10.00 AM
Tok! Tok! Tok! terdengar ketukan di pintu ruang kerja Kyungjae. "M-Masuklah", ujar Kyungjae.
Tak lama kemudian, sosok Joonmyeon pun muncul dari balik pintu. "Ini kumpulan data-data tentang Yonghan dari tahun-tahun sebelumnya yang kau minta Appa", ujar Joonmyeon menyerahkan setumpuk laporan pada sang Ayah.
"N-Ne....K-Kamsahamnida....b-bagaimana persiapan p-pernikahanmu?", tanya Kyungjae.
"Semua baik-baik saja Appa...", ujar Joonmyeon.
"Ah...joha....g-gurae...kau boleh kembali", ujar Kyungjae kembali sibuk dengan pekerjaannya.
Joonmyeon berbalik hendak pergi, namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya dan menoleh menatap sang Ayah yang sedamg fokus bekerja. Namja itu terlihat sedikit ragu. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk kembali menghampiri sang Ayah. "A-Appa", tegur Joonmyeon.
"Eo? W-Wae? A-Apa ada yang t-tertinggal?", tanya Kyungjae.
"Aniyo....b-bolehkah aku bertanya sesuatu?", tanya Joonmyeon.
"Eo....t-tentu saja", ujar Kyungjae.
"Appa....apa yang sebenarnya terjadi padaku...tiga tahun yang lalu?", tanya Joonmyeon.
DEG! Kyungjae mematung sesaat di tempatnya. "M-Musun...s-soriya? T-Tak ada y-yang t-terjadi J-Joonmyeon-ah"
"Appa....jebalyo...aku tahu sesuatu terjadi padaku tiga tahun yang lalu...Aku dan juga Joonyeon...kami adalah anak-anak yang sempat hilang matchyo?", desak Joonmyeon.
"D-Darimana kau-"
"Tak penting darimana aku mengetahui ini semua", potong Joonmyeon. "Sekeras apapun kau berusaha menghilangkan semua hal yang berhubungan dengan kejadian itu, semua percuma saja...karena potongan-potongan memori itu masih melekat di dalam sini...", ujar Joonmyeon sambil menunjuk kepalanya sendiri.
"K-Kau...I-Ingat apa y-yang terjadi?", tanya Kyungjae tak percaya.
"Tidak sepenuhnya....tapi jika aku melihat atau bertemu sesuatu yang berhubungan dengan kejadian itu...maka potongan memori itu akan kembali...dan itu sangat menyiksaku Appa...Apa kau lebih suka agar aku mengingat semuanya dengan sendirinya dibandingkan dengan aku mendengarnya langsung darimu?", desak Joonmyeon.
Kyungjae melepas kacamatanya dan memijat-mihat batang hidungnya sendiri. Ia kemudian menghela nafas berat. "A-Anjuseyo...", gumam Kyungjae mempersilakan Joonmyeon untuk duduk di hadapannya. "M-Mianhae...A-Aku tak bermaksud...u-untuk m-menutupi s-semuanya d-darimu Joonmyeon-ah", ujar Kyungjae.
"Arasseoyo...aku mengerti bahwa kau hanya ingin melindungiku dan Joonyeon...matchyo?", ujar Joonmyeon.
"M-Maja", ujar Kyungjae.
"Satu hal yang tak ku mengerti...kenapa harus aku dan Joonyeon yang menjadi bagian dari kejadian itu Appa?", tanya Joonmyeon.
Kyungjae menghela nafas berat. "K-Karena....A-Appa...dan juga E-Eomma...adalah b-bagian dari k-kejadian y-yang mengawali s-semua i-insiden buruk di Yonghan s-selama ini", gumam Kyungjae tertunduk.
"Mworagoyo? Malhaeyo appa", desak Joonmyeon.
"S-Semua...brawal d-dari seorang namja bernama...K-Kim Myungsoo"
***
Yoonjae berdiri sejenak sembari memperhatikan map yang dipegangnya. "Ah jincha....sebenarnya aku masih ingin di sini...Tapi tawaran Paman Hyungshik untuk bekerja di rumah sakit juga menggiurkan...ah...ottokhae?", gumam Yoonjae. PLUK! Ia kemudian memukul kepalanya sendiri dengan map yang dibawanya. "Ani! Aku ini sudah berkeluarga! dan titel dokterku akan sia-sia saja jika aku tak bekerja di rumah sakit! Lagipula aku masih bisa berkunjung kemari saat akhir pekan...hwaiting Kim Seokjin!", ujar Yoonjae menyemangati dirinya sendiri. Ia kemudian melangkah mantap menuju ruangan Kyungjae. Ia hendak mengetuk pintu ruangan tersebut, namun untuk sesaat, ia berhenti ketika telinganya samar-samar mendengar pembicaraan dari dalam ruangan tersebut.
"S-Semua...brawal d-dari seorang namja bernama...K-Kim Myungsoo"
DEG! Yoonjae mematung di tempatnya. Ia kemudian menempelkan telinganya pada pintu ruang kerja Kyungjae agar ia bisa mendengar pembicaraan di dalam sana. Tak lama kemudian, ia merasakan sesuatu menyentuh pundaknya. Yoonjae menoleh dan kedua matanya melebar kala melihat siapa yang baru saja menyentuh pundaknya. Seorang namja kira-kira berusia empat puluh tahun, berdiri tepat di belakangnya.
“Jogiyo…apa benar ini ruangan Prof. Kyungjae?”, Tanya namja tersebut.
Yoonjae masih menatap namja itu tak percaya. Ia bahkan tak menjawab pertanyaan namja itu sama sekali.
“J-Jogiyo? Neo gwenchanayo?”, Tanya namja tersebut membuyarkan lamunan Yoonjae.
“N-Ne? J-Jweisonghamnida…tadi anda bertanya apa?”, ujar Yoonjae membungkuk meminta maaf.
“Apa benar ini ruangan Prof. Kyungjae?”, Tanya namja tersebut.
“N-Ne…majayo”, ujar Yoonjae.
“Gurae…gomawoyo….kau bekerja di sini?”, Tanya namja itu lagi.
“T-Tadinya….tapi aku berniat untuk mengundurkan diri”, ujar Yoonjae masih menatap lekat namja itu.
“Ah…gurae….arasseo…semoga beruntung”, ujar namja itu tersenyum.
“N-Ne…g-gomawoyo…jogiyo…aku harus pergi sekarang”, pamit Yoonjae sopan. Namja itu hanya mengangguk sembari tersenyum pada Yoonjae yang bergegas pergi dari hadapan namja itu. Ketika ia sudah berada agak jauh dari namja tersebut, Yoonjae menoleh memperhatikan namja itu dari kejauhan. “H-Hyung?”, gumam Yoonjae lirih.
***
Busan, 10.00 AM
TING TONG! “Chakkaman gidaryeo!”, seru Eunkyo sembari berjalan menuju pintu ketika ia mendengar suara bel berbunyi. Ia segera membuka pintu dan sedikit terkejut ketika melihat siapa yang kini berdiri di ambang pintu rumahnya. “Eo? Jaehee? Kyungsoo? Wae gurae? Apa ada sesuatu yang tertinggal?”, Tanya Eunkyo bingung atas kedatangan anak dan menantunya yang begitu tiba-tiba, padahal baru saja kemarin Jaehee meninggalkan Busan dan kembali ke Seoul untuk tinggal bersama Kyungsoo.
“A-Aniyo…eomma…kami kemari karena-“
“Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padamu…Omoni”, sambar Kyungsoo memotong ucapan Jaehee.
“Mwonde?”, Tanya Kyungsoo.
“Perihal pamanku…..Ha Jaeyoo”, ujar Kyungsoo.
DEG! Eunkyo mematung di tempatnya. “D-Dari mana kau…”
“Kau mengetahuinya matchyo? Kenapa kau tak memberitahuku sejak dulu? Sejak kau memberitahuku bahwa akan ada kejadian buruk yang menimpaku…aku selalu bertanya pada diriku sendiri apa yang akan terjadi padaku…namun semua terasa begitu tenang…hingga mimpi buruk itu mulai menghantuiku akhir-akhir ini”, ujar Kyungsoo panjang lebar tentang apa yang terjadi padanya belakangan ini.
“M-Mimpi buruk?”, Tanya Eunkyo.
Jaehee menyerahkan copyan dokumen artikel yang disimpannya pada Eunkyo. “Kuharap kau bisa menjelaskan ini semua pada kami eomma…kenapa kau ingin menghilangkan semua bukti ini…demi diriku dan Taehyung…apa sesuatu juga sempat terjadi pada kami?”, Tanya Jaehee.
Eunkyo menatap Jaehee dan Kyungsoo bergantian lalu menghela nafas berat. “Masuklah…aku akan menjelaskannya pada kalian”. Ketiganya pun duduk bersama di rung keluarga.”Apa yang ingin kalian ketahui?”
Kyungsoo dan Jaehee terdiam sesaat, hingga akhirnya Kyungsoo pun memutuskan untuk bertanya lebih dulu. “Omoni…kau…kau mengenal pamanku? Mengapa kau menyimpan foto Jaeyoo samchun dalam kumpulan artikel yang hendak kau serahkan pada Kyungjae samchun? Kau….mengenalnya? Kenapa kau tak memberitahuku sejak dulu dan kenapa….kenapa eomma menyembunyikannya dariku? Malhaeyo omoni…jal butakhaeyo”, pinta Kyungsoo memohon.
Eunkyo menghela nafas berat. “Sebenarnya…aku juga tak terlalu mengenal siapa Ha Jaeyoo sebenarnya…aku bahkan belum pernah melihat sosoknya secara langsung…karena ia…”, ujar Eunkyo memberi jeda pada ucapannya sejenak. “Karena ia sudah tiada bahkan sebelum aku menjadi siswi di Yonghan, tiga puluh tahun yang lalu”, ujar Eunkyo.
“M-Mworagoyo? J-Jadi maksudmu…Jaeyoo samchun..”, gumam Kyungsoo.
“Ia sudah meninggal lima tahun sebelum Eomma menjadi siswa di Yonghan”, sambar Jaehee mengingat kedua foto berbeda yang di lihatnya semalam sebelumnya. “Apa itu sebabnya mengapa kau juga menyimpan foto siswa yang angkatannya berada di lima tahun sebelum angkatanmu?”
“A-Apa yang kau bicarakan?”, Tanya Kyungsoo tak mengerti.
Jaehee kemudian mengeluarkan dua foto tersebut dari dalam amplop dan meletakkannya di atas meja ruang tamu, seraya menunjukkannya pada sang Ibu dan juga Kyungsoo. “Geureondaeyo eomma….bagaimana dengan kedua namja ini?”, Tanya Jaehee menunjuk foto seorang namja secara bergantian pada kedua foto tersebut. “Mengapa wajah mereka sama? Tidak mungkin mereka kembar karena kedua foto ini di ambil di tahun yang berbeda…”, Tanya Jaehee lebih jauh.
Kyungsoo memperhatikan namja yang dimaksud Jaehee tadi. “Ini…bukankah ini…ayah dari temanku, Jongdae?”
“Eung majayo…namja ini…bernama Kim L, ia adalah salah satu temanku dan….namja ini….”, ucap Eunkyo ragu. “Namja ini…bernama Kim Myungsoo…ia…”
***
Seoul, 10.10 AM
“Apa yang terjadi pada siswa bernama Kim Myungsoo ini appa?”, Tanya Joonmyeon sambil memperhatikan foto yang ditunjukkan Kyungjae padanya.
“I-Ia…m-mati b-beberapa puluh t-tahun yang lalu…atau l-lebih tepatnya…l-lima tahun sebelum a-aku menjadi s-siswa di Yonghan”, ujar Kyungjae.
CEKLEK! Tak lama kemudian, terdengar suara pintu ruangan Kyungjae terbuka dan sosok seseorang muncul di sana. “Annyeong Kyungjae-ah”, sapa orang tersebut.
Joonmyeon refleks menoleh dan kedua matanya melebar ketika melihat sosok tersebut. Ia memperhatikan foto dalam genggamannya dan membandingkannya dengan namja yang tengah berjalan kea rah mereka. Wajah keduanya terasa begitu mirip, meskipun namja yang dilihatnya kini terlihat lebih tua dibandingkan dengan namja yang dilihatnya di dalam foto. “K-Kim Myungsoo?”, gumam Joonmyeon pelan.
Namja itu pun sampai tepat di samping Joonmyeon. “Oraenmane….Kyungjae-ah”, sapa namja itu tersenyum.
“N-Ne…O-oraenmane…K-Kim L-ssi”, balas Kyungjae.
“K-Kim L?”, Tanya Joonmyeon. Ia bergantian menatap sang Ayah dan namja bernama L tersebut secara tak percaya.
“Ah…apa kau Kyungjae junior? Wah…kau mirip sekali dengan ayahmu saat ia mua dulu”, ujar L tersenyum pada Joonmyeon. Namun perlahan, senyum itu memudar kala melihat foto dalam genggaman Joonmyeon. Kini ia mengerti mengapa namja itu menatapnya dengan tatapan shock sebelumnya. “Sepertinya, ayahmu sedang mendongengkan sebuah kisah misteri padamu matchi?”, Tanya L pada Joonmyeon sembari tersenyum tipis. Matanya menatap lekat foto dalam genggaman Joonmyeon tersebut.
“A-Aniyo…samchun…aku..aku harus pergi sekarang…a-ada yang harus ku kerjakan…p-permisi”, ujar Joonmyeon terbata-bata dan hendak pergi dari hadapan L dan Kyungjae.
“Kau ingin aku menceritakannya padamu?”, Tanya L, membuat Joonmyeon refleks menghentikan langkahnya lalu menoleh menatap L.
“M-Mworagoyo?”, Tanya Joonmyeon tak percaya.
“Tidakkah kau kasihan pada ayahmu yang harus bekerja keras untuk menceritakan ini semua padamu…berbicara satu kata saja sudah begitu melelahkan baginya”, ledek L mengenai kekurangan Kyungjae yang tak bisa bicara dengan sempurna.
“Y-Ya! L-ah!”, gerutu Kyungjae.
“Aku bisa menceritakan semuanya padamu Joonmyeon-ah”, ujar L tersenyum penuh arti.
“L-ah, M-Mwohae?!”, protes Kyungjae.
“Sudah saatnya bagi mereka untuk tahu…bahwa kita tak bisa selamanya menyembunyikan hal ini Kyungjae-ah…Apa kau lupa? Bahwa apa yang terjadi pada mereka…tiga tahun yang lalu…adalah hasil dari apa yang kita lakukan, tiga puluh tahun yang lalu?”, ujar L.
***
Seoul, 11.00 AM
Yoojin berjalan menyusuri area pemakaman. Langkahnya terhenti sejenak kala menangkap sosok seorang namja tengah berdiri terpaku sembari menatap sebuah makam. Ia menghela nafas sejenak, lalu melangkah mendekati namja itu. “Ya Seokjin-ah”, tegur Yoojin.
Yoonjae menoleh sejenak kea rah Yoojin. “Wasseo?”, gumam namja itu pelan, lalu ia kembali mengalihkan perhatiannya menuju makam di depannya.
“Wae gurae? Kau menghubungi dan tiba-tiba ingin bertemu…di tempat seperti ini”, ujar Yoojin memperhatikan area pemakaman.
“Psh…musun soriya…ini adalah tempat peristirahatan kakak kandung kita…dan juga eomma”, gumam Yoonjae.
“Arasseo…lalu…apa yang ingin kau bicarakan?”, Tanya Yoojin to the point.
“Apa kau percaya….bahwa seseorang yang telah mati…bisa hidup kembali?”, Tanya Yoonjae tanpa sedikitpun menatap Yoojin. Sejak kedatangan Yoojin, matanya hanya terpaku pada makam sang kakak.
“Mworago? Ya…Yoonjae-ah, kita ini sudah dewasa! Kau masih saja mempercayai hal-hal seperti itu?”, Tanya Yoojin tak percaya dengan tingkah saudara kembarnya tersebut yang tak juga bisa berubah.
“Jawab aku….Yoojin-ah”, gumam Yoonjae lirih.
Yoojin terdiam sejenak memperhatikan raut wajah Yoonjae yang mendadak muram. Ia kemudian menghela nafas sejenak. “Ani…aku tak mempercayainya”, jawab Yoojin.
“Geureom…apa kau percaya…bahwa reinkarnasi itu nyata?”, Tanya Yoonjae lagi.
“Ya Kim Seokjin geuman!”, protes Yoojin mulai tak sabar meladeni tingkah saudara kembarnya tersebut. “Aku tak percaya aku harus menemui hanya demi meladeni pertanyaan-pertanyaanmu yang tak masuk akal itu?!”, gerutu Yoojin. “Pekerjaanku masih banyak Yoonjae-ah, mian”, ujar Yoojin tegas. Ia berbalik hendak meninggalkan Yoonjae.
“Aku bertemu dengannya…”, ucap Yoonjae lirih, membuat Yoojin menghentikan langkahnya.
Yoojin menoleh dan menatap Yoonjae. “Nugu?”
Yoonjae balas menoleh menatap Yoojin dengan sendu. “Myungsoo hyung….aku baru saja bertemu dengannya Yoojin-ah…”, ucap Yoonjae lirih.
“M-Mworago?!”, seru Yoojin tak percaya.
***
Seoul, Yonghan Academy, 11.05 AM
“Apa…kau adalah Kim Myungsoo?”, Tanya Joonmyeon tanpa sedikitpun melepaskan tatapannya pada namja seusia sang ayah yang kini duduk berhadapan dengannya di sofa ruang kerja Kyungjae.
Kyungjae dan L yang duduk bersebelahan saling menatap satu sama lain, lalu mereka menghela nafas pelan. “Bagaimana menurutmu? Apa yang pikiran dan hatimu katakan setelah kau melihat diriku?”, Tanya L sembari tersenyum penuh arti.
“N-Nan….moreugesseoyo….jika kau adalah Kim Myungsoo…”, gumam Joonmyeon terdiam sejenak. “S-Solma…kau tak mungkin….”
“Hidup kembali?”, potong L yang kemudian disambut anggukan pelan dari Joonmyeon. “Tapi kau pernah mendengar istilah reinkarnasi matchi?”
“S-Solma…jadi kau adalah…”, gumam Joonmyeon tak percaya.
“Ani…naneun Kim L imnida…aku bukanlah Kim Myungsoo”, ujar L tersenyum penuh arti sementara Joonmyeon semakin terlihat bingung dengan segala jawaban berbelit-belit yang diberikan L padanya. “Tapi mungkin saja…kau akan mengerti ada hubungan apa antara diriku dan juga Kim Myungsoo dan juga apa yang terjadi padamu dan beberapa teman-temanmu lainnya tiga tahun yang lalu, setelah mendengar ceritaku ini….”, ujar L. “Semua kejadian ini…berawal dari sesuatu yang terjadi…sekitar tiga puluh Tahun yang lalu………”
-To Be Continued-