yg membasahi kota Seoul dari balik kaca Coffe Shop-tempat biasa aku menghabiskan waktu sepulang sekolah bersama Myungsoo dulu.

“Hahh namja itu..” desahku menghapus bekas-bekas air mata di ke dua pipi ku.

Tangan ku beralih mengambil selembar kertas dan sebuah pena dari dalam tas yg ku bawa. Kemudian jari-jari tanganku membawa pena itu untuk menari bebas di atas kertas merah muda yang ku letakan di atas meja. Menggoreskan semua rasa bersalah dan penyesalan yang tak mampu ku ungkapkan pada sang pemilik hati. Yang mungkin saat ini, sudah berada di Negara asing untuk menuju kesuksesannya. Ku harap.

 

---

Masih langit yang sama.

Dan hari demi hari yang masih sama.

Satu hal yang berbeda.

Adalah kau tak disisiku lagi.

Aku pikir aku telah membiarkanmu pergi.

Dan tak ada lagi yang tertinggal.

Tapi tidak.

Tidak. Aku belum bisa.

Aku tidak bisa membiarkanmu pergi.

Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu.

Karena begitu merindukanmu,

Sekarang seperti kebiasaan,

Aku selalu memanggil namamu.

‘Myungie’

Bahkan hari ini. Aku juga memanggilmu.

Berharap kau mendengar panggilan ku dan kembali.

Kembali untuk memaafkan kebodohanku.

Kembali untuk memarahi ku atas kesalahan yg ku perbuat, dan setelah itu, kembali dengan tawamu.

Hari demi hari, Aku merasa sesak dan terkadang seperti sekarat,

Seolah oksigen yang kubutuhkan tak ada lagi di muka bumi.

Tak ada lagi disisiku.

Apa yang harus ku lakukan?

Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu.

Bahkan tanpa mampu mengatakan hal ini padamu,

Aku sudah melepaskan mu pergi begitu saja.

---

 

Ku masukan kertas yang sudah selesai ku tumpahkan isi hatiku di dalamnya, ke dalam  amplop berwarna senada. Lama ku tatap surat yang sudah tertutup rapat itu dengan perasaan yang tak menentu. Aku menarik nafas panjang, berusaha menghirup seluruh oksigen yang ada disekitarku. Rasanya sesak jika sedang merindukannya. Kemudian entah dari mana setetes air membuat amplop itu basah.

“Aissh… pabo. Selalu saja seperti ini.”  dengan kasar ku usap air mata ku yang terjun bebas begitu saja tanpa ijin dariku.

Aku begitu sibuk menengadahkan kepala untuk menghentikan aliran air mata bodoh ini, sampai suara ringtone hp ku mengalihkan perhatian ku.

“Nde.. Yeobosseo?” sapa ku pada seseorang di sebrang seluler ku.

“Eoh.. oppa?....  Kau ada di depan apartment ku?”

“Ani… aku sedang tidak menangis.” Aku segera menghapus bekas-bekas air mata di pipi ku, saat seseorang di seberang sana seolah mengetahui apa yang sedang ku lakukan disini. Menangis. Ya.. tentu saja. Apalagi yang bisa ku lakukan setelah dengan bodohnya meminta orang yang ku cintai untuk pergi meninggalkan diriku. Namun kini begitu menyesalinya ketika orang itu sungguh mengabulkan permintaan ku untuk pergi.

Dengan memintanya pergi ataupun tetap membiarkannya berada disisiku, tetap hanya luka yang dapat ku berikan padanya. Setelah menyakitinya, lalu apa lagi yg bisa ku lakukan selain menangis?

“Eoh.. arraseo. Aku segera kesana.” dengan gusar ku masukan pena dan telephone genggamku ke dalam tas. Langkah kaki ku bergerak cepat keluar Coffe Shop untuk menemui seseorang yang akan menemani ku selama tinggal di Jepang.  Seseorang yang kini menjadi sandaranku.

 

**

 

-AUTHOR POV-

 

 “Nona… surat mu ketinggalan. Nona……..” Teriak seorang pelayan caffe yang sedang membersihkan meja yang tidak jauh dari meja favorite Jiyeon. Namun bayangan Jiyeon sudah hilang di balik pintu yang sekarang justru di buka oleh seorang namja berwajah tampan.

“Sajangnim.” Ucap pelayan itu setelah tahu siapa yang baru saja memasuki caffe nya. Tangan pelayan yang bernama Chunji itu meletakan surat yang sebelumnya ia temukan di meja Jiyeon ke dalam saku celananya. Sebuah surat yang bahkan belum di tulis nama penerimanya.  Kemudian Chunji menghampiri presdir barunya  itu. Membungkuk dan menyambut pemilik caffe nya yang baru.

“Chunji-ah.”

“Ye,  presdir.” Sahut Chunji sopan.

“Jangan seformal itu padaku. Umur kita tidak berbeda jauh.” Ujar sang presdir menepuk pelan bahu Chunji.

“Aku titipkan caffe ini selama aku pergi meninggalkan Korea.” Si presdir muda itu memberikan map merah yang sebelumnya ia bawa dalam genggamanya.

“Mwo? Sajangnim sudah akan pergi?” tanya Chunji.

Ia tahu bahwa presdirnya akan meninggalkan Seoul. Dari awal pertemuan mereka, sang presdir sudah memberitahu Chunji bahwa dia hanya akan berada di Seoul selama beberapa bulan. Tapi tetap saja Chunji tidak bisa tidak terkejut, mendengar bahwa presdir muda yg menyelamatkan caffe peninggalan almarhum kakak nya itu akan meninggalkan Seoul hari ini.

“Ne.. aku percayakan tempat ini padamu. Aku tahu caffe ini adalah peninggalan almarhum kakak mu, jadi kau pasti akan menjaganya dengan baik…..” presdir muda itu tersenyum.  “Penerbangan ku ke London sore ini.. jadi aku tak bisa berlama-lama disini. Jaga dirimu dan caffe ini!  Na kanda..” sambung sang presdir menepuk kedua bahu tegap Chunji sebelum ke luar dan meninggalkan caffe miliknya.

Sebelum mencapai knop pintu, langkah sang presdir terhenti. Presdir muda itu menoleh ke arah dinding belakang, memperhatikan ratusan foto yang tertempel di sana. Entah foto mana yang presdir perhatikan, hanya seolah sedang mengucapkan salam perpisahan lewat senyum tipisnya yang lebih terlihat sendu itu, sebelum melanjutkan langkahnya dan akhirnya menghilang di balik pintu caffe dengan payung yang kini ada di genggamannya. Langit Seoul seolah ikut mengucapkan salam perpisahan padanya, mewakili hati seseorang.

 

 

**

 

 

-3 Tahun telah berlalu-

Dari tempat yang berbeda. Alunan piano yang sendu mulai terdengar. Intro dari lagu milik salah satu personil Bigbang-Taeyang- mengiringi tepuk tangan penonton yg kini menggema. Menampakan sesosok yeoja dengan gaun putih di atas panggung yang mulai menyanyikan lirik pertama dari lagu itu.

 

https://www.youtube.com/watch?v=UNX9rrSLvHk

nan ajikdo saranghandago

(aku masih mencintaimu)

 

marhago sipheojiman

(Aku ingin memberitahumu)

 

deo isangeun andwilkeorago

(orang yang tak bisa bertahan lagi)

 

kkeutnae phogihae beoryeossdeon niga

(dan pada akhirnya menyerah)

 

miwojyeossgibudan deo bogo siphda

(Aku merindukanmu lebih dari rasa benciku)

 

a-shwipdagibodan neomu geuripda

(aku sangat merindukanmu lebih dari rasa sedih ku)

 

ige aninga ige aninga

( that isn't it)

 

hoksi uyeonhi mannamyeon eotteohke halkka

(jika kebetulan kita bertemu apa yang akan terjadi)

 

neol moreuncheok saramdeul sog-e sumeulkka

(Apakah aku akan bersembunyi dari mu diantara keramaian?)

 

ijen uimi eobsneun kamjeong-ui nangbigettjiman

(bahkan sekarang meski hanya membuang-buang perasaan tak jelas)

 

haru-e do myeochsibeoneun gominhae

(sepanjang hari aku merasa khawatir)

 

yakiradeon sigando gwae jinattneunde

(waktu sebagai obatpun telah berlalu)

 

ige aninde ige aninde ige aninde

(but that isn't it )

 

 

 

Dari panggung yang berbeda. Membawa sesosok namja dengan sejuta pesona yang memabukan muncul dari bawah panggung. Mulai menyanyikan bait selanjutnya dari lagu yang sama milik Taeyang.

neon ijeya haengbokhandago misoreul jigettjiman

(meskipun sekarang kau tersenyum bahagia)

 

areumdawottdeon gieok boda khipeun sangcheoreul namgyeottdeon niga

(kau yang meninggalkan luka mendalam lebih dari kenangan indah)

 

miwojyeottda gibodan deo bogo siphda

(aku ingin melihat mu lebih dari rasa benciku)

 

a-shwipdagibodan neomu geuripda

(aku sangat merindukanmu lebih dari rasa sedihku)

 

ige aninga ige aninga

(that isn't it)

 

choem butheo neomu nado iksukhaettjanha

(sejak awal itu terasa begitu akrab)

 

oraen sigan manna-on yeonindeul boda

(melebihi waktu para pasangan)

 

ijen uimi eobsneun chueoksok-ui irijiman

(dan sekarang ini tidak lain hanyalah kenangan yang tidak jelas)

 

haru-e do myeochsibeoneun gominhae

(Sepanjang hari aku merasa khawatir)

 

yakiradeon sigando gwae jinattneunde

(waktu yang sebagai obat pun telah berlalu)

 

ige aninde ige aninde ige aninde

(but that isn't it )

 

neoro chaewojin nae mameul  biuryeohae  bwattjiman

(aku mencoba mengosongkan hatiku meski hatiku menemukanmu)

 

hoksi yeonghwa gatheun iri naega beoreojil geotman gathaseo

(aku berharap sesuatu terjadi padaku seperti adegan dalam film)

 

 

Kemudian..

Entah mengapa irama lagu yang sama namun di nyanyikan oleh dua manusia yang berbeda dan dari lokasi yang berbeda seolah menyatu. Saling mengisi, menyeimbangkan dan menyatukan irama mereka dari nada ke nada.. dari bait ke bait.. dan dari relung hati masing-masing.

 

 

**

L Infinite sukses memukau inspirit

Allkpop.com

 

Jiyeon T-ara sukses membuat Queens Jepang berurai air mata

Allkpop.com

 

Solo stage L infinite vs Jiyeon T-ara, mana yang terbaik?

Allkpop.com

 

Viewers terbanyak? L Infinite dan Jiyeon T-ara kembali disandingkan

Allkpop.com

 

 

 

(12/19) Baru-baru ini Infinite sukses dengan tour Eropa mereka. Begitu pula dengan T-ara yang baru saja mengakhiri tour konsernya di Guangzhou yang di lanjutkan dengan great konser di Tokyo, Jepang.

Tidak hanya itu, solo stage dari salah satu member T-ara dan Infinite juga sukses merebut perhatian netizen. Apalagi, sebelumnya ke dua member ini pernah memilikki hubungan sebagai rekan duet dari salah satu kompetisi music terbesar di Korea. Star Competition.

Entah kebetulan atau tidak. Lagu yang di pilih dari masing-masing member T-ara dan Infinite -yang merebut perhatian netizen dengan solo stage mereka- sama. Membuat netizen ramai membicarakan perihal lagu yang dulu akan di bawakan mantan pasangan duet itu, jika saja ke-2 nya tidak menghilang tiba-tiba saat final Star Competition di mulai.

--

“Krystal-ah..” Suara seseorang yang memanggil namanya membuat yeoja yang sedang sibuk membaca artikel online di tablet miliknya tersentak dari duduknya.

“Ne, eonni.. Waeyo?” sahut  Krystal setengah berteriak dari dalam kamarnya.

“Ada tamu untuk mu.” Beritahu Jessica yang kini sudah ada di ambang pintu kamar adiknya.

“Dari L.A.” Lanjutnya memberitahu, sebelum beranjak pergi dari kamar Krystal.  

“L.A?” Kening Krystal nampak berkerut mendengar nama Negara itu, seingatnya dia tak memiliki kenalan di L.A.

Krystal segera meletakan tabletnya di atas nakas dekat tempat tidurnya. Setelah itu beranjak meninggalkan kamarnya, untuk menemui tamu yang entah siapa.

 

**

 

 “Seobang~~~” rengekan yeoja cantik yang mengguncang-guncangkan tubuh nya membuat namja bermarga Yoo itu menyibak kasar selimut putih yang sebelumnya menutupi hampir semua bagian tubuhnya sampai kepala.

“Arasseo… arasseo!! Aku akan mandi sekarang. Dan berhentilah memanggilku dengan panggilan itu, Park Jiyeon!”  Yang di tegur hanya terkekeh geli.

Tak mengertikah Jiyeon bahwa hati Seungho selalu bergetar jika mendengar panggilan itu terlontar dari bibirnya. Panggilan yang dulu selalu Seungho abaikan. Namun kini sangat Seungho rindukan. Hanya saja, perasaan yeoja-satu satunya yeoja- yang dulu memanggilnya seperti itu kini  telah sepenuhnya berubah. Membuat Seungho sesak jika mendengar panggilan itu lagi dari bibirnya.

Seungho berjalan malas menuju kamar mandi dengan sebuah handuk yang ia sampirkan di bahu kanannya. Ia baru tidur 2 jam lalu setelah operasi besar yang ia lakukan untuk menyelamatkan pasien kanker di salah satu rumah sakit terbesar di Jepang. Tapi pagi ini ia harus segera mengejar penerbangan untuk kembali ke Korea.

Sebenarnya Dokter muda ini masih memiliki waktu libur 2 hari lagi sebelum memulai pekerjaan barunya di Rumah Sakit besar yang ada di Korea. Tapi, Seungho tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk pergi ke Korea bersama wanita yang telah mengisi relung hatinya, entah sejak kapan.

“Haruskah aku melakukannya? Park Jiyeon.” Bisik Seungho pada pantulan dirinya di cermin.

 

**

 

Namja tampan dengan kaca mata hitam yang menutupi mata elangnya menginjakan kakinya lagi di tanah kelahirannya. Lebih tepatnya di Bandara Incheon.

Ia meneliti setiap inchi Bandara Incheon yang berhasil tertangkap pandangannya dari balik kaca mata hitamnya. Namja itu menutup kedua matanya. Memutar kembali ingatan 2 tahun lalu di tempat itu, yang dulu membuatnya  semakin yakin untuk meninggalkan Seoul sementara waktu, atau lebih tepatnya keputusan untuk  melepaskan yeoja nya, membuat yeoja itu tak terbebani lagi oleh perasaannya. Mengosongkan hatinya dari nama yeoja yang sudah terlalu lama menghuni hatinya.

 

 

FLASHBACK

“Ya Myungsoo-ya? Kau tak membawa handphone mu eoh? Ibu mu menghubungi ku.” Beritahu namja bermata minimalis, menyodorkan handphone nya yang masih terhubung dengan sambungan telephone Ibu Myungsoo.

“Ah… nde hyung. Aku meninggalkan handphone ku di rumah. Gomawoyo Sunggyu Hyung.” Myungsoo menyambut handphone yang diberikan namja bernama Kim Sung Gyu, lalu meletakannya di telinganya.

“Ne eomma, yeoboseyo.”

“Myungie~ya…. Kau bertengkar dengan Jiyeon eoh? Kenapa kau pergi begitu saja tanpa memberitahunya?” suara lembut Ny.Kim menelusup di indera pendengaran Myungsoo. Namun bukannya menenangkan, justru menohok hati Myungsoo dengan menyebut nama yeoja yang justru memintanya untuk pergi.

Pergi begitu saja tanpa memberitahunya? Apa eomma bercanda? Dialah yang menghilang begitu saja tanpa alasan yang jelas. Tanpa memberitahuku kenapa ia mengingkari janjinya dan meninggalkan ku begitu saja. Kemudian gadis menyebalkan itu hanya datang dengan  sebuah pesan yang meminta ku untuk pergi meninggalkannya. Dan kini, aku sungguh mengabulkan permintaannya.-suara hati Myungsoo berteriak menahan amarah.

Kalau ia boleh berteriak, mungkin ia akan berteriak. Kalau namja tidak malu untuk menangis, maka ia akan menangis sekarang juga. Tapi Myungsoo tidak bisa. Ia sungguh tidak bisa. Bukanya malu untuk menangis ataupun berteriak di dalam pesawat yang sebentar lagi akan lepas landas. Hanya saja ia merasa semua hal bodoh itu takkan bisa mengobati luka di hatinya, dan membuat hatinya lebih lega. Karena yang menyakiti hati Myungsoo adalah si pemilik hati itu sendiri.

“Myungie…” pantau Ny.Kim dari balik seluler milik Sung Gyu.

“Ne eomma. Ku rasa aku harus mematikan sambungan telephone nya dulu. Kami akan segera lepas landas.” Myungsoo melihat kode yang diberikan oleh teman sebangkunya di pesawat-Lee Howon- bahwa pesawat akan segera lepas landas.

“Arasseo.. setidaknya jangan pergi dengan meninggalkan kesalah pahaman di antara kalian. Eomma rasa Jiyeon sangat menyesal dan menyadari kesalahannya. Meskipun eomma tidak mengetahui siapa yang salah, dan kenapa kalian bertengkar. Namun mereka yang saling menyanyangi tak akan melakukan sesuatu yang akan saling menyakiti bukan?  justru mereka akan melakukan hal yang terbaik untuk orang yang mereka sayangi. Meskipun itu harus menipu dan menyakiti perasaan mereka sendiri. Jiyeon pasti mempunyai alasan untuk itu Myungie-ya.”

“Chamkanman Hyung.. boleh kah aku pinjam  lagi untuk menghubungi seseorang?” Pinta Myungsoo yang hendak memberikan Handphone yang tadi ia gunakan untuk berbicara dengan eommanya kepada sang pemilik.

“Ku rasa kau harus menggunakan Handphone milik Sungjong. Aku juga memerlukan ini untuk menghubungi seseorang sebelum ada pramugari yang menyuruhku menonaktifkannya.” Sung Gyu memberikan handphone Sungjong yang ditinggalkan di kursinya. Anak itu sungguh ceroboh.

“Gopjongmal.. Sungjong tak akan keberatan jika teman lamanya yang meminjam handphonenyaa. Lagi pula ia sedang di toilet saat ini.” Sahut SungGyu cepat melihat ekspresi Myungsoo yang ragu untuk menggunakan hp Sungjong tanpa ijin lebih dulu.

~Katalk~

1 pesan kakaotalk masuk bersamaan dengan Myungsoo yg baru saja menyentuh layar hp milik Sungjong.

Tidak. Bukan 1. Melainkan puluhan pesan yang hanya dibaca oleh Sungjong tanpa satupun yang ia balas.

Apa apaan ini?         

~Drrt~Drrt~

Myungsoo langsung mengangkat panggilan telephone dari si pemilik kontak yang pesan kakaotalknya tidak di balas Sungjong.

“Sungjongie~~ Jebal! Ijinkan aku untuk berbicara sebentar dengan Myungsoo. Ada yang harus aku jelaskan. Aku takkan menahan Myungsoo untuk tinggal. Aku hanya ingin menjelaskan sesuatu. Aku tak akan mencegah Myungsoo untuk pergi….” Suara yeoja dari balik seluler itu membuat Myungsoo langsung bangkit begitu saja dari kursinya dan melemparkan asal hp yang bukan miliknya ke atas kursi yang baru saja ia tinggali.

Myungsoo berlari secepat mungkin untuk menemui yeoja yang tadi berbicara dengannya di telephone dengan suara yang bergetar dan terisak. Hati Myungsoo tak tenang, ia terus berlari tanpa memperdulikan orang orang yang hendak menghentikannya.  Bahkan ia sampai membuat keributan dengan petugas bandara yang mencoba menghentikannya untuk keluar karena pesawat akan segera lepas landas.

Tapi akhirnya Myungsoo berhasil keluar dan masih terus berlari mencari sosok yeoja yang mebuat dirinya hampir gila karena tak bisa sedikit pun mengabaikannya. Padahal yeoja itu lah yang memintanya pergi.

Langkah kaki Myungsoo terhenti saat sosok itu tertangkap mata elangnya.

Dengan banyaknya peluh yang mengalir di dahinya, Myungsoo berjalan lega mendekati sosok itu. Senyum lega terukir di wajah tampannya. Ia senang telah berhasil menemukan yeoja itu. Langkah kaki nya semakin cepat. Ingin rasanya Myungsoo segera membawa yeoja itu ke dalam dekapannya. Menanyakan alasan yeoja itu memintanya pergi dan juga alasan atas janji yang sudah ia ingkari.

Namun senyum itu memudar, langkah kaki Myungsoo pun terhenti. Ketika tiba-tiba ada namja lain yang entah datang dari mana dan membawa sosok yeoja yg Myungsoo cari ke dalam dekapanya.

Hati Myungsoo terasa sesak. Entah mengapa Myungsoo merasa takdir tak pernah berpihak kepadanya. Ia selalu saja terlambat. Apakah Myungsoo tidak di takdirkan untuk Jiyeon? Kenapa takdir terkesan tak memihak padanya? Myungsoo selalu saja di dului oleh namja lain.

“Kim Myungsoo~”

Bahu Myungsoo semakin lemas ketika suara tangisan yeoja yang berada di dalam pelukan namja itu terdengar semakin kencang. Dengan suara yang terdengar parau, Myungsoo masih bisa mendengar yeoja itu memanggil namanya di sela-sela isakannya.

Myungsoo kah alasan di balik tangisan itu?Benarkah perasaan Myungsoo hanya menjadikannya beban?  ia hanya bisa membuat yeojanya menangis. Dialah yang lebih pantas di sebut namja brengsek , karena dia adalah alasan sesungguhnya air mata terus mengalir di pipi indah yeojanya.

 

FLASHBACK END

 

 

“L-ah” namja itu menoleh ke arah yeoja yang barusan memanggil nama barunya.

“Chukkae.” Namja yang di panggil L itu melepaskan kaca mata hitamnya dan menyambut uluran tangan yeoja yang barusan memberinya ucapan selamat.

“Gomawo Krystal-ssi.” Ucap namja itu bersuara.

“Aishh.. tak bertemu 2 tahun kau menjadi seformal itu pada ku eoh?” goda Krystal di sambut senyum tipis dari namja tampan yang ia jemput.

“Apakah  F(x) tidak memilikki banyak job? Kenapa kau terkesan punya banyak waktu kosong untuk repot-repot menjemputku?”

“Yaak!!”  namja itu terkekeh kecil melihat ekrpresi yeoja yang berhasil ia goda dengan ledekannya.

 

 

**

 

 

“Seobang~~ ppalli ppali… aku ada pemotretan 2 jam lagi.” Namja yang di panggil seobang itu hanya dapat menghela nafas pasrah sambil mendorong troli berisi koper-koper dari yeoja yang seharian ini terus memanggilnya dengan sebutan ‘seobang’.

“Yaak!! Park Jiyeon. Setidaknya bantu aku untuk mendorong troli ini..” rengek Seungho membuat Jiyeon terbahak melihat tingkah oppa nya satu itu.

“Geumanhae oppa! Itu bukan style mu huh..” Jiyeon akhirnya berpartisipasi mendorong troli bandara yang sebagian besar isinya adalah koper koper miliknya.

Jiyeon baru saja pulang dari Jepang usai konser bersama T-ara. Selama di Jepang Jiyeon memang tinggal di apartment kenalannya-Yoo Seung Ho-karena banyaknya kontrak yang harus ia lakukan seorang diri di Jepang di luar kegiatannya bersama T-ara.

Kalau di tanya kenapa Seungho juga ikut ke Korea, itu karena Seungho di tugaskan untuk menangani operasi besar yang akan di jalani di salah satu Rumah Sakit besar yang ada di Korea. Dan Seungho mendapatkan kesempatan untuk menjadi dokter yang memimpin operasi itu. Dan disinilah mereka sekarang~ Bandara Incheon.

Yoo Seungho tersenyum begitu saja melihat punggung yeojanya yang sedang kewalahan mendorong troli yang menurutnya tidak begitu berat itu. Entah mengapa ia merasa perasaannya pada Jiyeon terus tumbuh begitu saja.. Seungho tiba-tiba merasa takut. Ia takut jika perasaan itu semakin besar maka ia juga akan semakin serakah untuk memiliki Jiyeon.

Kenapa rasa itu tumbuh terlambat? Andai rasa itu tumbuh sejak dulu. Saat hati Jiyeon masih untuknya. Seungho selalu merutuki dirinya sendiri jika mengingat akan hal itu.

“Seobaang~~~ kenapa diam saja? Ppalli bantu aku…..” teriakan Jiyeon membuat Seungho tersadar ke dunianya dan langsung mengambil alih troli itu lagi dari tangan Jiyeon dengan kekehan yang tak bisa ia tahan karena melihat bibir Jiyeon yang sudah maju 2 centi.

Tidak hanya Seungho. Sepasang yeoja dan namja lain yang sedang mendorong troli bandara pun ikut menoleh karena suara dino milik Park Jiyeon T-ara. Tanpa disadari sang pemilik suara dino, namja yang sedang memperhatikan Jiyeon dan Seungho itu mengencangkan genggamannya di troli hingga seakan ingin meremukannya. Dan yeoja yang ada di sebelahnya hanya tersenyum tipis melihat reaksi namja di sebelahnya.

 

**

 

-Myungsoo POV-

 

“L-ah”  Aku menoleh ke arah yeoja yang baru saja memanggilku dengan nama panggung ku.

“Chukkae.”  Aku melepas kaca mata hitam ku dan menyambut uluran tangan yeoja yang barusan memberi ku ucapan selamat.

“Gomawo Krystal-ssi.” Balasku.

“Aishh.. tak bertemu 2 tahun kau menjadi seformal itu pada ku eoh?” godanya yang hanya mampu ku balas dengan senyuman tipisku.

“Apakah  F(x) tidak memilikki banyak job? Kenapa kau terkesan punya banyak waktu kosong untuk repot-repot menjemputku?” ucapku bersuara. Berusaha menghilangkan kecanggungan di antara kami.

“Yaak!!”  Sungut Krystal tak terima, membuatku terkekeh kecil melihat ekrpresi lucunya.

“Mian.. aku hanya bercanda.” Kata ku akhirnya setelah puas tertawa.

“Gwaenchana~ aku senang melihat tawa itu lagi. Ini pertama kali nya kau tertawa saat bersama dengan ku.” Kata Krystal pelan, membuat ku tak enak hati.

“ Kajja! Aku ada Press Conference setelah ini.” Segera ku dorong kembali trolli bandara yang membawa beberapa barang bawaan ku yang tak begitu banyak, di ikuti Krystal yang mengekor di belakang ku.

 

“Seobaang~~~ kenapa diam saja? Ppalli bantu aku…..”  langkah ku sontak terhenti mendengar suara teriakan seorang yeoja.

Suara itu? suara teriakan itu? aku seperti mengenalnya. Segera ku alihkan pandanganku ke segala arah mencari sosok yang begitu ku rindukan. Entah dari mana senyum itu terukir kembali di wajahku setelah berhasil menemukan sosoknya yang tengah kerepotan mendorong trolli bandara yang penuh dengan koper-koper besar miliknya. Namun dengan sekejab  senyum itu memudar, setelah melihat ada seorang namja yang menghampiri sosok yeoja yang ku rindukan itu dan mengambil alih troli dari tangan mungilnya. Namja yang sama, dengan namja yang 3 tahun lalu berhasil mencuri star dari ku dan membawa yeoja ku itu ke dalam pelukanya.

Tanpa sadar aku menggenggam erat pegangan trolli yang sedang ku pegang, seakan ingin meremukannya, melihat keakraban yeoja yang yang masih ku cintai dengan namja yang dulu pernah menjadi cinta pertamanya.

 

 

**

-AUTHOR POV-

 

“Kami dengar konser kalian sukses di Eropa?”

“Apakah karena kemunculan member baru yang bergabung di tengah Tour Eropa kalian?”

“Kenapa member baru kalian tidak diperkenalkan saat Infinite debut?”

“Apa yang membuat kalian tiba-tiba memutuskan menambah jumlah member saat Tour Debut kalian sudah setengah jalan?”

~Cekrek~Cekrek~

Suara jepretan kamera dan pertanyaan-pertanyaan para pemburu berita yang kini tengah menyorot deretan namja tampan di kursi Press Conference tak henti-hentinya terdengar di penjuru gedung SBS yg saat ini dijadikan tempat berlangsungnya acara Press Conference tersebut. Sunggyu dan kawan-kawan tak sedikit pun melepaskan senyum mereka kepada puluhan kamera dan puluhan pasang mata yang menanti jawaban-jawaban atas pertanyaan mereka dari mulut para personil Infinite tersebut.

“Selamat Siang semua.” Direktur Lee-selaku Direktur dari Woollim Ent- yang baru saja memasuki ruang Press Conference  di ikuti member baru yang kita kenal bernama L itu mulai menyapa para papparazi dan wartawan yg hadir. Suara berat beliau membuat suara berisik para wartawan terhenti seketika. Tapi tidak dengan suara jepretan kamera yang malah terdengar lebih ramai dari sebelumnya.

 “Terimakasih sebelumnya karena telah menyempatkan hadir di acara Press Conference Infinite. Dalam kesempatan ini saya akan memperkenalkan Boygroup baru asuhan Woollim yang memang sengaja untuk di debutkan di luar Korea. Bukan berarti kami hanya fokus untuk promosi di luar, melainkan ini hanyalah salah satu cara kami untuk memperkenalkan Infinite, nama dari Boygroup baru Woollim ini ke kancah hiburan dunia.” Jelas Direktur Lee.

“Dan untuk seseorang yang berada di sebelah saya ini, namja tampan yang sejak tadi kalian tanyakan kehadirannya ini adalah Visual Infinite.” Direktur Lee memperkenalkan Myungsoo yang duduk disebelahnya.

“Anyeonghasseo.. Joneun L Kim imnida.” Myungsoo berdiri dari kursinya dan membungkuk sopan pada puluhan orang yang tengah sibuk mencari tahu tentang dirinya.

CEKREK-CEKREK-CEKREK- kamera kamera itu kini fokus mengabadikan wajah tampan dari sang visual.

“Visual Infinite ini memang baru bergabung saat Infinite sudah memulai tour konser mereka di Eropa, itu dikarenakan L harus menyelesaikan berkas-berkas kelulusannya di Kyunghee University, sebelum resmi bergabung bersama Infinite. Itulah kenapa L tidak bisa bergabung saat debut Infinite di Jepang, melainkan baru bisa bergabung saat Infinite sudah memulai tour debutnya di Eropa” lanjut Direktur Lee.

“Itukah sebabnya L meninggalkan Star Competition untuk yang ke-2 kalinya?”

DEGG!

Pertanyaan salah satu wartawan online itu membuat Myungsoo teringat kembali pada luka lama di hatinya. Mengingatkannya pada yeoja yang sudah membuatnya meninggalkan Ajang Kompetisi besar-yang sebenarnya menjadi impian Myungsoo itu- untuk ke dua kalinya.

“Jadi L tidak meninggalkan kompetisi itu karena rekan duetnya meninggalkannya?”

DEGG!

Lagi. Pertanyaan para wartawan itu lagi-lagi membuka luka lama Myungsoo.

“Tidak. Itu tidak benar.” Suara salah satu member Infinite selain L mulai terdengar. Sungjong, Lee Sungjong kini mengambil alih menjawab pertanyaan wartawan itu.

“Itu tidak benar. L memutuskan mundur dari final Star Competition karena akan bergabung dengan Woollim. Akulah yang mengajaknya bergabung. Dia adalah teman lamaku.”

 

**

Sebuah mobil sport  berwarna putih berhenti di depan salah satu gedung pertelevisian terbesar di Korea-SBS.

“Maaf aku tidak bisa menemanimu.”

“Aniya. Gwaenchana oppa, manager ku akan sampai sekitar 1 jam lagi. Dia sedang mengurus jadwal eonnideul T-ara yang lain.” Jiyeon segera membuka seatbell dan pintu mobil.

“Gomawo sudah mengantarku.” Ucap Jiyeon dari balik pintu kaca mobil yang telah ia tutup.

“Ne.. jaga dirimu. Kita bertemu lagi saat makan malam. Jalga..” Seungho melajukan mobilnya kembali setelah mendapatkan anggukan manis dari Jiyeon.

Jiyeon melepaskan kaca mata hitamnya saat memasuki pintu utama gedung SBS.

“Eoh? Bukankah itu Park Jiyeon?” pekik salah satu wartawan yang baru saja keluar dari ruang yang tadi dijadikan tempat berlangsungnya Press Conference Infinite. Pekikannya membuat puluhan wartawan yang menghadiri acara Press Conference Infinite itu kini beralih kepada seorang personil T-ara yang baru saja memasuki gedung SBS.

Sontak saja hal ini membuat para wartawan itu merasa senang, karena mereka akan mendapatkan santapan yang bagus tanpa harus bersusah payah.

Jiyeon yang tak tahu apa-apa terus melenggang di lobi gedung SBS yg luas. Jiyeon baru saja hendak bertanya pada resepsionis  yang sedang berjaga-perihal letak ruangan sutradara yang harus ia temui. Sampai sebuah tangan menariknya dan mengajaknya berlari ke lorong gedung yang agak sepi.

“Hhh.. Hhh.. Nuguseyo? ..” tanya Jiyeon terengah-engah, setelah orang itu menghentikan pelarian mereka dan melepaskan genggaman tangannya di lengan Jiyeon.

“Ommo… Jaejong oppa?” Jiyeon begitu terkejut ketika orang yang tadi menarik tangannya melepaskan masker hitam dan kupluk hoodie yang tadi ia kenakan.

“Anyeong Jiyeonnie.. apa kabar mu?” personil JYJ itu menunjukan deretan gigi putihnya pada Jiyeon. Membuat Jiyeon tidak bisa untuk tidak ikut tersenyum dibuatnya.

“Yaakk!! Oppa.. apa yang kau lakukan eoh? Kenapa kau langsung mengajakku berolahraga setelah lama tidak bertemu?” Ucap Jiyeon menepuk kencang lengan seonbaenya di dunia hiburan itu.

“Aiiiishhh! Kau ini… kalau tadi aku tidak menarikmu, kau bisa diserbu para wartawan tadi.” Sungut Jaejong menjitak pelan kepala Jiyeon.

“Wartawan? Memang tadi ada wartawan? Kenapa mereka akan menyerbuku? Aku tidak membuat skandal?”

“Neo! Jinjja! Kau tak tahu? Kau ini sedang menjadi perbincangan hangat dikalangan K-Netizen, karena solo stage mu yang menyanyikan lagu yang sama  dengan lagu yang dinyanyikan salah satu personil Infinite di solo stage nya.” Jelas Jaejong sembari menoyor lembut kening Jiyeon dengan jari telunjuknya.

“Personil infinite?” gumam Jiyeon yang masih terdengar di telinga Jaejong.

“Eoh. Mantan rekan duetmu.” Jawab Jaejong memelan setelah melihat perubahan ekspresi Jiyeon.

 “Cha! Kau mau ke ruangan Sutradara kan? Kajja ku temani.. karena kau yeoja special yang akan menjadi cameo dalam Drama terbaruku, maka dengan senang hati aku akan mengantarmu ke ruang sutradara.” Jaejong mendorong pelan ke dua bahu Jiyeon tanpa menunggu reaksi yeoja itu. Kedua tangan kekarnya menuntun Jiyeon segera menuju ruang sutradara. Jaejong merasa bersalah karena telah salah bicara. Ia memang tak begitu mengetahui masa lalu hoobae nya itu, tapi sedikitnya Jaejong tahu bahwa pernah ada hubungan emosional yang kuat antara Jiyeon dengan personil Infinite yang tadi mereka bicarakan.

 

**

 

-Myungsoo POV-

“Eoh? Bukankah itu Park Jiyeon?” pekik salah satu wartawan yang tadi hadir dalam Press Conference Infinite.

Aku refleks menoleh ke arah pintu keluar saat mendengar nama itu di sebut. Perasaan cemas langsung memenuhi hatiku ketika para wartawan yang lain ikut antusias akan kehadiran personil T-ara di gedung SBS. Ada perlu apa Jiyeon di SBS? Apakah dia datang bersama Seungho?

Kurasa Jiyeon tak sebodoh itu untuk berjalan-jalan ditempat seperti ini bersama dengan seorang pria. Apakah dia datang bersama group nya? Bagaimana jika ia datang seorang diri?

Jiyeon baru saja kembali dari tournya di China dan Japan, dia pasti belum mengetahui apapun perihal solo stage kami yang menjadi perbincangan publik.

Aku hendak bangkit dari kursi ku. Tapi, seseorang lebih dulu menahan ku.

“Ada yang ingin ku katakan padamu.”  Ucapnya berbisik, meminta ku untuk mengikutinya.

 

 

**

“Ada apa?” tanya ku setelah tiba di atap gedung . “ Apa yang ingin kau katakan hingga membawaku kemari?”

“Mian.”

“Ne?”

“Mianhae L-ah. Mianhae karena aku…”

“Sungjong-ah. Sudah ku katakan berhenti membahas hal ini.” Potong ku sebelum Sungjong melanjutkan kalimatnya yang sudah ku ketahui akan kelanjutannya.

“Kau benar..” kata ku lagi. “ Tindakanmu sudah benar dengan tidak menunjukan pesan-pesan itu padaku. Aku…. Harusnya aku tak perlu melihatnya dan kembali. Aku… harusnya aku melanjutkan keputusan yang sudah ku buat untuk bergabung bersama kalian ..”

“Kau sudah bergabung bersama kami.” Potong Sungjong.

“Tentu. Tapi aku tak mengikuti trainee bersama kalian di Jepang dan debut bersama.”

“Apa bedanya? Yang terpenting kau sudah menjadi anggota Infinite sekarang. Meskipun kau melakukan trainee secara terpisah di Seoul dan baru bergabung setelah kami sudah memulai tour dan promosi kami di Eropa, kau tetaplah bagian dari Infinite. Tapi..” Kata-kata Sungjong terhenti. “Tapi.. bukan tentang pesan itu yang ingin ku katakan.”

 

-AUTHOR POV-

 

Flashback

“Kau tumbuh menjadi gadis yang cantik Jiyeon-ah.” Ucap Sung Jong mengawali pembicaraan.

“Apa yang ingin kau bicarakan pada ku Sung Jong-ah?” Tanya  datar seorang yeoja tanpa mengalihkan pandangannya dari hijaunya hamparan rumput milik Universitas Kyunghee.

Sung Jong nampak tertawa kecil mendengar pertanyaan yeoja itu. Membuat sang yeoja menoleh padanya dengan tatapan yang penuh tanda tanya.

“Haha Jiyeon-ah. Sikapmu masih belum berubah rupanya.” Kini Sungjong beralih menatap lurus yeoja yang tengah ia ajak bicara itu dengan senyumannya.

“Kau masih dingin seperti dulu. Tak pernah mau berbasa basi dan langsung ke pokok permasalahan jika sedang berbicara pada orang lain.” Lanjut Sungjong.

“eoh.”

“Arratda. Aku akan langsung ke pokok permasalahannya.” Sung Jong menepuk kedua tangangannya. Kemudian merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih serius.

“Kami sedang mencari member baru untuk visual group kami.”

“kami?”

“Ya. Kami.” Tegas Sung Jong. “Kau tahu kan bahwa aku tengah bergabung dengan salah satu agency terkenal di Korea?”

“Woollim Entertaintment?” tanya Jiyeon memastikan.

“Majjayo.” Sung Jong menjentikan jarinya.

“Aku tergabung dalam Boygroup baru asuhan Woollim. Kami membutuhkan seseorang yang mampu menjadi The face of group. Atau visual group kami.”

“Geuraeso?”

“Geuraeso.. aku membutuhkanmu untuk meyakinkan Myungsoo menerima tawaran ini.”

 “Eotte? Kau mau membantuku?” tanya Sung Jong lagi menunggu jawaban Jiyeon dengan tatapan penuh harap.

“Kenapa tak kau katakan sendiri?”

“Aku sudah memintanya saat bertemu di coffe shop beberapa hari yang lalu. Tapi dia menolaknya dengan alasan…” perkataan Sung Jong terhenti. Ia ragu untuk melanjutkan ucapannya.

“Kami sudah berakhir. Dia bukan pasangan duetku lagi. Kau bisa memintanya sekali lagi untuk bergabung dengan Woolim.” Jiyeon seolah mengerti akan lanjutan kalimat yang akan Sungjong ucapkan.

“Sudah kan? Geurido.. na kalkkae.” Jiyeon bangkit dari duduknya.

“ Aku masih ada urusan…… bye!” lanjut Jiyeon  melambaikan tangan pada Sung Jong yang tengah menatapnya  bingung . Berbalik pergi meninggalkannya duduk seorang diri di taman Universitas Kyunghee yang luas.

“Chamkanman..” Sungjong bangkit dan menahan bahu Jiyeon hingga membuatnya kembali berbalik.

“Wae tto?”

“….” Sungjong terdiam. Ia tak tahu harus mengatakan apa. Ia hanya bingung, kenapa Jiyeon begitu mudah melepaskan rekan duetnya yang telah menyelamatkan imagenya di atas panggung Star Competition.

“Tolong jaga Myungsoo, Sungjong-ah.” Ucap Jiyeon pelan.

“Aku tak ingin membuatnya mundur dari kompetisi ini untuk yang ke-2 kalinya. Tapi aku harus melakukannya…” Jiyeon menundukan wajahnya.

“Apa maksudmu?”

“Aku hanya duri, dan akan selalu menjadi duri bagi orang-orang yang aku cintai. Setidaknya dengan bergabung bersama Woollim, aku yakin Myungsoo akan menggapai mimpi-mimpinya menjadi seorang musisi yang mendunia.” Jiyeon kembali mengangkat wajahnya yang sudah penuh dengan air mata. Ini adalah pertama kalinya bagi Sungjong, melihat seorang yeoja seangkuh dan setangguh Park Jiyeon berurai air mata.

 “Jadi tolong jagalah dia, dan teruslah berada disampingnya.” Kata  Jiyeon lagi sebelum benar-benar berbalik pergi dan meninggalkan Sungjong yang masih tak mengerti dengan ucapan Jiyeon.

“Yang ke-2 kalinya?” gumam Sungjong.

 

Flashback end~

 

“Jiyeon tak benar-benar meninggalkanmu.. dia tak sungguh-sungguh memintamu untuk pergi darinya. Baginya kau hanya akan semakin jauh dari mimpi-mimpimu jika berada di dekatnya. Baginya ia hanya sebuah duri untuk orang-orang yang ia sayangi. Ku rasa itulah yang membuatnya kembali pada JB saat final Star Competition, 3 tahun lalu.” Ucap Sungjong setelah menyelesaikan ceritanya.

“Kau tahu? Baru-baru ini aku mendengar kabar bahwa JB sudah keluar dari dunia bermusiknya dan beralih menjadi seorang model dan actor. Ku rasa itu ada hubungannya dengan kecelakaan yang ia alami sebelum Final Star Competition, 3 tahun lalu di Kirin.” Sungjong menghentikan sejenak ucapannya.

“Maafkan aku karena baru memberitahumu. Aku hanya tak ingin kau goyah lagi pada keputusanmu. Aku tak ingin mengingkari janjiku pada Jiyeon.”

Myungsoo terdiam. Ia tak mampu mengucapkan sepatahkatapun setelah mendengar cerita Sungjong. Ia teringat percakapan terakhirnya dengan Jiyeon di café, sebelum Jiyeon menghilang dengan selembar surat dan 100 bucket mawar yang ia kirimkan di acara kelulusannya. Saat itu Jiyeon bilang bahwa Jiyeon sudah mendengar pembicaraan Myungsoo dengan Krystal di Kirin. Tapi Myungsoo ingat betul, saat itu Krystal tak mengatakan apapun perihal penyebab Myungsoo menghilang dari final Star Competition yang di adakan di Kyunghee.

Lalu.. Jiyeon tahu dari mana? Seingat Myungsoo.. saat di café pun Myungsoo hanya menceritakan soal pernyataan cintanya yang salah paham pada Krystal. Kepala Myungsoo terasa pening dengan segala pertanyaan yang tak ia ketahui jawabannya. Haruskah ia tanyakan langsung pada Jiyeon? Tapi, bagaimana bisa tiba-tiba  Myungsoo kembali di hadapan Jiyeon setelah dengan teganya pergi meninggalkan Jiyeon. Meskipun itu juga permintaan dari Jiyeon, harusnya Myungsoo tidak pergi dengan kesalah pahaman diantara mereka. Harusnya Myungsoo mencaritahu alasan kenapa Jiyeon memintanya pergi. Harusnya Myungsoo mendengarkan ucapan ibunya 3 tahun lalu.

“Aaaaaarghhh…..” BUG… Myungsoo meninju dinding atap gedung SBS itu dengan sangat keras. Seolah seluruh tenaganya telah ia tumpahkan pada pukulan yang telah melukai tangan putihnya itu. Kini Myungsoo terjatuh lemas dilantai, dengan hanya bertumpu pada kedua lututnya. Sungjong yang tak mampu menenangkan teman satu teamnya itu hanya mampu menatap sedih padanya yang tengah menunduk dalam.

Sungjong tahu, Myungsoo butuh waktu sendiri. Dan ucapan apapun yang akan Sungjong keluarkan untuk menghibur atau menenangkannya hanya akan berakhir sia-sia. Maka hanya kesunyian yang terjadi diantara kedua namja yang sama-sama saling tertunduk itu.

-----------------
---TBC---

Eotteyo chingu?? duhh sakit juga hati author ngetik cerita ini. Bagi Voment kalian yaa supaya cepet publish chapter selanjutnya^^

Khamsahaeyooooo^^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK