Setahun setelah hilangnya Seolhyun, hubungan Minseok dan Yerim semakin dekat. Yerim bahkan mengenalkan Minseok pada orang tuanya sebagai teman dekat Yerim. Setelah lulus SMA, Minseok berencana keluar negeri untuk melanjutkan kuliah sekaligus meneruskan bisnis sang ayah. Mendengar hal itu, orang tua Yerim sangat senang. Mereka merasa seperti mendapatkan jackpot mengetahui Minseok dari keluarga pengusaha. Tapi Minseok tidak berpikir hal itu sebagai sesuatu yang hebat, dia hanya berusaha menjalankan kewajibannya sebagai anak.
"Oppa~ kau benar-benar akan pergi?" tanya Yerim suatu ketika saat jalan-jalan dengan Minseok
"Eoh~ " jawab Minseok singkat
"Lalu bagaimana dengan aku? Aku akan sangat merindukanmu" dengan manjanya, Yerim tiba-tiba memeluk Minseok dari samping. Karena malu dan terlihat banyak orang, Minseok berusaha melepaskan tangan Yerim yang melilit pinggangnya.
"Jangan seperti ini, aku tidak bisa tinggal terlalu lama tanpa ayahku" Minseok masih berusaha memperlakukan Yerim dengan lembut
"Kalau begitu aku akan ikut denganmu" Yerim terus merajuk hingga membuat Minseok sedikit kewalahan menanggapinya.
"Bagaimana dengan kuliahmu? Bukankah kau sudah diterima di Sogang?"
"Aku bisa minta ayahku untuk mentransfer ku ke kampus yang sama denganmu, aku sungguh tidak ingin jauh-jauh darimu"
"Tidak bisa segampang itu, kau baru saja masuk dan kau minta transfer? Yerim ah~ bersikaplah lebih dewasa, aku janji akan sering memberimu kabar dan jika ada libur panjang aku akan kembali ke Korea" sikap dewasa Minseok yang begitu manis pada Yerim, membuat Yerim semakin berat melepaskannya.
"Berjanjilah" Yerim menodongkan jari kelingkingnya pada Minseok, dan Minseok menerimanya dengan senang hati sambil mengusap lembut kepala Yerim.
SKIP
"Jaga baik-baik gadis ini, saat kau kehilangannya dia akan sulit dicari hahaha" pesan Minseok pada Jongdae yang ditanggapi Yerim dengan bibir manyum.
"Tenanglah, aku akan memberikan tanda pengenal di lehernya nanti" sahut Jongdae dengan balas tersenyum
"Baiklah, aku harus pergi. Jaga baik-baik diri kalian" Minseok sempat mengusap kepala Yerim sebelum pergi dan memberikannya pelukan. Disana Yerim sedikit terkejut, karena sebelumnya Minseok tidak pernah mau menerima pelukannya dan sekarang justru Minseok yang memeluknya.
"Oppaaa!! Hubungi aku saat kau sampai, eoh?" teriakan Yerim hanya dibalas dengan lambaian tangan oleh Minseok.
Hari ini benar-benar menjadi hari terakhir Yerim melihat Minseok untuk waktu yang sangat lama dia tidak akan bisa bertemu Minseok lagi. Jongdae memilih tetap kuliah di Korea karena permintaan ayah Minseok, agar dia bisa mengelola perusahaan tuan Kim yang ada di Korea.
"Oppa~ haruskah kita ke China mengunjunginya saat liburan?" Yerim masih tidak bisa menahan diri untuk tidak bertemu Minseok
"Aigoo~ " karena gemas dengan pernyataan Yerim, Jongdae sampai ingin mengacak-ngacak rambut Yerim. "Dasar kau ini. Semester awal baru dimulai kau sudah memikirkan liburan, belajarlah dengan benar. Kau harus bisa terlihat lebih pintar dari Minseok hyung" lanjut Jongdae dan ditanggapi dengan kesal oleh Yerim,
SKIP
Sesampainya di Beijing, China. Minseok tidak langsung pulang kerumahnya melainkan ke kantor perusahaan sang ayah untuk memenuhi janjinya bertemu dengan ayahnya. Banyak hal yang ingin disampaikan tuan Kim pada Minseok termasuk masalah kuliahnya.
"Bagaimana keadaan ayah?" sapa Minseok sambil memeluk tuan Kim
"Ayah baik-baik saja, ayah dengat kau ingin melanjutkan kuliah di Beijing?"
"Iya ayah, aku hanya ingin menemani ayah. Dalam waktu yang lama mungkin aku tidak akan kembali ke Korea"
"Baiklah jika itu keputusanmu, tapi..." tuan Kim melihat ada bekas luka di dahi Minseok. Itu luka lama bekas benturan benda keras saat Minseok dipukuli beberapa orang yang sama sekali tidak dia kenal setahun lalu. "...dahimu, kenapa? Apa yang terjadi sesuatu padamu selama di Korea?" tuan Kim mendadak sangat khawatir. Jongdae sudah mengatakan semua pada Minseok, bahwa selama Minseok sakit dia tidak pernah memberitahu tuan Kim karena takut akan memperparah keadaan tuan Kim.
Dengan tenang Minseok mencoba menenangkan ayahnya dan menceritakan semuanya pada sang ayah. Tapi yang berbeda dari kenyataan dan apa yang diceritakan Minseok pada ayahnya adalah Minseok hanya mengingat saat itu dia berusaha menolong teman sekolahnya tanpa tahu siapa namanya.
"Anakku, kau harus lebih berhati-hati. Jika itu bukan urusanmu, jangan kau campuri dan mengorbankan dirimu sendiri" pesan sang ayah hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Minseok. Minseok tahu ayahnya akan sangat khawatir jika tahu hal ini, dia juga meminta maaf pada ayahnya karena baru menceritakan semuanya sekarang.
Continued...