home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Rolling – Ttoreureu [또르르]

Rolling – Ttoreureu [또르르]

Share:
14 Subscribes |7404 Views |21 Loves
Rolling – ttoreureu [또르르]
CHAPTER 2 : That XX

Fanfiction : Rolling – ttoreureu [또르르]

Author : NnPark17

Main Cast : Park Jiyeon, L Infinite

Other Cast : JB Got7, Yoo Seung Ho etc.

Leght : Chapter

Rating : +17

credit poster: Arin Yessy @ Indo Fanfictions Arts

-----------------

Readers..... Anyeonghasseo^^

Chapter 2 isseoyeo^^

Mian baru sempet publish. Ada kendala saat sign in dari laptop ku. Huh harus pake komputer kantor dulu baru bisa hihihi *jangan bilang2 bosku ya?* bisa digantung nanti. Wkwkwk~

Yupz kalian tepat sekali. Ff ini emang terinspirasi dari 2 Korean Drama yang dibintangi saudari kembarku-Park Jiyeon T-ara-

Upz.. *ditimpukin Queens deh* hehhe #peace

Yaudah cuz dinikmati chapter ke-2 nya yaa
Happy Reading ~

**Don’t be silent readers.thx before after**

Please read, like, share and comment~

Gomawooo^^

------------------------

Oh I hate you for not knowing me
I hate this waiting
Please let go of his hand now
When you are sad, I feel like I could die baby

[G-Dragon – THAT XX]

“Kasihan sekali Jiyeon,”

“Bukankah JB adalah kekasihnya?”

“Apakah JB mengkhianatinya?”

“Setahuku mereka memang sudah berpisah.”

“Tapi bukankah mereka terkenal dengan JJ Couple?”

“Sayang sekali.”

Samar-samar suara riuh penonton yg berbisik-bisik membicarakan pemandangan aneh diatas panggung membuat Myungsoo tersadar dari pertanyaan2 bodohnya sejenak. Ia pandang sosok yeojanya lekat yg terlihat mulai gemetar karena terkejut. Bahkan Myungsoo jelas melihat mata Jiyeon yg mulai berkaca2 melihat JB memberikan mawarnya pada wanita lain yg merupakan Hoobae nya. Tanpa berpikir panjang Myungsoo segera bangkit dari kursinya dan beranjak ke atas panggung. Entah apa yg Myungsoo pikirkan, ia mengambil setangkai mawar yg ada diatas meja sebelum ia berlutut di hadapan Jiyeon yg sudah hampir hilang keseimbangan karena lemas dengan keterkejutannya yg membuat seluruh tubuhnya gemetar. Meskipun Jiyeon masih tidak mengerti apa yg sedang terjadi saat ini. Dengan tangan yg masih gemetar Jiyeon berusaha mengangkat tangannya ke udara untuk menerima mawar Myungsoo. Tapi Myungsoo dengan cepat meletakan Mawarnya kedalam genggaman Jiyeon dan dengan sigap menyanggah kedua bahu Jiyeon yg terlihat gemetar hebat dengan kedua tangan kekarnya.

Suara-suara riuh penonton terdengar semakin jelas. Siapa pria itu?. Kenapa ada disana? Apakah dia kekasih baru Jiyeon? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya terdengar sangat jelas di telinga Myungsoo juga JB. Bahkan dibenak JB juga terdapat pertanyaan yg sama dengan para penonton2 itu.

Sejujurnya JB juga merasa sangat bersalah pada Yeoja yg pernah menjadi sosok special dalam hidupnya. Tapi setelah perdebatan batin yg panjang antara perasaannya pada Yeoja yg ia pilih untuk menjadi rekan duetnya saat ini dan ambisinya untuk debut, pada akhirnya perasaannya lah yg ia pilih. Ya, pada akhirnya JB memilih untuk menjadikan gadis yg ia pilih sekarang sebagai rekan duetnya di kompetisi ini. Meskipun itu berarti harus membuang jauh-jauh mimpinya untuk debut dengan cepat. Karena sebelumnya Kim sajangnim-pemimpin agency milik JB&Jiyeon-sudah memerintahkan  JB juga Jiyeon untuk menjadi pasangan duet di kompetisi ini sebagai syarat untuk dipercepatnya debut mereka. Namun JB memilih membuang semua mimpi untuk debut lebih cepat demi bisa duet dengan wanita yg ia cintai saat ini. Meski terdengar konyol, namun bagi JB ini kesempatan yg tidak akan terulang dua kali. Karena setelah kompetisi ini gadis yg ia cintai itu akan melanjutkan pendidikannya di Amerika dan tidak tahu akan berapa lama di negeri paman sam itu. Dan itulah yg membuat JB pada akhirnya memilih keputusan yg akan menyakiti perasaan Jiyeon juga menjauhkan mimpinya untuk debut lebih cepat atau bahkan bisa jadi kejadian ini menghancurkan kesempetannya untuk debut lagi, karena Kim-sajangnim pasti akan sangat marah dengan keputusannya saat ini.

“Wahh.. siapakah gerangan pria tampan ini?” ujar MC Jung memecah suasana riuh parah penonton. “Apakah anda salah satu peserta?” tanya MC Jung pada Myungsoo yg masih menopang tubuh Jiyeon di dalam dekapannya.

Salah seorang crew terlihat membisikan sesuatu kepada MC Jung sebelum akhirnya..

“Woaah… ternyata pria tampan yg datang bak romeo penyelamat Juliet ini adalah kebanggan Universitas KyungHee rupanya.” Sontak ucapan MC Jung ini membuat suasana semakin riuh dengan sorak sorai penonton, apalagi salah satu juri yg memang mengetahui bakat Myungsoo mengijinkan Myungsoo mengikuti kompetisi tersebut meskipun ia bukan mahasiswa Kirin.

Tahun lalu Myungsoo memang hampir menjadi pemenang di Star Competition yg diadakan di Kyunghee, tapi karena suatu alasan Myungsoo mengundurkan diri dari kompetisi itu. Dan nampaknya juri yg mengijinkan Myungsoo untuk berpartisipasi di kompetisi yg diadakan di Kirin walau tanpa melewati audisi pertama adalah juri yg sama dengan juri yg pernah ada di kompetisi yg diadakan di Kyunghee 1 thn lalu.

**

Hening.

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Jiyeon maupun Myungsoo. Saat ini Myungsoo dan Jiyeon sedang duduk berdampingan di salah satu anak tangga yang menghubungkan antara ruang rias para peserta dan ruang kostum yg terletak di belakang panggung aula. Setelah acara berakhir Myungsoo langsung membawa Jiyeon pergi dari keramaian. Terutama dari para papparazi dan para wartawan yang akan meliput para peserta yg lolos babak ke-2 Star Competition Kirin.

“Jiyeon-ah.” Panggil Myungsoo memulai pembicaraan. Sedari tadi ia hanya memperhatikan Yeojannya yg terus menunduk menyembunyikan wajah sendunya.

“Hmm..” Sahut Jiyeon masih dengan posisi menunduknya.

Myungsoo mencari wajah cantik Yeoja nya itu dan kemudian menariknya kedalam dekapannya. Isakan Jiyeon mulai terdengar di telinga Myungsoo seiring dengan air mata yg mengalir deras dan membasahi kemeja yg sedang Myungsoo kenakan. Dada bidang Myungsoo mengalirkan perasaan hangat yg membuat Jiyeon mampu menumpahkan segala sesak dihatinya. Myungsoo semakin memperdalam dekapannya, tangan kirinya melingkar posesif di punggung Jiyeon dan tangan kanannya mengelus lembut kepala Jiyeon. Membuat isakan Jiyeon semakin terdengar nyaring di seluruh ruangan yang hanya ada mereka berdua saat ini.

Sejujurnya Jiyeon bukanlah wanita yg bisa menangis dengan mudah apalagi di hadapan orang lain. Ia lebih memilih menahan segala rasa sakitnya ketimbang terlihat lemah dihadapan orang lain. Tapi tidak di hadapan Myungsoo. Hanya dihadapan Myungsoo, Jiyeon yg terlihat kuat, dingin dan angkuh bisa menjadi yeoja lemah dan rapuh. Meski Jiyeon sering berusaha untuk terlihat kuat dihadapan Myungsoo, namun jika tatapan atau bahakan dekapan hangat milik Myungsoo menyentuhnya entah kenapa semua pertahanan yg sudah Jiyeon bangun sedemikian rupa runtuh seketika.

Beberapa menit berlalu dan tangis Jiyeon mulai mereda seiring dengan Jiyeon yang menarik perlahan kepalanya dari dekapan hangat milik Myungsoo. Jiyeon masih menunduk dan menghapus bekas-bekas airmatanya asal dengan punggung tangannya sebelum memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk menatap mata namja yg sedari tadi menemaninya.

“Gomawo.” Ucap Jiyeon akhirnya.

“Eoh, cheonma. Kau mau coffe? Aku akan membelikan coffe untuk mu.” Ucap Myungsoo seraya bangkit dari duduknya. Tangan Myungsoo mengelus puncak kepala Jiyeon sekali lagi sebelum benar-benar pergi meninggalkan Jiyeon seorang diri.

“Myung..” Panggil Jiyeon dengan suara yg masih terdengar parau sehabis menangis. Myungsoo berhenti dan berbalik kembali menatap mata sembab milik Jiyeon yg entah mengapa selalu membuat Myungsoo sesak jika melihat kedua mata indah itu sendu dan sembab.

“Eoh.. Wae?” tanya Myungsoo lembut tetap dengan senyuman hangat miliknya.

“Aku…..” Jawab Jiyeon ragu. “ani.. aku ingin coklat hangat.” Jiyeon menggeleng cepat sebelum akhirnya menunjukan senyum terbaik miliknya. Yang juga dibalas dengan senyuman manis milik Myungsoo.

“Arra.. kalke.” Ucap Myungsoo sekali lagi sebelum benar-benar menghilang dari hadapan Jiyeon.

**

-JIYEON POV-

“Arra.. kalke.” Ucap Myungsoo sekali lagi sebelum benar-benar pergi untuk membelikan coklat hangat untuk ku.

Hening. Kali ini aku benar-benar sendiri di tempat ini. Tempat yang mengingatkan ku pada pria itu. Pria yang  menyakiti hati dan harga diriku.

Flashback

-15 menit sebelum acara dimulai-

“Jiyeon-ah jebal! Kang Sora akan melanjutkan pendidikannya di Amerika setelah kompetisi ini berakhir. Kali ini saja aku mohon. Jebal bantu aku membujuk Kim-sajangnim untuk mengizinkan kita bebas memilih pasangan duet di kompetisi nanti.” Ucap seorang namja gusar membujuk ku yang sedari tadi hanya bergeming mendengarkan ucapan-ucapannya.

Ku hembuskan nafas panjang dan ku tatap pantulan bayanganku di cermin sebelum berdiri dari kursi riasku dan menatap JB datar. “Sebegitu inginnya kah kau berduet dengannya?” tanya ku datar.

“Ne. sangat. Jebal bantu aku membujuk Kim-sajangnim Jiy~~”

“Apa yang Sora milikki dan aku tidak hingga kau lebih memilih dia untuk menjadi rekan duet mu dari pada aku?” Seru ku memotong ucapan JB  dengan nada tinggi. “Bukankah aku rekan duet mu? Bukankah Kim-Sajangnim sudah memerintahkan kita untuk bisa mengambil hati penonton sebagai rekan duet? Bukan kah itu adalah syarat yg diajukan Kim-Sajangnim untuk kita terutama dirimu untuk  debut secepat mungkin? Bukankah kau sangat ingin debut untuk menebus segala kesalahanmu pada almarhum ayahmu? Bukankah hubungan kita berakhir karena mimpi mu untuk debut dengan cepat?.” Teriakku akhirnya menumpahkan sederet pertanyaan penuh emosi tanpa jeda pada namja yg saat ini berada di hadapanku dengan wajah yg terlihat menyesal.

 “Jiyeon-ah, bukan seperti itu. Aku tau kau~”

“Apa yg dimilikki wanita itu?” Potong ku lagi menepis tangan JB yg akan menyentuh kedua bahuku. “Bukan kah dulu kau bilang bahwa kau ingin fokus untuk menggapai mimpimu dan segera debut? Bukan kah itu adalah alasan mu mengakhiri hubungan kita? Apakah itu hanya omong kosong?” tanya ku dingin masih dengan emosi namun sudah bisa ku control dan terlihat lebih tenang.

“Jiyeon-ah dengarkan aku..” JB berusaha meraih kedua bahuku lagi dan kali ini aku tidak menepisnya.

“Saat itu aku sungguh-sungguh merasa bersalah pada almarhum abeoji. Beliau sangat ingin melihat ku debut sebelum ia pergi meninggalkan dunia ini. Namun karena tidak kemampuan ku, aku harus mengecewakan abeoji sampai dia benar-benar pergi sebelum bisa melihat ku debut. Karena itu aku mengakhiri hubungan kita agar aku bisa fokus pada karir dan pendidikan bermusik ku. Itu semua bukan omong kosong. Aku benar-benar ingin fokus pada impianku” Ucap JB menjelaskan. Dan aku berusaha sekeras mungkin mencari kejujuran di dalam tatapannya yang sedang menatap ku lekat.

“Wae?.. jigeum wae?” ku lepaskan genggaman tangan JB di kedua bahuku. “Kenapa sekarang dengan mudahnya kau buang semua impian mu itu?” seru lagi dengan nada tinggi penuh emosi.

“Bukankah dengan memilihnya menjadi rekan duet mu dalam kompetisi ini akan membuat debut mu lebih lama? Tapi kenapa demi yeoja itu kau berani membuang mimpi mu dan rasa bersalah mu pada almarhum abeoji mu? Apa cinta mu sangat besar untuknya? Kenapa saat dulu dengan ku kau tidak bisa seperti itu?” suara ku kali ini terdengar bergetar menahan isakan yang entah kapan akan meledak. Melihat JB yg terpaku di tempat setelah mendengar sederet pertanyaan ku tanpa jawaban atau reaksi sedikitpun membuat pertahanan ku  yang sudah susah payah menahan buliran-buliran air di pelupuk mata hampir runtuh.

Tanpa menunggu jawaban atau reaksinya lebih lama lagi aku segera berlalu dari hadapannya. Menaiki satu demi satu anak tangga menuju ruang rias utama yang berada di lantai atas belakang panggung dengan langkah kaki yg terasa gemetar sebelum akhirnya JB mengejarku dan menarik lenganku pelan. Membuat kami saling berhadapan kembali di pertengahan anak tangga.

“Wae ?....     Wae tto??” tanyaku melepas genggaman tangannya kasar dari lenganku.

“…” JB hanya menatap ku dalam. Tatapan yang penuh dengan rasa penyesalan dan rasa bersalah.

“Apa lagi? Kalau kau ingin membujuk Kim-sajangnim maka bujuk saja sendiri. Tidak perlu mengajak ku! Pergi saja sendiri.” Ujar ku membuang muka. Menghindari tatapannya. Tatapan yang paling ku benci. Tatapan penuh penyesalan dan tatapan di kasihani. Aku benci tatapan itu.

“…..” tidak ada jawaban.

“KA!!.” Teriak ku sekali lagi. Dan masih tidak ada jawaban.

“KA!! Aku bilang pergi! Sana perg~” JB menghentikan lengan ku yg sebelumnya ingin ku gunakan untuk mendorong tubuhnya menjauh dan pergi. Menahannya dan menarik ku perlahan kedalam dekapannya dan menenggelamkan wajahku dalam di dada bidangnya.

“Mian.” Ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan membuat buliran-buliran air yg sebelumnya tertahan di pelupuk mata ku mengalir deras melewati kedua pipi ku.

“Kenapa saat bersamaku kau lebih memilih mengakhiri hubungan kita? Kenapa saat itu kau tidak bisa mempertahankan hubungan kita? Hikz..kenapa?” Ucapku parau diiringi isakan-isakan kecil dari bibirku.

“Apa cinta mu saat itu tidak sebesar cintamu pada Kang Sora saat ini? animyeon Apa saat itu kau tidak benar-benar mencintaiku?” lanjutku lagi menumpahkan sederet pertanyaan yg sudah ku pendam sangat lama di benaku. Pertanyaan yg sebenarnya membuat ku takut akan jawabannya kelak.

“Mianhae. Jeongmal mianhae.” Ucapnya lagi membuat isakan ku semakin kencang dan air mata ku mengalir semakin deras.

“Jebal jangan meminta maaf lagi! Karena dengan memaafkanmu sama saja aku harus merelakanmu. Dan aku belum bisa..” batin ku lirih.

Flashback end

Selalu seperti itu. Selalu saja seperti itu. Selalu permintaan maaf dan maaf yang ku dengar dari para pria yg pernah ku cintai. Apa yg salah dari diriku? Apa yang membuat mereka tidak bisa mencintai ku? Kenapa selalu saja ada wanita lain yg bisa merebut hati orang-orang yg aku cintai. Apakah aku sangat buruk hingga mereka tidak bisa mencintaiku? Apakah aku adalah yeoja jahat yg tidak pantas mendapatkan hati mereka? Apa sebenarnya salah ku?.

Kini pandangan ku menerawang kearah pintu yang sebelumnya dilewati Myungsoo. Ku lihat lagi bayangan punggung tegap miliknya itu sebelum ia benar-benar pergi dan menghilang dari pandangan ku. Punggung tegap itu. Entah kenapa aku sangat menginginkannya saat ini.

“Cepatlah kembali Myung..” batinku dam kemudian kembali menenggelamkan wajahku di ke-2 lutut ku.

**

-Myungsoo POV-

Di depan caffe yg berada tidak jauh dari Universitas Kirin.

Ku tatap gelas coffe dan coklat panas yg ada di genggaman ke dua tanganku. Ku hembuskan nafas panjang sebelum kembali menyusuri jalan menuju universitas kirin. Tempat yeoja nya menunggu. Melewati jalan pintas yg terhubung dengan pintu belakang gedung dan terhubung dengan koridor yang menuju ruang kostum tempat Jiyeon menunggu saat ini. Setidaknya saat ini jalan itu lah yang aman baginya juga Jiyeon untuk menghindari para wartawan yg sepertinya masih berkumpul di depan gedung universitas kirin.

Tentu saja para wartawan itu tidak akan menyerah mengejar berita-berita yang akan menjadi hot news mereka. Terlebih lagi insiden JB yg memilih wanita lain untuk jadi pasangan duetnya. Padahal seluruh industri hiburan korea sudah mengenal pasangan duet JJ couple-Jiyeon JB Couple-sebagai trainee yang akan debut dibawah asuhan Q Ent, tapi bukannya memilih Jiyeon sebagai pasangan duetnya JB malah memilih wanita lain yg wajahnya terhitung baru di mata media. Mahasiswi tingkat satu Kirin Art yg adalah hoobae dari JB juga Jiyeon.  Jelas hal itu menjadi santapan lezat bagi para wartawan itu.

“Haassh… mengingatnya sungguh membuat ku kesal.”  Ucapku menghembuskan nafas ku kasar.

**

Ku tatap lekat wajah sendu milik Jiyeon dari ambang pintu yg sedikit terbuka, rasanya sakit melihat Jiyeon-ku sekuat tenaga menahan kesedihannya Masih dengan posisi yang sama seperti saat ku tinggalkan terakhir kali. Menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Berkali-kali ku lihat ia menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya menundukan wajahnya lagi.

“Oh tuhan.. aku tidak sanggup melihat pemandangan seperti ini.” Lirih ku dalam hati.

“Ta-da… coklat panas pesanan Nona Park sudah tiba.” Ucapku mengejutkannya. Ku lihat ia berusaha menyembunyikan bekas air mata yg mengalir dengan punggung tangannya.

“Eoh..  waseo?” Ucapnya kemudian menunjukan senyum manis yg mebuat mata sembabnya membentuk bulan sabit. Ku dudukan diriku kembali di sebelahnya dan menyodorkan coklat panas kesukaannya.

“Gomawo.” Serunya sebelum menyeruput coklat panas miliknya dan kembali memberikan senyum manisnya pada ku. Aku hanya terpaku melihat senyum itu dan tak mengalihkan pandanganku sedetikpun dari Yeoja manis yg sedang sibuk menyeruput coklat panas miliknya.

“Kau tidak meminum coffe mu? Apa itu masih panas?” tanyanya mengembalikan ku ke alam sadarku.

“Eoh.. nde.. ini sangat panas.” Jawab ku berbohong menutupi kegugupan ku. Tiba-tiba ia meraih gelas coffe dari genggaman ku dan meniup coffe yg sebenarnya tidak begitu panas. Aku refleks terkekeh melihat tingkah polos yeoja ku. Tak lama dia menyodorkan kembali gelas coffe milikku.

“ini.. sudah tidak panas lagi.” Ucapnya kemudian. Tangan ku terangkat ke udara. Bukan untuk mengambil coffe yg ia berikan, melainkan untuk menghapus bekas coklat di atas bibir ranum milik Jiyeon dengan ibu jariku.

Degg!!

Jantungku berdebar kencang. Entah kenapa waktu terasa berhenti ketika ibu jariku menyentuh bibir cherry milik Jiyeon. Aku terpaku ditempat melihat ibu jariku yg masih menempel di sudut bibir Jiyeon. Entah apa yang aku pikirkan.  Perlahan ku tundukan wajah ku, mengamati setiap centi keindahan wajah yeoja dihadapanku dan kemudian..

‘Chu’

Ku kecup singkat bibir ranum milik Jiyeon. Ku lihat sekilas wajah Jiyeon yg terkejut dengan perlakuan ku yang tiba-tiba. Kedua mata indahnya membulat sempurna. Namun sebelum menunggu reaksi Jiyeon atas perbuatanku ini, bibirku sudah melumat bibirnya dalam. Gawat. Bibir cherry milik Jiyeon seperti candu yang membuat ku tidak bisa dengan mudah melepaskan ciuman ini. Kedua tangan ku memegang wajahnya untuk memudahkanku memperdalam ciuman kami. Ani.. ciumanku. Karena saat ini hanya aku yang menciumnya. Jiyeon tidak membalasnya, mungkin dia masih terkejut. Tapi dengan ia tidak menolak sentuhan bibirku di bibir miliknya cukup membuat ku lega. Setidaknya masih ada harapan Jiyeon memiliki perasaan yg sama dengan ku. Bukankah para wanita akan menolak ciuman dari laki-laki yg tidak mereka sukai? Tapi tidak dengan Jiyeon saat ini. Meskipun aku masih tidak tahu bagaimana rekasi Jiyeon setelah ini. Setidaknya Jiyeon tidak menolak ciumanku. Selalu kata-kata itu yang terputar di benak ku.

Setelah beberapa saat akhirnya aku berhasil melepaskan diri dari candu milik Park Jiyeon. Deru nafas kami bertemu. Terasa hangat. Aku tidak tahu apa yang akan Jiyeon lakukan pada ku setelah ini. Dan sekarang aku benar-benar takut melihat tatapan mata Jiyeon yg sebelumnya terpejam kini menatap ku tajam. Dengan ekspresi yang tidak dapat ku artikan.

Apakah dia akan menamparku? Seperti adegan-adegan di Korean Drama. Ani..atau dia akan membenciku? atau lebih buruk lagi. Apakah dia tidak akan mau menemui ku lagi setelah ini?

Oh God Help me?!

..

-Author POV-

Seorang Yeoja masih Nampak murung di atas tempat tidurnya.-Park Jiyeon-yg ia lakukan sejak tiba di apartment nya semalam hanya mengurung diri di dalam kamar. Dengan selimut yang menutupi hampir sebagian tubuhnya. Jiyeon tidak tidur, hanya duduk sambil membolak-balikan album foto miliknya. Lebih tepatnya album foto yang berisi semua kenangan bersama JB.

“Tak ada lagikah cinta yg tersisa untuk ku?” Ucap Jiyeon pada JB yang sedang tersenyum manis di dalam foto 100 hari jadi mereka.

Flashback

“Sepenting itukah benda yang kau cari?” seru Jiyeon pada JB yg masih sibuk mencari benda berharga miliknya.

“Geurom. Kalau tidak penting kenapa juga aku serahkan kepada pelatih Kang sebagai benda berharga yg akan ia sita dan sembunyikan.” Jawab JB setengah berteriak, tanpa mengalihkan pandangan dari pencariannya.

“Mau ku bantu?” Ucap Jiyeon yang tiba-tiba sudah ada di samping JB.

“Eo.. eoh.. gomawo.” Entah kenapa jantung JB berdebar kencang saat melihat wajah Jiyeon dari dekat. Ia gugup seketika.

Hari semakin larut tapi barang berharga milik JB yg di sembunyikan pelatih Kang masih belum bisa ditemukan.

“Hah.. eotteokhae?” JB mengacak rambutnya kasar.

“oh ketemu!” Seru Jiyeon kencang. JB segera berlari ke arah taman kecil tempat Jiyeon berada. Jiyeon Nampak berjinjit mengambil sebuah kotak yang berada diatas tiang penyanggah ayunan.

“Igeo.. punyamu?” Ucap Jiyeon menyodorkan kotak yg baru saja ia temukan.

“Eoh.. Gomawo.” JB menerimanya dengan expresi yang campur aduk. Bahagia. Terharu. Dan sebagainya.  Jiyeon sedikit memiringkan kepalanya memperhatikan expresi wajah JB yg lucu.-menurutnya-

“Apakah sesenang itu? sebegitu berharganya kah?” tanya Jiyeon lagi masih tetap pada posisinya menatap JB lekat. Dan yang di tatap hanya mengangguk terharu melihat kotak yg sedang ia pegang saat ini.

Perlahan JB membuka kotak yang tadi di berikan Jiyeon. Mengeluarkannya dengan hati-hati. Dan Jiyeon yang sejak tadi memperhatikan pergerakan JB yang mebuka kotaknya-karena penasaran-kini hanya bisa melongo melihat benda yg baru saja JB keluarkan dari dalam sangkarnya.

“Sepatu butut?” ucap jiyeon refleks. “Dan hanya sebelah?” lanjutnya kemudian.

“Nde.. ini adalah benda yang sangat berharga buatku.” Ucap JB mengangguk mantap  dengan senyum bahagia yang melengkapinya. “Dan karena kau adalah yeoja special yang menemukan benda berharga ini, akan ku berikan ini kepada mu sebagai hadiah.” Lanjutnya kemudian sembari memberikan sebelah sepatu bututnya kepada Jiyeon.

“Juga Yeoja special yang telah menemukan dan mendapatkan hatiku.” Lanjut JB dalam hati.

“Micheosseo ?” teriak Jiyeon melemparkan sepatu yang JB berikan hingga mengenai dada bidang milik JB.

JB Mengernyit. Tidak mengerti . ‘apa yang salah dengannya?’ batin JB. Tidak ingin berlama-lama melihat wajah Jiyeon yang merah padam karena marah -juga karena udara yang dingin- JB segera berbalik dan berjalan meninggalkan Jiyeon yang masih kesal. ‘Bagaimana bisa benda berharga yang mereka cari hampir seharian adalah sebelah sepatu butut’ batin Jiyeon. Dan setelah itu di berikan padanya. Jiyeon tak habis pikir apa maksud JB sebenarnya.

Tapi entah mengapa. Melihat wajah JB yg langsung berubah murung dan kecewa saat Jiyeon menolak pemberiannya dengan kasar membuat Jiyeon jadi tak tega.

Perlahan ia ambil kembali sebelah sepatu butut yang tadi ia buang. Jiyeon duduk di atas ayunan sambil membersihkan sepatu butut yg sempat kotor karena mencium aspal akibat sebelumnya ia lempar dengan kasar. Meskipun butut, sebelum Jiyeon buang ke tanah sepatu itu masih sedikit terlihat bersih. Dan kini ternoda dengan sedikit bercak tanah karena ulah Jiyeon.

JB yang belum jauh melangkah kembali menoleh dan melihat betapa manisnya Jiyeon saat membersihkan sepatu yang sebelumnya ia bilang butut dengan jari-jari tangannya yang cantik. JB kembali berjalan mendekati Jiyeon yang fokus dengan kegiatannya membersihkan sepatu butut itu di atas ayunan.

Jiyeon terkejut dengan JB yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya, setengah berjongkok dan mensejajarkan wajahnya dengan Jiyeon.

‘CHUP’

Tanpa aba-aba JB mencium pipi Jiyeon.

Jiyeon yang terkejut hanya dapat mengerjapkan matanya berulang kali sebelum akhirnya bangkit dari duduknya dengan wajah yang mulai merona. JB yang menyadari tindakannya itu hanya tersenyum malu sambil menggaruk kepalanya yg tidak gatal dan ikut berdiri dari posisinya.

“Mwoya?” ucap Jiyeon pelan masih memegangi pipinya yg tadi JB kecup. Tanpa menatap mata hazel milik JB.

“Ini adalah sepatu pertamaku saat terpilih menjadi trainee di Q Ent, sampai debut nanti aku akan memberikan sebelah sepatu ku yg sudah rusak pada mu..” jelas JB memberi jeda.

“Karena kamu berharga. Sama seperti sepatu ini dan sepatu2 lainnya nanti, yang akan setia menemaniku untuk mencapai debut ku.” Lanjutnya. “ Maukah kau menjadi partnerku bersama sepatu ini dan sepati-sepatu lainnya nanti sampai kita debut….? Ani… bukan hanya sampai debut tapi sampai kita sukses menjadi seorang idol.”

Dan Jiyeon hanya mengangguk terpesona dengan segala kata-kata yang JB ucapkan.

Flashback end

~Ting~Tong~Ting~Tong~

Suara bel pintu menyadarkan Jiyeon dari lamunannya. Perlahan ia tutup kembali album photo nya dengan JB. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan hendak meletakan kembali album photo itu kedalam lemari. Namun….

Braaakkk…..~

Sebuah kotak tempat album foto itu sebelumnya di simpan jatuh menampakan beberapa sepatu usang yang hanya sebelah dengan berbagai macam model yang ada beserta berbagai benda-seperti jepit rambut juga accessories lainnya-yang sepertinya merupakan barang2 pemberian JB kini berserakan di lantai kamar Jiyeon.

**

Ceklek~

“Neo?”

“Park Jiyeon, anyeong.” Sapa namja yang baru saja Jiyeon bukakan pintu untuknya.

“Op…Oppa.. Yeogiseo mwohaeyo?” tanya Jiyeon tak bisa sembunyikan ekspresi terkejutnya.

“Apa aku tidak boleh mengunjungi teman SMA ku?”

“Apa aku tidak diperkenankan untuk masuk ke rumahmu?” tanya nya lagi karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Jiyeon.

“Eo..Eoh.. geurom.. tentu saja, silahkan masuk Seung Ho oppa.” Jawab Jiyeon kemudian setelah sadar dari keterkejutannya atas kedatangan namja yang pernah menjadi cinta pertamanya.

“Silahkan duduk. Mau minum apa?” tanya Jiyeon setelah Seung Ho berada di dalam apartmennya.

“Apa saja.”

“Yang dingin.” Lanjut Seung Ho dengan senyuman yang dulu jarang Jiyeon dapatkan. Ya.. namja satu itu-Cinta pertama Jiyeon- adalah sosok yang dingin. Dia hanya akan tersenyum pada orang-orang tertentu saja. Seperti Pul Ip dan Halmeoninya. Meskipun di akhir perpisahan mereka-sebelum Seung Ho berangkat ke Jepang dan Jiyeon kembali ke Seoul-Sikap Seung Ho berubah menjadi manis dan lembut kepada Jiyeon. Mungkin Seung Ho mulai luluh.

“Silahkan diminum oppa.” Ucap Jiyeon memberikan segelas lemon tea pada Seung Ho.

“Ne. Gomawo.” Sahut Seung Ho sebelum meminum lemon tea buatan Jiyeon.

“Apa kabar mu?” Tanya nya setelah meletakan gelas Lemon tea kembali di atas meja.

“Baik.Oppa?”

“Aku juga baik.”

“Apa kau sedang berlibur?.” Tanya Jiyeon yang hanya di balas dengan senyuman tipis juga tatapan sendu milik Seung Ho. Tak mau kembali terjebak dalam pesona milik Yoo Seung Ho-atau lebih tepatnya bersimpati-lagi karena tatapan mata miliknya. Jiyeon mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

“Apa kau hanya sendiri?” Ucap Jiyeon setelah membuka tirai yang sebelumnya masih menghalangi cahaya matahari masuk ke dalam apartmennya lewat jendela mungil miliknya.

“Pul Ip masih ada Ujian praktek. Aku kembali ke Seoul seorang diri.” Jawab Seung Ho kemudian setelah memahami maksud pertanyaan Jiyeon.

“Kau tak mengajak Halmeoni kembali ke Korea?”

“….” Lagi. Seung Ho hanya diam dan memberikan Jiyeon tatapan sendu-bahkan lebih tepat di bilang tatapan kosong- dan senyuman tipis miliknya sebelum akhirnya bangkit dari sofa dan menghampiri Jiyeon yang berdiri di dekat jendela.

“Halmeoni sudah beristirahat dengan tenang Ji. Aku kembali untuk menyebarkan abunya di kampung halaman kami. Di busan.” Ucapnya setelah sampai di hadapan Jiyeon.

Jiyeon tercekat. Tak mampu mengatakan apapun. Lidahnya kelu. Benar-benar terkejut atas berita duka yang baru saja ia dengar. Bagaima tidak? Halmeoni adalah satu-satunya keluarga yang Seung Ho milikki. Jiyeon benar-benar tidak bisa menahan untuk tidak bersimpati lagi pada namja yang sekarang ada di hadapannya.

“Mi.. mian. Aku turut berduka cita.” Ucap Jiyeon setengah menunduk berusaha mengendalikan perasaannya.

“Gwaenchana.” Ucap Seung Ho menyentuh lembut kedua pundak Jiyeon yang membuat Jiyeon otomatis mendongak kembali menatap mata sendu milik Seung Ho.

“Nan…..”

Ceklek~

Belum selesai Seung Ho melanjutkan kalimatnya. Suara pin apartment Jiyeon yang di tekan mengalihkan perhatian Jiyeon ke arah pintu yang baru saja terbuka.

“Jiyeonnieee~~” Suara cempreng namun merdu milik seorang wanita paruh baya menggema di seluruh ruang apartment milik Jiyeon.

“Ommoo… ada tamu? Mianhae. Eommoni tidak tahu kau sedang ada tamu.” Ucap Ny.Kim-eomma myungsoo-setelah meletakan 1 set rantang bekal makanan diatas meja kaca.

“Gwaenchanayo eommoni. Perkenalkan ini adalah teman SMA ku di Busan.” Ucap Jiyeon menghampiri Ny.Kim.

“Anyeonghasseo. Yoo Seung Ho imnida.” Seru Seung Ho seraya membungkukan badan.

“Aigooo~~ Teman SMA nya Jiyeonnie? Anyeong Seung Ho-ssi.” Ucap Ny.Kim menepuk lembut pundak Seung Ho dan dibalas Seung Ho dengan senyuman yang manis.

Ceklek~

“Eomma~~ Kenapa kau membeli barang belanjaan sebanyak in~~~i sih.” Rengekan seorang namja yang baru saja masuk ke dalam apartment Jiyeon memelan seiring tatapan matanya menangkap sesosok namja yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Apalagi di dalam apartment Jiyeon.

------------------------

Chingu eotte?

Makin gak jelas ya ceritanya? Mianhae~~ masih amatir^^

Masih butuh dukungan saran dan kritik dari kalian. Juga vote dan share ya.. Gomaptda^^

 

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK