Fanfiction : Rolling – ttoreureu [또르르]
Author : NnPark17
Main Cast : Park Jiyeon, L Infinite
Other Cast : JB Got7, Yoo Seung Ho, Krystal F (x), Sung Jong Infinite etc.
Leght : Chapter
Rating : +17
credit poster: Arin Yessy @ Indo Fanfictions Arts
-----------------
Alunan musik dance menggema di sebuah ruangan dengan cermin besar yang mendominasi sebagian dinding ruangan tersebut. Seorang Yeoja nampak aktif menggerakan seluruh bagian tubuhnya mengikuti alunan lagu I’m the best milik 2ne1. Tanpa sepengetahuannya, yeoja cantik lainnya nampak bersandar diambang pintu memperhatikan setiap gerakan si yeoja yang sudah nampak kelelahan dengan peluh yang membasahi kening hingga leher jenjangnya.
“Kau berlatih sangat keras rupanya.” Seru si Yeoja setelah musik berhenti. Menghampiri Yeoja yang baru saja mematikan musik dari tape yang berada di pinggir ruangan.
“Soo Jung-ah? Yeogiseo mwohae?” sahut Jiyeon menghampiri Soo Jung yang sudah masuk ke dalam ruang latihan dance Universitas Kirin.
“Kita tidak seakrab itu. Geuraeseo~ jangan panggil namaku seperti itu lagi.” Katanya ketus.
Jiyeon hanya tersenyum miring sebelum beralih menatap Soo Jung tajam.
“Geurae. Krystal-ssi. Apa yang sedang kau lakukan disini?”
Krystal hanya membalas tatapan tajam milik Jiyeon.
“Bukan kah itu adalah nama panggung mu setelah bergabung dengan salah satu girlband asuhan SMEnt?” tanya Jiyeon lagi kini beralih ke botol air mineral yang ia letakan diatas tape tadi.
“Kau masih saja angkuh.” Ucap Krystal setelah Jiyeon meneguk minumannya. “Padahal kau sudah tertinggal jauh dari ku.” Kata Krystal lagi dengan nada merendahkan terdengar seperti gumaman namun masih tertangkap di indera pendengaran milik Jiyeon.
“Ah matta. Kau sudah menjadi seorang Idol sekarang tanpa perlu proses audisi.” Sahut Jiyeon setelah meletakan kembali botol minumannya.
“Jika eonni ku juga seorang idol, mungkin sekarang aku pun juga tidak perlu menjadi seorang trainee untuk debut. Aku bisa saja meminta eonni ku untuk merayu sajangnim dan mendebutkan ku dengan cepat. Geureohchi?” lanjut Jiyeon kemudian dengan nada mengejek tepat di hadapan Krystal.
Kedua tangan Krystal mengepal menahan amarah pada Yeoja yang sedang menatapnya dengan tatapan mengejek dan merendahkan. Ya, Krystal Jung adalah salah satu artist asuhan SMEntertainment- salah satu agency raksasa di Korea-. Krystal tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa debut bersama anggota F(x) lainnya. Mungkin karena eonni nya Krystal adalah seorang idol juga- salah satu member SNSD-Jessica Jung. Idol Senior asuhan SM. Seperti itulah yang Jiyeon pikirkan. Jadi mudah saja bagi Krystal untuk debut tanpa berlama-lama menjadi seorang trainee.
“Seonbae~” panggilan seseorang menghentikan perang saling lempar tatapan tajam dari 2 orang Yeoja yang dulunya adalah teman satu sekolah itu. Atau… rival lebih tepatnya.
“Nana-saem meminta anda untuk menemuinya di ruang musik.”
“Eoh. Arrasseo Sora-ssi. Aku akan segera kesana.” Sahut Krystal setengah berteriak kemudian meninggalkan Jiyeon yang menatap bayangan Yeoja yang barusan memanggil Krystal dengan tatapan tak sukanya.
Krystal yang menyadari hal itu hanya menyeringai dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan sebelum melanjutkan langkahnya mengikuti Sora yang sudah pergi lebih dulu.
**
“Seperti yang kalian tahu. Di sebelah saem saat ini adalah personil girlband asuhan salah satu agency raksasa di Korea. Krystal-sii. Personil F(x).” Nana-saem memperkenalkan.
Ucapan nana-saem tadi mengawali sorak sorai dari para finalis Star Cempetition yang akan melakukan latihan hari ini.
Jiyeon hanya mencibir mendengar ucapan guru dance nya itu sambil bersandar pada dinding ruangan paling belakang. Malas rasanya melihat wajah rival nya itu yang kini entah bagaimana bisa menjadi pelatih dance dadakan untuk para finalis Star Competition.
“Sudah hentikan siulan-siulan heboh kalian. Krystal akan terganggu nantinya.” Ucap Nana-saem lagi pada haksaeng namja yang tak berhenti bersiul-siul heboh melihat kehadiran Krystal di sesi latihan mereka.
“Oneul~Krystal datang hanya untuk menyemangati kalian menjelang final yang akan dilakukan 3 minggu lagi. Kalian tahu kan Krystal sangat sibuk dengan jadwalnya yg padat bersama F(x) ?” Lanjut nana-saem yg lagi-lagi di tanggapi dengan sahutan heboh para namja. Dan hal itu membuat Jiyeon benar-benar kesal.
“Tch~apa bagusnya yeoja itu?” gumam Jiyeon mencibir.
Krystal hanya menikmati euphporia para finalis yang senang akan kehadirannya dengan senyum menawan seorang idol. Dia cukup bangga dan merasa mampu membusungkan dadanya kali ini dihadapan rival nya sejak SMP-Park Jiyeon-. Meskipun matanya tak berhenti menyusuri seluruh ruangan yang dijadikan tempat latihan para finalis itu. Mencari sosok namja yang dulu sudah memberinya harapan sebelum pergi meninggalkannya demi yeoja lain yang merupakan rivalnya sampai saat ini.
‘KRIEEETTT’
“Jwesonghamnida saem saya terlambat.” Ucap seorang namja seraya membungkungkan badannya.
“Oh Gwaenchana Myungsoo-ya. Silahkan bergabung dengan finalis yang lain.” Nana-saem memaklumi Myungsoo.
Karena Myungsoo bukanlah haksaeng dari Universitas Kirin, maka dia harus menyesuaikan jadwal latihannya di Kirin dengan jadwal pelajarannya di Kyunghee. Walaupun kepala department di Kyunghee mengijinkan Myungsoo mengikuti audisi Star Competition di Kirin, Myungsoo tidak boleh sampai meninggalkan pelajarannya di Kyunghee. Itulah syarat yang menyebabkan Myungsoo terlambat latihan-yg sebenarnya juga baru di mulai-karena harus mengikuti ujian terlebih dulu untuk mahasiswa tingkat akhir yg sedang di adakan di Kyunghee saat ini.
Mata elangnya sempat menangkap sosok yeoja yang sebelumnya juga mencari keberadaannya. Sebelum akhirnya menghampiri rekan duetnya yang sedang bersandar di dinding belakang ruangan. Meski sempat terkejut akan kehadiran yeoja-yang dulu sempat menjadi bagian dari kisahnya bersama Jiyeon-namun Myungsoo berusaha terlihat biasa saja.
“Arraseo~arrasseo. Saem tahu kalian sudah tidak sabar. Jadi, Krystal-ssi. Bisakah kau menyisakan sedikit waktu mu untuk memberi mereka pelajaran yang kau dapatkan selama menjadi trainee sebelum debut?” tanya Nana-saem yang disambut anggukan singkat dan senyuman manis dari Krystal. Kemudian Nana-saem beralih ke pinggir ruangan dan menyaksikan para finalis terpilih mendapatkan hiburan dan pelajaran gratis dari salah satu personil F(x) itu.
**
-JIYEON POV-
“Waseo?” tanya ku pada Myungsoo yang ikut bersandar pada dinding di sebelah ku.
“Eoh.” Jawabnya dengan senyuman yang membuatku segera mengalihkan pandanganku kemanapun asal tidak menatap mata sahabat kecilku itu sekaligus pasangan duet ku. Senyuman itu membuatku teringat kembali dengan kejadian malam itu.
FlashBack
“Ta-da… coklat panas pesanan Nona Park sudah tiba.” Ucap Myungsoo yang tiba-tiba muncul dari balik pintu dan mengejutkanku. Ku usap bekas air mata yg mengalir dipipiku dengan punggung tangan. Menyembunyikannya dari Myungsoo agar ia tak khawatir lagi.
“Eoh.. waseo?” Ucap ku kemudian berusaha menunjukan senyuman yg manis untuk nya. Myungsoo mendudukan dirinya kembali di sebelahku dan menyodorkan coklat panas kesukaan ku.
“Gomawo.” Seru ku sebelum menyeruput coklat panas yang Myungsoo belikan untukku dan kembali memberikan senyum manis ku pada nya.
“Kau tidak meminum coffe mu? Apa itu masih panas?” tanya ku yang melihat Myungsoo sama sekali tak meminum coffe nya dan hanya menatapku dengan tatapan yg membuat jantungku berdebar kencang.
“Eoh.. nde.. ini sangat panas.” Jawab nya kemudian.
Aku pun meraih gelas coffe dari genggaman nya dan meniup coffe yg sebenarnya tidak begitu panas itu. Aku hanya melakukannya untuk mengusir suasana canggung yang tiba-tiba terjadi diantara kami. Atau hanya aku saja yang merasakan perasaan aneh itu? . Yang jelas aku refleks melakukannya karena canggung dengan tatapan mata Myungsoo yang tidak biasa kepadaku. Tak lama aku menyodorkan kembali gelas coffe milik nya.
“ini.. sudah tidak panas lagi.” Ucap ku kemudian. Tangan nya terangkat ke udara. Ku pikir ia akan meraih gelas coffe miliknya. Tapi tidak. Bukan untuk mengambil coffe yg aku berikan, melainkan tangannya beralih ke bibirku untuk menghapus bekas coklat yg tertinggal di sana menggunakan ibu jarinya.
Degg!! Aku terpaku seketika. Tak mengerti dengan perasaan aneh yang aku rasakan.
Jantungku berdebar kencang. Entah kenapa waktu terasa berhenti ketika ibu jarinya menyentuh bibir ku lembut. Entah apa yang aku pikirkan. Seharusnya aku menghindar ketika perlahan Myungsoo menundukan wajah nya menatap mataku lekat, sebelum akhirnya….
‘Chu’
Myungsoo mengecup singkat bibir ku tanpa aba-aba. Kemudian ia lepaskan dan menatapku lagi sekilas seolah memeriksa ekspresi wajah terkejut ku yg kini sudah mebulatkan mataku sempurna dengan perlakuan nya yang tiba-tiba. Namun tanpa aba-aba lagi dan menunggu ku sadar dari keterkejutanku, bibirnya sudah melumat bibirku dalam. Gawat. Aku tak bisa menolaknya. Aku benar-benar menikmatinya. Ini tidak boleh terjadi. Kami adalah sahabat. Ini tidak boleh. Perasaan aneh ini. Perasaan bodoh ini. Andwaeee…….
Setelah beberapa saat akhirnya Myungsoo melepaskan tautan bibir kami. Deru nafas kami bertemu. Terasa hangat. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padi kami setelah ini. Dan sekarang aku benar-benar takut melihat tatapan mata Myungsoo yg sebelumnya terpejam kini menatap ku dengan tatapan yang mungkin nantinya membuatku tak sanggup untuk menatapnya lagi.
Flashback end-
“Apa ujianmu lancar?” tanyaku mengusir rasa canggung itu lagi. Dan yang ditanya hanya mengganguk menjawabnya. Ekor mata ku masih bisa menangkap senyuman manis diwajahnya yang saat ini benar-benar tak sanggup untuk ku tatap. Ada apa dengan namja satu ini? Bagaimana bisa ia bersikap biasa saja seolah tak terjadi apapun diantara kami? Ishh jeongmal! Apa hanya aku yang kelewat sensitive di sini?
Ku lihat mata Myungsoo beralih pada Yeoja yang saat ini memperkenalkan diri di depan ruang latihan sebelum meminta salah seorang dari haksaeng untuk maju ke depan.
Hatiku mendadak panas melihatnya. Apa yang terjadi padaku sih? Kejadian malam itu benar-benar membuat ku menciptakan jarak dengan sahabatku sendiri. Setelah aku menolak tawaran Myungsoo untuk mengantarku pulang saat itu, aku benar-benar selalu menghindari kontak langsung dengannya. Kalau saja saat itu ia tak datang bersama Kim Eeommoni ke apartment ku dan hari ini tak ada latihan untuk para finalis. Mungkin aku sudah menghindarinya lagi sama seperti sebelumnya.
Kalau saja saat itu aku bisa menolaknya dan tidak terbawa suasana. Mungkin kami… ani… lebih tepatnya mungkin diriku tidak perlu berusaha menghindari sahabatku sendiri.
Tapi sekarang kenapa perasaanku aneh lagi? Bukankah dulu Myungsoo memang pernah menyukai Krystal? Jadi wajar kalau saat ini ia senang melihat cinta pertamanya dulu.
Apa? Senang? Benarkah Myungsoo senang melihat Krystal lagi? Kenapa pernyataan ku itu malah membuat hatiku semakin panas? Aku benar-benar tidak mengerti.
“Kenapa Soo Jung ada disini?” Myungsoo bersuara tanpa mengalihkan tatapannya pada Krystal yg saat ini menarik Sora ke depan untuk menjadi partnernya.
“Wae? Bukannya kau senang bisa melihat cinta pertamamu lagi?” tanyaku entah kenapa terdengar ketus. Myungsoo pun refleks menoleh ke arah ku dengan dahi yg mengernyit bingung.
“Kau sedang tidak cemburu kan?” tanyanya kemudian seolah mencari jawaban dari wajahku yang menatap tajam ke arah 2 yeoja menyebalkan di depan.
“Mworago? Aigooo~ kenapa aku harus cemb…”
“Yeoja yang dibelakang tolong jangan buat keributan. Waktu ku hanya sebentar di Kirin.” Kata Krystal memotong ucapanku yang ku sadari terdengar meninggi karena gugup dengan pertanyaan Myungsoo yang tidak masuk akal.
Myungsoo hanya terkekeh dan kembali memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang akan Krystal berikan. Jiyeon hanya mencibir melihat sikap Myungsoo yang terkesan menikmati kehadiran rivalnya itu.
Krystal meminta Sora untuk membantunya menunjukan pada finalis yang lain bahwa dance diatas panggung tidak selalu harus dilakukan oleh dua orang yang jago dance atau seorang professional. Untuk mahasiswa baru atau mahasiswa tingkat satu seperti Sora akan sulit jika mendapatkan partner dance yg professional. Maka itu tidak harus selalu menyeimbangkan kemampuan dance mereka tapi bisa hanya dengan melengkapi penampilan mereka dengan menutupi kekurangan si pemula dengan skill professional dancer pasangannya diatas panggung.
Dengan meminta Sora hanya menekukan kedua lututnya dengan irama seperti jungkat-jungkit, Krystal kemudian memulai dancenya mengelilingi Sora dengan gerakan yang membuat para finalis lain heboh untuk kesekian kalinya. Bahkan partner duet ku sendiri terus menatapnya tanpa berkedip. Benar-benar mengesalkan!.
Aku menyadari kehadiran JB yang baru masuk ke ruang latihan sedang berdiri di samping Nana-saem yg memperhatikan latihan kami dari samping ruangan. Dia terus tersenyum melihat penampilan Sora. Sampai senyumnya memudar saat tatapannya bertemu dengan tatapan tajam milikku yang sedang memperhatikannya.
Tepuk tangan para finalis lain menyadarkan aksi saling tatap menatap kami. Dan itu menandakan selesainya penampilan dan pelajaran berharga dari seorang personil F(x).
“Khamsahabnida~” Ucapnya sok manis setelah mengakhiri penampilannya bersama Sora sebelum akhirnya menyadari kehadiran JB di samping Nana-saem.
“Eoh? JB-ah? Bukankah kau rekan duetnya Kang Sora?” tanya nya kemudian setelah melirik singkat ke arah ku. Aku meraskan hal buruk akan terjadi setelah ini.
“Eo…eoh.. ye.” Jawab JB tergagap karena pertanyaan Krystal yang tiba-tiba.
“Kalau begitu lakukanlah metode dance yg ku lakukan tadi.” Belum sempat JB menjawab Krystal sudah menarik JB ke samping Kang Sora dan menghidupkan musik kembali. Mau tak mau JB melakukan metode dance yg diajarkan Krystal sebelumnya bersama Kang Sora.
Aku hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya singkat melihat pemandangan menyebalkan di depan ku saat ini. Dan….
BRAKK~~
**
-Myungsoo POV-
BRAKK~~
Sudah kuduga ini akan terjadi saat Krystal tiba-tiba menarik JB ke samping Kang Sora. Sebenarnya apa yang di pikirkan Yeoja satu itu? langkah ku segera mengejar kepergian Jiyeon sampai tangan seseorang menahan lenganku yang hendak membuka knop pintu yang sebelumnya di banting Jiyeon.
“Kita harus bicara.” Ucapnya setelah aku menoleh.
**
Ku langkahkan kaki ku menuju atap Universitas Kirin. Aku yakin gadis itu pasti ada disana. Karena sejak dulu atap sekolah adalah tempat favorite kami untuk menenangkan diri. Atau sekedar untuk membolos pelajaran jika sedang malas.
Benar. Gadis ku ada di sana. Park Ji Yeon sedang memandang langit Seoul dari atap gedung universitas kirin dengan tatapan kosong. Ku beranikan diriku untuk mendekatinya. Dan…
“Sedang apa disini? Bukankah kita harus berlatih?.”
Kurasakan tubuhnya menegang saat aku memeluknya dari belakang. Tak ada tanggapan. Aku hanya mengeratkan pelukanku, dan menopangkan daguku pada bahu kanannya. Harum shampoo strawberry menyeruak masuk ke dalam indera penciuman ku. Dan membuatku semakin nyaman dengan posisiku saat ini. Sungguh hal paling berani yang ku lakukan pada sahabat ku sendiri. Apakah gadis ini tak merasa aneh pada perubahan sikapku? Yang terbilang lebih frontal dalam menunjukan perasaan ku.
Sejak kejadian malam itu-setelah audisi ke dua star competition-Jiyeon tak pernah menanyakan akan perlakuanku yang berbeda pada nya. Dia hanya berusaha menghindari tatapanku dan bertindak seolah tak pernah terjadi apapun diantara kami. Kalau begini, justru semakin berat bagiku untuk mengakui perasaanku. Karena sang pujaan hati terkesan tak menanggapi segala kode yang ku berikan. Haruskah aku mengungkapkannya hari ini? Jigeum do?...
“Nan…”
“Kkajja! Ayo kita berlatih.” Ucapnya tiba-tiba melepaskan pelukanku. Lagi-lagi, dia menghindari ku. Menghindari tatapanku dan perasaanku yang tadinya akan ku utarakan.
“Jiyeon-ah. Apa kau sebenarnya sudah menyadari perasaanku? Jika Ya, maka lebih baik kau langsung menolaknya daripada terus menghindariku seperti ini.” Gumamku lirih pada bayangan Park Jiyeon yang sudah menghilang di balik pintu. Aku hanya dapat menghela nafas pelan saat menatap punggung gadis ku semakin menjauh dari pandanganku.
**
-Author POV-
Seorang Yeoja cantik tampak memperhatikan namja yang sedang memeluk yeoja lain dari ambang pintu atap Universitas Kirin yang sedikit terbuka dengan tatapan penuh luka.
Flashback
“Kita harus bicara.” Ucap Krystal menahan pergelangan tangan Myungsoo yang hendak memutar knop pintu.
“Shireo!” jawab Myungsoo tegas sebelum melanjutkan kembali langkahnya ke luar ruang latihan.
“Yaak!! Kim Myung Soo.” Teriak Krystal yang mengikuti Myungsoo sampai keluar ruang latihan.
Myungsoo yang mulai mendengar isakan dari yeoja yang sebelumnya berteriak itu hanya menghentikan langkahnya tanpa menoleh.
“Waeyo? Kenapa kau sangat tega kepadaku? Bukankah disini aku yang menjadi korban? Bahkan Jiyeon sendiri….anhi.. maksudku Yeoja yang kau cintai itu juga tidak mengetahui kebenarannya.”
Mendengar nama Jiyeon di sebut Myungsoo pun menoleh dan seketika merasa bersalah pada yeoja yang saat ini sudah jatuh terduduk di lantai dengan air mata yang sudah menganak sungai di kedua pipinya.
“Bukankah sudah ku bilang jangan lagi memperdulikanku?” seru Myungsoo mendekati Krystal dan membantunya untuk berdiri.
“Aku sudah sering kali meminta maaf mu dan meminta mu untuk melupakanku. Kau akan terluka kalau terus mengingat dan mengharapkan ku.” Ucapnya lagi seraya menghapus bekas-bekas air mata di kedua pipi Krystal dengan punggung tangannya.
“Memangnya siapa yang memberiku harapan kemudian meninggalkanku begitu saja hah?” teriak Krystal lagi memukul dada bidang Myungsoo kencang.
“Kau yang tiba-tiba datang pada ku. Memberi ku perhatian-perhatian palsu dan kemudian dengan mudahnya kau katakan bahwa ‘sepertinya kau salah mengartikan perasaanmu kepadaku’? apa-apaan itu? apa kau pikir itu masuk akal? Aku masih tidak bisa menerimanya.” Lanjut Krystal masih penuh emosi dan memukul-mukul Myungsoo frustasi.
Myungsoo menahan kedua tangan Krystal yang sejak tadi digunakan untuk memukulinya dan kemudian menariknya kedalam dekapannya. Membiarkan Yeoja yang sudah ia sakiti sebegitu dalamnya menangis di dalam pelukan hangatnya
“Mianhae. Jeongmal mianhae.” Lirih Myungsoo sembari mengelus lembut punggung Krystal yang menangis semakin kencang di dalam pelukannya.
"Keundae. Aku tak pernah benar-benar memberimu harapan palsu. Kaulah yang salah mengartikan sikapku." gumam Myungsoo pelan.
Dan tanpa mereka berdua sadari. Yeoja yang sebelumnya terlibat dalam pembicaraan mereka ikut menangis di balik dinding dengan kedua tangan yang membekap mulutnya menahan isakan yang bisa saja terdengar.
Ya. Park Jiyeon mendengar semuanya.
Flashback end
“Kau mengabaikan ku lagi. Demi wanita yang sama Kim Myungsoo. Kau pun akan diabaikannya juga demi pria lain yang sama.” Gumam Krystal lirih sebelum berbalik dan pergi meninggalkan dua orang yang kini sudah melepaskan pelukan mereka.
**
“Eoh Jiyeon-ah waseo?” Ucap Kim Sajangnim setelah Jiyeon memasuki ruangannya.
“Myungsoo eodiga?” tanyanya lagi mencari keberadaan orang yang ia tanyakan di belakang Jiyeon. Karena seingatnya dia meminta Nana-saem untuk memanggil Myungsoo dan Jiyeon ke ruang kerjanya di Q Ent Building.
“Nan Yeogi sajangnim.” Myungsoo muncul tiba-tiba dari balik pintu yang sebelumnya Jiyeon tutup.
“Jwesonghamnida sajangnim, saya ke toilet dulu tadi.” Kata Myungsoo lagi berbohong.
Nyatanya setelah Nana-saem memberitahu mereka-Jiyeon dan Myungsoo-perihal perintah Kim Sajangnim yg meminta mereka untuk menemuinya, Jiyeon langsung bergegas pergi menggunakan taxi. Tanpa menunggu Myungsoo yang sedang mengambil motornya di halaman parkir Kirin. Padahal sebelumnya Myungsoo sudah meminta Jiyeon untuk menunggu.
“Aniya gwenchana Myungsoo-ya. Kau dan Jiyeon duduklah dulu. Ada hal penting yang harus ku bicarakan pada kalian.” Ucap Kim-sajangnim lagi mengambil map merah diatas meja kerjanya.
Myungsoo dan Jiyeon hendak duduk bersamaan sampai saat pandangan mereka bertemu dan Jiyeon segera mengalihkan pandangannya ke arah Kim-sajangnim yang sudah duduk di hadapan mereka dengan sebuah map yang ia sodorkan kepada Myungsoo dan Jiyeon. Myungsoo hanya menghela nafas pelan melihat reaksi Jiyeon yang lagi-lagi terasa menghindarinya itu. Dia sungguh belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Jiyeon.
“Lihatlah dulu. Itu perjanjian kontrak kerja untuk project duet kalian.”
“Mwo? Project duet?” batin Myungsoo dan Jiyeon sama terkejutnya.
“Duet? Apa maksud Sajangnim? Bukankah aku masih terikat kontrak kerja sebagai pasangan duet JB?” Tanya Jiyeon heran.
Mendengar nama JB disebut oleh Yeojanya. Hati Myungsoo terasa terbakar lagi. Entah kenapa sulit sekali menghilangkan nama itu dari hati dan pikiran Jiyeon.
“Lupakan saja anak kurang ajar itu!” seru Kim Sajangnim dengan nada tinggi. Terlihat sekali bahwa beliau masih kesal akan perbuatan JB saat sesi pemilihan pasangan duet di babak ke-2 Star Competition di Kirin.
Jelas saja. Harusnya setelah babak ke-2 itu berakhir, Q Ent akan segera mengumumkan debut project duet mereka-JJ Couple-kepada dunia hiburan Korea secara resmi. Ya, karena walau JJ Couple belum debut tapi mereka sudah cukup terkenal di Korea karena sering diundang dalam konser-konser besar juga variety show bergengsi di ranah hiburan Korea Selatan. Maka akan menjadi keputusan yang tepat jika mendebutkan mereka secara resmi setelah JB memilih Jiyeon sebagai pasangan duetnya di audisi itu. Tapi dengan bodohnya namja tengik itu membuang kesempatan emasnya selama beberapa tahun terakhir hanya karena seorang Yeoja.
“Sekarang kau hanya harus memikirkan kemenangan kalian sebagai pasangan duet juga penyanyi solo di Star Competition Kirin.” Ujar Kim-sajangnim dengan nada yang terdengar lebih tenang.
“Meskipun kau tidak mengikuti audisi trainee ataupun pelatihan trainee di Q Ent seperti Jiyeon dan JB, tapi dengan prestasi mu yang luar biasa di KyungHee membuat ku yakin akan keputusan ku menjadikanmu salah satu anak asuh Q Ent.” Ucap Kim-Sajangnim pada Myungsoo
“Ye, sajangnim. Aku akan mempertimbangkan tawaran anda dan berusaha untuk memenangkan Star Competition bersama Jiyeon.” Ucap Myungsoo yakin memberikan senyum terbaiknya pada Jiyeon. Meski yang diberi senyuman hanya menatapnya datar dengan ekspresi yang tidak dapat terbaca.
“Geurigo, setelah kompetisi berakhir aku akan mendebutkan kalian sebagai pasangan duet Q Ent yang baru. Jadi berusahalah untuk menang!” Tegas Kim-Sajangnim mengakhiri pertemuan mereka hari itu.
**
“Apa kau marah pada ku?” Tanya Myungsoo pada Jiyeon yang sejak tadi hanya berdiri memejamkan kedua matanya. Menikmati sejuknya angin di pantai Gyeongpo.
“Waeyo? Kenapa aku harus marah padamu?” Tanya Jiyeon membuka kedua matanya dan berjalan mendekati ombak pantai Gyeongpo yang terlihat tenang.
Myungsoo hanya mengikuti Jiyeon dari belakang. Menikmati kebersamaan mereka berdua di tempat seindah Pantai Gyeongpo yg terletak di pesisir timur Korea Selatan. Tadinya Jiyeon sempat menolak saat Myungsoo mengajaknya untuk pergi setelah dari Q Ent Building. Tapi Myungsoo memaksa dengan menarik lembut lengan Jiyeon untuk naik ke atas motornya. Dan tibalah mereka di tempat tujuan Myungsoo yang sejak dulu ia rencanakan untuk menjadi tempatnya mengutarakan Cinta nya pada Jiyeon.
Flashback
“Yaak!! Kim Myung Soo. Apa yang kau lakukan eoh? Kau membuat istana pasirku rusak.” Suara cempreng seorang Yeoja meneriaki namja yang terjatuh diatas istana pasirnya.
“Appo.” Rengek Myungsoo setelah Jiyeon membantunya berdiri dan membersihkan pakaian Myungsoo yang penuh dengan pasir.
“Ommo… appo?” tanya Jiyeon dengan nada khawatir yang dibuat-buat.
“Siapa suruh main kejar-kejaran bersama Sung Jong si anak nakal itu hah?” ucapnya kemudian menjitak pelan kepala Myungsoo. Persis seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang nakal.
Sementara Sung Jong yang melihat kejadian itu hanya terkekeh geli menahan perutnya yang sakit karena menahan tawa.
**
‘-Datanglah ke pantai sebelum pesta kembang api dimulai-‘
Sebuah memo tampak terukir indah menempel pada ransel pink seorang Yeoja. Myungsoo lah yang meminta Sung Jong untuk menempelkannya di ransel milik Jiyeon.
Seorang yeoja yang hendak mengambil dompet di dalam ranselnya tersenyum merona membaca memo yang menempel di ranselnya. Sepertinya Sung Jong menempelkannya pada tas yang salah, karena pada saat itu yeoja lain juga nampak menggunakan ransel berwarna senada dengan ransel milik Jiyeon yang ia letakan di dalam bis pariwisata sekolah mereka.
Myungsoo yang tidak tahu menahu akan hal itu trus melangkah riang menuju pantai dengan setangkai mawar dan coklat yg ada di genggamannya.
Senyumnya makin merekah melihat seorang Yeoja dengan hoodie biru menutupi kepalanya sudah berdiri menatap langit pantai Gyeongpo yang saat itu akan melakukan pertunjukan kembang api disana.
“Neol Wihae!.” Senyuman MyungSoo memudar. Yeoja yang saat ini ada di hadapan Myungsoo bukanlah Jiyeon. Kedua tangannya yang menggenggam bunga dan coklat yang sebelumnya terangkat ke udara perlahan melemas dan kembali pada posisi sebelumnya.
“Neo..”
“Jadi kau yang meminta ku untuk datang kesini?” ucap yeoja itu bersuara.
“Apakah bunga dan coklat itu untuk ku?” tanyanya lagi menunjuk bunga dan coklat yang Myungsoo genggam.
“Eo….eoh.. “ jawab Myungsoo tergagap. Dia benar-benar tidak mengerti apa yg terjadi. Pikirannya blank seketika. Apa Sung Jong salah menempel memo darinya? Pikir Myungsoo.
“Ambilah.” Ucap Myungsoo lagi menyodorkan kembali kedua hadiah yang sebelumnya akan dia berikan kepada Jiyeon. Myungsoo tidak tega jika harus mengatakan yang sebenarnya pada yeoja itu. Mungkin ia akan kecewa atau terluka karena merasa dipermainkan.
Yeoja itu tersenyum bahagia menerima pemberian Myungsoo. Disisi lain para haksaeng JaeKyung School yang hendak berkumpul untuk melihat pesta kembang api di hari terakhir liburan mereka di Gyeongpo tidak sengaja melihat Myungsoo memberikan setangkai bunga dan coklat pada seorang Yeoja dihadapannya.Sontak hal tersebut menjadi tanda tanya bagi para haksaeng yang melihatnya. Dan itu adalah awal tersebarnya gossip baru bagi penghuni JaeKyung School.
“Bukankah itu Kim Myungsoo?”
“Ommo.. itu SooJung kan?.”
“Aigoo jadi selama ini mereka saling suka?”
“Atau mereka sudah menjalin hubungan?”
“Seolma! Bukankah selama ini mereka tidak dekat.”
“Ne.. igeo maldwo andwae! Bukankah Myungsoo adalah sahabat dekatnya Park Jiyeon? Rivalnya Soojung.”
Sementara Yeoja yang ikut menjadi perbincangan para haksaeng JaeKyung School hanya menatap datar ke arah 2 orang manusia yang saling berhadapan di depan ombak Pantai Gyeongpo yang tenang.
“Ommo Myungsoo! Mianhae.” Batin Sung Jong gusar melihat Yeoja yang sekarang ada di hadapan Myungsoo juga Yeoja yang sedang memperhatikan Myungsoo berdekatan dengan yeoja lain bergantian. Neo jeongmal pabbo namja Sung Jong-ah. Rutuk Sung Jong dalam hati.
**
“Kkaja kita pulang.” Ucap Jiyeon tiba-tiba menyadarkan Myungsoo dari bayangan masa lalu yg merupakan awal rumitnya hubungannya dengan Krystal, juga gagalnya pernyataan cintanya untuk Jiyeon.
“Hari sudah gelap. Tunggulah sampai besok pagi untuk kembali ke Seoul.” Ucap Myungsoo menahan lengan mungil Jiyeon yang hendak berjalan melewatinya. Kedua tangan kekarnya beralih pada bahu Jiyeon dan menghadapkan yeoja itu untuk mau tidak mau menatap mata elang milik Myungsoo.
“Menginaplah dulu disini. Aku sudah menyewa villa dekat sini.” Seru Myungsoo memamerkan senyum menawannya lagi yang membuat jantung Jiyeon lagi-lagi berdegup kencang.
Jiyeon kembali menunduk dan memegangi dadanya yang saat ini berdegup kencang. Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Saat bersama SeungHo atau JB yang pernah ia cintai pun tak pernah sampai seperti ini. Saat bersama dua orang itu Jiyeon mampu mengontrol degup jantungnya. Tapi tidak saat bersama Myungsoo. Lebih tepatnya saat bersama Myungsoo setelah peristiwa malam itu di Kirin.
“Neo Gwaenchana?” Myungsoo yang melihat gerak-gerik Jiyeon yang terlihat cemas sambil memegangi dadannya merasa khawatir dan memeriksa suhu tubuh Jiyeon dengan meletakkan punggung tanganya di kening Jiyeon.
“Myungie-ya” panggil Jiyeon lirih mulai berani menatap mata elang milik Myungsoo lagi. Perlahan Myungsoo melepaskan tangan kanannya yang menyentuh kening Jiyeon dan membalas tatapannya dalam.
“Eoh. Waeyo?” jawabnya tanpa melepas tatapannya pada Yeoja yang sangat ia cintai itu.
“Ku rasa aku sakit parah.” Kata Jiyeon kemudian membuat Myungsoo mengernyit heran.
“Jantungku berdegup kencang sekali saat menatap matamu atau berada di dekatmu. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Aku tidak bisa mengontrol detak jantungku sendiri. Aku…” kedua tangan Myungsoo menangkup kedua pipi Jiyeon dengan lembut. Membuatnya berhenti dari kecemasan yang ia ceritakan pada Myungsoo.
Myungsoo terkekeh kecil melihat ekspresi innocent milik Jiyeon dari jarak sedekat ini. Dan yang di tatap hanya menatap Myungsoo heran.
“Sejak kapan jantungmu berdegup tak terkontrol seperti itu?” tanya Myungsoo terlihat mulai serius.
“Se.. sejak…. sejak….” Jawab Jiyeon ragu. Tidak mungkin dia bilang sejak Myungsoo menciumnya setelah babak kedua Star Competition Kirin malam itu. Batin Jiyeon bersuara.
‘Chu’
“Sejak aku melakukan itu pada mu?” tanya Myungsoo lagi setelah mengecup singkat bibir ranum milik Jiyeon. Jiyeon memegangi dadanya lagi. Jantungnya berdegup semakin cepat dari sebelumnya. Matanya mengerjap-ngerjap tak percaya dengan hal tiba-tiba yang Myungsoo lakukan padanya.
Myungsoo meraih pergelangan tangan Jiyeon yang sebelumnya ia gunakan untuk memegangi dadanya. Melingkarkan kedua lengan mungil itu di lehernya. Dan kemudian ia raih pinggang ramping milik Jiyeon dan menariknya semakin dekat denganya hingga tidak ada jarak secentipun diantara mereka. Ia raih wajah Yeojanya yang tertunduk merona untuk kembali menatapnya. Kembali ia tarik pelan pinggang ramping Jiyeon saat dirasakan kesadaran Jiyeon yang mulai pulih dari keterkejutannya dan mencoba mundur melepaskan dekapan hangat Myungsoo padanya.
‘Chup’
Kembali ia daratkan ciuman hangat pada bibir cherry milik Jiyeon dan melumatnya lembut. Jiyeon melepaskan tautan bibir mereka dengan menarik pelan kepalanya menjauh. Myungsoo yang melihat kecemasan pada wajah innocent milik Jiyeon pun melonggarkan dekapannya pada pinggang ramping milik Jiyeon. Memberinya kesempatan untuk bernafas sembari menikmati pahatan terindah ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya saat ini.
“Saranghae.” Ucap Myungsoo tiba-tiba membuat Jiyeon mendongak seketika dan menatap Myungsoo tak percaya.
“Jeongmal Saranghae.” Ucap Myungsoo lagi sebelum hendak mencium Jiyeon kembali.
“Andwae! Maldo andwae. Ini tidak boleh Kim Myungsoo. Kita tidak boleh.” Ucap Jiyeon gusar melepaskan pelukan Myungsoo di pinggangnya sebelum akhirnya berlari meninggalkan Myungsoo yang masih kebingungan dengan reaksi dari Jiyeon.
Apa yang salah dengannya? Bukankah Jiyeon juga memilikki perasaan yang sama padanya? Lalu kenapa? Tanda tanya besar di kepala Myungsoo melihat kepergian Yeojanya.
Hembusan angin pantai Gyeongpo ikut membawa pergi sosok Yeoja yang sangat Myungsoo cintai itu sampai tak terlihat lagi oleh mata elang milik Myungsoo.
**
-JIYEON POV-
Langkah kakiku membawa ku ke depan gedung apartment milikku. Setelah semalaman berkeliling menggunakan taxi. Memikirkan semua yang terjadi di pantai Gyeongpo. Juga semua pengakuan Myungsoo yang membuat hati ku tak tenang. Tak tenang bukan karena aku tak menyukainya. Tapi tak tenang karena takut perasaanku padanya akan berakhir sama seperti perasaanku pada Seungho juga JB.
Aku benar-benar tak ingin jauh dari sahabat kecil ku itu. Teman hidupku satu-satunya. Belahan jiwaku.
Kami tak boleh saling mencintai. Perasaan cinta hanya akan menggoreskan luka dan pada akhirnya akan berujung pada perpisahan. Aku tak sanggup jika harus berpisah darinya kelak jika memilikki perasaan terkutuk ini.
‘Ding’
Pintu lift terbuka. Menampakan sosok pria dari masa lalu ku di dalamnya.
“Jiyeon-ah?” ucapnya setelah melihatku. Dan……-Gelap- aku tak melihat apapun lagi.
**
Ku rasakan tangan seseorang menyentuh keningku lembut. Aku membuka mata ku perlahan dan menyisir penglihatanku pada ruangan tempat ku berbaring saat ini. Aroma obat-obatan menyeruak masuk kedalam indera penciumanku. Ya.. sepertinya aku memang berada di rumah sakit saat ini.
“Kau sudah sadar?” suara berat seorang namja menyadarkan ku kembali akan sosok yang ku lihat tadi pagi di lift.
“Oppa.” Ucapku mencoba mendudukan diriku dibantu oleh Seungho oppa yang sejak tadi menatapku cemas.
“Jangan terlalu keras berlatih. Uisa bilang tubuhmu kelelahan dan butuh istirahat yang panjang jika kau terus saja memaksanya untuk bergerak.” Ucap Seungho oppa mencubit pipi ku gemas. Mengingatkan ku kembali pada namja yang semalam menyatakan cintanya padaku. Myungsoo juga sering mencubit pipi atau hidungku saat menjahiliku. Apakah perasaan yg ku miliki saat ini akan mengurangi perlakuan jahilnya pada ku? Atau lebih buruk lagi. Apakah tak akan ada moment-moment menyenangkan diantara kami seperti sebelumnya saat kami hanya berstatus sebagai sahabat?
“Hei! Kenapa melamun lagi?” tangan kekar Seungho oppa menyentuh lembut anak rambutku dan menyelipkanya hati-hati di belakang telingaku.
Aku tak merasakan apapun saat ini. Jika dulu, aku pasti sudah kegirangan dan terhanyut dengan perlakuan manis dari cinta pertamaku ini. Tapi sekarang tidak lagi. Mungkin aku sudah melupakannya. Melupakan perasaan ku padanya. Atau lebih tepatnya sudah bisa merelakannya. Tanpa ku sadari aku tersenyum lega menyadari kenyataan akan perasaan ku pada Seungho oppa.
Ku genggam erat tangannya yang masih menyentuh pipi ku cemas dan ku letakkan diatas pangkuanku. Ku kecup tangan kekar itu lembut.
“Gomawo.”
“Untuk ?” tanya nya tak mengerti.
“Segalanya.” Jawabku dengan senyuman terindah yang ku milikki saat ini.
**
-Myungsoo POV-
“Jiyeon-ah! Neo eodiga?” tanya ku gusar saat panggilan ku tersambung.
“Yeoboseyo?”
Deg. Suara ini. Suara berat namja yang menerima panggilan telfon ku untuk Jiyeon.
“Nugu?” tanya ku memberanikan diri.
“Nan Seungho ibnida.”
Seungho? Bagaimana bisa pria itu mengangkat panggilan telfon untuk Jiyeon. Apa saat ini mereka sedang bersama? Kenapa juga mereka bisa bersama saat ini.
Aku merasakannya lagi. Hatiku. Merasa panas lagi. Seperti terbakar.
**
Sesampainya di RS Hanshin. Lagi. Ku lihat pemandangan yang membuat hatiku seperti terbakar. Dari celah jendela kecil di pintu kamar inap yg Jiyeon tempati aku bisa melihat yeoja itu mencium tangan namja lain dan menatapnya lekat penuh dengan senyuman.
Ku dudukan diriku di kursi tunggu yang berada tidak jauh dari kamar inap milik Jiyeon. Tubuh ku melemah seiring perasaan ku yang kian gelisah melihat pemandangan barusan antara yeoja yg ku cintai dan namja yang merupakan cinta pertamanya.
Baru semalam aku berpikir bahwa Jiyeon juga memiliki perasaan yang sama denganku. Bukankah pengakuannya saat itu menunjukan perasaannya yang sebenarnya?
“Myungie-ya”
“Ku rasa aku sakit parah.”
“Jantungku berdegup kencang sekali saat menatap matamu atau berada di dekatmu. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Aku tidak bisa mengontrol detak jantungku sendiri. Aku…..”
Tapi kini aku mulai ragu atas keyakinan ku malam itu. Sebenarnya bagaimana perasaan yeoja itu? Apakah Jiyeon masih memiliki perasaan pada cinta pertamanya itu? Tapi bukankah dia juga masih mencintai JB? Ku pikir perasaannya pada Seungho sudah lama berakhir setelah dia menjalin hubungan dengan JB di pelatihan trainee Q Ent.
FlashBack
“Yeobeoseyo?”
“Myungie~~” Suara cempreng seorang yeoja hampir membuat telfon seluler ku melompat dari genggamanku.
“Yaak!!! Neo!! Baby Dino! Hash jinjja suara mu itu.” Umpatku kesal mengusap telinga kananku yang berdengung .
“Hehhe mian.” Terdengar kekehan geli yeoja di sebrang sana seolah mengerti tindakanku akan suara 8 oktaf nya yang luar biasa nyaring.
“Chukkaehamnida! Selamat atas kelulusan mu masuk Universitas Kyunghee.” Ucapnya lagi dengan riang.
“Ne khamsahamnida.” Jawabku tak kalah senangnya mendapat ucapan dari yeojaku yang berada jauh di sana.
“Jamkanman. Dari mana kau tahu aku lulus ujian masuk universitas kyunghee? Bahkan eommapun belum ku beritahu.” Tanya ku kemudian sedikit heran.
“Eiii~~ kau tak mengenalku dengan baik rupanya? Aku ini adalah Park Jiyeon. Sebelum pengumuman kelulusan mu di tempel di madding Kyunghee, aku juga sudah bisa mengetahuinya.” Ucapnya menyombongkan diri.
Jadi dia hanya menebak? Dasar. Hahha aku sungguh tak besa menahan senyumanku jika sedang berbicara dengannya. Meskipun itu hanya lewat telfon.
“Lalu bagaimana dengan mu? Apakah kau lolos ujian masuk Yonshei University?” Tanya ku kemudian disambut keheningan dari sebrang selulerku.
“Ji…”
“Hah aku memang tidak menyukai belajar sejak dulu. Hanya Seungho oppa dan Pul Ip yang lolos dan diterima di Yonshei. Minggu depan mereka akan ke berangkat ke Jepang.” Ucapnya kemudian.
“Neo.. gwaenchana?” Tanyaku hati-hati. Aku tau perubahan suaranya saat menyebutkan nama ke dua orang itu meski Jiyeon sudah berusaha keras menutupinya.
“Geurom. Tentu saja aku baik. Lagi pula aku akan mengikuti audisi untuk pencarian trainee baru Q Ent lusa nanti. Ku rasa disitulah bakatku. Hahaha.. belajar sama sekali bukan bakat ku.” Ucapnya lagi berusaha menunjukan suara tawanya yang masih terdengar bergetar di telingaku.
**
“Myungie~~ anyeong.” Sapa nya riang di Skype pertama kami setelah lulus SMA. Kini Jiyeon sibuk dengan pelatihannya sebagai seorang trainee Q Entertaintment yang diadakan di Busan. Dan aku sendiri sibuk dengan kuliah ku sebagai haksaeng yang akan memasuki tingkat ke-2 di Kyunghee.
“Anyeong Baby Dino~ bagaimana kabarmu?” tanyaku usil.
“Yaak” ucapnya kesal dengan mengerucutkan bibir nya lucu.
“hahha mianhae. Bagaimana pelatihanmu Jiyeon-ah?” ucapku akhirnya agar Jiyeon menghentikan acara ngambek nya yg lucu itu.
“Eoh keuge.. aku punya kabar baik untuk mu dan Kim Eommoni.” Jawabnya riang kembali.
“Mwoga?”
“Tahun ajaran baru nanti aku akan pindah ke Seoul…” Serunya gembira.
“Eotte? Apa kau tak senang mendengar nya?” Tanya nya mulai mengerucutkan bibirnya lagi karena tak ada reaksi yang berarti dariku.
Bukan karena tak senang tapi karena kelewat senang makanya aku hanya diam karena terkejut. Bagaimana tidak? Hampir 6 tahun kami dipisahkan oleh jarak dan kini ia akan kembali ke Seoul. Ke sisiku.
“Ji…jinjja?” Tanya ku akhirnya setelah berhasil mengontrol perasaanku yang kelewat senang.
“Eumm.” Anggungnya mantap. “ Sajangnim akan memasukan aku dan JB ke Universitas Kirin sebagai salah satu syarat untuk debut nanti.” Katanya kemudian.
“JB ? Nugu?” Tanya ku mulai merasakan kekhawatiran yang sama saat pertemuan Jiyeon dan Seungho di Busan. Dan kekhawatiran ku benar adanya. Aku telat satu langkah lagi. Jiyeon-lebih tepatnya hatinya-sudah direbut namja lain (lagi).
Flashback end
Lalu bagaimana dengan perasaannya padaku? Tak bisakah ia membuka hatinya padaku seperti pada JB dan Seungho? Apakah kami hanya boleh memiliki perasaan sebatas seorang sahabat? Tak adakah kesempatan yg lebih untuk ku.?
**
“Kim Myungsoo?” suara seorang namja yang sebelumnya berbicara padaku di telfon membuyarkan lamunanku dari bayangan-bayangan masa lalu juga kejadian semalam.
Namja itu kembali melongokan kepalanya, memeriksa keadaan Jiyeon sekali lagi sebelum menutup pintu kamarnya.
Ya, Yoo Seungho lah yang memberitahu ku di telfon bahwa pagi tadi Jiyeon pingsan di depan lift apartment nya. Dan dialah yang membawa Jiyeon ke RS.
“Bagaimana keadaanya?” tanya ku padanya yang baru saja mendudukan dirinya di sebelahku.
“ Jiyeon baru saja terlelap setelah meminum obatnya.” Ucapnya memberi jeda.
“Uisa bilang penyakitnya akan bertambah parah jika dia terus dilanda tekanan dan peristiwa yang bisa membuatnya stress.” Lanjutnya menjelaskan.
“Musun suriya? Bagaimana bisa?” tanyaku cemas.
“Jiyeon menderita penyakit depresi. Dia tidak boleh merasa tertekan atau melakukan sesuatu yang membuatnya berpikir terlalu keras hingga menyebabkan stressnya kambuh. Kau tahu kan selama ini dia hidup seorang diri? Dia pasti sering memendam perasaannya seorang sendiri.”
Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya dan menuntutnya untuk melanjutkan penjelasan Uisa tentang penyakit yg diderita Jiyeon lewat tatapan mataku.
“Tentu saja.. aku yakin kau lebih tahu dariku.” Kata Seungho pelan lebih terdengar seperti gumaman pada dirinya sendiri.
“ Jangan biarkan penyakitnya bertambah parah. Atau Jiyeon akan mulai bergantung pada obat-obatan nantinya.” Ucapnya sekali lagi menatap kosong kedua tangannya yang kini tengah tertaut.
“Jagalah Jiyeon baik-baik. Aku tak bisa berada disampingya untuk menjaganya. Aku terlambat satu langkah dari namja lain. Dia sudah bisa merelakan ku pergi saat hatiku malah tertinggal di dirinya.” Katanya kemudian membuatku semakin tak mengerti.
“Aku titipkan Jiyeon padamu. Jangan biarkan ia terluka lagi oleh namja brengsek seperti ku.” Ucapnya kemudian berdiri dan menepuk bahu ku keras.
“Hahh.. harusnya pagi ini ku ucapkan salam perpisahan langsung padanya.” Gumamnya bermonolog pelan. Dan aku hanya menatapnya mencari tahu maksud sebenarnya dari namja ini lewat ekspresi wajahnya. Meski itu juga belum membuatku mengerti sepenuhnya.
“Sampaikan salamku padanya ya? Na kalkkeoya.” Katanya lagi melambaikan tangan padaku kemudian melangkah pergi.
**
“Jangan hanya mengaduk nya. Cepatlah dimakan! Bubur mu akan dingin jika kau tak segera memakannya.” Kata ku pada Yeoja yang sejak tadi hanya mengaduk-ngadukan sendoknya pada makanan yang sebelumnya diantar oleh perawat.
Dia hanya melirikku singkat. Menatapku takut. Dan kemudian kembali pada kegiatannya mengaduk-ngaduk buburnya itu.
“Apa kau mau aku yang menyuapimu?” tanyaku menggodanya. Meyelipkan sedikit humor untuk mengusir kecanggungan diantara kami.
“A.. ani.. aku bisa sendiri.” Ucapnya gugup kemudian menyendokan bubur ke dalam mulutnya.
“Astaga Jiyeon~ kalau cara makanmu seperti itu, buburmu baru akan habis besok pagi. Sini!” kataku gemas kemudian merebut mangkuk bubur dan sendok dari tangannya.
“Buka mulutmu!”
“….” Dia hanya menatapku dengan tatapan yang tak sanggup untuk ku balas. Ku alihkan kembali tatapannya pada sendok bubur yang ku sodorkan ke arah bibir cherrynya.
“Aaa….”
Masih bergeming.
“Buka mulutmu atau aku akan menciummu!” kataku akhirnya.
“Mwo?”
“Hap! Dapat!” satu suapan besar berhasil kumasukan ke dalam mulutnya.
“Mmmyuakk!! Pim mung syu!” ocehnya tak jelas yang ku yakin pasti sedang memaki ku habis-habisan. Tapi aku tak peduli. Melihat reaksinya yang seperti ini lebih baik dari pada melihatnya trus menghindariku.
“Arraseo. Nanti saja marah-marahnya. Sekarang habiskan dulu saja makananmu. Setelah itu minum obatmu!”
Cibiran tak jelas terdengar darinya yang masih mengunyah suapan kedua dariku. Leganyaa ketika kecanggungan diantara kami menghilang . Batinku tersenyum.
**
-Author POV-
“Oppa!” teriakan seseorang menghentikan langkah kaki seorang namja yang hendak memasuki Boarding Room Incheon Airport.
“Geu Yeoja.” Gumamnya ketika si pemilik suara yang berteriak tadi terlihat berlari mendekat kearahnya.
“Seung Ho oppa! Kenapa kau tak bilang padaku akan kembali ke Jepang hari ini. Kau jahat sekali eoh? Aku benci padamu.” Ucap yeoja itu setelah sampai di hadapan Seungho.
“Eoh. Mianhae. Pagi ini niatku memang memberitahumu soal keberangkatan ku kembali ke Jepang. Tapi ada tragedy yang terjadi..” kata Seungho membisikan kalimat terakhir di telinga kanan Jiyeon yang membuat gadis itu langsung tertunduk malu mengingat kejadian pingsannya di lift tadi pagi.
Seungho nampak memperhatikan pakaian yang Jiyeon kenakan dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“Kau kabur dari Rumah Sakit?” tanya Seungho akhirnya.
“Aniyo.” Jiyeon menggeleng cepat.
“Geuraesseo. Kenapa kau berpakaian seperti ini di Bandara.” Tunjuk Seungho pada seragam pasien Rumah Sakit Hanshin yang Jiyeon kenakan.
“Ini semuakan karena oppa! Kalau saja kau memberitahuku sejak awal, maka aku akan bersiap mengantarmu ke Bandara dengan pakaian yang lebih layak.” Sewot Jiyeon kencang.
“Arraseo. Mianhae.” Ucap Seungho geli melihat kelakuan gadis yang sejak dulu sampai sekarang sangat peduli padanya. Dan penyesalan itu kembali memenuhi relung hatinya.
Flashback
Park Jiyeon menggenggam erat tangan Seungho yang sedang menyentuh pipi nya cemas dan Jiyeon letakkan diatas pangkuannya kemudian menatap Seungho lama sebelum akhirnya menghela nafas kelegaan dan ia kecup tangan kekar Seungho lembut.
“Gomawo.” Ucap Jiyeon kemudian.
“Untuk ?” Tanya Seungho tak mengerti.
“Segalanya.” Jawab Jiyeon dengan senyum terindah yang pernah Seungho lihat. Penuh ketenangan dan kelegaan di senyum itu. Dan hati Seungho kembali berdesir sekaligus khawatir karenanya.
“Gomawo. Karena pernah menjadi bagian dari hidupku….. Juga hatiku.” Lanjut Jiyeon memberi jeda. Kemudian melepaskan genggamanya pada tangan Seungho dan beralih memeluknya.
“Aku sudah merelakanmu. Jangan merasa tak enak lagi atau merasa bersalah pada perasaanku. Aku sungguh sudah merelakan mu.” Ucap Jiyeon pelan namun mampu membuat hati Seungho terasa mencelos.
Gadisnya. Yang dulu selalu ada disisinya dan tak pernah menyerah padanya kini sudah melepasnya. Menyerah dan merelakannya pergi. Bukankah seharusnya Seungho lega? Dulu mungkin Ya.. Seungho akan merasa lega jika gadis sebaik Jiyeon bisa melupakannya dan berhenti menyukainya, karena dia tak bisa membalas perasaan Jiyeon dulu . Tapi sekarang, ketika hati Seungho mulai menyadari betapa besar arti Jiyeon untuk dirinya, gadis itu justru merelakannya dan melepasnya pergi. Sungguh kejadian yang tak diharapkannya dan menohok hatinya. Batal sudah rencananya untuk mengajak Jiyeon ke Jepang dan menyatakan perasaanya pada Jiyeon. Seungho sudah benar-benar terlambat.
Flashback End
“Kau meninggalkan jaketmu.” Myungsoo datang dengan jaket hitam besar yang ia sampirkan di kedua bahu Jiyeon dan merapatkannya hingga menutupi sebagian tubuh Jiyeon yang hanya menggunakan seragam pasien Rumah Sakit Hanshin.
Seungho tersenyum lega melihat pemandangan di depannya. Jiyeon sudah memilikki seseorang yang akan melindunginya kini. Seungho sudah tidak dibutuhkannya lagi.
“Hiduplah dengan baik Jiyeon-ah.” Seungho tiba-tiba memeluk Jiyeon. Terlihat jelas dari ekor matanya bahwa mata elang milik Myungsoo sedang menatapnya tajam. Seungho hanya tersenyum geli sembari mengeratkan pelukannya posesif di tubuh Jiyeon. Senang rasanya menggoda namja yang saat ini tampak membuang muka dan menghembuskan nafasnya kasar melihat tindakannya yang memeluk Jiyeon tiba-tiba. Myungsoo nampak sangat mencintai Jiyeon. Dan itu membuat Seungho lega untuk benar-benar meninggalkan Jiyeon.
“Eoh. Geureom. Tentu saja aku akan hidup dengan baik. Kau juga jaga kesehatanmu disana ya oppa. Fokus saja dengan pendidikanmu dan jangan bekerja terlalu keras hingga membolos pelajaranmu lagi.” Nasihat Jiyeon setelah Seungho melepaskan pelukannya.
“Geurae. Kau juga jagalah kesehatanmu. Dan jangan membuatnya menunggu terlalu lama atau yeoja lain akan merebutnya dari mu.” Bisik Seungho di kalimat terakhir dan melirik Myungsoo yang sedang mengalihkan pandanganya sekilas sebelum beranjak memasuki Boarding Room yang sebelumnya terhenti.
Jiyeon membalas lambaian tangan Seungho yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya. Lega. Itulah yang Jiyeon rasakan. Melepas orang yang pernah menjadi kenangan indah juga luka di hatinya ternyata berpengaruh besar pada perasaannya yang entah mengapa menjadi sangat ringan.
Apakah dia juga harus merelakan JB? Mungkin dengan begitu hatinya akan lebih ringan lagi. Dan… ia bisa memberikan Myungsoo, juga hatinya kesempatan untuk mengisi ruang kosong di dalam dirinya. Tanpa takut kehilangan, juga takut akan perpisahan seperti kenangan pahit yang sudah ia relakan pergi bersama cinta pertamanya. Pikir Jiyeon menatap lekat sahabat baiknya juga belahan jiwanya yang kini masih mengalihkan pandangannya pada lalu lalang orang-orang yang hendak berpergian ke destinasi yang berbeda di Bandara Incheon.
Mungkin saat ini Myungsoo sedang menyesal karena memberitahu kepergian Seungho pada yeojanya. Tapi dia akan lebih merasa bersalah kalau tidak memberitahu Jiyeon. Karena walau bagaimanapun juga, Seungho adalah orang yang membawa Jiyeon ke Rumah Sakit dan memberitahu keadaanya pada Myungsoo.
-TBC-
------------------------------
Chingu~~~~ eotteyo??????
Gaje ya? Mian~~
Bantu vote dan komentarnya ya??!!
Jebal~~~ Butuh motivasi buat lanjutin publish chapter berikutnya >.<
Neomu neomu khamsahaeyo bagi yg udah kasih support^^