home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Different Dimension: The Beginning

Different Dimension: The Beginning

Share:
Author : letsDOwl
Published : 13 Oct 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : OC, BTS, EXO, Lovelyz, GFriend, EXID, AOA, BTOB, Seventeen, ZE:A. NU'EST, B1A4, The Ark, RV
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |37462 Views |2 Loves
Different Dimension: The Beginning
CHAPTER 12 : The A Team (2)

Yonghan High-school, 04.15 PM

“Sugohaesseosseo yeorobun”, ujar Eunkyo menyapa teman-temannya yang baru saja meninggalkan ruangan setelah selesai mengadakan rapat perihal pentas seni yang akan diadakan sebentar lagi.

“Sugohaesseosseo Eunkyo-ya”, sapa suara lainnya.

“Eo? Chulsoo-ya! Ne…gomawo”, balas Eunkyo tersenyum.

“Neo…gwenchana?”, Tanya Chulsoo ragu-ragu.

“Naega? Naega wae? Nan jeongmal gwenchana..wae?”, Tanya Eunkyo bingung.

“Aniya…perihal…kelasmu…”, jawab Chulsoo ragu-ragu.

“Ah….soal itu…”, gumam Eunkyo sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. “G-Gwenchana…kelasku baik-baik saja! Ahaha!”, jawab Eunkyo tertawa canggung.

“Gurae?.....Dahaengida”, jawab Chulsoo tersenyum tipis. Ia terdiam sejenak. “Eung….aku melihat berita tadi pagi…kejahatan sedang meningkat akhir-akhir ini…berhati-hatilah”, ujarnya mengingkat.

“N-Ne…gomawo”, balas Eunkyo.

“Kaja Eunkyo-ya!”, tegur suara lainnya yang merupakan Jinyoung. “Eo? Chulsoo-ya? Kau belum pulang?”

“Ne…aku akan segera pulang…sampai berjumpa besok”, ujar Chulsoo berpamitan baik pada Eunkyo maupun Jinyoung.

“Ya…sepertinya ia menyukaimu”, ledek Jinyoung sambil menyikut pelan Eunkyo.

“Mwoya…ah sudahlah…kau mau pulang atau tidak? Nan himdeuro”, ujar Eunkyo berjalan mendahului Jinyoung dan diikuti namja itu setelahnya. Namun tak lama kemudian, tiba-tiba Eunkyo menghentikan langkahnya. “Eo? Bukankah itu….”, ujarnya sambil menunjuk kea rah luar gerbang asrama sekolah.

Di saat bersamaan, mata Jinyoung juga menangkap hal lainnya. Seorang siswa berlari terburu-buru melewatinya begitu saja. “Eo? YA!”, seru Jinyoung namun siswa itu mengabaikannya begitu saja. “Wae gurae?”, gumam Jinyoung bingung. Ia hendak memberitahu Eunkyo, namun di saat bersamaan yeoja itu juga berlari mendahuluinya, bergerak kea rah gerbang sekolah. “Ya Eunkyo-ya chakkaman! Aish!”, gerutu Jinyoung berlari mengejar Eunkyo.

▣┋◘▣┋◘

Jeratan di leher Eunha, terasa semakin keras sehingga membuat kesadarannya perlahan menurun. Pandangannya mulai kabur. Secara perlahan, ia tidak lagi dapat melihat L. Tiba-tiba…..DRAP DRAP DRAP! Terdengar suara langkah kaki bergerak cepat dan samar-samar ia mendengar suara seseorang namja berteriak. “YA!!!”

Jeratan itu terlepas setelahnya. Eunha terjatuh ke lantai. Orang yang menjeratnya tadi bergegas berlari setelah mendengar orang lain datang dan melihatnya. Namun sayangnya, identitasnya tetap tak terkuak karena ia menggunakan jubah hitam untuk menutupi wajah dan tubuhnya. Suara kaki namja yang sempat berteriak tadi, terdengar semakin mendekat pada Eunha. Setelahnya, ia merasakan namja itu mengangkat kepalanya dan meletakkan pada pangkuannya. 

EUNHA .. JUNG EUNHA IREONA!! EUNHA-YA!!”, seru namja itu. Suara namja itu terdengar panic.

Eunha mengangkat sedikit kelopak matanya. “g .. gwe .. gwen .. ch ..chana”, jawabnya dengan susah payah sembari tersenyum getir. Dia datang…dia selalu datang ketika aku dalam bahaya”, gumamnya dalam hati.

▣┋◘▣┋◘

Eunkyo berlari kea rah gerbang sekolah ketika matanya menangkap sosok seorang yeoja sebaya dirinya. Yeoja itu, adalah anak perempuan dari tetangga baru yang tinggal berseberangan dengannya. Eunkyo melihat yeoja itu berada di depan gerbang Yonghan High-school sambil duduk di atas sepedanya. Namun, ketika ia menyadari bahwa Eunkyo menyadari kehadirannya di sana, ia terlihat terkejut dan lekas pergi mengendarai sepedanya menjauh dari bangunan sekolah Yonghan high-school. “Ya! Chakkaman!”, seru Eunkyo ketika ia melihat yeoja itu berlalu dari hadapannya sambil mengendarai sepedanya secepat mungkin. “Aish jincha….hah…hah…”, gerutu Eunkyo terengah-engah. Tak lama kemudian, Jinyoung pun tiba di dekatnya.

“Hosh…..hosh….Ya Eunkyo-ya, wae gurae? Kenapa tiba-tiba kau berlari seperti orang panic begitu?”, Tanya Jinyoung terengah-engah setelah mengejar Eunkyo.

Eunkyo menghela nafas pelan. “Gwenchana….kau ingat anak perempuan tetangga baruku itu matchi?”

“Ah…yeoja yang selalu melarikan diri setiap kali kita ingin memperkenalkan diri?”, Tanya Jinyoung. Ia kemudian menceritakan apa yang terjadi kemarin ketika ia menegur yeoja itu.

Eunkyo terdiam sesaat seolah berpikir. “Matta…aku melihatnya tadi berada di depan gerbang sekolah kita..”, ujar Eunkyo.

“Ah…mungkin ia juga ingin bersekolah di sini seperti kita…kenapa kau harus sepanik itu?”, Tanya Jinyoung tak mengerti.

Eunkyo hanya terdiam, tak menjawab pertanyaan Jinyoung. Pikirannya kembali ke satu hari yang lalu.

┋◘

          FLASHBACK         

YESTERDAY

06.30 PM

Eunkyo melangkah pulang setelah seharian ia bertemu dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya, membahas apa yang terjadi belakangan ini. Hujan mengguyur kota begitu deras hari itu. Tak lama kemudian, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok seorang yeoja yang tengah terjebak hujan. Yeoja itu adalah, anak perempuan dari tetangga baru yang tinggal berseberangan dengannya. Ia terlihat tengah bersimpuh di dekat sepedanya dalam keadaan kebasahan karena kehujanan. Eunkyo pun dengan hati-hati melangkah mendekatinya dan melindungi yeoja itu dengan menggunakan payung yang digunakannya. Yeoja itu mendadak terdiam dan mendongak ke arahnya. “Neo gwenchanayo?”, Tanya Eunkyo hati-hati. Yeoja kemudian berdiri dan hanya terdiam menatap Eunkyo. “J-Jogiyo..neo gwenchanayo? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau hujan-hujanan seperti ini?”, Tanya Eunkyo namun yeoja itu lagi-lagi tak menjawabnya. Tiba-tiba, mata yeoja itu terbelalak kaget. “W-Wae gurae?”, Tanya Eunkyo. Ia hendak menoleh ke belakang mengikuti arah pandang yeoja itu namun….SREEET~ Tanpa banyak kata, yeoja itu menariknya pergi begitu saja dan mengajaknya bersembunyi di balik pohon besar yang berada di taman kecil yang terletak di antara rumah mereka. Ia bahkan meninggalkan sepedanya tergeletak di jalan begitu saja. BRUMM~ Terdengar suara mobil melintas dan berhenti di depan rumah yeoja itu.

“W-Wae Gurae? Ada apa?”, Tanya Eunkyo hendak kembali menoleh ke belakang namun.

“BOJIMA!”, seru yeoja itu tiba-tiba membuat Eunkyo terkejut hingga ia membatalkan niatnya untuk menoleh ke belakang dan melihat apa yang terjadi. Ini pertama kalinya ia mendengar suara yeoja itu.

“J-Jweisonghamnida…g-geundae…wae?”, Tanya Eunkyo hati-hati.

“Bojima…jebal…”, gumam yeoja itu tertunduk seperti orang ketakutan.

BRUMM~ Tak lama kemudian, suara mobil yang sebelumnya mereka dengar kembali terdengar dan melaju pergi bergerak menjauh dari rumah yeoja itu. Eunkyo memperhatikan mobil yang bergerak menjauh tersebut tanpa tahu siapa yang baru saja turun dari mobil dan mengapa yeoja ini terlihat begitu ketakutan saat ini. “Mobil itu sudah pergi”, gumam Eunkyo pelan.

Yeoja itu mengangkat wajahnya dan ekspresi lega sedikit tersirat di wajahnya. Ia pun segera bergerak menjauh dari Eunkyo dan kembali menghampiri sepedanya dan kemudian berjalan tertatih-tatih menuju rumahnya.

“Jogiyo!”, tegur Eunkyo. Ia masih tak mengerti apa yang terjadi.

Yeoja itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Eunkyo.  “Mulai sekarang…bersikaplah lebih hati-hati…”, gumam yeoja itu pelan lalu kembali melangkah tertatih-tatih menuju rumahnya.

Eunkyo masih mematung di posisinya. “Apa maksudnya? Mengapa ia terlihat begitu ketakutan? Apa tadi ia mencoba melindungiku? Tapi melindungiku dari apa?”, gumam Eunkyo dalam hati.

END OF FLASHBACK

“Sudahlah….lebih baik kita pulang sekarang”, gumam Eunkyo menghela nafas berat.

▣┋◘

Eunha berada di dalam bus kembali  ke rumah nya. Ia masih cukup shock dan lemah karena kejadian tadi. “Kenapa tidak pulang duluan saja tadi? Kenapa menungguku sampai selesai?”, Tanya Eunha pada namja di sampingnya.

“Jangan banyak bicara”, ujar namja itu ketus. 

Eunha terdiam beberapa saat. Matanya menatap keluar melalui jendela. “Aku  selalu menyusahkanmu…Seungcheol-ah”

“Jangan bicara seolah ini pertama kalinya kau menyusahkan ku. Bukankah menyusahkan ku sudah menjadi hobimu?”, balas Seungcheol.

“Hm…kau pasti sudah bosan dengan hal itu”, gumam Eunha. 

“Tidak ada yang bisa ku permainkan jika kau mati secepat ini…..itu alasan ku menyelamatkan mu..joha?”, gumam Seungcheol.

Eunha tersenyum tipis. “Apa hanya alas an itu yang bisa kau berikan padaku? Sudah 15 tahun berlalu kau masih saja menggunakan alasan yang sama”, ledek Eunha.

Seungcheol terkekeh. “Kalau aku pakai alasan lain, nanti kau besar kepala! haha” 

Keduanya terdiam setelah itu. Eunha memperhatikan Seungcheol dari ujung rambut hingga ujung kaki.  Anak itu telah tumbuh dewasa. Masih segar dalam ingatannya saat mereka berdua pertama kali bertemu 15 tahun yang lalu. Seungcheol kecil menjulurkan lidah nya setiap kali melihat dirinya. Tak banyak perubahan pada diri namja itu meskipun lima belas tahun telah berlalu. “Choi Seungcheol..”

“Hm?”

“Kalau tadi aku mati….apa kau akan menangis?”, Tanya Eunha ragu. 

Seungcheol melirik Eunha heran. “Molla”, jawab nya santai. “Yang pasti kalau kau sudah bosan hidup jangan menelpon ku…karena aku pasti datang menolongmu jika kau menelpon ku seperti tadi , alhasil kau tidak jadi mati matchi?” 

“Mwo?? Tadi aku tidak menelpon mu. Ketika leherku terjerat, handphoneku terjatuh..jadi bagaimana bisa aku menghubungimu?”

Seungcheol mengernyitkan dahinya seraya berpikir. Ia kemudian menunjukkan hanphonenya, ada panggilan masuk dari Eunha. Eunha juga mengecek hanphonenya dan dalam log panggilan keluar tertera: ‘pabo Seungcheollie” di sana. Eunha terkejut ketika melihat hal tersebut.

“Waktu jatuh pasti tertekan tombol call nya .. “, ujar Seungcheol. “Artinya, takdir mengatakan kau tidak akan mati selama masih ada aku” lanjut nya

Ada sesuatu yang tidak biasa dirasakan Eunha ketika mendengar ucapan Seungcheol. Hatinya terenyuh. Ia mencoba mengatakan sesuatu tetapi entah mengapa begitu sulit terucap. Sekali lagi, ia hanya mampu menatap Seungcheol di sampingnya.

┋◘

NEXT DAY

┋◘

Hari-hari berikutnya, tak satupun dari mereka mampu berkutik dari pengawasan ketat pihak sekolah. Dalam pikiran mereka, terbersit kemungkinan bahwa pihak sekolah memang mengetahui sesuatu, tapi sekali lagi mereka tidak bisa mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi .

Yang lebih aneh lagi adalah ketika mereka tidak dapat berkutik, disaat bersamaan, tak ada lagi korban berjatuhan di antara mereka. Hal inilah yang dimaksud Seungcheol sebagai pola sesungguhnya. Seseorang mencelakai siapapun yang memiliki suatu informasi penting yang mungkin dapat membantu mereka untuk memecahkan masalah yang ada.

“Kalau begitu, jelas ada  orang-orang yang menghalangi kita untuk memecahkan mistery yang ada” , duga L.  “Hanya saja…apa alasan Eunha diserang di luar kemungkinan pola yang sempat dikatakan Seungceol? Ah..ini semua benar-benar membuatku gila”, gumam L.

“Kau benar juga..Hm…tapi aku sangat yakin pihak sekolah yang melakukan ini. Mereka pasti mengetahui sesuatu”, ujar Jinyoung menambahkan.

“Itu memang sudah jelas terlihat”, ujar Mingyu berfikir sesaat. “Tapi…ada satu lagi pertanyaan yang begitu menggangguku” 

“Apa Mingyu-ya? apa .. apa?”, tanya HyungSik sambil melahap snack dan  jus buah dalam kemasan.

“Pemberi informasi .. bagaimana cara pihak sekolah bisa mengetahui informasi yang kita atau sebagian dari kita ketahui? dalam contoh kasus yang terjadi belum lama ini. Bukankah saat itu, bahkan sesama anggota kita, belum mengetaui informasi yang Mina, YoungHee, Halla, Sujeong dan EunHee ketahui? Tapi mengapa mereka bisa mencelakai mereka lebih cepat bahkan sebelum informasi itu sampai ditelinga kita?”

“B .. benar j ..juga ..a ..ku j …juga ber..berfikir begitu!”, ucap KyungJae menyetujui ucapan Mingyu.

Tak seperti biasanya, Seungcheol hanya diam. Pikirannya melayang entah kemana. Belakangan ini…mengapa perasaan ku tidak enak sekali? hufffhh”, gumamnya dalam hati.  Beberapa detik kemudian, terlintas bayangan Sungjae yang sedang tertawa puas setelah mengejeknya seperti biasanya. Sedang apa anak itu sekarang?”, pikir Seungcheol setelahnya. Sudah beberapa hari terakhir ini, ia terpaksa duduk sendiri dan kehilangan teman bertengkarnya, Sungjae. Ia cukup merasa kesepian karena absennya Sungjae. Seungcheol menghela nafas mencoba menjernihkan kembali pikirannya. Ia memperhatikan temna-temannya yang masih sibuk berbicara hingga matanya terhenti pada sosok Hyungshik. Ada sesuatu yang dirasanya janggal di sana. Ia memperhatikan Hyungshik dengan seksama. Mata hyungshik terlihat memperhatikan pembicaraan teman-temannya, tapi sebelah tangannya sibuk mengetik pesan pada handphonenya di bawah meja. “Sedang apa dia?”, gumam Seungcheol sambil tetap memperhatikan Hyungshik.

HyungShik menyadari Seungcheol memperhatikannya sejak tadi. Ia langsung memasukkan handphonenya ke dalam saku sembari sesekali melirik Seungcheol, memastikan ia sudah tidak diperhatikan lagi.

Lamunan Seungcheol berakhir ketika Mingyu mencetuskan sebuah ide. “Bagaimana jika kita mulai dengan menyelidiki Kim ajussi dan JungAh sonsaengnim?”

“JungAh ssaem .. aku s ..stuju .. t .tapi..kim aj.. ajussi?? U…untuk apa??” Tanya KyungJae

“Dari apa yang kuperhatikan selama ini…Kim ajussi sering berprilaku aneh. Ia sering sekali berada di depan kelas kita dan seperti sedang mencari-cari sesuatu. Aku curiga ia bagian dari semua ini”, ujar Mingyu.

┋◘

NEXT DAY

┋◘

Mereka membagi anggota menjadi beberapa kelompok untuk mengawasi Kim ahjussi. Agar tidak dicurigai, Kyungjae sebagai ketua kelompok lah yang memilih. Setiap jam istirahat satu team mengawasi dan begitu seterusnya selama empat hari ke depan.

▣┋◘▣┋◘

Day 1, Team 1 – Library

▣┋◘▣┋◘

Seungcheol, Songhee, Ren, dan JinYoung menutupi wajah mereka dengan buku, berpura-pura membaca. Sudah jadwal Kim Ajussi mengantarkan minuman kepada staff perpustakaan. Mereka mulai melirik kea rah pintu perpustakaan menunggu kehadiran Kim Ajussi.

Langkah kaki nya terdengar dan benar saja, ia memasuki ruang perpustakaan yang sedang sepi itu untuk mengantarkan minuman bagi para staff perpustakaan. Ia menyeret langkahnya karena Kim ajussi tidak dapat berjalan dengan sempurna karena salah satu kakinya cacat.

“Kenapa jadi horror begini ya?” ujar SongHee berbisik. Ia berpegangan pada tangan Ren.

“sssstttttt!”, Ren meminta songhee diam. “kalian perhatikan itu…sepertinya  kusam sekali ya?” ujar Ren mengomentari pakaian Kim Ahjussi.

“Sepertinya dia tidak ganti baju bertahun-tahun”, sambar Seungcheol menanggapi ucapan Ren. 

SongHee juga turut memperhatikan Kim Ajussi dan mengangguk setuju. “Dia kurang fashionable ya?”

Ren dan Seungcheol mengangguk dan menjawab bersamaan. “Matta!”

JinYoung duduk dipaling pojok hanya dapat menghela nafas sembari memijat dahinya pusing setelah mendengarkan percakapan Seungcheol, Songhee, dan Ren. “Anak-anak itu…….apa sekarang saat yang tepat untuk membahas hal seperti itu?  Ya Tuhan…kenapa juga aku harus berada satu kelompok dengan mereka? Hing~”, gumamnya dalam hati.

┋◘┋◘

Day 2, Team 2 – Music room

┋◘┋◘

Eunkyo di sisi kiri ruangan merapikan buku-buku music, sementara L duduk tenang memainkan gitarnya, dan Precise memainkan piano ketika Kim Ahjussi memasuki ruangan bersama Jungah sonsaengnim yang meminta bantuan pada Kim Ahjussi untuk membersihkan bekas pecahan vas bunga. Vas itu sengaja dipecahkan oleh Eunkyo saat melihat Kim Ajussi sedang membersihkan kaca jendela ruangan tersebut. Hal tersebut ia lakukan agar lebih mudah menyelidiki.

“Kim Ahjussi…jweisonghaeyo…aku jadi merepotkanmu”, sapa EunKyo basa-basi. 

Kim Ajussi membungkuk. “Gwenchana….ini memang sudah tugasku”

L berdiri dari tempat duduknya , meletakan gitarnya dan menghampiri Eunkyo. “Ini juga salah ku, tadi aku tidak sengaja menyenggol mu…mianhae”, ujar L.

“Gwenchana L-ah”, jawab Eunkyo.

Precise melirik ke arah Kim JungAh sonsaengnim dan Kim JungWoon ahjussi. Keduanya, secara tak sengaja, memperhatikan L dengan seksama.  Sesekali, Kim Ajhussi terlihat melirik ke arah Jungah ssaem setelah memperhatikan L.

┋◘┋◘

Day 3, Team 3 – School’s backyard

┋◘┋◘

KyungJae, Eunha, dan Mingyu memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Mereka berdiri di bawah salah satu pohon besar yang juga sudah cukup tua yang terletak di halaman belakang sekolah mereka. Sejak tadi, mereka memperhatikan setiap kali Kim Ahjussi melewati kelas mereka ia selalu menelisik seperti mencari-cari sesuatu.

“t .. tidak .. s ..salah lagi .. d ..dia pasti . tahu s ..sesuatu” ujar KyungJae

Mingyu mengiyakan ucapan Kyungjae dengan anggukan. “Mau tidak mau .. kita harus cari cara untuk bicara dengannya”, ujar Mingyu lalu memperhatikan Eunha yang sedang melamun. Ia menyenggol pelan yeoja itu. “Bagaimana dengan mu Eunha-ya?? Apa ada sesuatu yang kau lihat?”

“Ah .. kau bilang apa tadi?”, Tanya Eunha tersadar dari lamunannya.

“Apa kau melihat sesuatu yang aneh? atau bayangan tentang apa yang akan terjadi?”, Tanya Mingyu.

“A-Aniyo…aku tak melihat apapun”, ujar Eunha.

“k . kalau b ..begitu k .kkita ..kembali saja ke kelas” ujar KyungJae

┋◘┋◘

Day 4

Hari keempat, team 4 juga tidak menemukan apapun. Mereka kembali ke kelas dengan tangan hampa. “Kami tidak melihat hal aneh dari Kim ajussi dan JungAh sonsaengnim”, lapor Eunhee. 

L menghitung jumlah mereka Eunhee, Sujeong, Mina. “kalian .. seharusnya berempat matchi? Hyungshik eodiya?”

Ketiganya juga baru tersadar. “Ah! Matta! Aku juga tak menyadarinya!”, seru Mina.

“Aku tidak lihat HyungShik sejak tadi”, ujar Jinyoung.

Wait a minutesepertinya aku lihat dia di lantai atas tadi…di dekat ruang kepala sekolah!”, jawab Precise. “He’s alone dan sedang berjalan mondar-mandir entah sedang apa”, ujar Precise mengangkat bahu.

“mungkin dia ada keperluan…kalau begitu kita istirahat saja dulu..neomu baegopha”, ujar L. 

“aku juga” lanjut Mingyu.

▣┋◘▣┋◘

Eunha berjalan paling belakang. Matanya terus menatap ke bawah. L mengurangi kecepatan langkahnya, hingga ia berdiri sejajar dengan Eunha. “Gwenchana…Eunha-ya”

Eunha tersadar dari lamunannya. “Ne?? Kuharap begitu”

“Aku .. sebenar nya ingin berteman dengan mu sejak lama”, ujar L tiba-tiba.

“Ne?”

“kau juga teman-teman yang lain…melihat kalian bercanda, berteriak-teriak lepas terkadang membuat ku iri akan hal itu. Aku tidak banyak berinteraksi dengan kalian selama ini. Kurasa aku ini terlalu tertutup. Tapi dengan yang lain, setidak nya terkadang aku masih bertegur sapa tapi berbeda dengan mu karena kau terlalu aktif dan aku terlalu pasif . Kadang jika ada kau .. aku jadi bingung apa yang akan kubicarakan”

“Dan kau membuat ku segan untuk bicara denganmu” jawab Eunha.

“Jincha?? Padahal kita selalu satu kelas sejak kelas satu!”, seru L tak percaya.

“ne~~ terdengar bodoh jika diingat lagi”, Eunha tersenyum kecil

“sejujurnya .. aku kecewa harus dekat dan mengenal mu justru disaat situasi seperti saat ini” jawab L tersenyum.

“apa yang kau sesali??”, jawab Eunha.

“aku ingin ketika aku mengenal mu … adalah saat dimana aku membuka hatiku untuk melakukan hal tersebut dan saat dimana kau bersedia bermain dengan ku. Aku ingin kau mengajak ku menjadi ceria seperti anak-anak lainnya. Mengajakku berteriak-teriak, membuat seisi kelas menjadi ramai. Aku ingin tahu rasanya bertengkar, membuat orang lain kesal dan dilempar dengan buku karena terlalu banyak membuat masalah”

Eunha tersenyum mendengar ucapan L. “keinginan terbodoh dan terlalu sederhana hahaha! Ingin jadi pembuat masalah saja, kau sampai harus meminta bantuanku mwoya hahaha”

“Nyatanya .. aku tetap begini. Aku belum berubah menjadi anak nakal .. tapi kau bisa jadi pendiam dengan mudah bukan?  itu artinya menjadi pembuat masalah lebih sulit daripada menjadi anak pendiam” 

Eunha menghentikan langkah nya. Ia termenung menatap L, lalu menundukkan kepalanya “mianhae L-ah ..” 

 L ikut menghentikan langkahnya, ia tersenyum. “Gwenchana…karena aku yakin keceriaan itu masih ada jauh di dalam dirimu, meski semua itu sekarang tertutupi rasa cemas dan takut”,  ia mengacungkan kelingking nya. “berjanji lah .. saat semua ini selesai .. kau akan menjadi Eunha yang dulu lagi dan kau akan mengajarkan aku menjadi anak nakal” 

Eunha balas melingkarkan kelingkingnya pada kelingking L. “yaksok” 

L tersenyum, “Yaksok” 

Eunha berjalan mendahului L “khaja .. anak kecil yang tak punya teman!”

L menyusul Eunha. “kenapa mengatai ku begitu?! NOONAA!!”

“YA!! Jangan cari mati”

“kau yang memulai lebih dulu”

“kalau begitu diam!”

“Shireeeooooo noona, hahhahahaha”

▣┋◘▣┋◘

Ketika menginjakkan kaki di kantin sekolah, mata semua siswa di sana menatap aneh mereka seolah mereka-mereka itu adalah anak bermasalah. Mereka mencoba tidak peduli. Mereka duduk bersama di satu baris meja kantin.

“kita seperti penjahat saja”, ujar Eunkyo kesal.

“Menjadi orang baik memang banyak ujiannya Eunkyo-ya”, ujar JinYoung tersenyum tenang dan tetap berpikir positif.

“Ah Mwoya!”, gerutu Eunkyo yang masih belum terbiasa dengan sifat Jinyoung yang terlalu alim. 

Mingyu merogoh kantung bajunya. “eh .. aku lupa membawa uang ku”

“kau bisa pakai uang ku dulu”, ujar Mina menawarkan.

Mingyu terdiam sejenak. “G-Gwenchana…aku akan kembali ke kelas sebentar untuk mengambilnya dan kembali kemari”, ujar Mingyu. Ia masih merasa canggung setelah mengetahui perasaan Mina padanya meskipun kini yeoja itu sudah tak lagi memikirkannya. 

“Bawa uang lebih untukk ku hahhaaha!”, teriak Seungcheol asal. Ia sengaja seperti itu agar ia dan teman-temannya tak terlalu terlihat mencolok.

▣┋◘▣┋◘

Mingyu kembali ke dalam kelas. Ia memelankan langkahnya ketika melihat pintu kelasnya yang tertutup rapat. “Eo? Kenapa ini tertutup?”, gumamnya. Ia membuka pintu kelas perlahan dan masuk dengan hati-hati. Tak disangka, ia melihat Kim Ahjussi sedang duduk di kursi L dan merogoh bagian kolong meja tempat meletakkan buku pada meja itu. Namja setengah baya itu terlihat begitu serius hingga ia tak menyadari kehadiran Mingyu.

Mingyu kemudian melihat kea rah papan tulis dan matanya terbelalak ketika ia melihat sebuah tulisan di sana:

HIDDEN

Ia kemudian melangkah mendekati Kim Ajussi. “A-Apa yang sedang anda lakukan disini Kim Ahjussi?”, tegur Mingyu.

 Kim ajussi tersentak dengan kehadiran Mingyu. “A-Aku…”, gumamnya ketakutan.

** TO BE CONTINUED**

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK