Memikirkan sosok Hana di hari-hari ku membuat sesuatu yang berubah di hidup ku secara perlahan. Aku mulai memikirkan bagaimana membuat ku layak untuk Hana terlepas dari Hana sudah bersama dengan Khun dan aku masih bersama Victoria, Allice dan Dara.
Hari ini aku sedang berada di jepang untuk menemani Allice yang sedang berlatih untuk mempersiapkan kontes skala internasionalnya. Kebetulan minggu depan, Bigbang akan mengadakan konser di Jepang.
“berarti kamu di Jepang selama seminggu lebih?”
Allice merangkul ku ketika aku baru saja sampai di hotel tempatnya menginap. Aku berangkat tidak ditemani Jun hyung, Jun hyung akan menyusul ku bersama Hana dan crew yang lain lusa untuk mempersiapkan konser disini.
Aku menganggukkan kepala ku, melepasakan rangkulan Allice dan melemparkan tubuh ku ke tempat tidur.
“ahhh...aku jetlag sepertinya, aku akan chek in di hotel ini juga. Nanti kalau crew yang lain sudah datang aku akan pindah hotel yang sama dengan crew yang lainnya.”
“ya sudah, kau istirahat sana. Aku juga ada latihan sore ini, nanti malam baru kita bertemu. Oke sayang?”
Aku memeluk tubuh Allice dan meninggalkannya. Aku segera untuk chek in dan menuju ke kamar ku.
Aku merebahkan tubuh ku, memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuh ini. Jadwal ku selama beberapa bulan ke depan penuh dengan latihan, promo, dan konser untuk Asia. Membuat ku sangat menikmati waktu walaupun sedikit untuk beristirahat.
Handphone ku bergetar, telepon masuk membuat ku mendengus kesal karena baru saja aku terlelap sebentar tapi sudah di ganggu oleh getaran handphone. Aku menjauhkannys dan menutup muka ku dengan bantal. Getar handphone sudah tidak terasa, aku melanjutkan tidur ku yang sempat terganggu karena telepon dari nomor yang tidak ku kenali. Baru aku memejamkan mata ku, handphone ku bergetar lagi. Berusaha memdiamkannya tapi getar handphone itu tidak berhenti.
“hallo....”
“hey Mr. G Dragon kau sedang berada di jepang?”
Suara perempuan yang sangat fimiliar ditelinga ku, aku langsung membenarkan posisi ku dan merapikan rambut ku yang terlihat berantakan.
“akkkkuuuu....”
“bisakah kau memberitahukan ku ketika kau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konser Bigbang? Bagaimanapun juga aku yang bertanggung jawab untuk itu semua”
Aku tidak bisa berkomentar apapun, terdengar Hana sangat marah. Mungkin Jun hyung baru memberitahukanya kalau aku sudah berangkat ke Jepang hari ini. Padahal di jadwal seharusnya aku ke Jepang 2hari sebelum konser.
“hey...kau mendengarkan ku tidak?”
“iya...iya aku mendengarkan mu. Aku sudah memberitahu Jun hyung kalau aku akan ke Jepang sekarang.”
“seharusnya kau juga memberitahukan ku secara langsung, jangan karena kau yang paling berpengaruh jadi kau bisa bertindak seenaknya seperti ini.”
“bukan itu maksud ku, tapi aku hanya....”
Bicara ku belum selesai sudah dipotong dengan Hana, terlihat Hana memang sangat marah karena aku tidak memberitahunya kalau aku akan ke Jepang hari ini.
“hanya apa? Jangan beralasan lagi kau Mr. G dragon. Kau ini sudah membuat jadwal untuk kedatangan Bigbang berantakan.”
“kan kau bisa mengatur ulang jadwal itu? Minta bantuan Jun hyung untuk mengaturnya”
Aku mulai tidak terima mendengar Hana menyalahkan ku karena aku berangkat ke Jepang lebih cepat dari seharusnya.
“YAAAA...Mr. G dragon kau ini...” Hana terdengar meninggikan suaranya
Aku kaget mendengar suaranya dan membuat ku terdiam mematung.
“kau ini tidak mengerti juga ya...kau merasa tingkah ku seperti ini suatu pembenaran? Memang kau pikir mudah mengatur jadwal hanya karena keegoisan mu seperti ini? Aku ini sedang sibuk dengan persiapan yang lain, tidak hanya kau yang harus ku urus. Jangan bertingkah seperti kau yang bisa mengubah hanya karena keinginan mu, bagaimanapun juga aku yang bertanggung jawab untuk semua konser Bigbang.”
“kau ini kenapa? Seperti aku melakukan keselahan besar saja”
“memang kau pikir ini bukan masalah besar? Dan kau pergi ke Jepang tanpa didampingi Jun hyung lagi. Kalau kau membuat keributan atau kecerobohan yang berakibat untuk konser, aku juga yang kena marah oleh Boss. Jangan bertingkah seperti ini, jangan hanya memikirkan diri mu sendiri.”
Aku terdiam dan mulai berfikir keputusan untuk pergi ke Jepang hari ini membuat kesulitan untuk Hana. Tapi aku ke Jepang untuk memenuhi janji ku untuk menemani Allice, kebetulan aku minggu ini tidak ada jadwal dan minggu besok aku ada konser di Jepang jadi aku pikir aku bisa melakukannya sekaligus. Ternyata pemikiran ku salah, aku sudah membuat Hana kesulitan untuk mengatur jadwal kedatangan Bigbang hanya karena aku. Mungkin ini bisa dihindari kalau aku memberitahukannya sebelumnya.
“jangan bertingkah di Jepang, aku dan Jun hyung akan pergi besok untuk menemui mu. Kau di di hotel saja. Jangan macam-macam”
Hana menutup teleponnya dan membuat ku memandang handphone di tangan ku.
“memang dia siapa? Membentak ku seperti aku telah melakukan besar saja. Aku hanya datang ke Jepang lebih cepat dari seharusnya, tapi Hana memarahi ku seperti aku membunuh orang saja”
Aku menggurutu kesal. Keinginan ku untuk tidur lenyap karena mendengar Hana marah-marah kepada ku.
*************
Berada di hotel dan tidak bisa pergi kemana-mana membuat ku sangat bosan, allice sekarang masih berlatih di tempat yang tidak jauh dari hotel.
‘kau masih ditempat latihan?”
Aku mengirimkan pesan kepada Allice, aku hanya bisa menonton acara televisi di hotel.
“ahhhh bosan. Aku akan menjemput allice saja. Pasti Allice akan senang”
Aku memutuskan untuk menghampiri Allice di tempat latihannya. aku sudah pernah sebelumnya ke tempat latihan Allice, tepat dimana aku bertemu pertama kali dengan allice beberapa bulan yang lalu.
Aku menelusuri jalan menuju tempat latihan Allice, aku memilih berjalan kaki karena memang tidak terlalu jauh dengan hotel tempat ku menginap.
‘aku masih ada latihan. Kau tunggu saja di hotel, aku akan menemuimu ketika aku sampai hotel. Mian tidak bisa menemani mu, kau istirahat saja’
Aku membuka pesan dari allice, ternyata Allice masih ditempat latihan. Sepertinya Allice sangat sibuk sehingga tidak bisa menemani ku padahal aku ke jepang untuk menemuinya. Aku tersenyum sendiri memikirkan respon allice ketika melihat aku datang untuk menjemput atau hanya menemaninya latihan. Aku mempercepatkan langkah ku hingga aku sampai di depan rumah bertingkat dua, tempat allice latihan untuk mempersiapkan kontes internasionalnya.
Aku menelusuri setiap ruangan di dalam rumah, mengedarkan pandangan ku kesetiap ruangan yang dilewatinya. Aku kembali teringat ketika pertama kali bertemu dengan Allice disini, melihatnya menggerakkan tubuhnya hingga menciptakan gerakan yang cantik dan saat itulah aku menyadari aku harus memiliki allice walaupun ketika itu aku sudah menjalin hubungan dengan dara.
“ahhhh...Ji Yong-shi, kau kesini?”
Kata perempuan berambut panjang dan gelap menyapa ketika aku berada tepat di depan tangga menuju ke lantai dua.
“iya..nuna...apa kabar?”
“baik, kamu bagaimana? Tadi aku tidak sempat menemui di hotel, malah bertemu dengan mu di tangga seperti ini.”
“tidak apa-apa...aku hanya merasa bosan di hotel, makanya aku pergi ke sini. Sekalian menjemput allice, sepertinya latihannya sampai larut malam ya..”
“wah...allice pasti senang melihat mu disini. Iya allice latihan sampai larut malam, Sepertinya latihannya sudah selesai dari setengah jam yang lalu. Mungkin ia masih di ruang latihan.”
“baiklah, aku akan menghampirinya ke atas. Nuna, besok pagi kita sarapan bersama ya...aku ingin berbincang dengan mu. Sudah lama kan kita tidak bertemu.”
“baiklah...aku juga akan langsung ke hotel. Aku sangat lelah hari ini, aku pulang yaa....”
Nuna Yoonah menupuk punggung dan meninggalkan ku, aku memandanginya sampai Nuna yoonah menghilang dari pandanganku.
Aku melangkahkan kaki ku menuju lantai dua tempat allice latihan. Aku mulai mencari Allice disetiap ruangan di lantai dua. Tapi aku tidak menemuinya, akhirnya aku menemukan ruangan paling akhir dengan lampu yang masih menyala. Aku mempercepatkan langkah ku untuk sampai di depan pintu ruangan.
Mata ku terbelalak, tangan ku mengepal, dan gigi ku menggeram melihat Allice sedang berciuman dengan pria di dalam ruangan latihan. Allice masih menggunakan pakaian latihannya dan selintas kulihat pria itu juga menggunakan pakaian latihan, dan kesimpulan sementara ku kalau pria itu adalah teman latihan allice atau bukan teman? Aku tidak peduli, ku buka pintu ruangan, aku mempercepatkan langkah ku...Allice dan pria itu langsung memandang kaget ke arah ku. Allice menjauhkan posisinya dari pria yang sebelumnya menciumi dan memeluknya.
Aku menarik baju pria itu hingga membuatnya berdiri dengan terpaksa. aku menariknya, menjauhi Allice yang terlihat ketakutan melihat ku yang seperti akan membunuh seseorang. Aku mengepalkan tangan ku dan memusatkan tenaga ku untuk berada di tangan ku yang sudah siap kulayangkan tepat di pipinya. Aku memandangi marah pria itu, yang ku terima adalah pria itu berbalik memandangi ku dengan tatapan merendahkan ku dengan senyum kecilnya. Aku melayangkan tangan ku tepat di pipi kirinya dan membuat pria itu limbung dan terjatuh. Melihatnya terjatuh dengan darah yang keluar dari ujung bibirnya membuat ku ingin memukulnya berkali-kali.
“oppa....opppaa....hentikan...ku mohon”
Ku dengar Allice berteriak memohon aku menghentikkannya, mendengar ucapan Allice malah membuat ku ingin memukul pria yang sekarang sudah berada di depan ku sambil menghapus darah di ujung bibirnya dengan tangannya.
“ji yong-ah....hentikan...aku mohon hentikan...aku salah...hentikan”
Kali ini Allice terdengar menangis dan terus memohon aku menghentikannya, aku memandang ke arah Allice yang berlutut sambil menangis. Membuat ku kehilangan konsentrasi. Aku mendapatkan pukulan tepat di pelipis sebelah kanan ku, aku terjatuh. Ku rasakan sakit di pelipis ku, sangat sakit. Pukulan yang dilayangkan kepada ku sangat keras membuat kepala ku terasa sakit.
Allice berlari mendekati ku, dan memelukku sambil tetap memohon. Tapi bukan memohon kepada ku melainkan kepada pria itu
“oppa...aku mohon, hentikan...joon oppa...aku mohon”
Akhirnya aku tahu kalau pria itu bernama Joon, dan yang Allice panggil pertama dengan oppa bukan aku tapi Joon. Aku merasakan sakit di dada ku, bahkan luka di pelipis kanan ku tidak terasa sakit.
***************
Akhirnya aku sampai di kamar ku, Allice menemani ku sampai ke dalam kamar ku. Ku lihat Allice sangat khawatir kepada ku, ia terlihat sibuk mencari kompresan untuk ku.
“hentikan....”
Allice yang sedang memeras kompresan untuk ku langsung memandangi ku, aku bisa melihat dengan jelas ketakutan di mata Allice ketika memandangi ku.
“hentikan...kita hentikan sampai disini...”
“oppa...mian...aku minta maaf...aku tahu salah...maaf”
Allice mendekati dan duduk disamping ku sambil menangis, aku hanya bisa memandang sudut dipojok kamar.
“sudahlah...kau bisa pergi dari sini.”
“oppa....”
“terima kasih, silahkan pergi...”
Aku melangkahkan kaki ku menuju kamar mandi, menguncinya dan menyalakan keran. Aku terduduk di lantai melihat air yang keluar deras dari keran, aku menundukkan kepala ku.
************
Pintu kamar terketuk, mata ku masih terlalu berat untuk dibuka. Aku baru tidur sekitar pukul 5 pagi ditemani alcohol untuk menghilangkan rasa sakit yang aku rasakan setelah melihat Allice sedang berciuman dengan pria lain dan aku mendapatkan pukulan di pelipis kanan ku.
Pintu masih saja terketuk, aku membuka kan pintu. Ku dapatkan perempuan dengan tangan terlipat di dadanya, raut mukanya sangat menyeramkan ditambahkan tatapannya seperti bersiap menembakkan seseuatu.
“kau bertingkah apa lagi?”
Hana masuk ke dalam ruangan disusul Jun hyung dibelakangnya. Aku menutupi memar di pelepis kanan ku dengan rambut ku.
Jun hyung berbisik, “ Kau kenapa?”
Aku hanya mengangkat tangan ku dan langsung duduk di ujung tempat tidur, ku lihat Hana duduk di kursi di dekat jendela dengan melipatkan kakinya.
“bukankah aku sudah bilang kemarin, jangan bertingkah macam-macam”
“Jun hyung, bantu aku chek out. Aku mau pindah dari hotel ini.”
“oppa...tolong belikan obat untuk menyembuhkan memar dan beli beberapa roti untuk tuan yang satu ini. Terima kasih oppa”
“baiklah...kamu mau hot chocolate Hana?”
“tidak usah, terima kasih...”
“aku mau hot chocolate hyung...”
Jun hyung langsung memandang sinis kepada ku dan berlalu meninggalkan aku dan Hana di dalam kamar.
Hana duduk disamping ku, memegang wajah ku. Aku bisa melihat dengan jelas mata yang indah dan bibir tipisnya berada tidak jauh dari wajah ku. Hana melihat dengan detail seluruh yang ada di wajah ku.
“Cuma ini saja lukanya?”
Hana menekan memar di pelipis kanan ku, dan membuat ku berteriak kesakitan. Hana tertawa melihat ku berteriak-teriak dan bahkan dengan sengaja memegang memar ku berkali-kali.
“bisakah kau tidak bermasalah ji yong shi?”
Hana mengambil kompresan dan menempelkannya tepat di memarnya. Hana mengkompreskan memar ku dengan kasar dan membuat ku berteriak kesakitan.
“pelan...pelan Hana” kata ku memohon.
“kamu ini jangan bertingkah macam-macam. Kemarin kau memilih ke jepang sendirian untuk bertemu dengan wanita mu dan sekarang kau sudah berada di Jepang malah membuat luka di wajah mu. Hanya karena kelakuan mu seperti ini kau sudah membuat kesusahan untuk banyak orang.”
Kali ini Hana mengusapkan kompresannya secara perlahan dan membuatku diperlakukan seperti anak kecil yang terjatuh dan kemudian dirawat oleh ibunya.
“dan bagaimana mungkin kau ke Jepang bertemu dengan wanita lain tanpa ketahuan dara eonni. Kau ini memang hebat Ji yong shi”
“sudah jangan menggoda ku seperti ini, itu membuat ku tidak nyaman”
“memang hanya kau yang bisa membuat orang tidak nyaman?”
“sudah, tak perlu kau berbuat baik kalau hanya terus menyalahkan ku seperti ini”
Aku menarik kompresan dari tangan Hana, ku lihat Hana memandang heran kepada ku dan kemudian kembali ke posisi duduk di dekat jendela dengan menyilangkan kakinya.
Jun hyung datang membawa beberapa roti dan hot chocalate untuk ku. Tapi Jun hyung malah melayani Hana dengan membuka roti dan memberikan hot chocolate ke Hana.
“ahhhh oppa...terima kasih. Padahal aku tidak ingin hot chocolate, tapi tidak apa-apa...terima kasih oppa”
“hyung...mana untuk ku?”
“kau tidak lihat itu dimeja ada hot chocolate? Itu untuk mu, ambil sendiri...kau punya tangan bukan?” Jun hyung menunjuk roti dan hot chocolate di atas meja.
Aku mengambil roti dan hot chocolatenya dan memakannya diatas tempat tidur, ku lihat Hana dan jun hyung sedang mengobrol dan mendiamkan aku yang tetap memakan roti.
“ji yong...apa yang sebenarnya terjadi?”
“kenapa?”
“itu luka di pelipis mu? Sudah bertemu dengan allice?”
“ahhhh, allice? Dia sudah tidak ada hubungannya dengan ku”
“kenapa? Bukannya kau ke Jepang dan melakukan kesusahan untuk ku karena wanita mu itu?” kali ini Hana ikut berbicara
“ada apa dengan allice?”
“apa aku harus bercerita dengan Hana disini?”
“memang kenapa? Aku tidak boleh mendengarkan cerita mu Ji yong shi?”
“ahhhh....kau ini kenapa Hana? Sangat sentimen kepada ku”
Aku memprotes sikap Hana kepada ku yang dari awal sangat penuh kekesalan disetiap kata yang berkaitan dengan ku.
“apa salah ku?karena aku membuat kesusahan untuk mu?”
“memang kau pikir itu benar Ji yong shi? Kau tidak merasa ada yang salah dengan sikap mu yang seenaknya seperti itu?”
“apa hanya karena aku melakukan itu harus membuat ku bersujud untuk meminta maaf kepada mu?”
“ji yong shi....memang kau sudah pernah meminta maaf karena kesalahan mu? Sepertinya tidak pernah...jangankan untuk membuat mu bersujud meminta maaf kepada ku, untuk meminta maaf saja tanpa bersujud pun kau tidak melakukannya”
“sudah...sudah....kau juga Ji yong ah seharusnya kau meminta maaf kepada Hana. Gara-gara kau, dia harus merombak jadwalnya...padahal hari ini seharusnya Hana libur tapi karena kau, Hana harus ikut dengan ku sekarang”
“ahhh...sudahlah....” kata ku tanpa mau mengakui kesalahan ku sendiri.
“Allice kenapa ji yong? Kau meninggalkannya?”
“aku mendapatkannya sedang berciuman dengan pria lain di tempat latihannya. Dan ini hasil karya pria brengsek itu” kata ku sambil memegang memar di pelipis ku.
Hana tertawa terbahak-bahak mendengar aku mendapatkan allice sedang kissing dengan pria lain dan aku mendapat bonus memar di pelipis ku.
“apa itu lucu Hana shi?”
“hahahahaha....tidak...tidak...lanjutkan saja ceritanya” Hana menahan tawanya
“kau tidak membalas pria itu? Atau kau memukul terlebih dahulu baru mendapatkan memar dipelipis mu?”
“iya aku memukulnya terlebih dahulu, merobek bibirnya hingga berdarah.”
“lalu kenapa kau bisa terluka seperti ini?”
“sehabis memukul pria itu aku mendengar Allice menangis dan memohon aku menghentikannya, karena itu aku kehilangan konsentrasi dan kendali ku hingga membuat ku tidak mengetahui pria itu melayangkan pukulannya di pelipis ku”
“sangat menyedihkan kalau seperti itu” Hana kali ini tidak tertawa tapi malah memandang kasihan ke arah ku.
“tidak perlu memandang kesihan seperti itu kepada ku Hana”
“kau ini ya...”
Hana terlihat ingin memukul aku tapi karena posisinya berjauhan dengan ku membuat Hana mengurungkan niatnya.
“tapi aku pikir ini alasan yang pas untuk aku meninggalkan Allice, dibanding Allice yang mengetahui kalau aku juga memiliki kekasih selain Allice”
“iya seperti itu, bahkan kau tidak merasa rugi dan sakit hati bukan? Allice membuka jalan untuk kau meninggalkannya padahal kalau Allice tahu kau bahkan lebih jahat dan lebih dari yang Allice lakukan.”
“tapi tetap saja hyung, dada ku terasa sesak melihat Allice berciuman dengan pria lain di depan ku seperti itu.”
“kau hanya melihat dengan satu pria. Bagaiaman kalau Allice melihat mu berciuman bahkan tidur dengan wanita lain bukan hanya satu orang?”
Pertanyaan Hana membuat jantung ku terasa berhenti berdetak dan membuat mata ku seperti mau keluar dari tempatnya ketika memandang Hana yang malah asik dengan handphonenya. Hana memandang ku kebingungan, aku masih saja memandang ke arah Hana, Jun hyung tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
“ada salah dengan ucapan ku?”
“sudah lupakan saja. Ji yong ah, kau mau chek in dari sini? Kita pindah ke hotel yang memang buat konser saja bagaimana?”
Aku tidak menjawab pertanyaan Jun hyung dan tetap memandang Hana yang seperti tidak terjadi apa-apa. Jun hyung yang mengetahui keadaan ku langsung menepuk punggung ku tapi itu berhasil membuat ku mengalihkan pandangan ku dari Hana.
Dada ku terasa sakit, sungguh...mendengar ucapan Hana yang menyakitkan atau ia hanya membuka fakta yang selama ini selalu acuhkan. Rasanya hati terbakar, panas...sakit dan sesak membuat situasi saat ini sangat tidak baik.
“kenapa? Ada yang salah dengan ku Ji yong shi?”
Hana malah mempertanyakannya kembali padahal Jun hyung sudah berusaha mengalihkan pembicaran ini.
“jun hyung, bisa kau chek out sekarang dan urus chek in di hotel yang baru. Atau kau urus taxi untuk mengantarkan ku kesana?”
Jun hyung langsung memandang ku, Jun hyung sangat menyadari menyuruhnya keluar dan membiarkan aku dan Hana di kamar berdua.
“ahhh...tidak, nanti saja...kalau tidak biar aku dan Hana yang urus, kau bisa besiap-siap sekarang”
Aku langsung memandang Jun hyung dan menyuruhnya keluar hanya menggunakan isyarat yang ku berikan dari mata ku.
“tidak biarkan Hana disini, menemani ku...”
“sudah Hana ikut saja dengan ku”
Jun hyung sangat ketakutan meninggalkan aku dan Hana di sini.
“sudah, oppa saja...aku akan menunggu mu disini. Aku tidak akan apa-apa”
“benarkah?” wajah Jun hyung menggambarkan ketidak percayaanya kepada ku.
“iya, sudah oppa saja yang urus dan mencari taxinya. Biar aku yang membantu Ji yong shi untuk packing dan bersiap-siap. Nanti kalau sudah beres semua, oppa bisa menelepon ku.”
“baiklah...aku akan keluar. Nanti aku akan menelepon mu”
Jun hyung meninggalkan ku dengan Hana di kamar. Hana masih duduk di posisinya. Aku hanya memandanginya dan berusaha menahan emosi mengetahui Hana berani membuka kenyataan yang sebelumnya aku acuhkan.
“apa yang ingin kau bicarakan? Kau tersinggung dengan ucapan ku?”
Aku tidak menjawab pertanyaannya hanya terus memandanginya. Aku tahu ucapan Hana benar, tapi mengapa membuat ku merasa tidak nyaman dan marah ketika menyadari Hana menemukan titik dimana aku melakukan kesalahan besar dalam hidup ku.
“ji yong shi, apa menurut mu itu benar? Ayo katakan argumen mu biar aku mengetahui alasan mu melakukan ini kepada wanita-wanita mu itu yang salah satunya adalah eonni ku sendiri.”
“benar atau salah memang kau yang menentukan?”
“bukan aku yang menentukan, aku hanya bertanya apa itu dibenarkan oleh hati mu sendiri? Kau marah ketika balerina mu itu berciuman dengan pria lain, apa kau tidak memikirkan kalau suatu saat balerina itu melihat mu dengan eonni atau dengan model mu itu sedang berciuman atau sedang tidur dengan wanita lain? Apa yang kau kira akan terjadi?”
Aku terdiam mendengarkan ucapan Hana dan aku tidak berani untuk memandangnya lagi dan mengeluarkan argumen ku.
“dan lagi mau sampai kapan kau bertingkah seenaknya seperti ini? Memang di dunia ini yang mengatur semuanya diri mu? Kau ini tidak hidup sendiri atau hidup dengan orang-orang yang bisa mengikuti mau mu saja.”
Aku mengumpulkan keberanian ku untuk memandang Hana lagi, aku merasa sudah dipermalukan dengan mendengar Hana membuka kesalahan-kesalahan ku. Aku makin takut Hana akan mengetahui semua kesalahan ku.
“kau sedang menceramahi aku? Kau ini hanya kordinator konser ku, jangan bertingkah seperti kau telah mengenal ku”
“aku memang baru mengenal mu dan aku hanya pekerja untuk konser mu, maaf kalau lancang. Tapi aku pikir mengapa orang-orang yang sudah dekat dengan mu tidak mau memberitahukan mu ketika kau salah karena sikap mu sendiri, mereka sudah tidak peduli dengan apa yang kau lakukan dan lambat laun mereka akan meninggalkan mu secara perlahan.”
“dan aku tidak terima mengetahui eonni ku diperlakukan seperti ini oleh mu. Ini sangat tidak adil, aku ingin membuka semua aib mu tapi aku ingin eonni melihatnya dan menyadarinya sendiri tanpa aku yang harus memberi tahukannya.”
“kau tahu apa tentang aku? Tidak perlu berlebihan seperti ini hanya karena dara adalah eonni mu”
“kalau kau tidak ingin aku berkomentar tentang kehidupan mu. bisa kah ketika kau bekerja sama dengan ku, kau tidak membuat masalah dan tidak merepotkan ku? Jadi aku tidak perlu kesusahan dan merepotkan ku untuk menasehati mu panjang lebar tapi tidak pernah di dengarkan. Aku beruntung punya teman dan kekasih yang tidak bertingkah seperti mu, kalau ada aku tiap hari akan naik darah dan jadi pesakitan”
Hana tertawa kecil dan kembali memandang ku, aku benar-benar tidak bisa mengeluarkan kata-kata.
“ini nasihat ku untuk mu. Menurut ku kalau kau ingin yang terbaik untuk hidup mu, lakukan yang terbaik juga untuk mendapatkannya. Wanita manapun pasti akan terpuruk mengetahui prianya bersama dengan wanita lain, kau hanya sedang beruntung saja mereka tidak mengetahuinya. Dan untuk pekerjaan, jangan bertingkah seenaknya seperti ini, kau ini tidak kerja sendirian. Walaupun kau yang memegang kendali, tapi kau harus melihat orang lain. Dengan kamu menghargai orang lain, aku jamin kau akan dihargai juga oleh orang lain. Aku tahu Ji yong shi bisa berfikir cepat buktinya kau mampu bertahan di dunia entertaiment sejauh ini. Aku tunggu kau di luar”
Hana meninggalkan ku di kamar, ucapan Hana sama dengan yang diucapkan Jun hyung waktu ketika apartement. Dan membuat ku merasa memang ucapan Hana benar.
****************