Minseok berulang kali meminta ayahnya untuk memberikan Seolhyun rumah lain, dia bahkan mengancam ayahnya akan pergi dari rumah. Tuan Kim tidak bisa berbuat banyak, Seolhyun pun berusaha memberi pengertian pada tuan Kim.
"Ajjeossi~ anda tidak perlu menyewa rumah untuk saya, terima kasih atas bantuan anda selama ini. Saya akan tinggal di tempat yang mungkin saya bisa tempati, anda tidak perlu khawatir. Saya akan bekerja keras sekarang" dengan sopan Seolhyun berusaha tidak semakin emnyulitkan tuan Kim
"Tidak Seolhyun, kau akan tetap tinggal disini" tuan Kim mencoba menegaskan pada Seolhyun, karena dia tahu Seolhyun tidak punya siapa-siapa di Beijing.
"Kalau begitu kembalikan saja dia ke Korea, ayah" Minseok tiba-tiba muncul dan memotong pembicaraan ayahnya dan Seolhyun
"Minseok ah~ kenapa kau jadi seperti ini? Apa yang salah dengan Seolhyun? Katakan pada ayah, jika dia melakukan kesalahan besar padamu. Maka ayah yang akan bertindak, tapi jika alasanmu membencinya karena hal yang tidak masuk akal, dia harus tetap tinggal disini" tuan Kim sangat penasaran dengan alasan Minseok yang begitu membenci Seolhyun
"Terserah ayah, aku ke Beijing untuk menemani ayah dan berusaha menjadi anak yang berbakti untuk ayah. Tapi ayah memperlakukan aku seperti ini, siapa sebenarnya anak ayah?" mendengar pertanyaan itu, tuan Kim langsung meresponnya dengan menampar pipi kanan Minseok.
Seolhyun sangat terkejut, terlebih Minseok. Selama ini ayahnya tidak pernah memukulnya atau bahkan menyakiti perasannya, baru sekali ini tuan Kim benar-benar tersinggung dengan pertanyaan Minseok. Minseok sangat marah dan pergi meninggalkan mereka lagi, tuan Kim masih tidak percaya dia menampar anaknya sendiri. Dia lebih terkejut karena pertanyaan Minseok benar-benar menyinggung perasaannya. Saat itu juga tuan mendapat serangan jantung dan jatuh tersungkur. Seolhyun berteriak minta tolong pada beberapa pembantu dan anak buah tuan Kim. Minseok sudah terlanjur pergi, dia tidak tahu keadaan sang ayah.
SKIP
Seolhyun duduk di depan UGD dan terus menangis, dia teringat pada kematian ibunya. Seolah seperti de javu, Seolhyun benar-benar ketakutan setengah mati. Dalam hatinya dia terus berdoa untuk kesembuhan tuan Kim. Tak berapa lama kemudian, Minseok datang dengan nafas terengah-engah. Raut wajahnya menunjukkan khawatir, dia ingin masuk ruang UGD tapi anak buah tuan Kim melarangnya karena tuan Kim masih diperiksa.
"Tuan muda, tenanglah" tegas salah seorang anak buah tuan Kim
"Abeoji~ abeoji!!" teriak Minseok, Minseok lalu terduduk lemas di lantai. Dia menangis tapi ekspresi wajahnya sangat tenang.
Dia melihat Seolhyun yang menangis di bangku ruang tunggu, lalu Minseok menghampirinya. Mereka terdiam selama beberapa menit, Minseok mulai sadar bahwa dia egois dan tidak memikirkan kesehatan sang ayah. Tapi dia masih tidak bisa mengatakan apapun pada Seolhyun.
"Sebulan yang lalu ajjeossi~ pernah koma selama seminggu lebih karena serangan jantung. dia tidak membuka matanya, aku benar-benar ketakutan saat itu dan dia tidak berhenti memanggil nama ibumu..." ucapan Seolhyun terhenti sejenak, Seolhyun lalu mengangkat kepalanya dan melihat Minseok
"Apa kau membenciku karena namaku sama dengan ibumu?" ini tidak masuk akal, tapi Minseok tidak pernah sadar akan hal itu.
Seolhyun membuka pembicaraan dengan cerita yang sedikit mengejutkan dan seperti baru terdengar di telinga Minseok. Dia tidak hanya melupakan Kim Seolhyun, Minseok ternyata juga melupakan Lee Seolhyun yang tidak lain adalah ibu kandungnya sendiri yang pernah meninggalkannya bersama sang ayah dalam keadaan sangat menderita dulu. Itulah kenapa sejak pertama tahu nama gadis disampingnya itu adalah Kim Seolhyun dan meskipun dia tahu Seolhyun tidak bersalah, tapi Minseok tetap membenci Seolhyun. Setelah kecelakaan yang dialami Minseok setahun lalu, dia lupa bahwa gadis yang ingin dia tolong adalah Seolhyun.
SKIP
Sejak kejadian itu, rasa benci Minseok mulai berkurang pada Seolhyun. Minseok baru sadar bahwa Seolhyun sudah banyak membantunya menjaga sang ayah selama setahun ini, tapi Minseok tidak bisa begitu saja baik pada Seolhyun. Setelah memberikan obat pada tuan Kim, hingga tuan Kim tertidur malam itu. Seolhyun keluar dari kamar tuan dengan perlahan, agar tak membangunkan ayah angkatnya. Tapi dia justru dikejutkan dengan kemunculan Minseok yang tiba-tiba, dan membuatnya berteriak. Minseok segera menutup mulutnya.
"Ssst, kenapa kau berteriak?" bisik Minseok
"Bagaimana aku tidak teriak? Kau mengejutkanku" Seolhyun membalasnya dengan suara lebih rendah
"Ikut aku" Minseok menarik tangan Seolhyun menuju belakang rumah
"Aku ingin memberikan ini untukmu" setelah sampai ditempat, Minseok memberikan sebuah lembaran pada Seolhyun
"Apa ini?" tanya Seolhyun kebingungan
"Bacalah, kau akan tahu" dengan ekspresinya yang sedikit dingin, Minseok mencoba memberi kejutan pada Seolhyun
"Tsinghua University??" Seolhyun melirik Minseok dengan tatapan bingung
"Kenapa kau melihatku, baca saja sampai selesai"
"Kenapa ada namaku disini? Maksudnya apa?" Seolhyun benar-benar masih tidak mengerti dengan kejutan besar yang diberikan Minseok
"Hah~ aku kira kau memang cerdas, begini saja kau tidak tahu. Atau kau pura-pura bodoh?" Minseok sedikit gemas dengan ekspresi polos yang ditunjukkan Seolhyun
"Tidak, bukan begitu... aku benar-benar tidak tahu" Minseok langsung merampas kertas itu dari tangan Seolhyun dan terpaksa menjelaskan maksud dari nama Seolhyun yang ada di lembaran itu.
"Baiklah, aku anggap sekarang kau memang lebih bodoh dari aku. Maksud dari tulisan ini adalah, kau di terima menjadi mahasiswa di Universitas Tsinghua, mengerti?" Minseok menegaskannya dibagian akhir Seolhyun yang masih tidak percaya membaca kembali kertas itu, dia benar-benar tertegun. Bahkan di bagian bawah dia diterima di jurusan yang sangat dia inginkan 'Art Theory and Design' .
Perasaan Seolhyun ingin meledak-ledak saat itu juga, secara tiba-tiba dia tertawa sangat senang. Bahkan tanpa sadar dia melompat ke tubuh Minseok, membuat Minseok yang berdiri di pinggir kolam renang kelihangan keseimbangan dan secara bersamaan mereka jatuh ke kolam. Tentu saja kertas yang dipegang Seolhyun juga basah, hingga tulisannya tak bisa terbaca lagi. Yang mengejutkan ternyata Seolhyun tidak tahu jika Minseok tidak bisa berenang, Seolhyun terpaksa mengangkat tubuh Minseok sendiri ke tepi kolam.
"Minseok ah~ yya!" beberapa kali Seolhyun menepuk pipi kanan dan kiri Minseok, berharap dia membuka mata. Tapi Minseok benar-benar tak sadarkan diri. Seolhyun mulai kebingungan, ini sudah larut malam dan dia tidak membangunkan siapa pun. Sesekali dia memerika denyut jantung dan nafas Minseok, sampai dia terpikir untuk memberinya nafas buatan. Namun keberaniannya tidak cukup untuk melakukannya,
"Minseok ah~ sadarlah, bagaimana ini?" Seolhyun celingukan kanan kiri, tak ada seorang pun disana. Setelah memberikan pertolongan pertama dengan menekan dada Minseok, Seolhyun akhirnya memberinya nafas buatan, sekali nafas buatan masih tidak ada tanda-tanda kesadaran Minseok. Lalu dia melakukannya lagi hingga 3x, akhirnya Minseok memuntahkan air yang masuk ke tubuhnya.
"Minseok ah~ kau baik-baik saja? Haah~" Seolhyun akhirnya bisa bernafas lega saat itu Yang membuat Seolhyun heran, ternyata Minseok masih belum sadarkan diri, Dia tidak bangun dan hanya memuntahkan air saja, Seolhyun semakin bingung
"Apa airnya belum keluar semua?" pikir Seolhyun hingga membuat harus memberi Minseok nafas buatan lagi.
Continued...