Hana, Wanita itu berhasil mempermainkan perasaannya hanya dengan waktu kurang dari 10 menit dan bodohnya aku tidak mampu melawan walaupun aku tahu aku sedang dipermainkan.
Handphone berdiring dan kulihat nama eomma tertera dilayar. Dengan sedikit malas aku mengangkatnya.
"ji...."
"hmmmmm....ada apa?" kata ku dengan nada malas
"kau tidak jadi pergi dengan Hana?"
Aku langsung membenarkan posisi ku dan aku akan ketahuan berbohong kalau dengan suara malas seperti ini.
"iya eomma, ini aku sedang menunggu mimra bersiap-siap. Ada apa eomma?"
"baguslah, tadinya kalau kau tidak jadi eomma, appa dan dami akan menghampiri mu di hotel. Eomma sedang dalam perjalanan untuk makan diluar dengan nico. Kau yakin kau tidak ingin bergabung?"
"tidak-tidak aku sudah memesan restoran eomma. Lain waktu saja, aku yang akan mengajak kalian makan malam bersama. Biarkan lah eomma aku juga sangat merindukannya, aku butuh waktu untuk bersamanya. "
"baiklah, tak apa. Eomma dan appa sangat menyukainya sejak pertama kali melihatnya dilobby, ia sangat baik dan terlihat pintar. Kau harus menjaganya dengan baik."
"iya eomma...aku tahu itu."
"Hana ada diruangan mu tidak, eomma ingin berbicara dengannya."
Deg, aku langsung berlari keluar kamar menuju kamar Hana yang tak jauh dari kamarnya. Dengan sedikit memanggil Hana dan mengetuk pintu kamarnya.
"Hana sedang di toilet. Sebentar aku panggilkan Hana."
"Hana.....Hana....Hana"
Pintu kamar terbuka, dan kulihat Hana dengan wajah yang baru bangun tidur. Aku menyodorkan handphone ku kepada Hana. Hana menerima handohone ku dengan kebingungan.
"bicaralah, ini eomma ku" kata ku berbisik
Hana meletakan handphone di telinganya dengan mata yang belum terbuka sempurna
"annyeong...nugu ya?"
"eomma...kau sedang apa?"
"nugu?"
"eomma...eomma jiyongshi"
Mata Hana terbelak dan langsung memandang ke arah ku yang sedari awal menyandarkan tubuhnku dilemari di dalam kamar Hana.
"iyaa...iya eomma."
"kedengar kau akan berangkat makan malam dengan jiyong dan sedang bersiap-siap"
Hana menggerakan kepalanya meminta pertolongan kepadanku
"apa yang harus aku lakukan?" Hana berbisik dan aku hanya menggangguk
"sudah bicara saja"
Hana menukkan wajahnya.
"Hana...."
"iya eomma, aku sedang bersiap-siap akan pergi makan malam dengan jiyong, eomma dimana?"
"eomma, appa, dami dan nico sedang diperjalanan untuk makan malam diluar. Kau yakin tidak ingin bergabung dengan kami?"
"ikut malam dengan kalian?" Hana memandang ke arah ku kali ini aku menggeleng pertanda tidak usah ikut.
"mian eomma, jiyong sudah memesan restoran untuk kami berdua. Lain waktu saja ya, atau nanti aku yang akan memasakan makanan unyuk eomma dan appa. Bagaimana?"
"memang kau bisa memasak?" eomma seakan tidak percaya dengan ucapan Hana.
"eomma meragukan aku?"
"tidak...tidak eomma percaya pada mu. Baiklah nanti kau masak unyuk eomma dan appa ya? Janji ya?"
"iya aku janji eomma. Eomma hati-hati dijalan"
Hana menutup telepon dan kemudian berdiri dihadapan ku. Melipatkan tangannya tepat di dadanya.
"kali ini apa lagi?"
"kali ini benar-benar bukan mau ku"
"kalau seperti ini aku juga yang kesusahan. Tingkah mu memang selalu merugikan ku. Aku heran ada orang seperti mu" Hana melemparkan tubuhnya di tempat tidurnya dan memejamkan matanya.
"kalau seperti ini, apalagi alasan mu untuk tidak menjelaskan semuanya kepada ku?"
Ku memandanginya, matanya masih terpejam namun aku yakin ia menunggu jawaban ku. Aku mengambil kursi dan menghadapkannya ke jendela yang tertutup tirai. Ku buka tirai itu dan melihat bintang yang bersinar dilangit.
"jangan hanya diam saja ji, saat ini aku yang orang yang paling dirugikan karena tingkah mu"
"untuk sementara semua yang berkaitan dengan eomma dan appa, aku minta bantuan mu. Hanya untuk sementara saja itu pun tidak akan setiap hari sampai dami eonni bertunangan."
"heiiiiii....kau sedang meminta tolong kepada ku atau sedang menyuruh ku. Kau saja tidak meminta pendapat ku dengan semua tindakan bodoh mu ini."
"kau hanya berakting sedikit. Masa kau sudah keberatan? Itung-itung kau membalas ketika kau berada di apartement ku"
"kau benar-benar gila....aku tak pernah setuju untuk berada di apartement mu ya....dan aku juga tidak merasa punya hutang yang harus ganti. Dan aku tidak pernah mau untuk berakting di depan eomma atau appa mu."
"lalu yang kau lakukan sejak tadi siang apa?"
Hana tidak menjawab pertanyaan ku.
"pokoknya aku tak akan pernah membantu mu. Jadi lebih baik kau keluar dari ruangan ini. Sepertinya aku salah besar untuk menjadi manager communication corporate untuk solo kau, solo member bigbang dan bigbang."
"ohhhh kau naik jabatan, baguslah itu akan membuat kau sering bertemu" aku tersenyum mendengar ucapan ku sendiri.
"kau ini benar-benar gila. Sudahlah sepertinya percuma berbicara dengan mu hanya akan ......"
"kau kemana saja selama ini? Aku mencari mu dan khawatir kau akan bunuh diri" aku memotong pembicaraan Hana kemudian tertawa terbahak.
"maksud pembicaraan mu apa ji? Menggoda ku atau mengkhawatirkan ku?"
"kau maunya apa?"
"sepertinya bukan mengkhawatirkan ku tapi lebih tepatnya menggoda ku"
"terserah apa yang ada dipikiran mu tapi aku sangat mengkhawatirkan mu. Memang kau kemana?"
"terdengar tidak masuk akal kau mengkhawatirkan ku."
"kau kemana setelah kejadian itu?"
"aku hanya butuh sedikit waktu untuk menerimanya dan ternyata sedikit sulit cuma hidup harus berjalan kan?"
"iya matahari akan tetap bersinar walau khun sekarang tidak disamping mu"
"iya itu yang ku pikirkan. Ini bukan akhir tapi aku menjadi paham sesuatu, aku tidak akan menjalin hubungan dengan artis lagi"
Aku tertegun tidak menjawab atau merespon ucapan Hana. Kami terdiam dengan kesibukan masing-masing.
"aku pikir ini tak adil untuk ku, memaksa ku meninggalkan orang yang ku sayang karena orang lain. Dan aku hanya bisa menerima keadaan itu dan menelannya bulat-bulat padahal tubuh ku menolaknya."
"sebenernya kau tak perlu seperti itu, ini sebenarnya masalah perasaan bukan masalah pekerjaan. Kau bisa mempertahankannya walau butuh waktu meyakinkan lingkungan mu. Dan aku yakin khun juga tidak pernah mau seperti ini. Bekerja di dunia hiburan itu membuat kami menjadi boneka yang sepertinya tidak punya perasaan dan tidak punya kehidupan sendiri."
"apa itu tidak menyakitkan?"
"sangat menyakitkan apalagi ini menyangkut orang yang sangat berharga untuk mu, dan aku tidak akan melakukannya lagi"
"memang seorang kau pernah merasakannya?"
Kulihat Hana duduk dipinggir tempat tidur dengan tangan memeluk bantal.
"aku pernah melepaskan orang yang ku sayang ketika aku memulai debut, meninggalkannya padahal ia yang menemani ku untuk mewujudkan mimpi ku seperti sekarang. Cuma akhirnya aku meninggalkannya dan menghempaskannya hanya karena karir ku. Itu kebodohan ku dan aku tidak akan mengulanginya lagi."
"bagaimana nasib wanita itu?"
"iya sekarang hidup baik dengan suami yang sangat mencintainya. Ketika aku meninggalkannya, ia hanya tersenyum padahal aku tahu ini menyakitkan untuknya. Dia mundur secara perlahan, menjadi sosok yang selalu mendukungku walaupun aku telah meninggalkannya"
"sampai sekarang? Walaupun dia sudah punya kekasih"
"iya, ha ni tetap mendukung ku, memperhatikan aku dari tempatnya dan selalu ada ketika aku membutuhkannya. Tapi bukan sebagai kekasih, tetapi keluarga."
"tidak masuk akal. Lalu bagaimana dengan dara eonni dan si model itu?"
"aku mulai kehilangan kendali ketika karir ku mulai sukses. Aku mulai dekat dengan wanita agar aku tidak merasa kesepian. Padahal aku tidak pernah benar-benar mencintainya. Sama seperti eonni mu itu."
"apa kau gila bercerita tentang dara eonni ke adiknya seperti aku?"
"karena aku yakin kau tak akan berkomentar ke dara dan aku hanya ingin kau mengerti aku tidak seburuk yang kau pikirkan."
"hahahaha...,kau memang sudah buruk ji yong shi walaupun sekarang terlihat sedikit punya hati nurani. Tapi tetap tidak ada pembenaran kau memiliki kekasih lebih dari satu seperti ini. Ini hanya akan membuat mu menyakiti mereka."
"memang kau pikir aku tidak tahu kalau dara juga dekat dengan pria lain?"
Hana tampak menundukkan kepalanya seperti ia menyimpan rahasia yang tidak ingin aku ketahui.
"sudah jangan bertindak seperti itu. Aku tahu ia dekat dengan model di filipina. Atau victoria yang berkencan dengan penyanyi dari SM management. Aku tahu semua, dan itu juga menyakitkan aku"
"kenapa kau tetap mempertahankan mereka?"
"karena aku takut kesepian. Itu sajaa"
"kau tidak akan merasa kesepian" Hana mendekati aku dan membungkukkan tubuhnya mendekat ke arah ku
"kalau kau menjaga seseorang untuk tetap disini" Hana menyentuh jantung ku yang berdetak kencang.
Aku melepaskan tangannya dari dada ku, dan Hana kembali ke posisi sebelumnya.
"kau sangat menyayangi khun?"
"kenapa kau harus bertanya seperti itu? Apa kau meragukan ku?"
Aku tersenyum mendengar jawaban Hana
"aku menyayanginya melebihi aku menyayangi diri ku sendiri, khun adalah sosok suami idaman dengan semua yang ada dirinya. Aku tidak pernah berfikir akan jatuh cinta dengan sosok yang sejak awal memang sudah mempesona, ia memperlakukan ku seperti hanya aku yg ada disampingnya."
"bagaimana kau mengenalnya?secara khun dari agency berbeda dengan kita"
"memang kau mau tahu sekali ya, aku pikir kau orang yang tak mau tahu tentang orang lain."
"iya memang tidak masuk akal tapi aku begini hanya untuk mu,"
Hana memandang aneh ke arah ku.
"kau sedang merayu ku?"
"tidak, sudah lanjutkan cerita mu"
"kau memang aneh ji"
"aku mengenal khun ketika di thailand saat ada acara amal dengan 2ne1. Dara mengenalkan ku kepadanya dan ia sangat pria sekali berbeda dengan mu" Hana tertawa terbahak-bahak karena ucapannya sendiri.
"kau ingin membandingkan ku dengan khun? Apa itu masuk akal" kata ku sambil menarik kursi ku membelakangi Hana yang masih berada di tempat tidur dengan memeluk bantal besarnya.
"setelah itu ia meminta nomor ku dan kami mulai dekat. Hingga ketika di korea, khun mengajak ku pergi dan khun menyatakannya perasaannya kepada ku, kau tahu rasanya? Seperti aku mendapat berkah tak berhujung ketika mendengar khun bilang menyukai ku. Ketika aku sibuk karena peralihan kerja dari 2ne1 ke bigbang ditambah jadwal kuliah ku yang padat, khun tetap ada disamping ku walaupun jadwalnya dengan 2pm lebih padat dibanding aku. Khun nyaris sempurna untuk pria. Walaupun aku harus merasa cemburu ketika ia selalu bercerita tentang aira yang sudah khun anggap sebagai adiknya."
Aku membenarkan posisi duduk ku "aira, adik ipar jyp? Kau juga mengenalnya?" tanya ku tanpa berani melihat ke arah Hana.
"iya aku mengenalnya, bahkan sangat mengenalnya karena khun selalu menceritakannya kepada ku. Walaupun aku berusaha menutupi kenyataan bahwa aira adalah sosok yang penting untuk khun terlepas khun hanya menganggapnya sebagai adik"
"aku pernah bertemu dengan aira, aira memang mempesona dan jauh berbeda dengan mu"
"kau lebih baik keluar dari sini ji"
Aku tertawa mendengar jawaban Hana yang marah kepada ku.
"makanya jangan membandingi aku dengan khun kalau kau juga tidak mau dibandingi dengan aira. Karena memang tidak sama"
"tapi memang benar aira sosok yang sangat pantas untuk khun. Ia cantik dan anggun"
Ku dengar Hana melapaskan nafas panjang ketika bercerita tentang aira.
"setiap orang punya kelebihannya masing-masing. Kau juga cantik walau tak seanggun aira"
"sudahlah...kau tidak berniat untuk kembali ke kamar mu. Ini sudah larut malam. Besok kau ada wawancara bukan?"
"kau mengusir ku?"
"iya aku mengusir mu, cepat kembali ke kamar mu"
Aku mengangkat tubuh ku dan meninggalkan Hana
"heran kenapa wanita seperti mu bisa menarik perhatian ku"
"apa kata mu ji, aku tidak mendengarnya"
**********