Seoul, Three years later…..
Seoul, 11.00 AM
BRUUUKK!, Jaehee meletakkan kardus-kardus berisi peralatan miliknya di atas lantai. "Arggh..punggungku", keluhnya sambil meregangkan punggungnya yang pegal karena kelelahan mengangkat barang-barang miliknya. Ia kemudian memperhatikan seisi ruangan dan melihat beberapa kardus masih terletak di sana. "Aish jincha...ia sudah memindahkan barangnya lebih dulu...", gerutunya. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. "Yoboseyo? Apa kau sibuk? Apa kau tak bisa membantuku sebentar saja?", ujarnya sambil menoleh ke belakang dan memperhatikan sebuah cafe yang berada tepat di seberang rumah yang baru saja ditempatinya. Cafe tersebut terlihat begitu ramai oleh pengunjung. "Arasseo...gwenchana", ujar Jaehee menghela nafas tak lama kemudian.
"Waeyo? Hyung mengabaikanmu?", ujar Taehyung melangkah santai melewati Jaehee sambil membawa sebuah kardus yang berisi barang-barang milik Jaehee. Namja itu meletakkan kardus itu di salah satu meja dan segera merebahkan dirinya di sofa. "Ah...himdeuro....kenapa jadi aku yang harus membantumu pindahan begini?", gerutu Taehyung.
"Aish shikkeuro! Bukankah sudah kubilang ia tak bisa membantuku! Aish..i nom-ah jincha", gerutu Jaehee.
"Ya tunggu saja sampai ia tak sibuk lagi baru kau memindahkan barang-barangmu! kau semangat sekali ingin tinggal bersamanya", ujar Taehyung.
"Ya!! I namjaga nae nampyoniya!", seru Jaehee gemas melihat tingkah adiknya tersebut.
"Arasseo! Baru dua bulan menikah saja sudah sombong sekali", gerutu Taehyung sambil menjulurkan lidahnya lalu berbaring di sofa. "Bangunkan aku jika sore sudah tiba", ujarnya sebelum ia tertidur pulas.
Jaehee menggelengkan kepalanya melihat tingkah Taehyung. Namun ia membiarkan namja itu tertidur di sofa miliknya. Biarpun menyebalkan, namun tanpa Taehyung ia pasti tak bisa memindahkan barang-barangnya hari ini. Sebelumnya, Namja itu tiba-tiba menawarkan diri untuk membantunya pindahan.
Jaehee menurunkan kardus yang diletakkan Taehyung di atas meja ke atas lantai. Ia terduduk di lantai dan mulai membongkar barang-barang dalam kardus tersebut. Ia kemudian menemukan sebuah album berisi foto-foto dirinya dan namja yang kini menjadi suaminya ketika mereka masih berpacaran. Seulas senyum tergambar di wajahnya. DRRT...DRRTT....Tak lama kemudian, ia merasakan ponselnya bergetar dan nama "Kim Joonmyeon" tertera di sana. Ia segera menjawab panggilan tersebut. "Yoboseyo? Ya apa kau si-"
"Onnie!"
"Eo? Ige nuguya?", tanya Jaehee ketika mendengar suara seorang yeoja menghubunginya dengan menggunakan nomor milik Suho.
"Onnie, ini aku Kim Joonyeon imnida kkk", ujar suara di seberang telepon tersebut.
"Eishh...Siyou-ya, neo jincha...kupikir siapa", gerutu Jaehee. "Wae? Ada apa menghubungiku? dan kenapa kau menggunakan nomor milik Joonmyeon?"
"Aniyo...pulsaku habis maka dari itu aku meminjam ponsel oppa hehe...aku bermaksud menghubungi Taehyung oppa, tapi ia tak menjawab panggilanku...apa ia sedang bersama onnie?", tanya Siyou.
Jaehee melirik Taehyung yang sedang tertidur pulas, "Ne...ia sedang tertidur...ia kelelahan setelah membantuku pindahan...ya! Apa Oppamu sibuk? Tak bisakah ia kemari dan membantuku?! Aish jincha...aku tak bisa mengandalkan anak ini sepenuhnya", gerutu Jaehee sambjl melirik Taehyung.
"Kkkk....arasseoyo...aku akan menyampaikannya pada oppa", ujar Siyou sebelum ia mengakhiri sambungan teleponnya dengan Jaehee.
"Apa Siyou yang baru saja menelepon?", tanya Taehyung yang terbangun ketika mendengar Jaehee berbicara dengan Siyou melalui telepon.
"Eo....sinyalmu cepat sekali jika mendengar nama Siyou", ledek Jaehee yang kembali sibuk membereskan barang-barangnya.
"Mereka pasti baru saja selesai ujian tes penerimaan...", gumam Taehyung. "Ya...temani aku ke Yonghan...aku harus menemui Jungook dan Siyou"
"Lalu bagaimana dengan ini semua jika aku meninggalkan rumah?!", gerutu Jaehee sambil menunjuk rumah barunya yang masih terlihat berantakan.
"Titipkan saja di cafe seberang! Aish jincha...kau ini rumit sekali", gerutu Taehyung.
"Aish i nom!", gerutu Jaehee namun ia tetap menuruti kemauan adiknya tersebut karena ia berhutang budi pada Taehyung yang sudah membantunya. Ia kemudian segera keluar dari rumahnya dan bergegas menuju cafe yang terletak berseberangan dengan rumahya. Tak lama kemudian seorang pegawai cafe menyambutnya.
"Oso wa!", sambut pegawai cafe tersebut ceria. Ia kemudian melambaikan tangannya menyapa Taehyung yang sedang berdiri di depan rumah Jaehee. "Ya! ssangdungi!", sapanya ceria.
"Mwoya? Byun Baekhyun", gerutu Jaehee sambil celingukan mencari seseorang. "Neo chinguya eodie?"
"Kyungsoo? Ia sedang menemui klien yang akan menggunakan cafe kita sebagai sponsornya", ujar Baekhyun bersemangat.
"Ah jincharo? whoaa...daebakitda! Chukkahae!", seru Jaehee. "Eo...ngomong-ngomong aku ingin menitipkan kunci rumahku karena Taehyung memintaku untuk mengantarnya ke Yonghan", ujar Jaehee.
"Ah...arasseo...apa kau akan lama?", tanya Baekhyun.
"Molla...tapi sepertinya aku juga akan menemui Joonmyeon...eomma memintaku menitipkan titipannya pada ayahnya", ujar Jaehee.
"Yeokshi....ya asal kau tahu saja...kau cocok sekali menjadi menantunya", ledek Baekhyun.
"YA NEO! Aish jincha!", gerutu Jaehee hendak memukul Baekhyun yang hanya tertawa melihat reaksi Jaehee. "Na kalkke", pamit Jaehee pada Baekhyun.
"Jincha...kkk", gumam Baekhyun tertawa setelah kepergian Jaehee. Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi dan foto seorang yeoja terpampang pada layar ponselnya. "Yoboseyo? Yeobo wae? Ah...kau di Yonghan? Geundae...cafe sedang ramai sekali dan Kyungsoo sedang keluar...aku tak bisa meninggalkannya sendiri...mianhae", ujar Baekhyun.
***
11.00 AM
Drrt...drrt....Kyungsoo merasakan ponselnya bergetar di tengah pertemuannya dengan kliennya. "Jogiyo...", ujarnya sembari meminta izin sejenak untuk menjawab panggilan tersebut. "Yoboseyo? Eo.....yeobo wae? Ne....eung...mianhae...geundae...aku sedang bertemu klienku dan tak mungkin meninggalkannya begitu saja", ujar Kyungsoo. "Ne....mianhae", gumamnya menghela nafas sebelum akhirnya ia mengakhiri sambungan telepon. Perasaan bersalah menelusup di dalam benaknya. "Aish ottokhae?", gumamnya khawatir.
"Jogiyo....apa ada sesuatu terjadi?", tanya kliennya ketika melihat ekspresi Kyungsoo yang berubah khawatir.
"Ah...aniyo...gwenchanayo..istriku menelepon dan hanya masalah kecil terjadi..geundae gwenchanayo...", ujar Kyungsoo. "Lalu, Yoojin noona... bagaimana kesimpulannya?"
"Ah...gurae...jadi...kami akan mengadakan acara amal untuk pasien anak-anak dengan berlokasi di cafe milikmu...kami akan segera mengkonfirmasi lagi tentang tanggal pastinya...aku dan suamiku, Taekwoon yang akan membiayai semuanya", ujar Yoojin.
"Ne algesseumnida...apa ada lagi yang ingin dibicarakan?", tanya Kyungsoo.
"Ani...untuk hari ini hanya itu saja", ujar Yoojin.
"Ah...ne algesseumnida...kalau begitu...bolehkah aku izin untuk pulang lebih dulu? Aku meninggalkan cafe ku dengan temanku...aku khawatir ia kerepotan mengelola cafe sendirian", ujar Kyungsoo.
"Oh...ne! gurae...neomu kamsahamnida", ujar Yoojin. Mereka segera berpamitan dan Yoojin memperhatikan Kyungsoo yang berjalan menjauh. Sebuah persaan aneh menyelimutinya. Di saat bersamaan, ia melihat sosok Taekwoon memasuki restaurant dan ia sempat berpapasan dengan Kyungsoo.
"Apa namja itu pemilik cafe yang akan mensponsori acara amal kita?", tanya Taekwoon.
"Maja", ujar Yoojin tersenyum.
"Issanghae....wajahnya sepertinya tak asing", gumam Taekwoon.
Yoojin sedikit terkejut mendengar ucapan Taekwoon. "Jincha? Kupikir aku saja yang berpikir seperti itu", ujar Yoojin.
"Apa kau sudah bicara pada Yoonjae? tentang tawaran paman Hyungshik untuk bekerja di rumah sakit miliknya?", tanya Taekwoon.
Yoojin menghela nafas, "Dwesseo...geundae...ia tetap menolak dan hanya ingin bekerja di Yonghan. Ia masih penasaran sekali dengan isu bahwa ada dimensi lain di tempat itu...aish jincha...ia terlalu banyak membaca buku dongeng", gerutu Yoojin.
***
12.00 PM
Jaehee dan Taehyung turun dari mobil mereka. Jaehee memperhatikan area sekitar Yonghan yang sudah lama tak dikunjunginya sejak kelulusannya beberapa tahun yang lalu. "Oraenmane...", gumamnya tersenyum.
"Taehyung-ah!!", Taehyung dan Jaehee menoleh ketika mendengar seseorang memanggil nama Taehyung.
"Yoooow! Jiminnie pabo!", balas Taehyung sambil berhigh-five ria dengan temannya, Jimin.
"Aish shikkeuro! Kau yang bodoh! Sudah bodoh, malas pula!. Minhyuk ssaem mengadakan ujian mendadak hari ini!", seru Jimin. Kini ia dan Taehyung tengah menempuh pendidikan mereka sebagai mahasiswa Yonghan.
"Ah jincha?! Aish ottokhae", gumam Taehyung.
"Kau membolos hari ini?!", seru Jaehee. "Ah...jadi itu sebabnya mengapa tiba-tiba kau mau membantuku pindahan?", seru Jaehee sambil menjewer kuping Taehyung.
"Aah!!! yayaya apha!", seru Taehyung. "Aku belum menyelesaikan makalahku dan aku tak mau presentasi hari ini...aku berniat melakukannya besok", gerutu Taehyung sambil mengelus-elus kupingnya yang merah karena dijewer Jaehee.
"Aish jincha...memalukan sekali", gerutu Jaehee.
"Jangan laporkan pada Omma dan Appa....Ya, aku membantumu pindahan hari ini!",ujar Taehyung memelas.
"Molla...akan kupikir-pikir lagi nanti", balas Jaehee. "Aku harus menemui Joonmyeon...kau mau ikut atau tidak?"
"Psh...Shireo", gerutu Taehyung.
"Ya...kau tak boleh bersikap begitu pada kakak iparmu", tegur Jaehee.
"AISH SHIKKEURO!! Geunyang ka!", seru Taehyung mengusir Jaehee dari hadapannya. Jaehee hanya menjulurkan lidahnya pada Taehyung sebelum bergegas pergi menemui Suho.
"Kkkk! Kakakmu lucu sekali", ujar Jimin.
"Wae? Kau menyukainya? Ia sudah jadi istri orang!", seru Taehyung.
PLAAKK!, Jimin menoyor kepala Taehyung, "Hati-hati kalau bicara!", seru Jimin.
"Oooyyy Chingudeul!", Jimin dan Taehyung menoleh ketika mendengar suara lainnya. Sesosok pria bertubuh Jangkung tinggi berjalan santai menghampiri mereka.
"Hyung! Sehun hyung!", seru Taehyung pada Sehun yang merupakan seniornya di kampus. "Kau belum lulus juga hyung?", tanya Taehyung tanpa dosa.
"I chinguya...jincha daebakitda hahahahahahaha", Sehun justru tertawa mendengar ucapan Taehyung. "Nanti jika aku lulus, kau pasti akan merindukanku hahahahaha", ujar Sehun.
"Ah...majayo...hyung, kapan kita main adu games lagi?", tanya Taehyung. Ia mengenal Sehun di salah satu warnet (?) yang dikunjunginya sekitar dua bulan yang lalu. Ia terpukau dengan kemampuan bermain games Sehun yang menurutnya sangat keren.
"Ah...kebetulan aku akan ke warnet lagi malam ini...bagaimana kalau malam ini saja?", ujar Sehun. BLEPAAAKK!!, Tiba-tiba sebuah buku melayang menghajar kepala Sehun. "Awww....watda...hahahaha", ujar Sehun sambil mengelus-elus kepalanya yang baru saja dihajar seseorang.
Seorang yeoja dengan ekspresi datar muncul dari belakang Sehun. "Ingat tugas akhirmu", ujar yeoja itu datar.
"Ahahahahahaha...aish Yichan noona!, aku sudah menyelesaikan setengah dari tugasku tapi aku lupa mengirimkannya padamu hahahahahahahaha", ujar Sehun tanpa dosa pada Yichan yang kini menjadi dosen pembimbing tugas akhirnya.
Yichan kemudian melirik ke arah Taehyung dan Jimin yang terlihat masih terkejut atas aksi anarkis (?) Yichan pada Sehun. "Kalian yang mengajaknya ke warnet?", tanya Yichan dingin tanpa ekspresi.
Taehyung dan Jimin refleks menggelengkan kepalanya. Jimin menyikut Taehyung agar menjelaskan sesuatu pada Yichan agar mereka tidak dihajar oleh yeoja itu.
"A-Aniyo noona- eh m-maksudku....ssaem...haha...haha...k-kami harus pergi...a-ada kelas berikutnya haha...annyeong", ujar Taehyung terbata-bata. Ia segera menarik Jimin dan keduanya segera melarikan diri dari hadapan Yichan.
"Ahahahaha I Chingudeul daebakitda hahahaha", seru Sehun senang. “Ya Gidaryeo!”, seru Sehun namun kedua anak itu sudah berlari terbirit-birit menjauh dari dirinya dan Yichan.
Yichan menghela nafas melihat sikap Sehun yang begitu tenang padahal ujian kelulusannya sudah di depan mata. "Sampai kapan kau akan terus seperti ini?", tanya Yichan.
"Ne?", tanya Sehun sambil melirik Yichan. Meskipun ekspresi yeoja itu selalu terlihat datar dan dingin, tapi ia tahu bahwa yeoja itu mengkhawatirkannya. "Pffth...ya...kau ini serius sekali kkkk", ujar Sehun santai sambil menyikut pelan Yichan.
"Lee Sehun", tegur Yichan tegas.
"Arasseo! Aku sudah menyelesaikan semuanya dan sudah mengumpulkannya langsung pada Minhyuk ssaem....ia akan mengabariku kapan aku bisa mempresentasikan tugas akhirku...kkokjong hajima", ujar Sehun tersenyum sambil merangkul Yichan.
BLEPAKKKK!, Yichan kembali menghajar Sehun ketika namja itu mencoba merangkulnya. "Di tempat ini, aku adalah dosenmu", ujar Yichan datar lalu berlalu pergi dari hadapan Sehun.
"Pfth...ige yeojaya...jincha...hahaha", gumam Sehun tertawa sambil mengelus kepalanya yang baru saja dihajar Yichan. “Ayo kita makan siang! Haha”, seru Sehun riang sambil kembali menggaetkan lengannya di pundak Yichan.
“Ya Lee Sehun!”, seru Yichan namun namja itu hanya tertawa-tawa tak mempedulikannya dan tetap membawanya pergi untuk makan siang bersama.
***
12.30 PM
Kyungsoo bergegas memasuki cafe begitu ia menyelesaikan urusannya. "Eo? Kau sudah kembali? Ottae?", sambut Baekhyun.
"Joha....mereka akan menggunakan cafe ini untuk acara amal rumah sakit", ujar Kyungsoo.
"Ah jincharo?! whoaa...daebakitda", ujar Baekhyun senang.
Mata Kyungsoo tertuju pada sebuah kunci yang tergantung di salah satu rak. "Jaehee sedang keluar?", tanya Kyungsoo.
"Eo...ia mengantar Taehyung ke Yonghan", ujar Baekhyun sembari bersiap-siap. "Ya...karena kau sudah kembali, aku akan segera ke Yonghan", ujar Baekhyun
"Mwo? wae?", tanya Kyungsoo terkejut.
"Mengirim bala bantuan pada istriku", ujar Baekhyun sambil bersiap-siap. "Kau mau ikut?"
Kyungsoo berpikir sejenak, "Arasseo aku ikut", ujarnya mengambil kunci tersebut. "Aku titip cafe", ujarnya pada salah satu pegawainya sebelum ia menyusul Baekhyun.
***
01.30 PM
Jaehee melangkah menelusuri lorong universitas yang terlihat sibuk. Para mahasiswa berlalu lalang melakukan aktivitas perkuliahan mereka. Hal itu mengingatkannya pada saat ia masih menjadi mahasiswa. Langkahya terhenti ketika ia melihat salah satu dosen yang tengah berbicara dengan mahasiswanya. Wajah dosen itu sangat familiar baginya. Seulas senyum lebar tergambar di wajahnya. "Miyoungie onnie!!", seru Jaehee.
Miyoung menoleh ketika mendengar suara Jaehee. Seulas senyum lebar juga tergambar di wajahnya kala melihat Jaehee. Ia segera mengakhiri diskusinya dengan mahasiswanya dan berjalan menghampiri Jaehee. Ia segera memeluk yeoja itu. "Aaaa! Bogoshipeo!", seru Miyoung.
"Nado bogoshipeoyo onnie!", balas Jaehee sambil melepaskan pelukannya. "Whoaa....kau terlihat keren sekali menjadi dosen seperti ini onnie", puji Jaehee.
"Aish..shikkeuro...kupikir kau akan menetap di Busan", ujar Miyoung.
"Aniyo....bagaimana bisa aku menetap di Busan sementara suamiku berada di sini", ujar Jaehee tersipu malu.
"Eyy...lain sekali pengantin baru", goda Miyoung. "Kau mau menemui Joonmyeon?"
"Ne...aku menyampaikan titipan ibuku untuk ayahnya", ujar Jaehee.
"Ah...gurae....aku harus segera masuk kelas...nanti kita berbincang lagi...arasseo?", ujar Miyoung.
"Ne onnie...kabari aku jika kau ada waktu senggang", ujar Jaehee sebelum melepas kepergian Miyoung. Ia tersenyum melihat Miyoung kini menjadi salah satu dosen di sana.
"Ya Moon Jaehee!",Jaehee menoleh ketika mendengar suara seseorang memanggilnya. "Eo? Joonmyeon-ah!", seru Jaehee riang dan bergegas menghampiri Joonmyeon.
***
Myungeun tersenyum memperhatikan seisi rumah kaca yang dihiasi tanaman-tanaman cantik di sekitarnya. "Yeppeuda", gumamnya. "Myungeun-ah!", Myungeun menoleh ketika seseorang memanggilnya. Seorang yeoja terlihat tengah berlari menghampirinya. "Wae Yaeji-ah?"
"Ani...ada sedikit masalah...kita kehabisan stok pupuk untuk beberapa tanaman di sini...sepertinya kita harus kembali ke toko bunga dan mengambil stok pupuk di sana", ujar Yaeji yang kini bekerja bersama Myungeun di toko bunga milik keluarga Myungeun. Kini mereka tengah mengelola kebun sekolah di Yonghan high-school yang belum lama dibuka, atas perintah Minhyuk.
"Ah jincha?! aish ottokhae? tapi kita tak bisa meninggalkan kebun karena masih banyak yang harus dikerjakan", gumam Myungeun sambil berpikir sejenak. "Aku akan coba menghubungi suamiku kembali...mungkin saja ia sudah tidak sibuk lagi", ujar Myungeun sambil mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi seseorang. "Yoboseyo? Yeobo...ada sedikit masalah di Yonghan...apa kau bisa kembali ke toko bungaku dan membawakan beberapa pupuk bunga ke Yonghan?", ujar Myungeun. Yeoja itu terdiam sejenak mendengarkan jawaban di telepon. Ekspresi yeoja itu berubah sedikit gelap.
"Ottae?", tanya Yaeji.
Myungeun menggeleng pelan, "Ia sedang sibuk", gumam Myungeun kecewa.
"Aish....ottokhae? Aku juga sudah mencoba menghubungi suamiku dan ia juga tak bisa....aish...kenapa mereka semua sibuk sekali?", gerutu Yaeji. "Aku akan mencari cara lain...kita gak boleh menyerah begitu saja!", seru Yaeji bersemangat.
"Yeokshi....Jeon Yaeji", ujar suara lainnya. Yaeji dan Myungeun menoleh ketika melihat Baekhyun datang bersama Kyungsoo dengan membawa beberapa karung pupuk berukuran kecil.
Myungeun tersenyum senang. Ia segera menghampiri Baekhyun dan Kyungsoo. "Ah....kupikir kau tak akan bisa datang", ujar Myungeun. Ia kemudian menoleh ke arah Kyungsoo yang berdiri di samping Baekhyun. "Oh! Kyungsoo-ya, Chukkahae atas pernikahanmu...maaf aku tak bisa datang karena Ibuku kurang sehat", ujar Myungeun.
"Ah...gwenchana....Baekhyun juga sudah mewakilimu matchi?", jawab Kyungsoo tersenyum.
“Ah…tetap saja…aku tak bisa datang bersama istriku..makanya kalau menikah jangan memilih tempat yang jauh!”, gerutu Baekhyun yang saat itu terpaksa menghadiri pernikahan Kyungsoo seorang diri.
“Ya…Busan itu tak terlalu jauh dari Seoul…aish jincha”, balas Kyungsoo.
“Ya namjadeul…sudahlah…aish kalian ini tak berubah juga..”, tegur Myungeun menengahi perdebatan antara suaminya, Baekhyun, dengan Kyungsoo.
"Ah...ngomong-ngomong, harus kuletakkan dimana pupuk-pupuk ini?", Tanya Kyungsoo.
"Yogie!", seru Yaeji memberi kode agar Kyungsoo membawa pupuk-pupuk itu padanya.
Kyungsoo berjalan mendekat kea rah Yaeji. "Annyeong Yaeji-ah...", ujar Kyungsoo tersenyum.
"Ne...oraenmane", jawab Yaeji tersenyum. “Ah…chukkahae Kyungsoo-ya! Kudengar kau belum lama menikah”, ujar Yaeji.
“Ah ne…gomawo Yaeji-ah”, jawab Kyungsoo tersenyum. “Bagaimana kabar Yoonjae hyung?”
“Kau tak perlu bertanya padaku…kau bisa menemuinya langsung di unit kesehatan”, ujar Yaeji tersenyum.
“Ah…ia masih bekerja di sini?”, Tanya Kyungsoo.
Yaeji mengangguk. “Eum…tapi hanya beberapa hari saja…karena Paman Hyungshik memintanya untuk membantunya di rumah sakit dan ia sedang mempertimbangkan hal itu”, ujar Yaeji.
“Joha”, ujar Kyungsoo tersenyum.
“Kau kemari hanya untuk mengantar Baekhyun?”, Tanya Yaeji.
“Ani…aku kemari untuk menyusul Jaehee…ia baru saja datang dari Busan pagi tadi karena ia baru menyusulku pindah hari ini dan kami belum membereskan barang-barang kami”, ujar Kyungsoo.
“Kalian tinggal terpisah?”, Tanya Yaeji.
“Aku hanya menetap di Busan bersama kedua orangtua Jaehee selama dua minggu setelah menikah lalu segera kembali kemari untuk mengurus café karena Baekhyun kewalahan mengurusnya sendirian dan Jaehee tetap di sana untuk membereskan beberapa hal sebelum akhirnya ia menyusulku kemari…kini kami akan menempati rumah lama Jaehee sementara kedua orangtua Jaehee menetap di Busan…mainlah ke café ku bersama Yoonjae hyung jika kalian sedang tak sibuk…Jungook sering sekali berkunjung ke sana bersama Taehyung”, ujar Kyungsoo.
“Ah..gurae? Arasseo…aku akan mengajak Yoonjae oppa nanti…ah…dasar anak itu”, ujar Yaeji tertawa pelan.
“Gurae…na kalkke..Yaeji-ah…aku harus mencari Jaehee…annyeong”, ujar Kyungsoo bergegas pergi.
***
"Ya Moon Jaehee!",Jaehee menoleh ketika mendengar suara seseorang memanggilnya. "Eo? Joonmyeon-ah!", seru Jaehee riang dan bergegas menghampiri Joonmyeon.
“Kenapa lama sekali?”, gerutu Joonmyeon.
“Psh…jincha”, gerutu Jaehee. SRRUK~ Ia segera menyodorkan sebuah dokumen pada Joonmyeon. “Serahkan itu pada ayahmu”, ujar Jaehee.
Joonmyeon membuka amplop tersebut dan mengeluarkan beberapa lembar dokumen yang ternyata adalah sekumpulan artikel-artikel usang. “Eo? Ige mwoya?”, gumam Joonmyeon.
“Ya! Kenapa kau membukanya? Itu untuk ayahmu!”, tegur Jaehee.
“Shikkeuro”, gumam Joonmyeon yang terfokus pada artikel-artikel tersebut. Wajah namja itu mendadak berubah serius.
“Wae? Kenapa kau jadi serius sekali begitu? Aish…museowo”, ledek Jaehee ketika melihat wajah Joonmyeon berubah menjadi serius.
Srekk~ Joonmyeon kembali memasukkan artikel-artikel tersebut ke dalam amplop dan wajahnya kembali berubah normal. “Gwenchana…aku akan menyerahkannya pada Appa…gomawo”, ujar Joonmyeon. “Geunyang ka…nanti Joohye bisa salah paham jika ia melihatku bersamamu”, ledek Joonmyeon.
“Omona…ya! Neo nuguya? Nanti juga Kyungsoo akan menjemputku kemari!”, gerutu Jaehee.
PLUKK! Joonmyeon memukul pelan kepala Jaehee dengan amplop dokumen yang dipegangnya. “Psh…aku tak bertanya hal itu…”, ledek Joonmyeon. “Na kalkke…gomawo Moon Jaehee!”, seru Joonmyeon bergegas pergi dari hadapan Jaehee.
“Aish…jincha…geu namjaneun…”, gerutu Jaehee sambil memperhatikan Joonmyeon yang pergi menjauh. “Sepertinya kau juga mengetahui hal itu…Joonmyeon-ah”, gumam Jaehee.
***
05.00 PM
BRUK! BRUK! Terdengar suara gaduh dari arah ruang tamu. Kyungsoo yang baru saja selesai membereskan kamar tidur, segera melangkah menuju ruang tamu. Ia melihat Jaehee tengah sibuk membongkar beberapa sisa kardus, yang belum sempat mereka bereskan, seperti tengah mencari-cari sesuatu.
“Eodie ya? Dimana aku meletakkannya?”, gumam Jaehee.
“Yeobo…mwohae?”, tegur Kyungsoo.
“Ne?”, Jaehee menoleh kea rah Kyungsoo sejenak lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya. “Ani…aku hanya sedang mencari sesuatu”, ujar Jaehee.
“Mwonde?”, Tanya Kyungsoo melangkah mendekat lalu turut duduk di lantai di samping Jaehee.
“Ani…ah! Chajjata!”, seru Jaehee ketika akhirnya menemukan sebuah amplop besar berwarna cokelat dari dalam salah satu kardus.
“Igo mwoya?”, Tanya Kyungsoo.
Jaehee tak menjawab pertanyaan Kyungsoo. Ia segera membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut yang ternyata adalah copyan dari kumpulan beberapa artikel dan memperlihatkannya pada Kyungsoo.
Kyungsoo turut memperhatikan artikel-artikel tersebut satu demi satu. “Bukankah ini…..artikel tentang Yonghan?”, Tanya Kyungsoo.
“Eung maja…aku sempat mendengar pembicaraan Eomma dengan paman Kyungjae melalui telepon sebelum ia memintaku mengirimkan dokumen ini padanya. Mereka sempat berkata bahwa mereka akan menghilangkan semua hal yang berhubungan dengan Yonghan dan eomma juga mengatakan bahwa mereka melakukannya…demi kebaikan anak-anak…apa…anak-anak yang dimaksud itu adalah…kita?”, Tanya Jaehee.
“Tentu saja itu dirimu dan Taehyung…”, ujar Kyungsoo.
“Ani! Eomma juga sempat menyebut namamu!”, seru Jaehee.
“Jincha? geundae…wae? Apa yang akan mereka hilangkan? Kenapa mereka melakukannya…dan…apa hubungannya dengan kita?”, Tanya Kyungsoo lebih jauh.
“Nan molla…itu sebabnya aku mencari tahu…karena penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk mengcopy artikel-artikel ini sebelum aku menyerahkannya pada Joonmyeon”, ujar Jaehee. “Aku sudah membaca beberapa artikel tersebut dan sebagian besar dari artikel tersebut berhubungan dengan insiden misterius di Yonghan…beberapa puluh tahun yang lalu….Apa mungkin…eomma, paman Kyungjae….dan juga beberapa teman mereka….terlibat dalam kejadian itu?”, Tanya Jaehee pada Kyungsoo.
***
07.00 PM
Tok! Tok! Tok! Terdengar suara ketukan di pintu ruang kerja Joonmyeon. Namja itu terlihat sedikit panic. “N-Nuguseyo?!”, serunya dari dalam ruangan.
“Naega…Joohye-ya”, terdengar suara Joohye dari luar ruangan.
Joonmyeon menghela nafas lega ketika mendengar suara tunangannya, Son Joohye. “Masuklah”, ujarnya.
Pintu terbuka dan terlihat kepala Joohye muncul dari balik pintu. “Apa aku mengganggu?”, Tanya Joohye.
“Ani…kemarilah”, ujar Joonmyeon.
Joohye segera masuk ke dalam ruangan dan melangkah mendekati Joonmyeon dan duduk di samping namja itu. Ia memperhatikan raut wajah Joonmyeon yang sepertinya tengah terbebani akan sesuatu. “Kau sepertinya sedang sibuk…gwenchana…aku akan pergi jika kau-“
“Ani…tetaplah di sini”, ujar Joonmyeon menahan Joohye agar tetap berada di sampingnya. “Kau tumben sekali mengunjungiku?”, Tanya Joonmyeon.
“Ah…tadi aku baru saja kembali dari menemui Joowon…dan sekaligus mengantarnya kembali ke asrama, jadi sekalian saja aku menemuimu”, ujar Joohye tersenyum.
“Ah…gurae? Arasseo…”, ujar Joonmyeon. Mereka pun terdiam selama beberapa saat.
“Jagiya….neo gwenchana?”, Tanya Joohye memperhatikan Joonmyeon yang sepertinya tengah memikirkan sesuatu.
“Eung…eum…Joohye-ah….bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”, Tanya Joonmyeon sambil menggenggam tangan Joohye.
“Mwonde?”, Tanya Joohye.
Joonmyeon menghela nafas sejenak. “Kita…akan menikah sebentar lagi matchi?”, Tanya Joonmyeon yang disambut anggukan dari Joohye. “Karena kita akan menikah…maka kita harus saling terbuka satu sama lain…matchi?”
“A-Apa yang ingin kau tanyakan sebenarnya?”, Tanya Joohye gugup.
“Neo kajokgida….selama ini aku tak tahu banyak tentang latar belakang keluargamu…satu-satunya yang kutahu…keluargamu hanyalah Joowon…maukah…kau menceritakannya padaku?”, Tanya Joonmyeon hati-hati.
Joohye menarik tangannya dari dalam genggaman Joonmyeon dan tertunduk lesu setelah mendengar pertanyaan Joonmyeon. “J-Joohye-ah…dengarkan aku..apapun yang terjadi pada keluargamu…hal itu tak akan mempengaruhi apapun! Aku tak akan meninggalkanmu..percayalah padaku”, ujar Joonmyeon cepat.
Joohye menoleh sejenak pada Joonmyeon lalu menghela nafas berat. “Aku hanya mendengar ini semua dari Joowon karena tak banyak hal yang bisa kuingat….yang kutahu…Eomma dan Appa bercerai saat kami masih kecil….dan Appa meninggal…karena eomma mem….”, gumam Joohye ragu.
“Gwenchana…malhae”, ujar Joonmyeon sembari menggenggam tangan Joohye.
“Karena eomma membunuhnya….dan ia sempat dipenjara selama beberapa tahun karena hal itu”, ujar Joohye tertunduk. “Joowon mengatakan padaku…bahwa dulu…aku adalah yeoja yang menyebalkan dan bertemperamen tinggi….aku selalu menuntut banyak hal dari adikku sehingga ia bahkan sempat menyerah menghadapiku tapi ia tak bisa meninggalkanku karena aku adalah satu-satunya keluarganya…..hanya itu yang bisa kuingat…mianhae”, gumam Joohye muram. “Mianhae aku tak mau menceritakannya padamu sebelumnya karena aku tak mau merusak reputasimu dan juga keluargamu…hanya karena kau akan menikah dengan anak seorang pembunuh sepertiku”, sambungnya.
Joonmyeon menghela nafas. Ia kemudian merangkul Joohye dan menarik yeoja itu ke dalam pelukannya. “Geuman….Aku berjanji hal ini akan menjadi rahasia hanya di antara kau dan aku…gwenchana”, gumam Joonmyeon sambil menepuk-nepuk pelan pundak Joohye.
***
01.00 AM
YA HA JAESOO SHIKKEURO! ANAK ITU TAK PUNYA RASA HORMAT PADAKU SEDIKITPUN! DAN KAU TAK USAH BERPURA-PURA PEDULI PADA ANAK INI! BUKANKAH KAU SENDIRI JUGA SELALU MENGABAIKAN TANGGUNG JAWABMU ATAS ANAK INI?!
TAPI PALING TIDAK AKU TAK PERNAH MENYIKSANYA SEBAGAIMANA KAU MEMPERLAKUKANNYA!
KEKUATANMU AKAN JADI MILIKKU!!
KYUNGSOO-YAAA!!
“Andwae!!”, seru Kyungsoo tiba-tiba terbangun dari tidurnya dalam keadaan terengah-engah. Keringat mengucur membasahi dahinya meskipun suhu kamarnya saat itu cukup dingin. Wajah namja itu memucat.
“Yeobo neo gwenchana?”, tak lama kemudian terdengar suara Jaehee yang juga turut terbangun setelah mendengar teriakan Kyungsoo tadi.
“G-Gwenchana”, gumam Kyungsoo mencoba mengatur nafasnya yang sempat sesak agar kembali normal.
Jaehee menyentuh kening Kyungsoo untuk mengecek suhu tubuhnya, karena namja itu terlihat berkeringat dan gemetar meskipun suhu kamar mereka cukup dingin. “Omo! Kau demam! C-Chakkaman! Aku akan mengambil handuk dan-“
“Ani…k-kajima”, gumam Kyungsoo menahan Jaehee. Ia masih terlihat gemetar.
"Yeobo...t-tapi kau...", gumam Jaehee khawatir.
"Gwenchana...hh...nan...gwenchana", gumam Kyungsoo terengah-engah.
Jaehee menghela nafas sejenak. “Arasseo…beristirahatlah…kau pasti kelelahan”, ujar Jaehee. Ia pun membantu Kyungsoo merebahkan dirinya kembali ke kasur dan menutupi tubuh namja itu dengan selimut sembari menepuk-nepuk pelan dada namja itu. Tak lama kemudian, Kyungsoo pun kembali tertidur pulas. Jaehee bergegas mengambil semangkuk air hangat dan sebuah handuk untuk mengompres Kyungsoo. Sembari mengompres namja itu, sesekali Jaehee memeriksa suhu tubuh namja itu yang hari itu cukup tinggi. Ia menghela nafas sembari memperhatikan Kyungsoo yang tertidur pulas. Ini bukan pertama kalinya namja itu bermimpi buruk. Ketika mereka masih tinggal bersama tak lama setelah menikah, hal seperti ini juga kerap kali terjadi. “Apa yang sebenarnya kau lihat di dalam mimpimu?”, gumam Jaehee. Matanya kemudian tertuju pada amplop cokelat besar yang ditemukannya ketika ia tengah membereskan barang-barangnya tadi. Ia mengambil amplop tersebut dan membaca kembali beberapa artikel yang belum sempat dibacanya. Tak lama kemudian, ia menemukan selembar kertas yang ternyata adalah sebuah foto. Meskipun, hanya dalam bentuk copyan, namun sedikit banyak, Jaehee bisa melihat gambar pada kertas tersebut. Dalam gambar tersebut, terdapat gambar sepasang yeoja dan namja. “Eo? Bukankah…ini Ibu dari Kyungsoo?”, gumam Jaehee mengenali foto yeoja dalam gambar tersebut. “Geurigo…I namjaga….nugu?”, gumam Jaehee memicingkan matanya agar ia bisa melihat gambar namja tersebut yang ia yakini pastilah bukan ayah dari Kyungsoo. Ia tak mengenal namja dalam foto tersebut, namun entah mengapa, wajah namja itu terasa familiar baginya. Ia membolak-balik gambar tersebut dan menemukan sebuah tulisan di balik gambar tersebut, yang ternyata adalah sepasang nama: Ha Jaeyoo & Ha Jaesoo. “Eung? Ha Jaesoo…adalah nama ibu mertuaku…nama mereka mirip...apa mereka kakak-beradik? Jika benar...maka namja ini…adalah Pamannya Kyungsoo?”, gumam Jaehee sembari menoleh memperhatikan Kyungsoo dan membandingkannya dengan gambar pria bernama Ha Jaesoo dalam foto tersebut. Jaehee mengangkat bahunya lalu kembali melihat-lihat artikel lainnya. Kini, ia menemukan sebuah gambar foto usang beberapa siswa SMA beberapa puluh tahun yang lalu.
Jaehee memperhatikan siswa dalam foto itu satu per satu dengan seksama. “Eo? Eommada! Kk”, gumamnya tertawa ketika menemukan foto sang ibu semasa muda dulu. Tahun yang tertera di sana, menunjukkan tahun 1985. Ia juga kemudian menemukan foto Kyungjae dan Jinyoung semasa muda, juga berada di dalam frame tersebut. Jinyoung terlihat tengah merangkul sang Ibu, Eunkyo. “Pffh…mereka dulu benar-benar sepasang kekasih”, gumam Jaehee tersenyum. Ia kemudian melihat elembar foto usang lainnya yang juga berisi sekumpulan siswa SMA. Jaehee memperhatikan setiap siswa dalam foto tersebut dengan seksma. “Eomma eobseo….apa ini foto dari kelas lainnya?”, gumamnya. Ia kemudian membalik foto tersebut, dan di pojok kanan bawah gambar tertera tahun kapan foto tersebut di ambil. “1980? Berarti foto ini lebih lama dari foto sebelumnya?”, gumam Jaehee sambil kembali mengambil foto yang dilihatnya sebelumnya. Lagi-lagi, ia membandingkan keduanya dengan seksama hingga akhirnya ia menemukan suatu kejanggalan di sana. “Eo? I namjaga….wajah mereka sama? S-Solma…t-tidak mungkin mereka kembar…t-tapi…”, gumam Jaehee tak percaya. Ia kembali memperhatikan kedua foto tersebut dengan seksama hingga, ia menemukan hal lainnya pada salah satu foto yang dilihatnya. “Solma…igon…Ha Jaeyoo samchun? Geundae…wae eomma…kenapa eomma menyimpan foto siswa Yonghan lima tahun sebelum angkatannya?”, gumam Jaehee.
***
07.00 am
Kyungsoo membuka matanya dan terdiam sejenak. Ia merasakan sesuatu menyentuh keningnya sejak ia membuka mata. Tangannya bergerak menyentuh dahinya dan mengambil benda yang menempel di keningnya tersebut. "Handuk?", gumamnya. Ia menoleh ke sisi kanan kasurnya yang sudah kosong. Kyungsoo pun terbangun dan duduk di kasurnya. "Ugh...mori apha", gumamnya sambil memijat-mijat keningnya. Kepalanya masih terasa berat. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki menuju ke dalam kamarnya.
"Eo? Kau sudah bangun?", sosok Jaehee terlihat di ambang pintu kamar mereka. Yeoja itu mendekat lalu duduk di tepi kasur. Ia menyentuh kembali kening Kyungsoo dan juga sisi kiri dan kanan wajah Kyungsoo. "Sepertinya demammu sudah turun...ottae? Jaljasseo?", tanya Jaehee.
"Kepalaku...masih terasa pusing...apa yang terjadi semalam?", gumam Kyungsoo.
Jaehee menghela nafas sejenak. "Kau bermimpi buruk lagi sepertinya...tapi sepertinya semalam sangat mengerikan karena kau terlihat gemetar ketakutan...kau bahkan demam", ujar Jaehee.
"J-Jincha?", tanya Kyungsoo terkejut. "Ah....ottokhaji?", gumamnya tertunduk lesu.
"Gwenchana...mungkin itu efek karena kau kelelahan...kau sedang menangani sebuah event...lalu kemarin kita seharian membereskan barang-barang pindahan kita...kau tak sempat beristirahat", ujar Jaehee mencoba menenangkan namja itu sembari menggenggam tangan Kyungsoo.
"Geundae yeobo....hal ini bukan sekali saja terjadi...pasti ada sesuatu yang salah terjadi padaku!", ujar Kyungsoo panik.
"Kkamanisseo...", ujar Jaehee. Ia lalu menghela nafas sejenak. "Kau mau menceritakan apa yang muncul dalam mimpimu semalam?"
"Pertengkaran eomma dan Appa....hari dimana kejadian buruk itu terjadi...ketika Eomma membunuh Appa...lalu..Ada namja lainnya yang muncul setelahnya.....Ia berteriak bahwa ia akan memiliki kekuatanku lalu...tak lama setelahnya...aku mendengarmu meneriakkan namaku...dan aku terbangun", ujar Kyungsoo lesu.
"Apa kau...belum bisa memaafkan kedua orangtuamu?", tanya Jaehee hati-hati.
"Ani...aku sudah tak lagi mempermasalahkan hal itu...lagipula..eomma dan appa juga sudah tiada...hanya saja...terkadang aku masih merasa...ada sesuatu yang tak wajar dibalik kematian kedua orangtuaku", ujar Kyungsoo.
"Bukankah kau bilang...Paman Jinyoung yang menangani kasus itu? Kenapa kau tak coba bicara padanya saja?", tanya Jaehee.
"Ara...akupun juga sebenarnya ingin bertanya banyak hal pada ibumu.. geundae...nan museowo...kurasa aku belum benar-benar siap menghadapi fakta dibalik semua kejadian itu", ujar Kyungsoo.
Jaehee menghela nafas sejenak. "Aku menemukan sesuatu semalam..chakkaman", ujar Jaehee beranjak dari sisi kasur dan membuka laci pada salah satu buffet di kamarnya dan kembali tak lama kemudian dengan membawa selembar kertas yang merupakan sebuah foto. "Aku menemukan selembar kertas berisi foto ibumu dan seseorang dalam amplop dokumen yang ku fotocopy...jadi bisa kupastikan, foto asli dari gambar ini pasti juga berada dalam amplop asli yang eomma titipkan padaku kemarin", ujar Jaehee memperlihatkan gambar itu pada Kyungsoo, lalu membaliknya dan menunjukkan tulisan yang tertera pada gambar.
"Eomma dan....Ha Jaeyoo?", gumam Kyungsoo.
"Kau tak pernah bercerita padaku tentang pria bernama Ha Jaeyoo itu", ujar Jaehee.
Kyungsoo menatap Jaehee bingung. "M-Mwo? Ige...nuguya?", tanya Kyungsoo sembari menunjuk foto Ha Jaesoo.
Jaehee mengernyitkan alisnya, menatap Kyungsoo bingung. "Kau....tak mengenalnya?"
Kyungsoo menggeleng pelan. "Kau....mengenalnya?"
Jaehee menatap Kyungsoo tak percaya. "Yeobo...kau benar-benar tak mengenal pria ini?", tanya Jaehee sekali lagi memastikan.
"N-Ne...namanya memang mirip dengan eomma tapi...aku tak tahu dia siapa...wae?", tanya Kyungsoo.
"Ibumu tak pernah bercerita apapun tentang namja ini?", tanya Jaehee lagi.
"A-Ani...kau tahu sendiri aku tak banyak berinteraksi dengan ibuku saat ia masih hidup dulu", ujar Kyungsoo. "Geundae...wae?"
Jaehee menghela nafas berat. "Geu namjaga....Ha Jaeyooneun...", Jaehee memberi jeda sejenak pada ucapannya mengatur kata demi kata bagaimana ia harus mengatakan hal ini pada Kyungsoo. "Neo samchuniya....ia adalah saudara kandung ibumu"
"Mworago?!"
***