Yonghan High-school, 1980
Gelap mulai menampakkan wujudnya. Seorang anak lelaki berdiri di depan taman sekolah. Tangannya memegang sebuah kotak kecil berwarna merah. Ia tersenyum manis sambil sesekali menggerak-gerakkan kakinya karena sedikit lelah menunggu. Tak lama kemudian, seorang penjaga sekolah yang kebetulan melintas menegurnya, “langit sudah gelap ..kenapa kau belum pulang nak?”
“O.. annyeonghaseyo!. Sebentar lagi paman, Aku sedang menunggu Ibuku” jawabnya sambil tersenyum.
“Hahaha….baiklah kalau begitu aku pergi dulu, masih banyak ruangan kelas yang harus kubersihkan”, ujar sang penjaga sekolah sembari berlalu dari hadapan anak lelaki tersebut.
“Em…..Paman”, gumam anak itu pelan.
Sang penjaga sekolah pun menghentikan langkahnya lalu kembali menoleh pada anak itu. “Ya??”
“Boleh kah .. aku meminta sesuatu?”, Tanya anak itu pelan. Keraguan tergambar di wajahnya.
“Tentu saja .. katakan saja…Aku akan membantu sebisa ku”, jawab sang penjaga sekolah.
Anak laki-laki itu mendekat dan membisikkan sesuatu pada sang penjaga sekolah. Pria itu terkejut dengan apa yang dibicarakan anak itu. “ya !! kau tidak boleh bicara seperti itu”
“Kumohon .. berjanjilah” pinta anak itu penuh harap.
“Tapi....”, gumam penjaga sekolah itu ragu-ragu.
“Kumohon paman..”, pinta anak itu penuh harap.
“Hufh .. anak muda jaman sekarang ada-ada saja .. hahaha baiklah”, ujarnya mencoba untuk tak terlalu menanggapi permintaan anak itu dengan serius.
“Terima kasih paman!”, ujar anak itu sambil tersenyum tenang.
***
YONGHAN HIGH-SCHOOL, 1985
Jam Dinding sekolah menunjukkan pukul 16.00 , Eunha dan L membawa buku-buku ke ruangan guru. Keduanya terhenti di depan meja bertuliskan nama: “Kim JungAh”, lalu meletakkan buku-buku tugas yang mereka bawa di atas meja tersebut. Eunha meregangkan tangannya yang terasa pegal karena membawa banyak buku.
“Seharusnya tadi kau meminta bantuan siswa laki-laki saja”, ucap L sambil merapikan letak buku-buku tersebut.
“Tak apa… aku baik-baik saja“ jawab Eunha tersenyum.
Tak lama kemudian, Guru mereka, Professor Jung ah memasuki ruangannya. Wanita itu tersenyum melihat kedua muridnya dan bergegas menghampiri mereka. “Terima kasih anak-anak”, ujarnya tersenyum sambil menyentuh pundak keduanya.
“Sama-sama Ssaem”, Eunha dan L membungkuk sopan. Diam-diam mata Professor Jung-ah terus tertuju pada L yang terlihat sibuk membereskan buku-buku di mejanya yang terdapat banyak buku tugas yang bukan hanya dari kelas mereka saja. Eunha membantu L sambil sesekali melirik kea rah Professor Jungah. Ia menyenggol tangan L, lalu menggerakkan bola matanya agar L turut melihat ke arah Professor JungAh. L mengikuti arah pandang mata Eunha, lalu melihat Professor JungAh yang termenung memandanginya.
***
“Dia sering seperti itu .. aku jadi iri padamu ..”, ucap Eunha dalam perjalanan kembali ke kelas. L termenung dengan langkah pelan lalu kemudian tersadarkan akan ucapan Eunha.
“Eung? Kenapa kau harus iri padaku?”, Tanya L.
“Professor JungAh itu baik sekali ..akan sangat menyenangkan jika diperhatikan guru seperti dirinya”, ujar Eunha. L hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Eunha. Ia lalu kembali berfikir sambil berjalan dalam diam. Seulas senyum juga tergambar di wajah Eunha. Namun tak lama kemudian, senyum tersebut pudar ketika tiba-tiba ia merasa seseorang menyentuh pundaknya. Langkahnya terhenti dan matanya memperhatikan keadaan di sekitarnya. Ia melihat L yang sudah berjalan mendahuluinya.
“L sudah di depan sana.... tak ada seorangpun di belakang ku”, ujar Eunha dalam hati. Ia memejamkan matanya lalu merasakan terpaan angin yang semakin lama semakin kencang berhembus di lorong sekolah.
“Eunha–ya!....Ya! Jung Eunha!”, Eunha membuka matanya dan melihat sesosok siswa berkacamata. Ekspresi serius tergambar di wajahnya. Siswa itu tak asing di matanya. Eunha menggeleng-gelengkan kepalanya dan memejamkan matanya kembali selama beberapa detik lalu kembali membukanya . Sosok siswa tadi berubah kembali menjadi L yang sebelumnya telah berjalan jauh di depannya.
“Ya Jung Eunha! ppali! kau mau pulang tidak?!”, seru L.
“Ah....A-Arasseo”, ujar Eunha seolah baru tersadar. Ia mencoba mengabaikan apa yang dilihatnya tadi. “Mungkin itu hanya efek karena aku melamun”, gumamnya dalam hati sambil bergegas menyusul L.
***
Keesokan harinya….
Kelas 3-7 pagi itu terasa begitu sepi. Belum ada seorangpun siswa yang datang. L berjalan memasuki kelas tersebut. “Sudah jam segini masih juga belum ada yang datang”, gumamnya sambil melihat jam tangannya. Ia kemudian berjalan menuju kursinya yang terletak di barisan kedua bagian belakang, paling kanan dan berdekatan jendela kelasnya. Ia duduk tenang menunggu sambil mendengarkan music melalui earphone di telinganya yang terpasang pada alat Walkman (alat pemutar music). Ia menatap keluar jendela yang langsung memperlihatkan pemandangan taman sekolah. Ia memutar lagu kesukaannya yang direkam oleh pihak sekolahnya dan dinyanyikan langsung oleh gurunya, Kim jungAh, sekitar empat tahun yang lalu. Ia bersenandung pelan mengikuti irama lagu tersebut.
나는 잘 지내요 아주 잘 지내요 지금껏 아파도 괜찮은 척 했지만
I’m fine, I pretend I’m doing good so far, but a good ache
이 노랠 부르면 그대가 올 것 같아서 내 가슴이 다시 떨려오네요
Call this song, I thought I will come back to my heart’s shaky five
“Lagi-lagi lagu itu….apa kau tidak bosan mendengarkannya?”, ujar sebuah suara membuyarkan lamunan L. Suara itu berasal dari salah seorang teman kelasnya yang bernama Seo Mingyu. Mingyu memasuki kelas bersama beberapa siswa lainnya. Ia adalah salah seorang siswa yang mahir dalam bermusik. Ia selau membawa gitarnya setiap hari kesekolah .
L melepaskan headphone nya, “Kenapa memangnya? aku suka lagu nya, begitu dengan juga suara Professor Kim”, ujarnya.
“Bagaimana kalau dengar kan lagu baruku??”, bujuk Mingyu.
“Tentu saja … tapi tidak sekarang. Nanti saja, sepulang sekolah aku akan ke rumahmu”, ujar L
“Oke”, jawab Mingyu santai sembari bergegas menuju kursinya, diikuti dua siswa lainnya yang bernama Park Hyungshik dan Kim Kyung jae yang tadi datang bersamanya. Mereka duduk di kursi mereka yang terletak tepat di belakang L dan Mingyu . “Aku lapar …”, ujar Hyungshik lesu.
“Kau belum makan? ”, Tanya Mingyu.
“Sudah….tapi tadi aku hanya sarapan dengan dua mangkuk nasi dan daging asap ..aku juga membawa bekal, tapi jika kumakan sekarang….bagaimana nasib ku saat istirahat nanti?”, jawab Hyungshik sembari meletakan kepanya di meja sambil memegangi perutnya yang terus bergejolak.
L dan Mingyu mengerutkan dahi mereka ketika mendengar jawaban Hyungshik yang terdengar polos itu. “Itu yang kau sebut sarapan?? bagiku itu sudah seperti porsi makan siang dan makan malam”, ucap Mingyu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Mm .. mma ..makan s.. saja i.. itu”, ujar Kyungjae, yang memang memiliki gangguan dalam berbicara,sambil menunjuk sebuah kursi kosong. “B .. biar .. k .. kau kenyang”, sambungnya.
“Jahat ..”, rengek Hyungshik. “Arrgh llaappaarrr!!”, seru Hyungshik frustasi. L dan Mingyu hanya tertawa melihat interaksi antara Kyungjae dan Hyungshik.
***
Sudah hampir sebagian besar siswa berada di dalam kelas. Salah satu siswa bernama Ren, yang dikenal sebagai “Pria tercantik”, berlari terburu-buru memasuki kelas. “Teman-teman!! Professor Park sudah datang!!!!”, teriaknya. Secepat kilat murid-murid segera menempati tempat duduk mereka dengan teratur, begitu juga dengan dirinya sendiri. Ia duduk di samping seorang siswi yang tak kalah cantik darinya yang bernama Precise park. Precise adalah sahabat baik Ren yang berasal dari luar Korea dan berdarah campuran Korea-Amerika.
Guru mereka, Park Jungsoo memasuki ruang kelas dengan senyum dan lesung pipinya yang merekah begitu manis. “Pagi anak-anak”, sapanya ramah.
“PAGIIIIII~~~~~”, jawab semua murid serempak.
“Sekarang masukkan semua buku ke dalam tas .. kita akan adakan ujian”, ujar Professor Park mengejutkan murid-muridnya yang kemudian terpaksa menerima pengumuman tak mengenakkan tersebut.
“Apa?? Ujian?! Aduh! Bagaimana ini?! Bagaimanaa?!”, seru siswi bernama Lee Eunhee, yang memiliki pribadi mudah sekali panic dan ceroboh. Ia sontak salah tingkah dan tak sengaja menjatuhkan pensilnya. “Ish …”, gerutunya. Ia hendak mengambil pensilnya, tapi kini ia malah ikut menjatuhkan penghapusnya hingga menggelinding jauh, “aaiihhhhhh..!!”, rutuknya kesal.
Kyungjae yang duduk berseberangan dengannya merasa pusing melihat tingkah Eunhee. “Bb .. biar .. k .. ku a .. ambil”, gumam Kyungjae sambil kemudian mengambilkan penghapus tersebut. Ia menundukkan tubuhnya, tapi tiba-tiba sebuah buku lagi-lagi terjatuh dari meja EunHee dan tepat menimpa kepala Kyungjae. BUUKKK!!, terdengar suara berdebam akibat buku yang terjatuh tersebut. “A-Awww ..”, rintih Kyungjae. Ia kemudian mendongak lalu menatap kesal EunHee yang hanya bisa tersenyum getir. “Maaf….hehe”, gumamnya sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V, sebagai tanda perdamaian.
Keributan lain datang dari kumpulan murid yang menamakan diri mereka, “The Perfect Gank”. Kelompok tersebut terdiri dari: Seorang siswa bernama Son dongwoon dan tiga siswi lainnya bernama Goo hara , Lee Jieun yang dikenal dengan panggilan Nana , dan Seo Juhyun yang dikenal sebagai Seohyun. “Mana nomor siswi yang kau janjikan itu?”, ujar Dongwoon sambil mencolek lengan Hara. Ia meminta nomor salah seorang teman Hara yang sudah dijanjikan Hara akan dikenalkan padanya .
“Nanti saja!. Sekarang kita akan ujian”, gumam Hara.
“Sekarang saja!, desak Dongwoon dan akhirnya PPLLEETAKKK .. Hara memukulnya.
“Ada apa itu???”, sambar Professor Park ketika mendengar keributan tersebut.
“Emm…b-bukan apa-apa….s-saya melihat seekor nyamuk hinggap di kepala Dongwoon, Professor ..”, jawab Hara.
Tak disangka, Professor Park justru melanjutkan pembicaraan tentang nyamuk tersebut, “Kalian harus hati-hati, nyamuk di pagi dan siang hari sering disinyalir sebagai nyamuk demam berdarah, itu berbahaya”, ujarnya memperingatkan murid-muridnya.
“Jadi nyamuk dipagi hari itu berbahaya ya Professor?!”, sambar seorang siswa bernama Choi Seungcheol, yang dikenal ketus dan pemalas. Ia bertanya bukan karena ingin mengetahui lebih jauh tentang jenis-jenis nyamuk, namun ia hanya memanfaatkan keadaan agar Professor Park lupa bahwa ia akan mengadakan ujian. “Lalu bagaimana dengan nyamuk malam??” Tanya Seungcheol mengada-ada.
Professor Park Jungsoo nampaknya terpancing dengan pertanyaan Seungcheol. “Biasa nya pada malam hari itu kebanyakan nyamuk biasa .. yang menyebabkan gatal saja”, ujarnya.
Ren mengedip-ngedipkan bulu matanya yang lentik. “Benar sekali .. nyamuk malam tidak berbahaya. Yang berbahaya itu kupu-kupu malam”, sambar Ren.
“Semoga Tuhan mengampuni dosa mereka”, ujar satu-satunya siswa yang masih bisa berpikir jernih dan dikenal religious yang bernama Jung Jinyoung.
“Oh yeah ..”, sahut Ren.
“Ya, Ren-ah! jangan pamer profesi terselubungmu”, sahut siswi lainnya bernama Heo Halla.
“Ya!!”, gerutu Ren kesal.
“Shhuuussh!!”, Seungcheol menyuruh yang lain diam. Ia melanjutkan permainannya ,“Lalu bagaimana cara menghindari demam berdarah??”
“Ah mudah saja .. kalian harus menggunakan system 3M dan jangan lupa pakai lotion anti nyamuk”, ujar Professor Park Jungsoo sambil mengeluarkan lotion anti nyamuk miliknya dari dalam sakunya layaknya model iklan lotion anti nyamuk.
Seungcheol terus bertanya berbagai macam hal pada park sonsaengnim. Hal ini membuat bingung siswa lain yang tahu jelas watak Seungcheol yang dikenal malas berbicara dengan guru mereka . “Do you feel something strange here?? It’s about him”, ujar Precise yang kerap kelai berbicara dalam bahasa Inggris. Tangannya menunjuk ke arah Seungcheol.
Ryu Soojung, salah seorang siswi lainnya yang duduk tak jauh dari Precise, memikirkan dan menimbang perkataan Precise.
“Eumm…”, gumam Soojung sambil mengangguk. “Ini aneh sekali! Anak seperti Seungcheol tiba-tiba tertarik bicara panjang lebar tentang nyamuk dengan Professor Park”, ujar Soojung, menanggapi serius ucapan Precise. Gadis ini memang memiliki obsesi terpendam sebagai detektif.
“Yumkin hia qolat taubah”, jawab siswi lainnya, yang bernama Kim Eunkyo, dalam bahasa Arab.
“Kenapa kalian semua bicara dengan menggunakan bahasa Alien?!”, keluh seorang siswi bernama Lee SongHee sembari menggaruk-garuk kepalanya. “Precise-ah .. dia berkata apa??”, Tanya Songhee penasaran akan arti dari ucapan Eunkyo sebelumnya.
“She said that she hopes, Woohyun will be back into the right path. Is it clear???” jawab Precise
“Owh……..”, jawab Songhee sambil mengangguk-angguk.
“Do you understand what I said?”, Tanya Precise.
“NO”, jawab Songhee polos.
“Oh God….”, gumam Precise sambil menepuk keningnya.
“S .. sepertinya .. a .. aku tau .. a apa yang Seungcheol lakukan!”, ucap Kyungjae percaya diri.
“Apa?”, Tanya Eunkyo.
“Ini .. sss .. sss .ss..”, gumam Kyungjae yang mendadak semakin sulit bicara.
Hyungshik menepuk pundak Kyungjae, “Sepertinya ini strategi untuk menggagalkan ujian”, ujar KyungJae yang langsung lancar berbicara setelah Hyungshik menepuk pundaknya.
“Kalau begitu kita harus ikut partisipasi!”, Sambar Halla berapi-api yang kemudian disambut Precise dengan seruan bahasa Spanyol, “De acuedo !!”, yang berarti: “Aku setuju!”.
***
Berawal dari Seungcheol, anak-anak lainnya pun mulai mengajukan berbagai macam pertanyaan pada Professor Park, setelah menyadari bahwa aksi Seungcheol sebelumnya yang bertujuan untuk menggagalkan ujian mereka.
Salah seorang siswi yang dikenal cerewet bernama Younghee, mengambil alih situasi. “Professor!, apa anak dan istri mu pernah terserang demam berdarah? Kalau ada siapa itu? lalu apa penyebabnya? masuk rumah sakit tidak? kalau ia dirawat berapa lama?? Lalu …”
“TENGGG … 12 detik”, ujar Mina yang sedari tadi menatap stopwatch saat Younghee bicara.
“YoungHee-ah, kalau bertanya satu-satu!”, jawab Professor Park kebingungan. “Hm…soal pertanyaan mu itu…aku ini kan masih muda dan aku belum menikah. Jadi aku belum punya istri apalagi anak”, Lanjutnya.
“De versa?? Que edad tienes?” (Benarkah? Berapa umurmu?), Tanya Precise yang lagi-lagi bertanya dalam bahasa Spanyol.
“ARTINYAAA????”, seru anak-anak di dalam kelas serempak. Precise menghela nafas, “Aku hanya bertanya tentang umurnya”
“Apa itu artinya?”, Tanya seorang siswa bernama Sungjae.
“U...umur .. dia ber tt bertaya t .. tentang .. umur”, jawab Kyungjae.
Sungjae sambil mengangguk. “eh…tapi kenapa kalian tiba-tiba semua jadi bertanya begini? Bukankah kita mau ujian Aish jincha!”. Seungcheol yang duduk disamping Sungjae lemas melihat tingkah temannya tersebut. “Ya Yook Sungjae…kau tahu seperti apa buruknya neraka??” Tanya Seunghceol sambil mengepalkan tangannya kesal.
“Apa hubungannya dengan neraka?”, Sungjae justru bertanya balik tanpa menangkap maksud di balik pertanyaan Seungcheol tadi. “Kau pernah mengunjunginya? Kenapa tak mengajakku?!”, sambung Sungjae polos.
“Besok kubawa kau kesana!”, jawab Seungcheol lagi.
“lllaappaarr!!“, keluh Hyungshik menyela pembicaraan Seungcheol dan Sungjae. “Akan kubawa kau ke sana bersama dia!”, ujar Seungcheol sambil menunjuk Hyungshik.
“B ….biar .. kk .. ku b .. bantu . S .. Seung .. Seungcheol-ah”, jawab Kyungjae yang turut kesal karena tingkah Hyungshik yang hanya memikirkan makan dan Sungjae yang terlambat mengerti rencana teman-temannya tersebut.
L memperhatikan jam tangannya. “belum bel juga .. kenapa lama sekali?“, keluhnya. “Yang terpenting kita tidak jadi ujian heheh”, gumam Mingyu terkekeh.
TEEEEEEETTT!....jam pelajaran Professor Park pun berakhir. “baiklah .. sampai disini dulu .. kita lanjutkan minggu depan .. siang anak-anak”, ujar Professor Park mengakhiri kelasnya. Professor Park berjalan keluar kelas. Sementara di belakangnya, terdapat Ren yang tengah mengikutinya diam-diam dari belakang. Ia berjalan dengan anggun sembari memeriksa apakah Professor Park sudah pergi.
“AMANN …!!!”, seru Ren setelah memastikan kepergian Professor Park.
“HOOORREEEEEEEEE!!!!!!!!, sorak semua murid dengan kompak.
“Ada apa sih??”, Tanya seorang siswa bernama Donghyun yang baru saja bangun dari tidurnya. Suasana kelas mendadak hening setelah mendengar pertanyaan Donghyun yang sedari tadi melewatkan aksi menggagalkan ujian karena tertidur.
***
01.00 PM
Para siswa keluar dari kelas menuju kantin sekolah ketika jam istirahat tiba, namun beberapa siswa kelas 3-7 tetap memilih tinggal di dalam kelas. Hyungshik memberikan sejumlah uang kepada seorang siswa. Ia meminta siswa itu untuk membelikan makanan untuknya, “tolong belikan roti , snack dan soft drink lima buah ya? ini uangnya…kembalinya ambil saja”, ujar Hyungshik yang segera kembali setelah selesai mengurus “transaksi” nya.
Mingyu yang cinta kebersihan, tengah sibuk menghapus papan tulis hingga benar-benar bersih. Ia tiba-tiba teringat aksi Seungcheol di kelas tadi. “Ya Seungcheol-ah .. tadi itu ide yang bagus sekali”, puji Mingyu.
“Tentu saja … aku selalu punya ide cemerlang”, ujar Seungcheol bangga.
Selesai menghapus papan tulis, Mingyu berkumpul kembali dengan yang lain. Ia menatap keluar jendela. Di sana terdapat kantin yang terletak berseberangan dengan taman sekolah. Dari kejauhan, mata Mingyu menatap sosok Songhee yang sedang berada di kantin. Ia menatap Songhee dari dalam kelas, “Songhee itu cantik ya?” ujarnya.
“Yy .. yyo .. Younghee le ..lebih.. c .. cantik menurutku”, sambar Kyungjae.
“Mina lebih cantik menurutku”, sambung Sungjae.
“Halla lebih baik karena dia rajin .. jadi nanti aku tidak perlu kerja apa-apa jika aku bersama dia”, ujar Donghyun dengan malasnya sambil tetap setia menempelkan kepala pada meja nya.
Seungcheol melempar kertas hingga mengenai kepala Donghyun. “Dasar pemalas….itu namanya memanfaatkan seorang wanita!”, gerutu Seungcheol. “Seharusnya kalian seperti aku…mencari seorang gadis yang mempunyai jaringan yang luas”, ucap Seungcheol bangga.
“Jaringan yang luas bagaimana??” Tanya Hyungshik dengan mulut penuh makanan. “Seperti operator seluler saja”, ujar Hyungshik cuek.
“PFFTTH…Operator seluler”, gumam KSungjae terkekeh mendengar ucapan Hyungshik. Tatapan penuh sengatan Listrik ditujukan Seungcheol pada Sungjae dan HyungShik . Tapi karena ia sedang malas meladeni mereka, maka Seungcheol lebih memilih mengabaikan keduanya. “Ya maksud ku .. lihatlah Precise .. dia orang kaya .. setiap saat sering bolak-balik keluar negeri, bisa bicara berbagai bahasa. Dengan begitu, hidupku akan terjamin”, ujar Seungcheol. Salah seorang siswa lainnya yang turut bergabung dengan mereka, yang bernama DongHyun bangkit dari tidurnya. Ia tiba-tiba menarik kerah baju Seungcheol.
“APA BEDANYA KAU DENGAN KU?? KAU MALAH LEBIH PARAH DASAR MATREALISTIS!”, seru Donghyun tiba-tiba seperti sedang mengigau. Selesai ‘meledak’, Donghyun kembali tertidur.
“Ada apa dengannya?”, gerutu Seungcheol.
Jung Jinyoung yang sedari tadi diam dan sibuk membaca buku, kali ini ikut angkat bicara. “Seorang gadis yang baik bagi hidup mu adalah gadis yang mampu membimbing mu menuju surga kelak.… Seperti Kim Eunkyo, kecantikannya terpancar dari luar dan dalam”, puji Jinyoung sembari ikut menoleh ke arah jendela sejenak lalu tersenyum tipis dan kembali sibuk membaca buku.
“Amin…oh pak pendeta. Kau pergilah ke Surga lebih dulu, lalu beritahu aku bagaimana keadaan di sana. Sekaligus pesankan satu tempat untukku”, jawab Seungcheol seenaknya.
“Seungcheol-ah, hidup dan mati seseorang ada ditangan Tuhan”, ujar Jinyoung mulai berceramah.
Seungcheol mengipas-ngipasi dirinya dengan tangan. “Oh ya Tuhan .. telinga ku mulai panas”, keluh Seungcheol.
“Iblis memang selalu seperti itu”, sahut Sungjae santai.
“YA YOOK SUNGJAE! .. KAU MAU KUKIRIM KE NERAKA SEKARANG JUGA HAH!!!”, seru Seungcheol menarik pundak Sungjae lalu berusaha mencekik nya namun Sungjae tak menanggapinya sama sekali.
“Kalian semua tidak ada yang beres hahahaha”, L tertawa terbahak-bahak menyaksikan pembicaraan teman-temannya. Di tengah suasana santai yang tengah mereka nikmati, tiba-tiba Mereka dikagetkan dengan pintu ruangan kelas yang tiba-tiba saja terbuka dengan kencang . BBBRRRUUUKKKKKKKK!!!. Semua siswa yang kebetulan berada di dalam kelas, mendadak terdiam.
“Apa itu?” Tanya Seungcheol. L pun segera berdiri dari kursinya. Ia lalu membuka jendela dan merasakan udara diluar. “Anginnnya tidak kencang …” ujarnya.
“L ..lalu .. k .. kenapa .. p .. pintunya t .. terbanting?” Kyungjae mulai gemetar. Ia memegangi tangan Hyungshik yang meski takut, namun ia tetap makan lahapnya.
Nyali Seungcheol mulai menciut. Ia merapat pada teman-temannya, “Y-ya .. jangan bercanda .. ini tidak lucu”, gumamnya ketakutan.
“B .. b . ba ..”, ujar Hyungsik terbata-bata sambil menunjuk kea rah papan tulis.
“Hyungshik-ah, ini bukan saat nya meledek Kyungjae!”, tegur Mingyu.
“Bb bukan .. i .. itu!. Lihat itu! baca lah papan tulisnya!”, seru Hyungshik sambil tetap menunjuk kea rah papan tulis. Semua mata tertuju pada papan tulis. Di sana terdapat sebuah tulisan:
HELP !
“Tolong?”, gumam L membaca tulisan tersebut. “Mingyu-ya, bukankah tadi kau sudah menghapus papan tulis? Kenapa mencoret-coretnya lagi?”, Tanya L.
Mingyu menggeleng cepat. “Aku sungguh sudah menghapusnya!. Sudah kupastikan tadi bersih! Lagipula setelah menghapus papan tulis tadi, aku kembali bergabung dengan kalian!”, ujar Mingyu panik.
“Kau pasti bohong kan Mingyu?”, Tanya Donghyun.
Mingyu menggeleng cepat. Ia yakin bahwa ia sudah menghapus papan tulis hingga bersih. Kejadian tadi terasa begitu aneh.
L terdiam memikirkan apa yang terjadi. Tak lama kemudian, ia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Tapi ketika ia menoleh, tak seorang pun ada di sana, sementara semua teman temannya berada ada di depannya. Keanehan yang terjadi tak berhenti sampai di situ. Hal lain terjadi lagi. Handphone milik L tiba-tiba bergetar, namun tak ada pesan atau panggilan masuk tertera di sana. L tersentak selama beberapa saat. Ia menatap ponselnya cukup lama. Tak lama kemudian, ia kembali tersentak ketika ia mendengar sesuatu dari earphone yang sudah dilepasnya sejak kelas dimulai beberapa jam yang lalu. Suara gemerisik terdengar dari earphone tersebut. Tangan L bergerak perlahan mengambil kedua earphone tersebut dan kemudian dengan hati-hati, ia mendekatkan salah satu earphone tersebut ke telinganya dan….sebuah lagu terputar dari sana ..
나는 잘 지내요 아주 잘 지내요 지금껏 아파도 괜찮은 척 했지만
I’m fine, I pretend I’m doing good so far, but a good ache
이 노랠 부르면 그대가 올 것 같아서 내 가슴이 다시 떨려오네요
Call this song, I thought I will come back to my heart’s shaky five
BRAKKKK!! L refleks melempar walkmannya ke atas meja. Ia terkejut atas apa yang terjadi. Ia yakin benar bahwa sebelumnya, ia telah mematikan Walkman miliknya.
“L-ah…Ada apa?”, Tanya Mingyu pada L yang masih terlihat shock. Mata L mengarah tajam ke arah luar jendela.
***
Kantin sekolah…
“Nanti malam aku ikut belajar bersama dengan kalian yaaa?”, pinta Ren manja.
“NO! kau ini hanya merusuh saja bisanya!”, Tolak Mina.
“Benar!”, sambar Halla.
“Kenapa Ren mama tidak boleh ikut? tidak seru sekali kalau tidak ada Ren mama. Aku bisa pusing tujuh keliling kalau belajarnya terlalu serius! Terlebih lagi jika harus berhadapan dengan rumus-rumus. Justru Ren mama yang membuat ku tidak bosan saat belajar pokoknya Ren mama harus ikut!”, protes YoungHee atas keputusan Mina dan Halla.
“Teng! 14 detik!”, ujar Mina lagi-lagi membawa stopwatch dan menghitung waktu bicara YoungHee.
Eunha termenung sambil menatap lurus ke arah jendela kelas 3-7. Ia melihat L menatap mereka semua dari dalam kelas. Tiba-tiba, ia merasa kepalanya seperti terpukul benda keras. Rasa sakit yang luar biasa, dirasakannya. Sebuah gambaran kejadian aneh tiba-tiba tergambar dalam pikirannya. Dalam pikirannya, ia melihat refleksi dari tempat yang di tatapnya sebelumnya, yaitu jendela kelas 3-7, dan di sana ia melihat seseorang. Bayangan seseorang yang dalam kondisi yang berbeda. Dalam penglihatannya, Ia melihat L menatap tajam ke arahnya dan darah terlihat mengalir dari dahinya. “T….Tidak…”, gumam Eunha tertahan sambil menutup matanya. Mendadak, ia merasakan tubuhnya terasa lemas dan ia pun tak sadarkan diri.
“YA…Jung Eunha…kau baik-baik saja?”, Tanya Eunhee. Meski dalam kondisi panic ia sigap menahan tubuh Eunha dan menepuk-nepuk pipi yeoja itu yang tak juga membuka matanya. “Apa yang harus kita lakukan?! panggil dokter diruang kesehatan?! atau membawa nya pulang?! Atau memanggil sonsaengnim?! Atau…”, seru Eunhee panic.
“EunHee-ah, stop it please!”, bentak Precise. “Eunha-ya Ireona!!. Ya Jung Eunha!!” panggil Precise sambil menggenggam erat tangan Eunha.
“Eunha bangunlah!”, seru Ren khawatir begitu juga dengan Mina, Halla, SongHee dan YoungHee.
Berbeda dengan yang lainnya, Soojung justru tertarik dengan hal lain. Ia baru menyadari bahwa kantin sangat ramai tapi tak ada seorangpun bertindak atas apa yang tengah terjadi pada Eunha. Para siswa-siswi berlalu-lalang melewati mereka seolah tak peduli. Atau lebih tepatnya, mereka seolah seperti tidak melihat apapun termasuk Soojung dan kawan-kawannya yang berteriak panic sejak tadi. “Apa yang terjadi sebenarnya?”, gumam Soojung.
***
Tak lama kemudian, Eunha pun sadar. Ia tersentak kaget dan nafasnya berderu cepat. “Tidak….tidak…”, ia terus menggumamkan kata itu berulang-ulang.
“Ada apa dengannya??”, Tanya Ren sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Eunha.
“Eunha-ya, kau baik-baik saja??”, Tanya SongHee ikut gemetar. Bukannya menjawab pertanyaan teman-temannya yang mengkhawatirkannya, Eunha justru melihat kembali kea rah jendela kelasnya . “Tidaakk!”, serunya. Ia kemudian bangkit dan langsung berlari begitu saja meinggalkan yang lain.
“Apa yang terjadi padanya??” Tanya Halla bingung.
***
Eunha terus berlari menyusuri lorong sekolah meski nafasnya sudah hampir habis. Tiba-tiba, BRUKKKKK!!. Ia menabrak seseorang hingga terjatuh, begitupun dengan orang yang ditabraknya.
“Kau baik-baik saja????”, seru keduanya terengah-engah.
“Kenapa bertanya padaku? Bukankah tadi kau yang baru saja pingsan??!”, seru orang tersebut yang ternyata adalah L. Ia kemudian berdiri sambil membersihkan pakaiannya yang kotor akibat terjatuh. Ia lalu mengulurkan tangannya menawarkan bantuan pada Eunha untuk berdiri. Eunha meraih tangan L , lalu berdiri. Ia memperhatikan setiap bagian wajah L . “Kau ini kenapa?”, Tanya L yang merasa rishi karena tiba-tiba Eunha menatapnya.
“Aku .. melihat sesuatu yang buruk terjadi padamu”, gumam Eunha.
L tiba-tiba melihat seseorang berdiri terpaku di belakang Eunha. Ia mencoba memberi sinyal lewat tatapan matanya, lalu kemudian menanggapi pembicaraan Micha dengan candaan. “L-lihat?? Lihat dimana? Mungkin kau berhalusinasi karena kelaparan…haha”.
Eunha terdiam selama beberapa saat. Ia tidak menangkap sinyal yang coba diberikan oleh L sebelumnya. “JANGAN BERCANDA DISAAT ORANG YANG SEDANG BICARA PADA MU DALAM KEADAAN KALUT!!”, serunya. Ia kemudian berbalik hendak pergi dari hadapan L, namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat gurunya, Kim JungAh berada dibelakangnya. “P-Professor Kim?”, gumamnya pelan.
L menghela nafas, menyesali sikap Eunha yang tak menangkap sinyal yang ia berikan sebelumnya.
“Kalian berdua berkelahi?? Ada apa?”, Tanya JungAh pada keduanya. “kalian murid-murid ku yang baik … kalian tidak boleh berkelahi, mengerti?”, ujar Professor Jungah sambil tersenyum lembut pada keduanya.
“K-Kami tidak berkelahi. Kami…kami hanya sedang latihan untuk drama saja ..haha”, elak L . Eunha mengangguk dan tersenyum mendengar ucapan L. “M-Majayo ssaem!”, sambar Eunha. “Jweisonghamnida…mungkin suara ku tadi terlalu keras”, ujarnya sembari membungkuk sopan.
“Gwenchana.. syukurlah jika kalian tidak berkelahi” JungAh bernafas lega. Senyum manis kembali tergambar di wajahnya.
L segera menarik tangan Eunha, “permisi Professor..aku dan Eunha masih ada urusan. kami mohon diri dulu”, ujar L berpamitan pada Jungah.
“Ne…”, jawab Jungah tersenyum.
L dan Eunha membungkuk sopan pada Jungah dan bergegas pergi dari hadapan yeoja itu.
***
L masih menggenggam tangan Eunha, hingga keduanya menjauh dari Professor Jungah. “Maaf, aku tidak tahu maksud mu bercanda tadi untuk menghindari Professor Kim”, gumam Eunha merasa bersalah.
“Sudahlah .. aku mengerti, sepertinya kau panic sekali … jelaskan maksud mu tentang melihat hal buruk terjadi padaku?”, ujar L kembali pada topic pembicaraan mereka sebelumnya.
“Saat aku melihat mu di jendela tadi, tiba-tiba pandangan mataku mendadak gelap. Lalu ada peristiwa aneh yang muncul begitu saja di kepalaku. Aku….aku melihat wajah mu berlumuran darah .. kau seperti orang yang hampir..”, Eunha menghentikan kalimatnya.
“Hampir apa?”, Tanya L penasaran.
“S-Seperti seseorang yang hampir….m-mati”, gumam Eunha tertunduk.
L terdiam sesaat setelah Eunha mengucapkan hal tersebut. Pandangan matanya kemudian tertuju pada tangannya dan Eunha yang masih saling menggenggam satu sama lain.
“Aish panas!”, rintih L.
“Aaahh!!”, Eunha juga refleks melepaskan tangannya dari L karena ia merasa seperti terbakar, begitu juga dengan L. “Kau bawa api di tangan mu??”, seru Eunha.
“Untuk apa? Aishhh! .. tangan ku seperti terbakar!”, rintih L sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa panas. Tak lama kemudian, tiba-tiba Sehelai kain yang entah muncul darimana, terjatuh ke lantai. Kain itu setengah terbakar. L menunduk mengambil kain itu dan melihat ada sebuah tulisan yang tertera disana:
DIFFERENT DIMENSION
“Ini terjatuh dari genggaman tangan kita. Apa kau yang membawa ini??” Tanya L pada Eunha yang disambut gelengan pelan oleh Eunha. “Tulisan nya sama dengan yang tadi ada di papan tulis kelas”, gumam L.
“Papan tulis kelas??”, Tanya Eunha.
“Tadi di papan tulis kelas terdapat tulisan help! dan tulisannnya persis seperti ini. Sepertinya ini ditulis oleh orang yang sama”, ujar L.
***
Mingyu hendak menyusul L. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Soojung yang juga kebetulan ingin mencari Eunha. Ia mengkhawatirkan L yang tiba-tiba saja berlari keluar dan tidak kembali hingga sekarang. Begitupun dengan Soojung yang mengkhawatirkan Eunha yang tiba-tiba saja pergi dan mereka pun menemukan keduanya secara bersamaan. Keduanya bernafas lega ketika mendapati kedua teman mereka baik-baik saja. Lalu tak lama kemudian, keduanya saling melirik satu sama lain. “Kau mencari L?”, Tanya Soojung pada Mingyu sembari menunjuk kea rah L.
“Tentu saja…masa aku mencari Ibumu”, sungut Mingyu.
“Ish!”, gerutu Soojung.
“Eo? Bukankah itu Kim Ahjussi?”, gumam Mingyu mengabaikan Soojung dan menatap pada suatu titik. Mata Mingyu menangkap sosok penjaga sekolah yang biasa di panggil, “Kim Ahjussi”, tengah bersembunyi di balik tembok sambil memperhatikan L dan Eunha. “Apa yang dilakukannya?”, Tanya Mingyu menatap tajam Kim Ahjussi.
Soojung pun mengikuti arah pandang Mingyu. “Molla“, jawab Soojung sambil mengangkat bahu.
Kim Ahjussi yang menyadari keberadaan Mingyu dan Soojung yang tengah memperhatikannya, langsung pergi meninggalkan tempat nya. Ia berpura-pura menyapu daerah sekitar Lorong tersebut lalu pergi melewati Mingyu dan Soojung tanpa menatap keduanya yang masih menatapnya curiga.
***
KEESOKAN HARINYA….
Matahari belum terlalu tinggi. Mina , Eunha , Soojung, SongHee dan Ren datang lebih pagi karena mereka bertugas piket pada hari itu. “Kemarin kau pulang dengan Seungcheol ya? Eunha-ya??” Tanya Mina.
Ren terkejut mendengar pertanyaan Mina. “Jincha?? Kucing dan anjing bisa pulang bersama??”, seru Ren tak percaya.
“Bisa saja…belakangan ini kucingnya sedang flu mungkin…jadi ia tak bisa pulang sendiri”, ledek Soojung atas sikap Eunha yang sedikit berubah belakangan ini. Telinga Eunha panas mendengar celotehan Mina , Ren , dan Soojung.
“Aku pulang dengannya karena dia memang tetangga ku…siapa lagi yang bisa kumintai bantuan kalau bukan dia? tangan ku terluka. Aku tidak bisa mengendarai motor sendiri. Kalian tenang saja. Kami masih berkelahi sepanjang perjalanan. Aku masih cukup normal untuk tidak berdamai dengannya”, ujar Eunha.
“Go….tji…mal~”, goda SongHee. “Benar kata Soojung….kau kan sedang tidak waras, bisa saja tiba-tiba kau berbaikan dengan Seungcheol”, sambung Songhee sambil melirik ke arah Soojung yang terlihat menggerak-gerakkan alisnya.
“Kemarin di motor peluk-peluk tidak??, Tanya Mina turut menggoda Eunha.
“Kalau aku memeluknya di motor kemarin, sekarang aku pasti sudah sakit cacar ..”, jawab Eunha kesal.
Ren kemudian membuka gossip baru, “Eh ..tapi tapi tapi .. kalian salah .. Eunha itu sedang ada affair dengan L. Lihat saja itu tangan mereka terluka bersamaan .. karena kemarin mereka sedang berdua, iya kan Soojungie?”, goda Ren.
Soojung mengangguk mengiyakan, “kemarin aku dan Mingyu menangkap basah mereka sedang berdua dan berpegangan tangan”, ujar Soojung sembari memberi penekanan intonasi pada frase, ‘berpegangan tangan’.
“Benarkah? aaaa romantis sekali! Whoaa… tak kusangka..”, seru Songhee berseri-seri.
“Ya Ryu Soojung jangan bergosip lagi .. untung tidak ada Precise, kalau tidak dia bisa marah padaku”, ujar Eunha.
“Tapi nyatanya kau memang berdua dengan L kemarin”, Lidah Soojung menjulur pada Eunha. Soojung kemudian mengambil kesimpulan dari semua jawaban Eunha, “oh ..jadi kau menyembunyikan hubungan mu dengan L demi menjaga perasaan Precise ???”
“Geundae…Soojungie…apa yang kau lakukan bersama Mingyu? Tadi kau berkata bahwa kau dan Mingyu melihat L dan Eunha sedang bersama….apa kalian juga sedang bersama?”, Tanya Mina polos.
“Ah! Matta! Matta! Ah…jadi diam-diam kau mengincar Mingyu?”, balas Eunha.
“A-ANIYAAA!! KAMI KEBETULAN BERTEMU SAAT SEDANG SAMA-SAMA MENCARIMU DAN JUGA L!”, seru Soojung panic.
“Tapi dari caramu bicara, ‘Aku dan Mingyu melihat L dan Eunha sedang bersama’, sepertinya ada sesuatu di antara kalian”, ujar Mina menanggapi serius hasil pemikirannya sendiri yang melenceng jauh dari apa yang mereka bicarakan sebelumnya. “Ah…issanghae”, gumam Mina.
“Oh My God!!”, seru Songhee bersemangat mendengarkan gossip percintaan teman-temannya.
“YA YA! KWON MINA SHIKKEURO! Aish jincha…jangan membuat gossip yang tidak tidak!”, protes Soojung.
“HOT GOSSIP … akan kusebarkan keseluruh penjuru sekolah! hahaha”, ujar Ren yang terkenal dengan gossip-gosip terbarunya.
“JANGAAAAANN! Ren Mama kumohon jangan lakukan itu!”, Soojung berjongkok pasrah. Jari telunjuknya menyentuh lantai lalu bergerak memutar-mutar. Hujan dan petir seolah menyambangi hidup nya pagi itu, “hancur sudah reputasi ku”, gumam Soojung pasrah.
“Hahahahha rasakan itu Ryu Soojung!”, ujar Eunha dengan senyum kemenangan.
Ren kemudian menepuk pundak Eunha, “tenang saja Eunha-ya! aku bisa jamin gossip mu dengan Seungcheol dan L juga akan menyebar dengan cepat”, ujar Ren tenang.
“TIDAAAAKKK!!!”, seru Eunha cepat.
Selama berjongkok, Soojung mengamati seseorang. Matanya tajam menatap Kim Ahjussi sedang membersihkan kaca jendela tapi mata pria itu terus melirik-lirik ke arah dirinya dan teman-temannya sejak tadi. “Benar .. sejak tadi dia mengamati kami .. mengapa dia melakukan semua ini?”, Tanya Soojung dalam hati.
Eunha tiba-tiba menarik tangan Soojung dan membantu gadis itu berdiri. “Ya Soojung-ah….jangan berlebihan begitu .. kita kan sudah biasa digossipkan oleh mama..ayo kita ke kelas”, ajak Eunha.
Soojung pun berdiri dan berpura-pura merengek manja. “Huu .. huu .. Ren mama tega”, rengeknya. Ia mengikuti teman-temannya berjalan menuju kelas tapi matanya tetap waspada mengamati sosok Kim Ahjussi. Karena setengah perhatiannnya terpusat pada Kim Ahjussi, Soojung tidak focus ketika berjalan lalu tak sengaja menabrak Eunha yang tiba-tiba berhenti di depannya. “Ya Jung Eunha!.. jangan berhenti sembarangan!”, gerutu Soojung.
“Ssst! dengarkan suara itu …”, perintah Eunha
“hiks .. hiks ..hiks ..”
“suara orang menangis ..”, ujar Mina.
SongHee meremas tangan Ren karena ketakutan. “Ren mama .. aku takut”, gumam Songhee. Ren merangkul SongHee
“Tenang dulu ya”, ujar Ren mencoba menenangkan Songhee.
“Suara itu…berasal dari dalam kelas kita”, bisik Eunha.
“Biar aku periksa”, ucap Ren tegas tapi tiba-tiba SongHee menarik tangannya, “Andwae Ren mama!. Kau di sini saja bersamaku”, pinta Songhee.
“Jangan begitu … bagaimana pun juga aku ini laki-laki!. Aku tetap memiliki kewajiban melindungi kalian”, ujar Ren tersenyum. Ia kemudian melangkah terlebih dahulu dengan gagahnya, membuat kagum teman-teman wanitanya.
“Ren…”, para gadis saling menatap satu sama lain. “Di balik kecantikannya .. ternyata dia ….. REN-AH FIGHTING!!!!”, seru teman-teman wanitanya bersamaan.
Ren melongok ke belakang, mengepalkan tangannya sambil mengangguk lalu melangkah lagi dengan mantap. Baru dua langkah ia maju, masih sedikit jauh dari kelas .. kemudian terdengar suara …BRRRAAKKKKKKKK!. Pintu kelas mereka terbuka dengan kencang secara tiba-tiba.
“AAAAAAAKKK….”, Ren berteriak kencang sambil berlari kembali lalu bersembuyi di belakang Soojung dengan tubuh gemetar.
“Ternyata dia belum berubah juga” ucap SongHee, Soojung , Eunha , dan Mina bersamaan.
“Menyesal aku memanggil nya Ren saja”, ujar Mina datar.
“Panggilan Ren mama memang lebih pantas untuknya”, sambung Eunha.
“hiks .. hiks ..hiksss”
Suara tangisan itu kembali terdengar. “Ayo kita tunggu di halaman depan saja saja sampai ramai. Tidak usah piket tidak masalah. Paling hanya dapat hukuman dari Kyungjae dan itu masih bisa ditawar”, ajak SongHee menarik-narik tangan Eunha dan Mina.
“Iya ..yang penting jangan disini”, ujar Ren sambil juga menarik Soojung.
Soojung dan Mina mulai melangkah mundur mengikuti ajakan Ren dan SongHee . Ren mempertegas suara tangis itu dan mengenalinya. Bayangan akan L yang terluka parah yang dilihatnya kemarin tiba-tiba kembali datang. Rasa pusing itu juga kembali tapi rasa takutnya akan nasib L mengalahkan rasa sakit yang dirasakannya. “Itu suara L!”, seru Eunha sambil berlari cepat menuju kelas.
“L??? Jincha??”, Tanya Mina. Ia pun ikut berlari diikuti Soojung. Meski takut, mau tidak mau Ren dan SongHee pun mengikuti mereka.
***
Sampai di depan kelas, Eunha mencoba membuka pintu tapi pintu itu terkunci. “L !!!!! L,APA YANG TERJADI PADA MU?! L !!! L!! JAWAB AKU!! L!!”, seru Eunha panic sambil menggedor-gedor pintu kelas.
“L apa kau baik-baik saja .. L!!!”, teriak Soojung tak kalah panic. Ia turut menggedor-gedor pintu kelas seperti apa yang dilakukan Eunha.
“L!!” SongHee, Ren dan Mina juga memanggil nama L secara bergantian. Soojung kemudian berinisiatif berlari ke tempat lain. “Biar kulihat dari taman sekolah! siapa tahu ada salah satu jendela yang terbuka”, ujar Soojung segera bergerak menuju menuju taman sekolah. Mina mengikuti Soojung, sementara Eunha, Ren, dan SongHee tetap berusaha membuka pintu dari depan.
***
Soojung dan Mina sampai di taman sekolah yang terletak tepat di belakang kelas mereka. Semua jendela tertutup gorden, tapi terdapat bayangan seseorang didalam. Siluet tersebut terlihat berjalan tertatih dan akhirnya jatuh di dekat jendela, tepat di daerah tempat L biasa duduk.
“L sungguh ada didalam!”, seru Soojung. Ia dan Mina mencoba membuka jendela satu persatu, berharap menemukan jendela yang tak terkunci. Lima belas menit berlalu hingga….. “terbuka ..”, gumam Mina tertahan. Ia berhasil menemukan sebuah jendela yang tak terkunci. Ia pun memanggil Soojung, “Soojung-ah! lewat sini!”, seru Mina.
Soojung dan Mina segera masuk ke dalam kelas melalui jendela tersebut. Sesaat mereka sampai di dalam, mereka tak menemukan apapun selain Eunha, Ren, dan SongHee yang ternyata juga telah di dalam. Tak ada sosok L yang mereka cari di dalam kelas tersebut, melainkan sebuah tulisan di papan tulis:
DARKNESS
***