Mingyu melangkah mendekat pada Kim Ajussi yang sedang serius mencari hingga tidak sadar akan kehadirannya. “Apa yang sedang anda lakukan disini Kim Ahjussi?”
Kim ajussi tersentak dengan suara Mingyu. Ia terlihat takut dan salah tingkah. “Eummm saya .. hanya bersih-bersih”, jawabnya gugup . “P-Permisi”, ujar Kim Ahjussi gugup. Pria itu tak menatap Mingyu sama sekali dan mencoba berjalan melewatinya. SREET~! Mingyu merentangkan tangan kanannya, menghalangi Kim ahjussi. “J-Jogiyo”, gumam Kim Ahjussi.
“Kapsida…Kim Ahjussi”, gumam Mingyu sambil menatap Kim Ahjussi tajam.
“Eo-Eodiyeyo?”, Tanya Kim Ahjussi semakin gugup.
“Ke ruang kepala sekolah…aku akan melaporkan perihal gerak-gerik anda yang begitu mencurigakan di dalam kelas kami”, ujar Mingyu tegas.
“A-Andwaeyo! J-Jebalyo!”, pinta Kim Ahjussi.
“Geureom…malhaeyo…Apa yang anda lakukan di kelas ini…Kim Ahjussi? Kau mengetahui sesuatu…matchyo?”, desak Mingyu.
▣┋◘▣┋◘
Mingyu segera mengirim pesan pada teman-temannya agar kembali satu-persatu ke dalam kelas dan jangan sampai membuat siapapun curiga. Sementara itu, sisa jam istirahat yang tinggal sedikit membuat mereka harus bergerak cepat. Mereka memasuki ruang kelas satu-persatu, diawali oleh L dan Kyungjae . hingga Seungcheol yang masuk terakhir. Ia berdiri di depan pintu mengawasi jikalau ada orang yang datang. Setelah semua masuk , mereka duduk membentuk lingkaran mengelilingi Kim Ajussi.
Kim Ahjussi hanya duduk terdiam dan tertunduk di kursinya. Ia belum juga mengeluarkan sepatah katapun meskipun kini anak-anak itu sudah mengelilingi dirinya. Anak-anak itu, saling melirik satu sama lain hingga akhirnya, Mingyu menyikut pelan Jinyoung yang duduk di hadapan Kim Ahjussi. Ia memberi kode pada Jinyoung agar segera memulai pembicaraan. “Ehm…jogiyo….apa anda sudah makan siang?” sapa JinYoung ramah.
Kim Ajussi hanya membalas dengan senyuman. “sebenarnya .. apa yang ingin kalian tanyakan padaku?”
“k . kami . ti. Tidak akan .. me.. nyakitimu” ujar KyungJae
Sujeong segera menyiapkan catatan dan bolpoin layaknya reporter yang akan melakukan sebuah interview. “Semua yang anda ketahui. Kami ingin anda memberitahu hal tersebut pada kami”, ujarnya berapi-api.
JinYoung menghela nafas. “Kurasa tanpa kami beri tahu, Anda juga pasti sudah mengerti bahwa belakangan ini … beberapa teman kami menjadi korban dari peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi belakangan ini. Jika kau tahu sesuatu tentang semua ini .. tolong beritahu kami”, jelas JinYoung.
“Aku turut prihatin atas apa yang terjadi belakangan ini…geureonde…kalian hanya membuang-buang waktu kalian saja dengan bertanya ini semua padaku…karena aku benar-benar tak tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi. Dan aku juga tak tahu siapa yang menyerang teman-teman kalian”, ujar Kim Ahjussi.
Ditengah pembicaraan, Seungcheol menyentuh pundak Precise. Ia membisikkan sesuatu agar tidak mengganggu yang lain. Ia kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan kea rah pintu dengan diikuti Precise tak lama setelahnya, membuat pembicaraan sempat terhenti selama beberapa saat.
“Seungcheol-ah! Eodi-ga?”, Tanya Mingyu.
“kalian lanjutkan saja, aku bosan disini .. nanti kalau sudah selesai urusannya beri tahu aku hasilnya saja hahhaha”, jawab Seungcheol asal dan segera berjalan keluar kelas.
▣┋◘▣┋◘
HyungShik berjalan dengan langkah kecil hendak kembali ke kelas. Kecemasan terlihat jelas di raut wajahnya. Keringat dingin juga kerap kali membasahi dahinya sehingga ia harus berkali-kali mengelapnya dengan sapu tangan yang dibawanya.
“shik-ah”, sebuah suara mengagetkannya.
“Omo kkamjakgiya! Seungcheol-ah? W-Wae gurae?”, Tanya Hyungshik.
Seungcheol mengaitkan tangannya pada pundak HyungShik dan memutar tubuhnya ke arah tujuan sebaliknya. “kau belum makan kan?? Aku juga .. aku lapar, ayo kita ke kantin ! aku akan mentraktirmu!”, seru Seungcheol.
Mendengar tentang makanan HyungShik langsung bersemangat. “Jincharo??? Whiiii … tumben sekali kau mau mentraktirku? biasanya kau minta ditraktir terus”
“Hahahaha gwenchana…Moodku sedang bagus. Kaja!”, ujar Seungcheol membimbing Hyungshik menjauh dari kelas.
▣┋◘▣┋◘
Pembicaraan di dalam kelas berlanjut. Kim Ahjusii masih belum bisa memberikan info yang mereka inginkan. “Jika kau tidak tahu apapun, lalu kenapa kau terlihat aneh setiap kali memperhatikan kelas kami?”, Tanya Sujeong.
SongHee ikut menyahut “uuuu .. atau jangan-jangan kau itu mesum ya? suka memperhatikan yeoja-yeoja imut seperti aku ini ya Kim Ajussi?”
Ren segera membekap mulut SongHee. “Yah Neo!”, gerutunya pelan. “Mianhaeyo .. kalian bisa lanjutkan lagi, obat anak ini memang sedang habis”
SongHee melepasakan bekapan Ren. “Ya Ren eomma!!”
“Geunyang Shikkeuro! Kalau tak tahu apapun lebih baik kau diam saja!”, tegur Ren.
“Ya Aedeura”, tegur Mingyu tegas sambil menatap tajam Rend an Songhee yang sempat berkelahi. Keduanya pun takluk di bawah tatapan tajam Mingyu.
“Heokshi….apa kau….mengenal orang itu?”, Tanya Eunha tiba-tiba. Semua anak terperangah mendengar ucapan Eunha, termasuk Kim Ajussi sendiri.
“J-Jogiyo?”, Tanya Kim Ahjussi.
“Geu sarami….seseorang yang selalu menulis pesan di dinding itu”, ujar Eunha memperjelas pertanyaannya.
“Neon ara?”, Tanya Kim Ahjussi pada Eunha tak percaya. “Dia ….” Kim Ajussi tertunduk , tubuhnya kembali gemetar. “Kim .. MyungSoo”
“Kim Myungsoo? Kim Myungsoo nuguyeyo?”, Tanya L.
Kim Ajussi mencoba mengingat kejadian yang berhubungan dengan MyungSoo. “salah satu siswa di sekolah ini sama seperti kalian. Terakhir kali aku bertemu dengannya, sekitar lima tahun yang lalu. Saat itu dia duduk di kelas 3 seperti kalian saat ini. Namun mulai keesokan harinya hingga saat ini, tak seorangpun yang mengetahui keberadaan MyungSoo” jelas Kim Ajussi
“C-Chakkamanyo! MyungSoo itu manusia atau hantu????”, Tanya SongHee memeluk EunHee disampingnya. “aku takutttttt!!”
“Matta…Siapa sebenarnya Kim Myungsoo itu Ahjussi? Apa ia masih hidup? Atau ia sudah…”, gumam Eunkyo tak melanjutkan ucapannya.
“Jika dia masih hidup mustahil dia mengirimkan pesan-pesan seperti selama ini” L mengemukakan kemungkinan yang ia tangkap setelah berfikir keras.
“Aku juga berfikir seperti itu .. karena itu selama ini aku juga mencoba untuk mencari tahu sama seperti kalian…tapi aku tak menemukan apapun”, jawab Kim Ajussi.
EunKyo berdecak kesal. “Geundae… apa urusannya semua ini dengan kita?! kenapa MyungSoo membuat kita dalam masalah seperti ini? kita bahkan tidak mengenalnya sama sekali!”
Kim Ajussi tertegun, ia merasa tak yakin untuk mengatakan hal ini. “tentang itu.. sesungguhnya”
“kau bisa menceritakan semua nya pada kami .. kami mohon” seru JinYoung
Kim Ajussi menghela nafasnya. “Disini lah kelas nya dulu .. dan di pojok sana”, ujar Kim Ajussi menunjuk kursi milik L. “Di sana lah ia biasa duduk .. dia anak yang cukup tertutup dan jarang berinteraksi dengan teman-temannya .. tapi dia cukup sering menyapa dan bicara pada ku”
“sikap anak itu .. seperti L”, gumam Eunha dalam hati.
Disaat bersamaan, L menatap kea rah Eunha yang tengah melamun seperti memikirkan sesuatu. “Apa kau memikirkan hal yang sama dengan ku? anak bernama Kim Myungsoo itu…apakah mungkin ia mirip dengan ku? mungkin kah itu alasan sebenarnya ia meminta bantuan pada kami?”, gumam L dalam hati.
EunHee jadi penasaran. “lalu sebenarnya..pertolongan macam apa yang diharapkannya dari kami semua? Pesan-pesan yang diberikannya selama ini terlalu membingungkan”
“benar .. aku juga tidak mengerti sama sekali”, ujar Mina menyetujui ucapan EunHee.
“Ah! Geu Seonmuli!”, Seru Kim Ahjussi tiba-tiba.
Secara bersamaan anak-anak itu berucap. “hadiah???”
“Hari dimana terakhir kali aku bertemu dengan nya , ia memegang sebuah kotak berwarna merah berisi sebuah hadiah karena hari itu adalah hari ulang tahun Ibunya. saya tidak tahu apa maksud MyungSoo sebenarnya, tapi dia membisikkan sesuatu pada saya, dia mengatakan …”
“jika aku tidak memiliki waktu untuk menyerahkan hadian ini pada eomma , tolong katakan pada teman-teman ku untuk membantu ku menyerahkan ny. Sekalipun aku jarang berinteraksi dengan mereka .. aku sangat bahagia karena mereka semua membuat ku merasa nyaman. Aku akan sangat berterima kasih pada mereka dan juga padamu, jika kalian mau membantuku”
– Kim MyungSoo -
“keesokan harinya …Aku menemukan kotak merah itu .. tapi isinya sudah tidak ada” lanjut Kim Ajussi.
“Ah jincha! Ini semua sungguh membingungkan!”, gerutu Mina.
”Ani! Nan aratago!”, seru Sujeong tiba-tiba. Semua mata memperhatikannya. Ia bicara sembari membaca buku catatannya. “MyungSoo mungkin mengetahui bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi padanya, lalu karena dia berada di kelas ini, ia menganggap kita adalah teman-temannya .. karena itu ia meminta kita untuk mencari benda itu dan menyerahkannya pada ibunya!”
“lebih tepat nya meminta kita untuk membantu L menyerahkan benda itu kepada Ibunya” ujar Eunha menyela ucapan Sujeong.
“L? Wae?”, Tanya teman-temannya.
Precise yang sejak tadi hanya mendengarkan, secara perlahan mulai mengerti apa yang terjadi. “Heokshi…Myungsoo’s mother….is she…Jungah ssaem?”, duga Precise.
Kim Ajussi tersentak “d .. darimana kau mengetahui hal itu??”
“Kuperhatikan, ia sering sekali memperhatikan L dengan cara yang berbeda dan lagi beberapa dari kami pernah menemukan foto milik nya yang mirip sekali dengan L”, jelas Precise. “Namun saat itu kami berpikir bahwa L lah namja dalam foto itu…kami sungguh tak menduga jika namja dalam foto itu…adalah Kim Myungsoo”, jelas Precise.
L tersenyum miris .. “Ah…guriguna.... tidak hanya berada di kelas dan tempat duduk yang sama , tetapi wajah nya dan sikap tertutup nya itu juga sama seperti ku .. dia menganggap ku sama seperti dirinya. Itu sebabnya ia ingin kalian membantu ku mencari hadiah itu dan menyerahkannya pada JungAh sonsaengnim”
“baginya .. teman-teman L juga merupakan teman-temannya”, sambung Eunha.
“Lalu bagaimana dengan JungAh ssaem?? Apa dia sudah tau bahwa MyungSoo kemungkinan telah meninggal dunia?” sela Eunkyo
“Dari apa yang kudengar sebelum hilangnya MyungSoo, ia sempat berselisih paham dengan JungAh sonsaengnim. Sejauh ini, JungAh sonsaengnim hanya tahu bahwa MyungSoo sengaja meninggalkannya dan kembali pada sang ayah”, jawab Kim Ahjussi.
JinYoung terenyuh mendengar hal tersebut. “Jadi JungAh ssaem sudah bercerai ya .. dan berfikir MyungSoo ada bersama ayah nya saat ini .. kasihan sekali JungAh ssaem. Pantas saja setiap kali menatap L ia terlihat begitu sedih. Ia pasti sangat terkejut ketika melihat L untuk pertama kalinya dan berpikir bahwa L adalah Myungsoo. Hingga ia sadar bahwa mereka berdua hanya dua orang namja yang berwajah mirip satu sama lain. L pasti mengingatkannya pada MyungSoo. Semoga Tuhan selalu memberinya kesabaran”
“Gurae…jika tidak ada yang ingin kalian tanyakan lagi padaku.... sebaiknya aku pergi sebelum ada yang curiga”, ujar Kim Ahjussi. “kalian harus berhati-hati anak-anak”, sambungnya.
Mereka semua membungkuk sopan pada Kim Ajussi “ne algeusimida … kasahamnida…”
“kau sangat membantu kami Kim Ajussi .. maafkan kami karena telah sempat mencurigaimu” ucap JinYoung sambil menjabat tangan Kim Ajussi dan membungkuk sopan.
“Gwenchana.. aku senang karena pada akhirnya aku bisa memberitahu kalian tentang semua ini”, ujar Kim Ajussi sebelum melangkahkan kakinya hendak keluar kelas .. lalu terhenti tba-tiba. “Ah…aku hampir lupa ..ini..”, Ia menyerahkan selembar kertas pada Jinyoung. “Malam dimana teman kalian, Donghyun, mengelami kecelakaan .. aku melihat pesan ini tertulis di papan”
PEARL
▣┋◘▣┋◘
Setelah istirahat, mereka mengikuti kelas olahraga di gelanggang renang, karena esok hari akan diadakan ujian renang. L, KyungJae, Mingyu, Ren, dan JinYoung menceritakan hasil ‘interogasi’ mereka pada Seungcheol. Namja itu hanya mendengarkan dengan sikap nya yang ‘ogah-ogahan’ layaknya orang tidak niat membantu. Ia hanya menjawab “ohh ..” dan mengangguk tanpa memberi masukan ataupun kemungkinan-kemungkinan. Ia sedang sibuk melihat kesana-kemari.
“tidak salah lagi kalau begitu, MyungSoo pasti telah tewas! dan pihak sekolah mengetahui hal ini lalu menutup-nutupi nya .. seseorang dari kelas ini kemungkinan memberi tahu pada mereka tentang pesan-pesan yang kita dapatkan .. karena itu mereka menganggap kita berbahaya jika kita berhasil mengungkap ini semua”, duga Mingyu.
Mereka terdiam memikirkan berbagai kemungkinan. “Tapi biar bagaimana pun kita tidak bisa sembarangan mengambil keputusan” jawab L.
“kalau begitu lebih baik kita siap-siap, sepertinya sebentar lagi kelas akan dimulai!” seru Ren.
JinYoung mencari-cari keberadaan “HyungShik dimana? Sejak tadi aku tidak melihatnya?”
Seungcheol segera menyambar ucapan Jinyoung. “Dia pasti sudah kabur lebih dulu! Kalian sih banyak bicara! sekarang sudah selesai kan?? Aku mau kabur dari kelas renang ini” ia lari mengendap-endap meinggalkan gelanggang renang.
“YA!! CHOI SEUNGCHEOL!!”, teriak Mingyu tapi tak dipedulikan Seungcheol. “ah .. anak itu”
“Biar kan saja dia .. memang begitu tingkahnya”, ujar L memaklumi. “Karena sekalipun begitu, aku tahu dia peduli”, sambung L dalam hati.
▣┋◘▣┋◘
Eunha terduduk di kursi tak jauh dari kolam renang. Ia menutupi tubuhnya dengan handuk. Beberapa teman-temannya juga ada disana sudah siap mengikuti kelas renang. “Perasaan ku tentang yeoja itu sejak awal aku bertemu dengannya .. apa itu benar? Haruskah aku menemui nya? .. tapi kalau begitu aku harus meminta bantuan Howon .. ahhh kenapa yeoja itu harus kakak dari ketua science sial itu? hufh .. hari kamis nanti setelah ujian renang saja aku menemui nya”, gumamnya dalam hati. Mata Eunha kemudian berpendar ke sekitarnya. Ia melihat Seungcheol berlari keluar gelanggang. “Aish…dia kabur lagi”, gumam Eunha pelan.
Eunha masih termenung menunggu guru olahraga datang. Rasa kantuk mulai menyerangnya karena menunggu terlalu lama. Ia melihat ke berbagai sisi dari tempat tersebut, hingga matanya terhenti pada satu tempat .. ia memperhatkan tempat itu beberapa detik. Mendadak pandangannya gelap. Bayangan mengerikan kembali datang menyerangnya. Tak ada yang dapat dilihatnya. Kecuali suara tetesan air yang hanya mampu didengarnya. Tapi setelahnya, sebuah bayangan hitam menerjang nya cepat seolah menghempas tubuhnya. “AAAAAAA!!!!”
Detik berikutnya .. BYYYUUUURRRRRRR!! Suara seseorang terhempas jatuh bebas dari ketinggian lalu tenggelam di kolam renang terdengar. Tak lama setelahnya, kolam itu berubah merah. TubuhEunha mematung. Kali ini ia dapat melihat dengan jelas wajah seseorang yang tenggelam tersebut. “ANDWEEEE .. ANDWEEEE!!!”, jeritnya ketakutan. SSSHHHUUUTTTTTTTTTTTTTTTT pikiran Eunha kembali ke dunia nyata seketika setelahnya, tanpa ia sadari saai ini ia telah berdiri tepat di pinggir kolam renang.
Tubuh Eunha masih terasa kaku. Secara perlahan, air matanya mulai mengalir deras. Tangannya mengepal keras. “Andwe .. aku tidak mau berakhir seperti ini! Aku.. tidak boleh berakhir seperti ini .. tidak boleh terjadi .. tidak boleh, aku …. Harus melakukan sesuatu!”, serunya dalam hati.
EunHee menjulurkan tangannya menyentuh pundak Eunha “Eunha-ya gwenchana?? EUNHA-YA!”, seru Eunhee setelah Eunha berlari pergi meninggalkannya begitu saja. “Omo ottokhae?? Sesuatu pasti telah terjadi padanya!”, gumam Eunhee panic.
▣┋◘▣┋◘
Setelah berlari ke dalam ruang ganti tentu dengan tujuan mengganti pakaian renang nya dengan seragam kembali. Eunha berlari kembali keluar gelanggang renang melewati pintu belakang. Ia berlari dan terus berlari hingga tepat di depan sebuah locker seorang namja, ia terhenti dengan nafas terengah “hooh .. huh ..hufh ..”
Namja pemilik loker tersebut melirik ke arahnya selama beberapa detik, lalu mengembalikan pandangannya pada locker miliknya. Ia terlihat sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam locker tersebut.
“Hosh…Hosh….Howon-ah”, tegur Eunha terengah-engah.
“Hm?”, gumam Howon seolah tak tertarik dengan kehadiran Eunha di sana.
“Bisakah aku ikut ke rumah mu? Aku … huuuhh ..huuuhh .. aku ingin mememui ShinMi eonnie”, ujar Eunha.
SREK~ Howon terhenti sejenak dari aktivitasnya dan menoleh menatap Eunha curiga. “Ada keperluan apa kau dengan noona ku?”, ia menatap tajam Eunha. “Kalau ingin bertanya sesuatu , katakan saja pada ku, akan ku sampaikan padanya”
“Ani..aku harus bicara langsung dengannya”, balas Eunha keras kepala.
BRUK .. HoWon menutup loker nya dengan keras. “Aku tidak akan membiarkan noona ku bicara dengan seseorang tanpa alasan yang jelas”, jawab HoWon dingin. Ia mengenakan tas ransel hitamnya dan berjalan meninggalkan Eunha begitu saja.
Eunha menghela nafas. Ia tahu sejak awal, bahwa tak akan mudah baginya untuk mmebujuk Howon untuk memenuhi permintaannya. Namun ia juga tak mau menyerah begitu saja. Diam-diam, ia pun mengikuti Howon.
▣┋◘
Seungcheol berjalan santai setelah berhasil ‘kabur’ dari kelas renang. Tanpa sengaja, ia melihat Eunha berjalan mengikuti HoWon. “Mwohae? Apa sebenarnya ia adalah fans rahasia si bodoh itu? Rendah sekali seleranya”, gerutu Seungcheol. Namun karena penasaran, Seungcheol memutuskan untuk membuntuti mereka.
▣┋◘▣┋◘
Rumah HoWon terletak tak jauh dari sekolah, karena itu ia hanya berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya. Howon menghentikan langkahnya sejenak dan menghela nafas. Ia lalu berbalik dan melihat Eunha berada di belakangnya. Ia menyadari sejak awal bahwa yeoja itu mengikutinya. “Da ojima”, tegur Howon dingin.
“Psh…jangan besar kepala. Aku tak mengikutimu! Aku mencari rumah Shinmi onnie!”, balas Eunha tak mau kalah.
“Neo! Aish jincha”, gerutu Howon kesal sambil mengangkat tangannya seolah ingin memukul Eunha namun ia menahannya karena ia tak mau menyakiti wanita. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepalanya. “Gurae…kalau memang itu yang kau mau …”, ujar HoWon. Ia tersenyum licik lalu mulai berjalan mundur perlahan .. lalu Lari sencang-kencang nya “Ikuti aku kalau kau mampu!”, teriaknya dari kejauhan.
Eunha menundukkan kepalanya,mengepalkan tangannya kesal. “Neo Lee Howon…bisa-bisanya kau berbuat seperti ini padaku….tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi”, gumam Eunha.
▣┋◘
HoWon berhenti berlari tepat di depan rumah nya. “sudah kuduga … anak itu memang hanya ingin mencari gara-gara .. untuk apa dia ingin bertemu dengan noona ku? dasar anak aneh”, gerutunya sambil melangkah santai memasuki halaman rumahnya. Ia menggenggam gagang pintu hingga……
“YA LEE HOWON!!”, seru sebuah suara.
Howon tersentak dan refleks berbalik menoleh kea rah suara tersebut. Eunha terlihat berdiri di depan pagar rumahnya sembari terengah-engah. “J-Jung Eunha?”, gumamnya tak percaya. “YA! MWOHAE?! NEO MICHEOSO?!”, seru Howon dari depan pintu rumahnya. “Kenapa ia sampai seperti ini? Apa yang sebenarnya diinginkannya?”, Ujar Howon dalam hati.
“Biarkan aku bertemu kakakmu…hhh….jebal”, ujar Eunha terengah-engah. Ia kemudian melangkah memasuki halaman rumah Howon.
“Yay a ya! Sudah kukatakan ia tak ada!”, ujar Howon merentangkan tangannya menghalangi pintu rumahnya agar Eunha tak bisa masuk ke dalam rumahnya. “Ah neo wae gurae?! Geunyang Ka!”, usirnya. Ia berusaha mendorong Eunha namun yeoja itu justru mencengkram kerah seragamnya.
“Bikyeooo!”, seru Eunha mencoba menggeser posisi Howon dari pintu.
CREKKK! Pintu rumah mendadak terbuka dan sosok Shinmi muncul dari dalam sana, yang otomatis menghentikan perkelahian antara Howon dan Micha. “Eo? Mwohae?”, gumam Shinmi bingung melihat apa yang terjadi. “Eo? Eunha-ya? Neon Jung Eunha matchi?”, Tanya Shinmi ramah.
Eunha pun melepaskan cengkramannya pada kerah seragam Howon dan refleks melangkah mundur. “Ne onnie”, jawab Eunha sopan.
“Wae gurae? Eo…apa kalian ingin membicarakan urusan club science?”, Tanya Shinmi.
“Aniyo…ia kemari karena ingin bertemu denganmu”, ujar Howon datar. Ia kemudian masuk ke dalam rumahnya begitu saja meninggalkan Shinmi dan Eunha berdua saja.
“Kau…ingin bertemu denganku?”, Tanya Shinmi lagi.
“N-Ne onnie…ada yang sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu”, gumam Eunha tertunduk.
“Gurae…deureowaseyo”, ujar Shinmi ramah mempersilakan Eunha memasuki rumahnya.
▣┋◘
ShinMi’s Room
Sudah beberapa menit berlalu semenjak Eunha berada di dalam satu ruangan yang sama. “Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku?”, Tanya Shinmi ramah memecah keheningan.
Eunha pun mengangkat wajahnya sejenak dan menatap nanar Shinmi. Entah mengapa perasaan aneh menelusup dalam diri Shinmi ketika melihat tatapan nanar tersebut. Ia merasa ia seperti tengah melihat dirinya sendiri ketika melihat tatapan nanar Eunha tersebut. “Onnie…kau .. pasti tahu sekali rasanya melihat kematian sebelum hal itu benar-benar terjadi matchyo?”
Selama beberapa detik, kedua mata Shinmi sempat membesar. Lalu ia mengalihkan wajahnya mencoba untuk tak menatap Eunha. “A-Aku tak mengerti apa yang kau katakan”, ujar Shinmi dingin. Shinmi yang biasanya terlihat ramah perlahan hilang begitu saja. Sikapnya yang mendadak berubah dingin, membuatnya semakin terlihat mirip dengan sang adik, Howon.
“Jebalyo…onnie…aku tahu apa yang kau rasakan…karena…aku juga merasakan hal yang sama”, gumam Eunha tertunduk mencoba menahan tangisnya. Namun, semakin ia menahannya, air mata itu justru semakin tak terbendung. Secara perlahan, air mata mengalir membasahi wajahnya. “Dimana dia eonnie? hiks hiks .. dimana dia sekarang .. hiks hiks .. dimana mereka menguburkan jasad MyungSoo oppa, kekasih mu…”
“GEUMANHAE!!”, seru Shinmi tiba-tiba. Ia menutup kedua telinganya ketika mendengar nama itu.
Eunha menggenggam tangan ShinMi. “hiks ..hiks ..hiks .. bantu aku eonnie .. bantu aku! Hanya kau yang mengerti rasanya melihat kematian itu … aku harus menghindari hari esok dan hanya kau yang bisa membantu ku.. eonnie hikss hikss hikss … jebal ..jebalyo”, pinta Eunha.
Shinmi masih menutupi kedua telinganya dan tubuhnya gemetar. Trauma yang menghantuinya selama beberapa tahun terakhir, yang sudah susah payah dikuburnya, kini perlahan kembali bagaikan mimpi buruk yang kembali menyerangnya. “Geumanhae…jebal…jebal”, gumam Shinmi ketakutan. “Ka”, ujar Shinmi menatap tajam Eunha tajam.
“Kau pikir hanya dirimu yang merasakan sakit seperti ini?! Kau harus tau MyungSoo oppa disana merasakan sakit yang jauh lebih besar dari dirimu! DIA MEMBUTUHKAN MU !! BANGUNLAH DARI KETAKUTAN MU !!! KAU MEMBUAT NYA SEMAKIN SAKIT !!”, seru Eunha juga tak mampu mengendalikan emosinya.
“KARAGO!!!”, bentak Shinmi mendorong Eunha.
CREEKKK! Pintu kamar mendadak terbuka dan sosok Howon terlihat memasuki ruangan setelah mendengar keributan yang terjadi di dalam kamar tersebut. Ia segera berlari menghampiri Shinmi yang terlihat begitu ketakutan dan gemetar. “Noona! Noona gwenchanayo?”, Tanya Howon panic sembari memeluk sang kakak.
“Bawa dia pergi…bawa dia pergi jauh dariku Howon-ah”, gumam Shinmi ketakutan.
Howon refleks menoleh pada Eunha dan segera menghampiri yeoja itu dan menariknya, mencoba membawanya keluar dari kamar Shinmi. “Sejak awal aku sudah menduga kau hanya akan membuat masalah! Cepat pergi!”
Eunha mencoba melepaskan diri dari Howon, namun tenaga namja itu lebih kuat darinya. “EONNIEE!!! MyungSoo oppa membutuhkan mu .. EONNIEE!!!! TOLONG DENGARKAN AKU DULU!!”, teriak Eunha menoleh kea rah Shinmi yang masih menatapnya ragu-ragu hingga sosoknya perlahan menghilang karena Howon menariknya semakin menjauh dari kamar tersebut.
▣┋◘
HoWon berhasil menarik Eunha menuju pintu rumahnya dengan susah payah karena yeoja itu masih berusaha memberontak. “BIARKAN AKU BICARA DENGANNYA! JEBAL HOWON-AH!”, seru Eunha.
Howon pun mendorong pelan Eunha hingga keduanya berada tepat berada di luar rumah Howon. “Neo Micheoseo! Karago!”, usir Howon. Namun sejenak, ia memperhatikan Eunha yang kondisinya terlihat tak kalah kacau dengan kakaknya, Shinmi. “Jadi peristiwa yang terjadi selama ini berhubungan dengan Myungsoo hyung? apa yang sebenarnya terjadi .. lalu kenapa Eunha sampai seperti ini?”, gumamnya dalam hati.
Eunha pun mengalah. Ia berhenti memberontak dan tiba-tiba yeoja itu berjongkok di depan Howon sambil memeluk kedua kakinya sendiri dan mulai menangis. “ShinMi eonnie .. dia melihat kematian MyungSoo oppa sebelum kematian itu terjadi … hiks ..hiks ..hiks…dia .hiks begitu terpukul dan tak percaya saat melihat semua itu sungguh terjadi di dunia nyata dengan mata kepalanya sendiri. Kau … sebagai adik nya…hikss hikss .. seharusnya kau membantu nya untuk bangkit, BUKAN MEMINTANYA UNTUK BERFIKIR BAHWA SEMUA AKAN AKAN BAIK-BAIK SAJA!!! Hikss ..hikss”, serunya sambil menatap Howon tajam meskipun air mata mengalir membasahi wajahnya.
“SHIKKEURO!!”, balas Howon membentak Eunha. “APA YANG KAU TAHU TENTANG APA YANG AKU DAN SHINMI NOONA LALUI SELAMA INI!”, seru Howon tak kalah frustasi. “Kau tidak tahu betapa sulit Shinmi noona dapat tersenyum kembali setelah kematian MyungSoo hyung! Kau tidak tauh beetapa sulit aku meyakinkan nya untuk menjalani hidupnya kembali dan sekarang kau datang dan mengacaukan semuanya!! Apa yang kau mau sebenarnya?! Apa kau ingin membuat kakakku gila?!”, seru Howon emosi.
“Lalu berapa banyak orang yang kau akan kau biarkan bernasib seperti diri nya dan MyungSoo oppa?! PERNAHKAN KAU BERFIKIR TENTANG MEREKA YANG MENJADI KORBAN DARI SEMUA KEJADIAN INI?! Kau…bukan tak mungkin kau juga menjadi korban berikutnya…jika itu terjadi…dapatkah kau memikirkan bagaimana perasaan Shinmi onnie nanti?”, seru Eunha balas menatap tajam HoWon. Namun, secara perlahan tatapan yeoja itu kembali melunak. “Bantu aku Howon-ah….. bantu aku bicara pada nya…kau tidak bisa membiarkan ShinMi eonnie menjadi seperti itu selamanya sementara di luar sana satu persatu teman ku menjadi korban demi membantu Myungsoo oppa…jebal…hiks..”, pinta Eunha sambil bergerak mendekat hendak bersujud pada Howon.
“Hajima”, pinta Howon tegas membuat yeoja itu kembali mendongak menatapnya. “Ireona”, perintah Howon tegas. Eunha pun menuruti kemauan namja itu karena berpikir mungkin saja Howon akan membantunya. “Geunyang ka…”, ujar Howon.
“H-Howon-ah…”, gumam Eunha tak percaya bahwa Howon tak juga tergerak untuk membantunya.
“Mian….tapi aku tak bisa membantumu”, ujar Howon lalu masuk ke rumah begitu saja dan menutup pintu rumahnya.
“HOWON-AH!”, seru Eunha mendekat dan memukul-mukul pintu. Ia pun berusaha membuka pintu namun pintu itu terkunci dari dalam. “HOWON-AH! YA LEE HOWON! BANTU AKU JEBAL! HIKSS…HIKSS…Jebal……hikss…”, seru Eunha. “YA LEE HOWON-“, SREEET~ tepat sebuah tangan lainnya muncul dan mencengkeram pergelangan tangan Eunha. “Seungcheol-ah…”, gumam Eunha.
“Mwohae? Geunyan Geuman…semua tak akan ada artinya”, ujar Seungcheol. “Meskipun kau bersujud di hadapannya hingga besok pagi ia tak akan membantumu! Namja itu sudah tak punya hati nurani sedikitpun!!”, bentak Seungcheol yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran Eunha dan Howon dari kejauhan.
▣┋◘
DUK! DUK! DUK! “HOWON-AH! YA LEE HOWON! BANTU AKU JEBAL! HIKSS…HIKSS…Jebal……hikss…”, Howon menyandarkan kepalanya pada pintu dan memejamkan kedua matanya. Ia masih berada di balik pintu dan masih mendengar yeoja itu masih berusaha menggedor-gedor pintu rumahnya. Namun tak lama setelahnya, gedoran pintu itu terhenti dan terdengar suara lainnya.
“Mwohae? Geunyang Geumanhae…semua tak akan ada artinya”
“Meskipun kau bersujud di hadapannya hingga besok pagi ia tak akan membantumu! Namja itu sudah tak punya hati nurani sedikitpun!!”
Duk! Howon menghantamkan kepalanya pelan pada pintu. “Apa yang harus kulakukan?”, gumamnya.
▣┋◘
“Eung….aku melihat berita tadi pagi…kejahatan sedang meningkat akhir-akhir ini…berhati-hatilah”
“kalian harus berhati-hati anak-anak”
“Mulai sekarang…bersikaplah lebih hati-hati…”
“Eunkyo-ya…ya Kim Eunkyo!”, Eunkyo tersentak ketika mendengar suara lain menyadarkan lamunannya. “N-Ne? Wae gurae Jinyoung-ah?”, Tanya Eunkyo menggelengkan kepalanya cepat mencoba mengusik berbagai macam pikiran dari kepalanya.
“Ani…sebentar lagi bis kita akna berhenti”, ujar Jinyoung mengingatkan.
“Ah…gurae? Arasseo”, jawab Eunkyo seadanya dan yeoja itu kembali melamun.
Jinyoung melirik Eunkyo sejenak dan menghela nafas pelan. “Neo gwenchana?”
“Ne? Ah…ne…nan gwenchana”, gumam Eunkyo mencoba tersenyum.
“Eung…gurae? Kurasa kau lebih dari baik-baik saja karena kau mampu melamun selama hampir satu jam…kau orang kedua yang pernah kulihat melamun selama itu, setelah Eunha…daedanhae”, ujar Jinyoung menyindir halus Eunkyo yang sejak pulang bersamanya tadi hanya melamun sepanjang perjalanan dan tak mengucapkan sepatah katapun.
“Ah….mianhae…hanya saja…apa yang terjadi belakangan ini benar-benar mengusik pikiranku. Orang-orang kerap kali memberitahu kita untuk selalu berhati-hati…bahkan untuk keluar rumah saat ini pun aku merasa takut”, gumam Eunkyo tersenyum getir.
“Orang-orang? Berapa orang yang sudah memberitahumu untuk berhati-hati? Seingatku…hanya Kim Ahjussi saja yang mengingatkan kita hal itu…”, ujar Jinyoung menatap Eunkyo dengan rasa penuh ingin tahu. “Apa ada orang lain lagi yang mengingatkanmu untuk lebih berhati-hati?”
“A-Ani…m-maksudku”, ujar Eunkyo gugup. “Ah isseo! C-Chulsoo! Chulsoo memberitahuku agar aku lebih berhati-hati karena kejahatan sedang meningkat akhir-akhir ini…matta…haha”, ujar Eunkyo.
“Gurae?”, Tanya Jinyoung tersenyum tipis. “Ia perhatian sekali denganmu”, ujar Jinyoung kembali mengarahkan pandangannya lurus ke depan sambil tersenyum tipis.
Eunkyo merasa tak enak hati setelah mengatakan hal itu. Meskipun apa yang dikatakannya memang benar terjadi, namun tetap saja ada hal yang ditutupinya dari Jinyoung. Yeoja itu…yeoja misterius yang bertetangga dengannya. Apa yang terjadi beberapa hari yang lalu masih kerap menghantui pikirannya. Namun entah mengapa, bahwa ia tak bisa memberitahu Jinyoung dan yang lainnya tentang hal ini karena ia masih tak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi pada yeoja itu. “Eo? Wasseo”, ujar Eunkyo mengalihkan pembicaraan. “Kaja Jinyoung-ah”, ajak Eunkyo menarik Jinyoung untuk turun dari bis. Keduanya pun melangkah menuju rumah Eunkyo hingga keduanya tiba di depan taman kecil yang terletak berseberangan dengan rumah Eunkyo.
“Eo? Yeoja itu lagi? Apa ia selalu berada di sana setiap kali kau pulang sekolah?”, Tanya Jinyoung setelah matanya menangkap yeoja misterius tetangga Eunkyo yang terlihat tengah duduk di salah satu ayunan sambil membaca buku. Ini bukan pertama kalinya, Jinyoung melihat yeoja itu tengah berada di taman sambil membaca buku setiap kali ia dan Eunkyo berada di sana.
Eunkyo mengikuti arah pandang Jinyoung dan memikirkan perkataan namja itu. “Matta….jika kupikir lagi selama ini….ia selalu berada di sekitaran rumahku setiap kali aku pulang sekolah”, gumam Eunkyo dalam hati. “Ah…m-mungkin ia memang menyukai tempat itu dan kebetulan sedang berada di sana ketika kita muncul”, ujar Eunkyo.
“Atau mungkin ia memang sengaja menunggumu? Cobalah bicara dengannya…mungkin ia ingin berteman denganmu”, ujar Jinyoung yang memang selalu berpikiran positif.
Eunkyo menghela nafas lega karena Jinyoung tak berpikir yang aneh-aneh tentang yeoja itu. “Ne…aku akan coba bicara padanya…pulanglah…sebentar lagi malam”, ujar Eunkyo.
“Eung…na kalkke…naeil bwa”, ujar Jinyoung berpamitan pada Eunkyo dan bergegas pergi.
Eunkyo kembali mengarahkan perhatiannya pada yeoja itu. Yeoja itu juga menatapnya sejenak lalu berdiri dari ayunan dan melangkah kembali memasuki rumahnya sendiri begitu saja meninggalkan Eunkyo dalam kebingungan. “Mwoya? Apa yang ia pikirkan sebenarnya? Apa ia sengaja menungguku? Atau….”, Eunkyo menoleh memperhatikan sosok Jinyoung yang berjalan menjauh. “Jinyoung? Apa ia menyukai Jinyoung?”, gumam Eunkyo. “Aish molla!”, gerutu Eunkyo bergegas memasuki rumahnya tanpa menyadari bahwa seseorang memperhatikannya dari balik jendela rumahnya.
***
Yeoja itu hanya terdiam menatap keluar dari balik jendela rumahnya. “Mwohae?”, tak lama kemudian, terdengar suara lembut menegurnya. Yeoja itu menoleh sejenak dan tersenyum tipis. “Eobseoyo…eomma..”, gumamnya lalu kembali memperhatikan rumah yang terletak berseberangan dengan rumahnya. “Eomma…”, gumam yeoja itu lagi.
“Ne?”, jawab sang ibu lembut.
“Apa kau…mengenal anak perempuan dari keluarga Kim yang tinggal di seberang sana itu?”, Tanya yeoja itu lagi.
“Eung…aku hanya tahu namanya saja…eomma sendiri jarang bertemu dengannya karena ia Ibunya mengatakan pada Eomma bahwa anak itu disibukkan dengan kegiatan sekolahnya”, ujar sang Ibu. “Eo nama anak itu Kim Eunkyo…ia seumuran denganmu”, ujarnya.
“Gurae?”, jawab yeoja itu pelan. “Ia bersekolah di Yonghan…matchyo eomma?”
Sang ibu yang tengah membaca buku perlahan terhenti sejenak dari aktivitasnya dan menoleh menatap anak perempuan satu-satunya tersebut. “M-Matta”, ujar sang ibu mendadak gugup. “Dengarkan eomma…sekolah itu adalah tempat yang kejam…eomma tak ingin kau-“
Ia kemudian menghela nafas pelan. “Aku tak mengerti mengapa aku merasa iri dengan Eunkyo-ssi…Ia selalu kembali dari sekolah bersama teman-temannya. Rasanya, aku jarang melihatnya tertekan…apa sekolah benar-benar tempat yang kejam?”
“Jebal…”, pinta sang ibu.
“Eomma…..apa aku akan bernasib sama seperti oppa jika aku bersekolah seperti Eunkyo-ssi?”, Tanya yeoja itu tanpa sedikitpun menatap sang Ibu yang semakin terlihat pucat setelah mendengar pertanyaan tersebut. Yeoja itu pun akhirnya menoleh dan menatap nanar sang ibu. “Daedaphaeyo eomma…alasan eomma dan appa melarangku bersekolah, karena kalian tak ingin aku mengalami hal yang sama seperti oppa matchyo?”
Sang Ibu pun menghela nafas berat. Ia melepas kacamatanya dan menutup bukunya. Ia mendekati sang anak perempuan dan menyentuh kedua pundaknya lembut. “Tentu saja…orangtua mana yang ingin kehilangan anak mereka untuk yang kedua kalinya…”, ujar sang ibu lembut. Ia kemudian memeluk sang putri. “Noreul hangsang jikyeojulge….Jaesoo-ya”, gumam sang ibu sambil membelai lembut kepala anak perempuan satu-satunya tersebut.
-To Be Continued -