home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Flower Boy Is You

Flower Boy Is You

Share:
Published : 15 Oct 2015, Updated : 26 Oct 2015
Cast : Choi Jun Hong (Zelo), Kim Sae Ron, Lee byung hun (ljoe)
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |1674 Views |0 Loves
Flower Boy is You
CHAPTER 4 : Who Are You???"

“Ha Na-ya, bisakah kau tidak berteriak di depan orang lain? Itu membuatku pusing dan bingung harus melakukan apa padamu. Dan juga.... bisakah kau tidak tersenyum di depan orang lain? Aku benci itu.”

Kata-kata terakhir itu tiba-tiba membangunkanku dari mimpi panjang. Dan sepanjang mimpi itu hanya ada Joon... tapi setelahnya hanya gelap saja yang terlihat dan kalimat terakhir yang aku dengar adalah kalimat aneh itu tapi kenapa aku tidak ingat suara siapa yang ada dalam mimpiku? Yang jelas itu bukan Joon. Jelas saja, aku mendapati diriku terbaring di sebuah tempat tidur dengan ruang serba putih dan mesin penghangat ruangan di meja samping tempat tidur. Di ruangan yang lebih pantas aku sebut kamar pasien, aku benar-benar sendiri tanpa ada Joon disampingku. Paling tidak, dia sedang asyik menikmati sarapan pagi di coffee shop dekat rumah sakit atau yang lebih parah dia masih tidur di apartemen yang nyaman dan dengan teganya dia meninggalkanku sendiri di rumah sakit.

Aku langsung mengecek handphoneku, sampai terdengar pintu yang terbuka. Dan seperti yang aku duga, itu joon dengan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan. Bukankah dia harusnya tersenyum lebar bisa melihatku sadar dan tidak mati keracunan oleh susu kedelai pembawa bencana yang aku minum di rumahnya? Paling tidak harusnya dia berpura-pura senang agar aku tidak melaporkannya ke polisi! Benar-benar mengecewakan. Memang mimpi itu lebih indah dari kenyataan. Harusnya tadi aku tetap saja tidur agar aku bisa terus melihat Joon yang akan siap sedia melemparkan senyum petirnya padaku dan aku bisa terus merasakan genggaman tangannya yang seakan-akan begitu nyata... hihihi...

“Ya! bisakah kau berhenti dengan kebiasaanmu berkhayal itu?” suara yang begitu keras menghentikan lamunanku. Lagi-lagi Joon memergokiku sedang asyik berkhayal sambil tersenyum lebar dengan mata berbinar-binar dan masih asyik merasakan genggaman tangannya walaupun hanya dalam mimpi. Aku langsung terdiam dan menjatuhkan tanganku yang beberapa detik tadi masih menempel di pipiku melihat ekspresi wajah Joon yang selalu menyipitkan matanya setiap melihatku melamun. Kenapa dia selalu bisa menebak apa yang ada dalam fikiranku.

“Kau dari mana?”

“Menurutmu?”

Seperti yang aku prediksikan tadi. Benar-benar tidak manusiawi. Kenapa aku harus menyukai orang yang tidak berperasaan ini? Aku langsung melirik ke arahnya yang duduk di sofa sambil memainkan game di hpnya. Aku langsung teringat sesuatu dan tiba-tiba duduk terbangun dari posisiku berbaring sampai-sampai membuat joon mengalihkan matanya dari layar Hp saking kagetnya.

“Mama? Apa kau?” belum selesai aku bicara, Joon sudah memotongnya.

“mana mungkin aku menceritakan hal ini pada bibi? Bukankah itu juga yang kau inginkan?” jawabnya enteng dengan mata yang kembali beralih pada game. Ya ya ya, harusnya aku bisa menebak hal itu. Mana mungkin dia berani melaporkan hal ini pada mama dan bibi, bisa-bisa dia dicincang-cincang oleh bibi sampai-sampai teledor membiarkanku meminum susu kedelai di lemari es nya. Tapi tunggu dulu. Ada yang aneh semalam, dari mana dia tau kalau aku alergi susu kedelai dan langsung menyusulku ke kamarnya?

“ya!” lagi-lagi Joon membuyarkan fikiranku. “ayo cepat bersiap. Kita harus pulang!” tegurnya sambil membuka selimut yang masih menutupi kakiku.

“hah? Apa kau tidak salah? Aku kan baru sadar?”

“yaakk! Lihatlah dirimu! Kau bahkan terlihat lebih sehat dari orang yang sehat.” Mwuo? Dia benar-benar keterlaluan. Tega sekali dia mengatakan hal itu. Tapi kalau difikir-fikir aku juga merasakan tubuhku lebih segar dari biasanya. Apakah dokter benar-benar mengeluarkan seluruh racun yang ada dalam tubuhku? Aku pun melirik ke arah Joon yang sedari tadi tidak lepas menatapku yang belum juga beranjak dari tempat tidur.

“arraso.” tanpa berfikir panjang aku langsung menurutinya.

                                                                                                *

Sampai di depan rumah sakit aku pun berhenti. Aku langsung bertanya pada Joon apakah dia sudah memanggilkan taksi untuk kami pulang.

“Joon mana taksinya?”

“Taksi? Untuk apa? Kita naik bis!”

Aku hanya mampu tertegun diam sejenak dengan mulut setengah terbuka. Tega sekali dia memperlakukan aku seperti ini. Tidak sadarkah dia, dia sedang membawa mantan pasien yang masih membutuhkan proses penyembuhan. “Palliiii!!!!!” teriaknya memanggilku. Aku pun langsung berlari mengejarnya.

Aku masih mengikuti Joon yang berjalan di depanku menuju halte bis. Aku masih terus dibelakangnya sampai aku tersadar bahwa dibelakangku juga ada yang mengikuti. Tapi tidak mungkin. Untuk apa? Siapa? Apa jangan-jangan pencopet. Apa di korea juga ada pencopet? Aaaa... seingatku ada. Tapi di drama biasanya pencopet muncul ditempat yang ramai dan juga tidak mungkin dia berani keluar disiang hari seperti ini. Apa jangan-jangan dia pembunuh bayaran. Aaaa... museowo... Aku langsung mempercepat langkah kakiku tapi langkah kakinya juga terdengar makin cepat. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Walaupun Joon ada didepanku, pasti dia tidak mendengarnya karena dia asyik memakai headphonenya. Aku pun langsung mempercepat langkahku dan mendahului Joon, berjalan di depannya. Sampai tiba-tiba ada yang menghentikanku dengan menarik penutup kepala Hoodieku.

“AAAAAKKKKKKKKKK” teriakku sekencang-kencangnya. Tiba-tiba dia langsung menutup mulutku dengan cepat.

“YAAAKK! Mwuoya? Wae?”

Aku tersadar kalau ternyata Joon yang menarik Hoodieku saat kudapati wajahnya ketakutan, marah, bingung bercampur menjadi satu. Dia terus menutup mulutku sambil melihat-lihat ke arah sekitar takut ada yang melihat dan menuduhnya yang macam-macam. Aku langsung memberanikan diri melihat ke arah belakang Joon dan ternyata dia sudah tidak ada atau mungkin memang sejak tadi tidak ada.

Joon langsung melepaskan tangannya dan memarahiku habis-habisan.

“YakK!!! Apa yang terjadi padamu?! No chongmal...!”

“Yaa... ini bukan salahku. Aku tadi benar-benar sangat takut.”

“Takut?” tanyanya makin bingung sambil menyipitkan matanya sinis. Aku bingung harus menjelaskan bagaimana.

“Aniya...aniya...Kajja!” aku langsung meraih tangannya untuk cepat-cepat pergi dari sana. Sebaiknya aku tidak menceritakan apa-apa padanya, daripada nantinya dia akan menganggapku benar-benar gila.

Aku dan Joon masih menunggu lampu hijau diseberang jalan Halte Bus dimana kami harusnya menunggu bus. Aku masih mengingat-ingat kejadian tadi. Aku merasa orang dibelakangku itu benar-benar ada, bahkan aku masih ingat auranya yang menakutkan. Aku tersadar  dari lamunanku sampai merasakan aura itu tiba-tiba datang lagi tepat disampingku. Rasa takut itu bertambah 100x lipat daripada tadi. Aku langsung memberanikan diri membalikkan badanku dan mundur sedikit untuk bisa melihat wajahnya. Tapi tiba-tiba dia datang mendekatiku entah kenapa. Aku pun makin cepat mundur ke belakang karena ketakutan tapi dia juga terus mengikutiku. Sampai akhirnya dia meraih tanganku dan menarikku ke arahnya. Dia memelukku erat sampai aku tersadar kalau tadi hampir ada mobil yang menabrakku. Aku langsung melihat ke arahnya lagi. Dia memakai hoodie merah kotak-kotak dan memakai penutup kepala sampai menutupi rambutnya penuh. Dia bahkan memakai masker hitam dan aku masih tidak bisa melihat wajahnya. Yang bisa aku lihat hanyalah matanya. Matanya yang sangat indah dan matanya yang tersenyum.

“Nugusseyo??????”

 

***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK