“Eunha-ya …”, terdengar suara Donghyun memanggil Eunha yang sedang duduk di taman sekolah.
“Eo? Donghyun-ah? tidak biasanya kau datang pagi sekali”
“Kebetulan saja .. hahahha”, Donghyun duduk di samping Eunha. “Kemarin kenapa kalian pulang meninggalkan aku sendirian dikelas setelah dapat petunjuknya?”
“Meninggalkan mu? Jadi kau masih disana? .. ommoooo .. aku sama sekali tidak tahu kau masih ada di dalam kelas .. Donghyun-ah mianhae”
“Gwenchana”, Donghyun terdiam, matanya menatap ke tanah.
“Eung….Chakaman…kau tadi menyebut petunjuk? kami tidak menemukan petunjuk apapun hingga malam mejelang,karena itu kami pulang”, ujar Eunha.
Donghyun menatap Eunha tak percaya. “Jincha?? Tapi ketika aku terbangun ada tulisan disana”
TUKK .. seperti ada sebuah benda sebesar buah anggur terlempar mengenai kepala Eunha. “Awww …”, ia melihat sekitarnya, mencari orang yang melempar benda tersebut tapi tidak ia temukan . Ia kembali focus pada pembicaraannya dengan Donghyun. “Ah Donghyun-ah ..jangan-jangan petunjuk itu muncul justru setelah kami pulang…apa yang kau lihat dalam petunjuk it……Donghyun-ah?”, Eunha menghentikan kata-katanya saat sadar Donghyun sudah tidak ada di dekatnya. “Donghyun-ah eodiga? Ya aku belum selesai bica-“, Eunha mematung ketika kini Donghyun sudah kembali ada di hadapannya namun dalam keadaan yang bersimbah darah. “AAAAAAAAAAA!!!!”, Eunha berteriak ketakutan.
BRUKKK! Eunha terjatuh dari tempat tidurnya. Keringat mengucur dari sekujur tubuhnya. Ia membuka mata dan menyadari ia masih berada di dalam kamarnya. Nafasnya terengah-engah. “hosh … hosh …. Mimpi?” ia memegangi keningnya sendiri. “Kenapa aku memimpikan Donghyun? ada apa ini?”, gumam Eunha bingung. Namun ia merasa Intuisinya mengataka bahwa sesuatu mungkin saja terjadi pada Donghyun.
Tuk …. Tuk .. tuk …. Eunha mendengar bunyi pintu kaca beranda nya seperti dilempari sesuatu. Eunha membuka tirai pintu kaca itu dan melihat sosok Seungcheol sedang melempari pintu kaca yang terhubung dengan beranda kecil kamar Eunha itu dengan kacang. Rumah keduanya memang bersebelahan. Letak kamar mereka juga hanya terhalang oleh pekarangan samping rumah mereka masing-masing yang juga tidak terlalu besar. Beranda kamar mereka hanya berjarak kurang lebih empat meter. Eunha membuka pintu beranda kamarnya. “Ya!! Berhenti melempari kamar ku Choi Seungcheol!..kau mau apa sih??!”, bentak Eunha.
Seungcheol terkejut karena Eunha mesih menggunakan piyama lengkap. “Ya! kau belum mandi? belum ganti baju?? Kau ini niat sekolah atau tidak? Hari ini aku sedang baik. Kita ke sekolah dengan motor ku. Kuberi kau waktu lima menit untuk bersiap-siap. Kalau kau tidak keluar rumah akan kutinggal”, dengan cuek Seungcheol masuk ke dalam kamarnya sendiri dan menutup pintu kaca geser dan tirai biru di kamarnya itu tersebut.
“Anak itu suka seenaknya saja ..hufh”, gerutu Eunha melihat jam dinding kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 07.15 pagi. “AAAAAAAAAAA!!! AKU TERLAMBAAATTTT!!!!”
***
Yonghan High-School
Eunha terburu-buru memasuki kelasnya, sedangkan Seungcheol masih berjalan dengan santainya. “YA!! Kau tidak takut terlambat ya? Ppalii!”, seru Eunha sembari menarik tangan Seungcheol agar berjalan lebih cepat. Mereka memasuki ruangan kelas. Di sana ternyata sudah ada Park JungSoo sonsengnim,wali kelas mereka. Eunha dan Seungcheol berdiri didepan pintu. Mereka khawatir terkena marah jika mereka masuk.
Park sonsaeng melihat keduanya. “Kalian berdua masuk lah ..”, ujarnya. Eunha dan Seungcheol memasuki kelas dan segera duduk di tempat masing-masing. Aura di dalam kelas pagi itu terasa muram, tak seperti biasanya. Wajah Park Sonsaeng sejak Eunha dan Seungcheol memasuki kelas pun sama muramnya dengan suasana kelas pagi itu.
“Ada apa dengan Park Sonsaeng hari ini?”, bisik Seunghceol pada Sungjae, teman sebangkunya.
“Molla..sejak masuk tadi, wajahnya sudah seperti itu”, balas Sungjae.
“Apa ia baru saja diputuskan kekasihnya?”, ledek Seungcheol.
“Aish shikkeuro…kau bisa serius sedikit tidak?”, ujar Sungjae yang mendadak terlihat serius sekali hari itu.
“Ah neo wae gurae? Kau kenapa serius sekali hari ini?”, Tanya Seungcheol.
“Shikkeuro…perasaanku sedang tak enak”, ujar Sungjae.
Park Sonsaeng menghela nafas berat. “Baiklah .. hari ini saya selaku wali kelas kalian ingin memberi tahu pada kalian semua…bahwa…semalam terjadi kecelakaan yang menimpa salah satu dari teman kalian Lee DongHyun”
Beberapa anak didalam kelas tersentak Pukulan terasa begitu keras didada Eunha. Ia teringat mimpinya semalam. "S-Solma...", gumamnya tak percaya.
“Bukankah ia pulang bersama kita kemarin??” tanya HyungShik pelan pada KyungJae
“a …aku tidak ..m ..melihatnya … k ..kemarin”, respon Kyungjae.
Mingyu yang mendengar percakapan Hyungshik dan Kyungjae, menoleh ke belakang. "Kupikir ia sudah pulang lebih dulu", ujarnya.
L terdiam dan terus berfikir, juga mengingat-ingat diamana terakhir ia melihat Donghyun.
Park sonsaengmin melanjutkan ucapannya. "Yang kutahu pasti, dia masih ada di sekolah hingga pukul 8 malam dan menurut informasi yang ku dapatkan, beberapa orang dari kalian memang belum pulang dari sekolah hingga malam hari”, raut wajah serius Park sonsaeng membuat tak ada satupun anak yang beranimenjawab. "KyungJae-ah, kau adalah ketua kelas. Seseorang mengatakan pada ku bahwa kau salah satu anak yang masih ada disekolah hingga larut malam .. apa yang kalian lakukan sesungguhnya??” Tanya nya tegas.
KyungJae menelan ludah tak tau harus menjawab apa .. tiba-tiba hyungshik mengangkat tangan. "Apa yang dilakukannya?", gumam Kyunghae dalam hati.
"Kami mengerjakan tugas kelompok ssaem! Sekaligus membahas perihal pentas seni yang akan diadakan sebentar lagi karena sebagian dari kami adalah panitia dari acara tersebut!", ujar Hyungshik.
Park sonsaengnim terdiam sesaat. Ia menghela nafas berat. “Begini anak-anak .. ini kejadian kedua setelah apa yang terjadi pada Dongwoon sebelumnya. Mulai hari ini diberlakukan peraturan bahwa tidak seorang pun siswa yang boleh berada didalam sekolah jika bukan jam sekolah, gerbang hanya akan dibuka pukul 6 pagi hingga jam sekolah selesai paling lambat jam 4 sore .. begitu juga dengan kegiatan ektraskulikuler .. jika akan ada rapat atau yang lainnya, kalian harus meminta izin pada kepala sekolah...atau carilah tempat lain di luar area sekolah...dan khusus untuk kelas kalian mulai sekarang ini...akan ada pengawasan lebih,akan ada beberapa satpam baru yang disiapkan .. bagi siapa pun yang tertangkap basah melanggar peraturan .. maka akan ada sangsi bagi kalian...sekali lagi saya mohon bagi kalian semua agar tidak membuat masalah .. kalian mengerti??”
Seungcheol mengangkat tangannya. "Geundaeyo ssaem....mengapa hanya kelas kami yang mendapat perlakuan khusus? Apa hanya karena dua siswa dari kelas ini yang tertimpa kecelakaan misterius itu? Apa kelas lain akan mendapat perlakuan yang sama jika hal yang sama juga terjadi pada siswa dari kelas lainnya?", sambar Seungcheol bertubi-tubi.
"T-Tentu saja", jawab Park Sonsaeng. "G-Gurae...hanya itu saja yang ingin kusampaikan pada kalian....selamat belajar", ujar Park sonsaeng bergegas pergi meninggalkan kelas.
"Issanghae....", gumam Seungcheol memperhatikan kepergian Park Sonsaeng.
"Wae? Kau mencurigai Park sonsaeng yang melakukan ini semua?", tanya Sungjae.
"Ani...hanya saja...ia terlihat seperti tengah menutupi sesuatu", ujar Seungcheol.
"Bagiku ia hanya mengkhawatirkan kelas kita...karena dua korban adalah dari siswa dari kelas ini", ujar Sungjae. "Ah jincha....kenapa harus siswa dari kelas kita yang menjadi korban?", gerutu Sungjae.
***
“Aku masih penasaran .. sebenarnya apa yang terjadi pada Donghyunnie?” Tanya Mingyu.
Beberapa anak berada di kantin dengan bekal makanan masih utuh tak tersentuh. Semua yang berada disana sibuk merenung masing-masing. Kecuali HyungShik.
Mata L tertuju pada beberapa satpam baru, mereka terus berkeliling-keliling menjaga keamanan,tapi lebih tepat lagi dibilang mengawasi mereka. “kenapa sepertinya para pejaga keamanan itu hanya mengawasi kita saja? Tidak kah kalian curiga dengan hal itu?”
JinYoung ikut menatap tingkah aneh para penjaga keamanan baru itu “semua ini mulai terasa janggal, mereka seperti sengaja dikirim untuk mempersulit kita, tapi untuk apa?”
“terlalu banyak yang tidak kita ketahui … ini terlalu sulit .., saran ku ..kita berhenti saja menyelidiki kasus ini” jawab Seungcheol asal seolah tidak mau tahu.
KyungJae menolak penyataan Woohyun “ki…kita t..ti ..tidak bisa ber..hen..ti b..begitu saja, k..kita harus me..mengakhiri se…mua i..ini hingga tun..tas”
HyungShik mengangguk-angguk sambil melahap makan siang nya.
“dan menunggu hal yang sama terjadi pada kita satu per satu??” Tanya Seungcheol.
"Sebenarnya maksud mu apa Seungcheol-ah? Aku tidak mengerti” Tanya Sungjae.
Seungcheol menyunggingkan bibirnya. “kita....tidak hanya sedang menghadapi sesuatu yang tidak kita lihat, tapi juga sesuatu yang nyata. Sesuatu yang nyata ini dapat menyakiti kita lebih dari apa yang tidak bisa kita lihat .....seperti mereka itu", ujar Seungcheol.
“Nugu? Ya! Kalau bicara jangan berbelit-belit! Mereka siapa yang kau maksud?", tanya Sungjae tak sabar.
"Matta matta! Aku juga tak mengerti! coba tolong jelaskan dengan simpel dan tidak berbelit-belit!", ujar Jinyoung mendukung Sungjae.
"Hufh...susah memang mempunyai teman-teman bodoh seperti kalian ini", ledek Seungcheol.
"YA CHOI SEUNGCHEOL!", bentak Sungjae dan Jinyoung bersamaan.
"Arasseo! Jadi begini....kejadian yang menimpa Donghyun dan Dongwoon tidaklah jauh berbeda.. mereka di serang karena mereka yang terakhir berada di dalam kelas....dan petunjuk muncul sesaat sebelum mereka di serang", ujar Seungcheol.
L yang sejak tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan teman-temannya tersentak setelah mendengar ucapan Seungcheol tadi. "P-Petunjuk? Apa maksudmu?"
"Donghyun melihat petunjuk yang sudah kita tunggu selama berjam-jam lamanya itu", ujar Seungcheol.
"Mworago?! Darimana kau tahu?", desak L.
“Eunha memimpikan Donghyun pagi ini ..dia menceritakan nya padaku, ia juga sangat gelisah memikirkan Donghyun selama kami dijalan menuju sekolah dan semua mimpi buruk nya ternyata sebuah kenyataan”
Sekali lagi Seungcheol menghela nafas. “sejak kecil Eunha memang seperti itu. Ua sering mengatakan hal aneh tiba-tiba lalu melarangku melakukan ini itu … jika aku tidak mengikuti apa yang ia ucapkan seringkali sesuatu yang buruk terjadi padaku”
"itu artinya .. apa yang dilihat Eunha entang ku kemungkinan akan menjadi nyata....Mungkin kah aku juga akan mengalami apa yang Donghyn dan Dongwoon alami?”, gumam L dalam hati.
“aku tidak mau mati ..” sebuah suara tiba-tiba saja terdengar. L, Sungcheol, Jinyoung, Mingyu, dan Sungjae refleks menoleh ke belakang.
"Nana?", gumam Mingyu.
“tolong lakukan sesuatu .. lakukan sesuatu untuk mengakhiri semua ini .. kumohon, bagaimana kalau aku sampai jadi korban berikut nya? Aku tidak mau mengalami apa yang DongWoon dan Donghyun alami!", seru Nana ketakutan.
L, Mingyu dan KyungJae berdiri membiarkan Nana, Hara, dan SeoHyun duduk di tempat mereka. “Yang menjadi masalah besar .. kita sama sekali tidak tau siapa yang sedang kita hadapi” jelas Mingyu.
***
Science club
Eunha merasa sangat tidak nyaman sejak tadi berada di rungan science club. Para anggota science club sedang repot mengurus surat izin untuk rapat sore ini, karena kemungkinan rapat akan berakhir lebih dari pukul 4 sore. Ucapan paling menykitkan datang dari ketua science club, Lee HoWon. Sejak tadi ia terus menyalahkan kelas 3-7 dengan sindiran-sindiran halus. “Surat izin berada disekolah hingga lebih dari pukul 16.00……..Apa mereka sudah gila? Aish jincha…kalau bukan karena tingkah segelintir siswa-siswi kurang kerjaan peraturan menyusahkan macam ini tidak perlu ada…menyusahkan saja”, gerutu Howon.
“Geuman Lee Howon!”, seru Eunha yang mulai tidak tahan dengan ucapan Howon yang kerap menyindir teman-temannya.
“Wae Eunha-ssi? Kenapa kau terlihat begitu kesal dengan ucapanku?”, ujar Howon tenang. “Ah….apa siswa-siswi kurang kerjaan yang kumaksud tadi…adalah teman-temanmu?”, sindir Howon lagi tanpa sedikitpun menatap Eunha. Matanya focus pada lembaran-lembaran kertas kerja di hadapannya. “Seisi sekolah ini juga tahu bahwa kelas mu tercinta itu yang menyebabkan kepala sekolah pada akhirnya terpaksa membuat peraturan bodoh yang juga berimbas pada anak-anak lainnya….dan kau lihat sendiri apa yang terjadi kini? Kami semua kesulitan mengadakan ekstra kuliker kami”, ujar Howon tegas.
“Shikkeuro! Kau tak tahu apapun yang terjadi! Jadi diamlah!”, bentak Eunha kesal.
Howon yang sejak tadi hanya terfokus pada pekerjaannya, pada akhirnya mengalihkan perhatiannya pada Eunha. “Lalu kau pikir kau tahu semuanya? Apa yang kau dan teman-temanmu lakukan sudah menjadi perbincangan hangat di seantero Yonghan…karena hasil dari perbuatan kalian berimbas pada kami semua. Kau dan teman-teman bodohmu itu sedang mencoba menyelidiki kasus yang bahkan entah belum terbukti kebenarannya atau tidak matchi? Lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan….tapi aku tak akan tinggal diam jika semua pekerjaanku menjadi terhambat karena ulah kalian!”, ujar Howon tegas. “Dan apa yang baru saja kau lakukan tadi….membentakku seenaknya….kau pikir hanya karena kau wanita, aku akan mengalah padamu? Aku adalah ketua dari perkumpulan ini…dan aku bisa saja mendepakmu keluar dari klub ini kapanpun aku mau…jadi bersiaplah..Jung Eunha”, ujar Howon tajam.
“Kau .. orang paling angkuh yang pernah ku temui seumur hidup ku ..menggunakan jabatanmu untuk menindas siswa yang pangkatnya lebih rendah darimu pshhh…menyedihkan sekali”, balas Eunha.
“Mworago?! Katakan itu sekali lagi!”, bentak Howon tak terima.
Ditengah perdebatan mereka, seorang yeoja memasuki rungan, “Howon-ah…”. Ia terdiam melihat keadaan Howon dan Eunha saling menatap sinis satu sama lain. “Apa terjadi sesuatu pada kalian? Mengapa kalian terlihat tegang begitu?”
“Ah .. aniyo noona”, HoWon tersenyum. Ia menarik tangan yeoja itu “Hm…noona ini Wakil science club saat ini”, ujar Howon memperkenalkan Shinmi pada Eunha seolah tak ada sesuatu terjadi pada mereka.
“A-Annyeonghaseyo..nan Jung Eunha imnida”, ujar Eunha membungkuk sopan pada Shinmi.
“Annyeonghaeyo”, balas Shinmi sangat ramah. “Nan .. Lee ShinMi imnida .. aku noona dari Lee Howon”, sambung Shinmi.
Eunha tersentak “Oh…g-guraeyo? senang bertemu dengan mu eonnie”, Eunha memiringkan kepalanya lalu bergumam pelan. “Psh….ia berbeda sekali dengan adiknya” , gumam Eunha sembari menahan tawa.
“EHM!!”, gumam Howon berdehem.
“Jogiyo….Eunha-ssi..gwenchanayo?”, Tanya Shinmi.
“N-Ne onnie!”, jawab Eunha tersenyum lebar.
“Beberapa tahun yang lalu saat ia masih menjadi siswi disini, noona ku adalah ketua science club sama seperti diriku sekarang. Maka dari itu aku memintanya datang untuk membantu kita ……..” HoWon menjelaskan banyak hal tentang rencana science club.
Namun saat sedang mendengarkan penjelasan HoWon dan noonanya ShinMi, mendadak bayangan-bayangan aneh tentang sosok ShinMi muncul dalam pikiran Eunha. Bayangan tersebut hilang setelah beberapa detik. Mata Eunha menatap tajam ShinMi setelahnya, tapi entah apa yang terjadi ShinMi juga menatap balik sosok Eunha dengan mata terbuka lebar. Menyadari Keanehan kedua Yeoja tersebut HoWon menghentikan ucapannya. “Kalian berdua baik-baik saja?”
ShinMi tersentak dengan teguran Howon. “Ah ..n- ne ..lanjutkan saja ucapanmu tadi”, ujar Shinmi. Namun matanya tak lepas melirik-lirik Eunha. “Siapa dia sebenarnya?”, gumam Shinmi dalam hati.
▣┋◘▣┋◘
HoWon,ShinMi, dan Eunha selesai membicarakan perihal urusan klub sains. Ketiganya berdiri di depan pintu ruangan klub sains. “Ya Jung Eunha, pulang sekolah nanti jangan lupa rapat”, ujar HoWon tegas.
“Arasseo”, jawab Eunha patuh. Mata Eunha berpendar ke sekitarnya. Tidak sengaja, ia melihat L keluar dari rungan guru membawa banyak buku-buku tugas siswa 3-7. “Eum…jwesonghamnida eonnie, Howon-ah…ku rasa teman ku butuh bantuan dan kelas juga sepertinya sudah dimulai. Aku harus kembali ke kelas lebih dahulu”, ujar Eunha sembari membungkuk. Ia segera berlari menghampiri L setelahnya.
Shinmi memperhatikan kepergian Eunha hingga matanya turut menangkap sosok L. Namja itu terlihat tersenyum ketika melihat kedatangan Eunha. “Howon-ah…”, gumam Shinmi tanpa sedikitpun melepaskan tatapannya pada L.
“Ne noona?”, respon Howon.
“Geu namjaga…yang bersama Eunha itu…ireumi mwoya?”, Tanya Shinmi.
“L .. L kim namanya .. waeyo noona?”, ujar Howon.
“Apa…mereka adalah sepasang kekasih?”, Tanya Shinmi lagi.
“Mworagoyo? Jinchayo? Sepertinya tidak…bahkan setahuku mereka berdua tidak dekat sama sekali. L itu salah satu murid terbaik disini…sementara Eunha….hm…dia memang pintar tapi…ia sering sekali membuat masalah”, ujar Howon.
“ahh …gurae”, respon ShinMi hanya mengangguk.
▣┋◘▣┋◘
Pelajaran hari itu berakhir. Kim JungAh sonsaengnin seperti biasa meminta dua orang membawa buku tugas kembali ke rungannya, karena L sedang menemani KyungJae menghadap kepala sekolah bersama JungSoo songsaengnim, maka Lee YoungHee dan Mina serta Halla lah yang akhirnya membawa buku-buku itu keruang JungAh sonsaengnim.
“Kenapa harus kita yang membawa ini semua? berat sekali…”, keluh Halla.
“Eiii geuman! Berhentilah mengeluh! Anggap saja sedang olahraga!”, ujar youngHee dengan semangat menggerak-gerakkan tumpukan buku ditangannya.
“Kok bicara mu pendek?? Tidak bisa kuhitung deh waktunya” ujar Mina.
“Ah ..youngHee baterai mu full terus ya? semangat sekali”, Timpal Halla.
“hahahhaha” , Younghee hanya tertawa menanggapi percakapan kedua temannya itu. Tak terasa, mereka telah tiba di ruang guru. “Ini meja Kim sonsaeng matchi?”, Tanya Mina.
“Maja maja…. ayo tumpuk disni .. tumpuk yang rapi agar JungAh ssaem bangga pada kita! Ia akan bilang bahwa kita bertanggung jawab, baik hati, rajin menabung dan tidak sombong. Hahahhaha lalu kita akan diberi nilai bagus olehnya” ujar YoungHee bersemangat.
Halla mengerutkan dahinya setelah mendengar ucapan Younghee. “tidak ada hubungannya”, gumamnya. Ia kemudian meletakkan buku-buku tersebut.
“TENGGG… 5 detik ..hoorreeee aku bisa menghitung waktu lagi!” seru Mina bahagia.
“YA!! Kwon Mina geuman! Aish jincha…awas kau ya!”, gerutu YoungHee menarik Mina. Mereka kemudian bercanda sembari saling mendorong. Candaan mereka tidak sengaja membuat mereka menyenggol tumpukan buku-buku dan akhirnya membuat buku-buku tersebut berjatuhan. “O ..Ow! Ya! Aish jincha”, gerutu Younghee.
“Ya!! Kalian berdua ..lihat malah jadi begini kan?! hufh .. ayo cepat bereskan!”, gerutu Halla.
Ketiganya pun harus membereskan kembali buku-buku tersebut. Sekitar 10 menit dan buku-buku tersebut kembali tertumpuk rapi. “Selesaiiii!!”, seru YoungHee sambil merenggangkan tangannya.
“Eh?”, Mina melihat sesuatu masih berantakan. “Itu…buku agenda Kim sonsaengnim juga terjatuh”, ujar Mina lalu mengambil buku tersebut, tanpa sengaja ia menjatuhkan sebuah foto dari dalam buku agenda tersebut. “Eo? Ige mwoya?”, gumam Mina membungkuk memungut foto tersebut. Ia membalik foto tersebut dan kedua matanya melebar kala melihat foto tersebut. “S-Solma…”, gumamnya tak percaya.
“Wae? Wae?”, Tanya Younghee dan Halla penasaran setelah melihat reaksi Mina. Keduanya pun bergegas merapat pada Mina untuk melihat apa yang dilihat yeoja itu. “Omo!”, seru Younghee dan Halla bersamaan.
“B-Bukankah ini……..”, gumam Halla tak percaya. Mina, Younghee, dan Halla saling menatap satu sama lain.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba terdengar suara lainnya. “Kalian masih disini??”
YoungHee, Mina, dan Halla, tersentak dengan kemunculan Kim Sonsaengnim. “N-Ne s-saem…” ketiganya menjawab terbata, Kim sonsaengnim melihat apa yang tengah ketiga siswi itu lihat. Ekspresinya seketika berubah. Ia berjalan cepat menghampiri ketiganya dan merebut foto tersebut dari tangan Mina. “Keluar dari sini”, ujarnya dingin.
“G-Geundaeyo…sonsaengnim…geu sajinnie-“, ujar Younghee.
“KUBILANG KELUAR!!”, bentak Kim sonsaeng membuat Younghee, Mina, dan juga Halla terkejut dan bergegas pergi dari hadapan Kim Sonsaeng yang kini terpaku sembari menatap foto yang kini berada di tangannya.
▣┋◘▣┋◘
Peraturan baru agar siswa tidak mengadakan aktifitas apapun setelah jam pelajaran berakhir tanpa izin, membuat para siswa dan siswi tertib pulang ke rumah masing-masing langsung setelah jam pelajaran berakhir .
Di dalam kelas 3-7 kini hanya tersisa Soojung dan EunHee yang tengah menunggu YoungHee untuk pulang bersama.
“Aku pamit duluan yeojadeul…Howon bisa membunuhku jika aku tak datang rapat”, ujar Eunha sembari membereskan peralatannya.
“Ah jincha…apa manusia bernama Lee Howon itu semakin menjadi? Sebenarnya aku ingin sekali bergabung dengan sains klub, tapi karena kehadiran makhluk satu itu…aku jadi berpikir dua kali untuk bergabung dengan klub itu”, sungut Soojung. “Kau pasti sabar sekali menghadapinya”, sambungnya.
“Ani…Howon tak ada apa-apanya dibandingkan Choi Seungcheol”, ujar Eunha. “Na kkanda”, sambungnya berpamitan pada Eunhee dan Soojung.
“Neee Eunha-ya fighting!”, ujar Eunhee memberi semangat.
Lima menit setelahnya YoungHee, Mina, dan Halla dengan terburu-buru berlari menuju kedalam kelas. Mereka berhenti saat sampai di dalam kelas, nafas mereka tak beraturan. “Wae gurae?”, Tanya Soojung bingung.
“Maja…wae gurae? Kenapa kalian lari-lari begitu? Apakah ada sesuatu yang buruk terjadi?? Apa? Pada siapa” Tanya EunHee bertubi-tubi terpengaruh rasa paniknya
“Daebak! Kami menemukan sesuatu yang sangat hebat! Wanjeon daebakitda!”, seru Younghee. “Saat kami tengah membereskan buku-buku di ruangan Kim sonsaeng yang begitu berantakan, Mina tak sengaja menjatuhkan salah satu buku milik Kim sonsaeng dan sesuatu terjatuh dari dalam buku tersebut! Kau tahu apa itu?!”, seru Younghee bersemangat. Ia berbicara dengan sangat cepat.
Mina merogoh saku seragamnya, mencari-cari stopwatchnya agar ia bisa menghitung waktu bicara Younghee. “Chajjatta!”, gumamnya senang ketika menemukan stopwatch kesayangannya, namun Halla merebutnya darinya. “YA HEO HALLA!”, sungut Mina.
“Hajima! Ini bukannya saatnya melakukan itu!”, tegur Halla.
“Wae? Apa yang kalian temukan?”, Tanya Soojun penasaran.
“Foto polaroid Kim L”, ujar Halla.
“JINCHAYA?!”, seru Eunhee dan Soojung bersamaan.
“Geundae…wae? Kenapa Kim sonsaeng menyimpan foto L?”, Tanya Eunhee tak mengerti.
“Itu juga yang menjadi pertanyaan kami…”, gumam Halla.
Soojung berfikir hal lain. “apa yang aneh? Kurasa wajar .. mungkin itu memmang foto yang terlepas dari buku siswa saja mungkin..seorang siswi yang menyukai L…kalian tahu sendiri, banyak sekali siswi yang menyukainya matchi?”
“Aniyoo! Buku itu terjatuh dari buku milik Kim sonsaeng! Aku yakin sekali!”, sambar Mina.
“Maja maja! Mina sendiri yang pertama kali menemukannya!”, dukung Younghee yang disambut anggukan setuju dari Mina dan Halla.
“Dan…Kim sonsaeng terlihat aneh ketika ia melihat foto itu berada dalam genggaman Mina…ia menghampiri kami dan menatap kami tajam seperti ingin membunuh kami…auw..museowo! Ia bukan seperti Kim sonsaeng yang ku kenal!”, timpal Halla yang kini disambut anggukan setuju dari Mina dan Younghee.
“Issanghae…apa hubungan Kim sonsaeng dengan L?”, gumam Eunhee berpikir.
Soojung berubah pikiran setelah mendengar penjelasan ketiga temannya tersebut. “Kim sonsaeng tak mungkin semarah itu jika memang foto itu milik siswi lain yang menyukai L…”, gumam Soojung dalam hati. Soojung membuka catatan kecil miliknya. Di sana berisi petunjuk yang sudah mereka dapatkan sejauh ini. “Petunjuk-petunjuk ini .. terlalu sulit untuk dimengerti. Ditambah lagi sekarang gerak kami terbatas. Belum lagi….hal-hal aneh yang mulai menimpa kami satu persatu….ottokhaji?”, gumam Soojung dalam hati.
▣┋◘
Di depan pintu kelas, ternyata Nana dkk menguping pembicaraan Soojung, Mina, Halla , EunHee, dan YoungHee.
“Kenapa kita tidak masuk saja?”, bisik Hara.
“Andwae…kita tidak terlibat langsung saja sudah mengalami peristiwa seperti waktu itu! Bagaimana kalau kita bergabung? bisa-bisa nasib kita seperti Donghyun dan Dongwoon”, bisik Nana ketakutan.
“Nan tto museowo….lebih baik kita pulang sekarang! Aku tidak mau dapat masalah!”, seru Seohyun.
▣┋◘▣┋◘
Di ruang kepala sekolah, L, Mingyu, dan juga KyungJae sedang menerima ‘dakwaan’ dari kepala sekolah.
“Kalian pikir jika sudah terjadi hal-hal semacam ini siapa yang harus bertanggung jawab?! Jelas pihak sekolah yang akan disalahkan!”, seru Kepala sekolah bicara dengan nada tinggi.
L, KyungJae, dan Mingyu tak mampu berbuat apapun apalagi membantah. Mereka hanya bisa tertunduk pasrah di hadapan kepala sekolah. Kyungjae mengepalkan tangannya kesal, mencoba menahan amarahnya.
“Kalian pengurus kelas , seharusnya mampu mengatur kawan-kawan kalian! Kalian bisa berbohong pada wali kelas kalian kalau kalian sedang belajar pada saat itu, tapi jangan pikir diriku tak tahu apa yang sedang kalian lakukan! Kalian sedang mencari tahu tentang keanehan-keanehan di kelas kalian matchi?! lalu menduga-duga bahwa sekolah ini berhantu begitu bukan? JAWAB!”, desak kepala sekolah.
“Tapi semua itu sungguh terjadi! Bagaimana kami bisa diam saja jika hal-hal buruk itu menimpa teman-teman kami!”, jawab Mingyu memberanikan diri untuk bicara, KyungJae menyenggol tangannya agar ia diam saja. Tapi Mingyu merasa bahwa ia tak bisa hanya diam saja. “Telapak tangan L terbakar dan teman kami lainnnya Park HyungShik ia dipukul oleh seseorang hingga pundaknya memar…lalu Donghyun dan Dongwoon…mereka-“
“GEUMANHAE!”, sambar kepala sekolah. Ia menatap tajam Mingyu sejenak lalu mengalihkan perhatiannya pada L. “Buka kedua telapak tanganmu”, perintahnya.
L mengikuti perintah kepala sekolah. “Sekarang luka itu sudah taka da….tapi apa yang dikatakan Mingyu memang benar ssaem…tanganku terluka beberapa hari yang lalu…dan juga Hyungshik…tapi entah mengapa hanya dalam sekejap saja, luka itu menghilang begitu saja”, ujar L membela Mingyu.
“PUHAHAHAHAHA”, Kepala sekolah tertawa mendengar ucapan L. Lebih tepatnya, Ia tertawa mengejek L, Mingyu dan Kyungjae. “Bagus .. kalian memang sangat penuh dengan imajinasi anak-anak!”, serunya hinga tiba-tiba…. BRAKKKKK!! kepala sekolah mengebrak meja kerjanya karena kesal. Wajahnya kembali berubah kejam. “Kalian bertiga…dengarkan aku baik-baik… mulai sekarang jika terjadi sesuatu lagi pada siswa di kelas kalian karena kelakuan kalian ini .. kalian bertiga lah yang akan mendapat hukuman .. ARASEO?!”, bentaknya sambil menunjuk L, Kyungjae, dan Mingyu bergantian.
“N-Ne…jweisonghamnida”, gumam L, Kyungjae, dan Mingyu pasrah.
▣┋◘
L, KyungJae, dan Mingyu keluar dari rungan kepala sekolah. Sungjae yang sejak tadi menunggu mereka, segera menghampiri ketiga temannya tersebut. “Ottae? Apa yang dikatakan tua Bangka itu?”, Tanya Sungjae penasaran.
“b …begitulah” jawab KyungJae lemas.
“Ah wae gurae?! Malhae!”, desak Sungjae. Mingyu pun menceritakan apa yang tadi terjadi. “Aish! Dasar tua Bangka! Apa sebenarnya yang diinginkannya? Apa ia ingin seluruh siswa di kelas kita mati satu per satu sampai tak ada satupun yang tersisa?!”, seru Sungjae kesal setelah mendengar cerita Mingyu.
“M-Moreugetda”, gumam Kyungjae pasrah. Ketiganya berjalan dalam diam tak lama setelahnya. Di tengah jalan, L dan Mingyu berpisah dengan Kyungjae dan juga Sungjae.
“Ya Mingyu-ya…apa kau memikirkan sesuatu yang kupikirkan?” seru L tiba-tiba.
“Mwo?”, Tanya Mingyu bingung.
“Aish tentang kepala sekolah! Apa menurutmu ada sesuatu yang aneh dari caranya bicara tadi? Setelah kupikir-kupikir…ada sesuatu yang aneh darinya” ujar L.
Mingyu memikirkan ucapan L. “Ia…seperti tak suka jika kita mencari tahu tentang apa yang terjadi matchi?”, Tanya Mingyu.
“Matta….menurutku….pihak sekolah seperti sedang menutupi sesuatu dan seseorang membantu mereka untuk memantau kita” ujar L sambil menendang-nendang batu kerikil di jalan.
Mingyu memasukkan tangan ke saku celananya. “Setelah kupikir lagi…ucapan Seungcheol kini terdengar cukup masuk akal…aish jika saja Nana dan kawan-kawannya tidak datang dan menginterupsi, Seungcheol pasti sudah meneruskan ceritanya!”, sungut Mingyu turut menendang batu kerikil di depannya. “Nan jeongmal geunggumhae”, sambungnya.
L hanya menghela nafas. “Nado…kita Tanya lagi saja pada Seungcheol besok…arasseo?”, ujar L mencoba menghibur Mingyu.
“Arasseo gurae…”, jawab Mingyu.
▣┋◘
07.00 PM
“Lama sekali sih bus nya…hufh”, keluh Halla yang tengah duduk sendiri di sebuah halte. Ia melihat lampu lalu lintas berubah merah. “Aku naik bus dari sana saja deh…tak apa jika harus naik dua kali nanti daripada menunggu terus seperti ini…bisa-bisa sampai malam aku tidak bisa pulang”, ujarnya. Ia melangkahkan kalinya menelusuri zebra cross. Belum sampai kakinya melangkah pada halte bus yang ditujunya, terdengar suara gaduh dari kejauhan. GRUUUUNGGG GRUNNNGG~! Halla refleks menoleh ke sisi kanannya. Matanya terbelalak ketika ia mendapati sebuah motor besar melaju kencang ke arahnya.
Ia ingin berlari untuk menghindar tapi kakinya lemas dan tak mampu digerakkan. Motor besar itu pun nampak sengaja memang mengarah pada nya. Halla memejamkan matanya, ia menutup matanya pasrah. “Aku….aku adalah korban berikutnya”, gumam Halla dalam hati.
▣┋◘▣┋◘
Soojung berpegangan pada pundak YoungHee. Mereka berdua pulang dengan menggunakan sepeda motor milik YoungHee. Motor YoungHee terus melaju kencang . DUUUGGGG .. ia melewati polisi tidur tanpa mengerem. “YA!! Lee youngHee kau ini mau mati ya?! Kau-”, belum selesai Soojung bicara, sebuah Truk melintas di hadapan mereka. YoungHee mencoba menekan Rem tapi tidak berfungsi sama sekali. “eotthokhe ..eotthoke?! AAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!”, seru Younghee dan Soojung bersamaan. Younghee terpaksa membanting setang motor ke kiri demi menghindari truk tersebut. DUAAAAKKK! Motor Younghee pun menabrak sisi trotoar jalanan.
▣┋◘▣┋◘
07.00 pm
“EunHee-ah….kau lihat kucing itu?? Kenapa ia diam saja?”, gumam Mina.
“Moreugetda…mungkin ia sedang tidur”, jawab Eunhee.
“Geureom boja”, ujar Mina menarik Eunhee mendekati kucing tersebut.
“Ah Mina-ya, chakkaman….aku takut kucing! Kau saja yang melihatnya sendiri!”, tolak Eunhee namun Mina tetap saja menariknya hingga Eunhee tak bisa berbuat apapun.
Mina berjongkok berusaha melihat kondisi kucing tersebut, sementara Eunhee berdiri ketakutan di belakang Mina. Mina mencoba mengangkat tubuh kucing kecil tersebut dan bersamaan dengan hal tersebut……………”AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!”, jerit Mina dan Eunhee bersamaan ketika melihat darah mengalir dari tubuh kucing yang tadi diangkat Mina.
Mina refleks terjatuh ke belakang karena saking terkejutnya ia dan tak sengaja menyenggol kaki EunHee hingga keduannya tersungkur ke belakang.
Belum sempat mencerna apa yang terjadi, EunHee melihat sekelebat bayangan hitam tak jauh dari tempatnya terjatuh. Ia melihat ke atas dan sebuah karung goni terlihat terisi penuh entah oleh apa, siap menimpa dirinya dan Mina. “ANDWEEEEEEE!!!!” , seru Eunhee refleks menunduk.
PRANGGGGGGGGGGGGGGG!! Tak lama setelahnya, terdengar suara benda pecah belah yang hancur menghantam tanah. Tubuh EunHee gemetar tak karuan. Tapi kemudian, ia menyadari sesuatu. Ia tak merasakan tertimpa benda jatuh. Ia membuka matanya dan mendapati pecahan kaca berserakan tak jauh darinya. “A-aku belum mati??” ujarnya tak percaya.
“Eu…Eugh…”, tak lama setelahnya terdengar suara rintihan seseorang. Eunhee menoleh dan mendapati Kyungjae terdampar di belakangnya. “Kyungjae-aah!!”, seru Eunhee panic. Ia segera mendekati Kyungjae. Dilihatnya, sepanjang tangan kanan namja itu terluka karena melindungi tubuh EunHee agar tidak bergesekan dengan tanah. “N ..neo .. Gwenchana??” Tanya KyungJae lemas.
“T-tangan mu .. ??”, gumam EunHee panic sembari meneteskan air matanya melihat kondisi KyungJae. “K-kenapa kau menyelamatkanku ?? kau jadi terluka begini..hiks…omo ottokhae?”, gumam Eunhee terisak.
“G…gwenchanayo…g-geundae…geundae….hikss…hikss”, gumam KyungJae tiba-tiba juga meneteskan air matanya.
“W-Wae gurae Kyungjae-ah?”, Tanya Eunhee panic.
Tangan Kyungjae bergerak perlahan menunjuk pada suatu titik. Eunhee mengikuti arah pandang Kyungjae dan ia menutup mulutnya tak percaya ketika melihat kondisi kedua temannya yang tak seberuntung dirinya yang masih bisa diselamatkan Kyungjae.
▣┋◘
Mina membuka matanya perlahan. “Argh…”, rintihnya. Ia merasakan sakit pada beberapa bagian kaki dan tangannya, tapi ia masih hidup . Tepat ketika ia membuka matanya, ia melihat Sungjae berada tepat di atasnya. “S-Sungjae-ah…”, gumam Mina tak percaya.
“G-Geuman hajima…”, gumam Sungjae lirih. “A-Aku tahu…k-kau adalah y-yeoja yang pantang menyerah….a-apapun y-yang terjadi…kumohon j-jangan berhenti mencari tahu….M-Mina-ya…j-jebal…n-neol m-mido”, gumam Sungjae susah payah. BRUUKKK! Tubuh Sungjae pun ambruk tepat di atas tubuh Mina yang masih mematung tak percaya. Tangan Mina bergerak perlahan menyentuh bagian belakang kepala Sungjae. “S-Solma….S-Sungjae-ah…”, gumam Mina tak percaya ketika ia melihat darah melumuri tangannya setelah ia menyentuh bagian belakang kepala Sungjae.
Mina masih mematung pada posisinya. Samar-samar, ia melihat sosok seseorang di lantai tiga gedung sekolah mereka. “B-beraninya kau melakukan ini … siapa pun kau .. aku tak akan pernah memaafkanmu!”, rutuk Mina dalam hatinya.
Tak lama kemudian, tubuh Sungjae terangkat dari atas tubuh Mina. Kyungjae lah yang baru saja mengangkat tubuh Sungjae dan membaringkannya di rerumputan, sementara Eunhee membantu Mina terbangun. “A-Ambulance akan d-datang…sebentar l-lagi”, ujar Kyungjae yang bergegas meminta bantuan beberapa orang yang berada di sana dan segera menghubungi pihak medis.
“Mina-ya…gwenchana?”, Tanya Eunhee khawatir karena Mina masih terlihat shock atas apa yang terjadi.
“Aku tak akan memaafkannya….”, gumam Mina lirih. Kedua tangan yeoja itu mengepal kesal. “Aku….tak akan memaafkan siapapun dia…yang berada di balik ini semua”, gumam Mina geram.
** TO BE CONTINUED **