home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Flower Boy Is You

Flower Boy Is You

Share:
Published : 15 Oct 2015, Updated : 26 Oct 2015
Cast : Choi Jun Hong (Zelo), Kim Sae Ron, Lee byung hun (ljoe)
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |1674 Views |0 Loves
Flower Boy is You
CHAPTER 3 : “Stop It”

      Kini aku harus benar-benar percaya diri dan apapun yang dikatakannya aku harus menutup telingaku rapat-rapat dan mempertebal rasa tidak tahu malu yang ada dalam setiap aliran darahku. Aku harus bisa melakukannya. “aaaahhhh, ottoke?”

      Aku terus mondar-mandir tidak jelas sambil menggigit-gigit jariku. Aku bahkan tidak berani menampakkan wajahku di layar monitor apartemennya. Tanganku terus gemetaran padahal tinggal satu centi saja ujung jariku ini menyentuh bel, tapi bel itu nampak seperti ulat bulu yang menakutkan. “aaaahhhh, ottoke, ottoke, ottoke?”

    Aku harus tenang. Aku harus berfikir matang-matang apa alasan yang bisa membuatku menemuinya tanpa merendahkan harga diriku. Aku bilang saja kalau mama yang menyuruhku untuk tinggal dulu di apartemennya karena takut nanti terjadi apa-apa. Aaahhh... itu tidak mungkin, sangat-sangat tidak mungkin. Itu terlihat konyol sekali. Ooghh, kenapa mama tidak menitipkan pesan seperti itu padahal mama sangat mengerti aku paling takut sendirian, begitu juga dengan eomonim. Apa mereka lupa untuk menitipkanku pada Joon?

        “Ha Na ssi.”

       “kamchagi!” teriakku benar-benar kaget dan kutemukan sosok yang sedari tadi membuat otakku ini berfikir lebih keras dari biasanya. Dia yang tiba-tiba muncul dari belakangku entah dari mana datangnya. Tamat sudah riwayatku. Saat ini wajahku pasti sudah pucat pasi dan dia akan mulai mengejekku.

        “Ottokaji? Apa yang aku katakan kemarin benar-benar terjadi. Hah Ch’am...”

    “Aniyo! Aku hanya... hanya... hanya ingin melihat-lihat saja,” jawabku gugup. Joon makin menyipitkan matanya dan melihatku sinis. “A, geuraeyo?” tanyanya meyakinkan perkataanku. “geurae..., kalke!” aku langsung membalikkan badan dan cepat-cepat pergi. Namun langkahku terhenti karena Joon sudah lebih dulu menahan penutup kepala jaketku sampai aku terdorong lagi ke belakang, “eodiga?” tanyanya penuh kemenangan. Aku pun langsung membalikkan badanku.

      “Joon-a, jebal...” aku pun merengek sambil meraih lengan bajunya. Dia menatap tajam ke arah tangan kananku yang terus memegang lengan bajunya. Aku langsung cepat-cepat melepaskannya.

       Aku harus terus membujuknya. “Joon-a... aku sendirian di apartemen. Aku sangat takut sendirian. Tolong ijinkan aku tidur di apartemenmu. Oh?” bujukku dengan wajah penuh memelas.

          “micheoso!” bentaknya keras. “Ya... kau tahu ini jam berapa?” tanyanya heran dan aku pun menjawabnya, “jam 5!” dia langsung menghela nafas.

        “Lalu apa yang kau takutkan di jam-jam seperti ini! Lagipula tidak ada hantu yang berani mendekatimu.”

          “Tapi bukan hanya itu yang aku takutkan. Kau memang tidak takut kalau nanti ada pencuri atau pembunuh? Atau terjadi apa-apa yang tidak bisa diduga jika aku tinggal sendirian di apartemen seluas itu,” dia hanya menggelengkan kepala mendengar penjelasanku. “Aku tahu apartemen ini aman, tapi aku hanya memastikannya saja. Satu malam saja, satu malam, oh?” lanjutku membujuknya. Dia langsung beranjak dari tempatnya berdiri tidak menghiraukanku sama sekali.

        “Aku janji aku tidak akan mengganggumu bahkan untuk mendekatimu satu meter pun. Aku juga akan benar-benar menjauh darimu selama seminggu nanti, aku janji!” Bujukku sambil menundukkan kepala. Paling tidak itu keputusan berat terakhir yang ternyata bisa menghentikan langkahnya. Dia langsung berbalik dan tersenyum tipis.

       “Apakah berada jauh dariku sangat menyenangkan untukmu?” aku pun  sangat kesal mendapati ekspresi wajahnya yang sangat senang itu bahkan untuk pertama kalinya aku melihatnya tersenyum kepadaku walau untuk alasan yang menyebalkan.

   “Keroum,” jawabnya enteng. “Dorawa!” perintahnya kejam sambil menggenggam penutup kepalaku lagi. Aku pun ditariknya masuk apartemen. Benar-benar tidak manusiawi tapi paling tidak aku bisa menghilangkan kekhawatiranku untuk tinggal di apartemen sendirian. Aku tidak membayangkan apakah nasibku akan sama seperti wanita di film apartement ? Diganggu oleh hantu berambut panjang yang sangat menakutkan. Aku hanya perlu memastikannya malam ini walaupun aku merelakan untuk menjauh darinya satu minggu ke depan. Paling tidak aku bisa sembunyi-sembunyi mengikuti tanpa bisa diketahuinya... hahaha...

     “Ya, hentikan kebiasaan berkhayalmu itu!” tegurnya mendapatiku masih berdiri di depan pintu masuk sambil menyusun strategi khusus untuknya. “Kau fikir aku tidak tahu isi otakmu?” lanjutnya sinis. Aku pun mengikutinya menuju ruang tengah. Namun tiba-tiba dia menghentikan langkahnya sampai aku menabraknya. Dia pun langsung menatapku tajam.

    “Bukan aku yang mendekatimu. Kau sendiri yang berhenti tiba-tiba,” aku pun membela diri sebelum dia menuduhku macam-macam.

       “Dengar baik-baik peraturannya. Kau hanya boleh di ruangan ini. Jangan datang ke kamarku dan ingat... menjauh dariku. Jangan sentuh apapun yang bukan milikmu!”

       “Kalau aku lapar?”

       “Pulang lah untuk makan,” jawabnya enteng.

      “Ya, apa kau tidak merasa ini terlalu berlebihan?” tanyaku sedikit kesal dengan perlakuannya. Dia hanya diam pergi begitu saja tanpa menjawab. “Yak, apa kau juga menyuruhku tidur disini...di sofa ini?” tanyaku memastikan kekejamannya.

      “kalau kau tidak mau, pulanglah!” Jawab Joon yang sudah mulai naik ke atas menuju kamarnya.

*

        Aku berbaring di sofa ruang tengah. Kulihat waktu menunjukkan 5.30 dan aku langsung teringat kalau hari ini hari minggu. Aku pun menyalakan TV yang ada di depanku dan langsung mencari acara kesukaanku Running Man. Daripada aku pusing memikirkan perlakuan Joon yang sangat menyebalkan, lebih baik aku menghibur diri dengan menontonnya.

     Acara baru berjalan setengah jam saja aku sudah kelelahan karena tertawa terpingkal-pingkal sejak awal acara itu dimulai. Apalagi melihat tingkah Kwangsoo ssi dan Haha ssi benar-benar membuatku sakit perut terlalu banyak tertawa. Tanpa aku sadari ternyata Joon sudah berdiri disampingku sambil melipat tangannya menatapku tajam. Aku langsung berdiri dari tempatku berbaring.

       “Dorawa!” tiba-tiba Joon menggenggam lengan tanganku dan menarikku menuju lantai atas. “Ya Joon-a, waegeurae?” tanyaku penasaran dan aku merasa sedikit ketakutan melihat ekspresinya. “Aku rasa kau harus cepat-cepat tidur!” jawabnya singkat. Lalu dia langsung memasukkanku ke dalam kamarnya. Aku masih belum mengerti kenapa dia menyuruhku cepat-cepat tidur bahkan sampai merelakanku masuk ke kamarnya. Aku pun langsung menahannya sebelum pergi meninggalkanku di kamarnya, “waegeurae?” tanyaku sedikit memaksa, dia pun berbalik menatapku.

    “Harusnya tadi aku juga melarangmu untuk mengeluarkan suara!” teriaknya kesal. Aku pun terdiam belum bisa menangkap maksud dari kata-katanya. Sampai akhirnya aku mengerti apa yang Joon maksud.

   “A, Mian. Apa aku terlalu berisik?” tanyaku memastikan. “Yaaakkkk!” dia pun berteriak. “Arraseo,” jawabku pasrah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

     Joon pun keluar meninggalkanku sendirian kemudian menutup pintu kamar. Aku terduduk di tempat tidurnya. Perasaanku saat ini bermacam-macam. Ada kesal, sedih tapi juga ada perasaan senang. Tapi apa yang harus aku lakukan disini? Sekarang bahkan belum malam, bagaimana aku bisa tidur?

       Aku melihat-lihat sekeliling isi kamarnya. Benar-benar kamar yang misterius seperti pemiliknya namun juga penuh kharisma. Dia bahkan tidak memasang satu pun foto dirinya di kamar. Aku hanya melihat satu foto hasil jepretannya di atas meja yang dia pajang dalam satu figura kecil bahkan bisa dikatakan terlalu kecil. Dia berada diantara benda-benda berharga milik Joon yang Joon letakkan di atas meja, tempat yang sering Joon pakai untuk menghabiskan waktunya dengan kamera kesayangannya. Foto sesosok gadis yang terlihat dari belakang samar-samar tidak terlalu jelas. Beruntung sekali gadis itu, “Puropta...” aku benar-benar iri melihatnya. Apa mungkin dia cinta pertama Joon?

        Aku hanya mondar-mandir tidak jelas setelah puas melihat-lihat isi kamar Joon. Aku iseng untuk mencoba keluar melihat apa yang Joon lakukan. Aku pun mencoba membuka pintu pelan-pelan kemudian menjulurkan kepalaku dan yang aku dapati adalah sesosok Joon yang sedang berdiri sambil melipat tangan di samping pintu kamarnya. Entah apa yang dipikirkannya sampai-sampai dia tidak menyadari keberadaanku atau sampai akhirnya dia menyadarinya.

     “Yak!” dia terlihat sangat kaget melihatku sampai-sampai dia hampir terjatuh dari tempatnya berdiri.

        “Apa ada yang mau kau ambil di kamarmu? Atau kau mau mengatakan sesuatu padaku?”

       “Eobseo!” Jawabnya tegas. “Atau...” belum selesai aku berbicara dia sudah mendorong kepalaku masuk lagi ke kamar kemudian menutup pintunya.

       “Ada apa dengannya!

*

     Sudah jam 7, aku mulai kelaparan dan sedari tadi aku juga kehausan. Apa yang harus aku lakukan. Dia benar-benar melarangku untuk keluar!

     Aku pun memberanikan diri untuk keluar kamar dan aku tidak menemukan joon ada di sekitar kamarnya. Aku menengok ke bawah, ke ruang tengah, dia juga tidak ada disana. Ini kesempatan yang baik paling tidak untuk melihat isi kulkasnya dan sedikit mengambil cemilan terutama aku ingin minum karena sedari tadi aku sudah kehausan.

       Aku mulai pelan-pelan menuruni tangga dan dia benar-benar tidak ada dimana-mana. Apa dia pergi keluar? Ini kesempatan yang bagus. Aku bisa makan dan minum sepuasnya.

      Di dalam kulkas benar-benar terisi penuh makanan. Dia kejam sekali menyuruhku untuk pulang kalau aku lapar. Aku bahkan bingung mana dulu yang aku ambil. Yang jelas aku harus minum dulu. Disana aku menemukan botol susu. Aku cepat-cepat mengambilnya dan menuangkannya ke dalam gelas. Aku pun mulai meminumnya sampai habis dan saat aku melihat-lihat sekeliling, “kamchagi!” aku menemukan sosok yang sangat menakutkan bahkan lebih menakutkan dari kuntilanak atau pocong. Joon!

     “Itu yang selalu diucapkan oleh orang yang sedang mengintip atau diam-diam melakukan sesuatu.”

      “Aniya... Aniya...kau habis dari mana? Aku tidak melihatmu,” tanyaku mengalihkan pembicaraan. Dia langsung menarikku tapi aku cepat-cepat melepaskannya. Aku langsung pergi naik ke atas dan Joon terus melihatku dari bawah tangga. Benar-benar kejam. Bahkan dia tidak memberiku kesempatan uintuk memakan cookies atau sepotong cake saja.

         Aku langsung terbaring lemas di tempat tidur Joon. Aku merasa lelah dan ingin tidur. Apa ini pengaruh susu yang tadi aku minum? Tapi aku merasa sedikit tidak enak. Apa karena aku belum makan. Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar.

     “Ya, Ha Na!” ternyata Joon yang datang tapi ada apa dengan ekspresi wajahnya. Aku pun mencoba untuk duduk.

        “Apa kau yang meminum susu itu?”

      “Apa maksudmu?” tanyaku mengalihkan pembicaraan. Jangan sampai dia tahu kalau aku mencuri susu yang ada di kulkas. “Jawab!” teriaknya sangat keras.

           “Ne!!! Wae? Aku tadi kehausan. Sudahlah Joon itu hanya satu gelas susu. Kau pelit sekali. Aku pusing dan lemas sekali. Aku ingin tidur jangan mengajakku untuk bertengkar!” Jawabku sedikit kesal kemudian aku mencoba untuk kembali berbaring tapi tiba-tiba Joon menahanku dengan memegang lenganku erat-erat kemudian duduk disampingku.

           “Kulitmu sudah mulai memerah,” terangnya panik sambil melihat-lihat kedua tanganku. Aku langsung tersadar. “Apa tadi itu susu kedelai?” tanyaku panik.

             “No babo-ya?”

             “Joon-a ottoke?”

      “Kita harus ke rumah sakit!” dia cepat-cepat menarik tanganku tapi aku menahannya. “Gwaenchana Joon-a. Dulu biasanya hanya merah-merah saja besok pasti sembuh. Hanya aku sedikit merasa pusing dan...”

       “Itu karena kau meminumnya segelas penuh! Kau bisa pingsan atau bahkan keracunan!” Bentaknya. Dia langsung sibuk mencari-cari sesuatu. Aku makin pusing dan lemas. Joon langsung memakaikanku jaket, “Wajahmu juga mulai merah-merah.” Dia cepat-cepat memakaikan masker untuk menutupi merah-merah yang ada di wajahku. Dia langsung memapahku keluar kamar.

          Sampai di halaman gedung apartemen aku sudah mulai kelelahan. Rasanya aku ingin tidur saja, aku sudah tidak kuat lagi untuk berjalan. Joon yang tersadar langsung menggendongku dan sebisa mungkin berlari untuk sampai ke jalan raya mencari taksi.

        Dia pun menurunkanku dari gendongannya. Dia terus menengok kanan kiri mencari-cari taksi. Yang aku lihat hanya Joon. Sebisa mungkin aku harus tetap sadar jangan sampai aku melewatkan saat ini. Aku ingin waktu itu berhenti saat ini.

      Bahkan di saat-saat yang paling sulit, kita bisa merasakan kebahagiaan asalkan kita bersamanya... bersama orang yang paling kita sayangi.

*

      “Ahjussi, tolong ke rumah sakit!” dia memperbaiki posisi dudukku dan menyandarkan kepalaku di bahunya. Aku sudah tidak kuat lagi. Rasanya kepala dan perutku sangat tersiksa, benar-benar seperti  mau pecah. 

     “Joon-a...  aku ingin tidur...” keluhku lemah, “andoe!” bentaknya. “Ahjussi... tolong cepat sedikit!”

      “Joon-a apa kau tau ayahku adalah orang yang paling aku sayangi di dunia ini?” tanyaku pelan, dia hanya mengannggukkan kepalanya. “Setiap ibuku menceritakan tentang kisah pertemuannya dengan ayah, aku selalu ingin menemukan orang Korea seperti ayahku. Orang yang bisa mencintaiku seperti ayahku mencintai ibuku. Itulah kenapa aku sangat menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. No Arra?” tanyaku lemah. Dia masih diam sampai akhirnya dia menjawabku “Arra... arra!” itulah kata terakhir yang aku dengar darinya.

       Aku sudah berada dalam alam mimpi. Disana aku bersama Joon duduk di dekat Han-gang. Dia terus menggenggam tanganku erat tidak pernah melepaskannya. Bahkan di alam mimpi, aku pun ingin waktu itu benar-benar berhenti. Atau mungkin itu akan benar-benar berhenti.

 

 
POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK