Orang-orang suruhan ayah Seolhyun menemukan keberadaan Seolhyun setelah 3 tahun lamanya Seolhyun berusaha sembunyi dari sang ayah. Mereka membawa Seolhyun pada ayahnya,Seolhyun tidak bisa berhenti menangis dan terus meronta meski tangan-tangan kuat anak buah tuan Kang mencengkram lengannya seperti besi. Begitu dihadapkan di depan sang ayah, Seolhyun langsung mendapat 2 pukulan sekaligus, pipi kanan dan kirinya langsung merah padam karena kerasnya pukulan sang ayah.
"Aku sudah lama tahu keberadaanmu tapi aku membiarkannya agar kau hidup tenang, tapi kali ini aku benar-benar harus membawamu keluar Korea dan menjualmu pada boss..." mendengar hal itu, Seolhyun bangkit dan memohon dengan berlutut di depan ayahnya
"Appa~ appa jebal, jangan kau lakukan ini padaku. Aku masih ingin sekolah dan belajar seperti anak-anak lain, aku mohon jangan perlakukan aku seperti ini" Seolhyun tidak bisa menghentikan air matanya, dia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya jika dia dijual pada orang yang tidak benar.
"Berhenti memanggilku ayah!! Kau bukan anakku, tapi ibumu memberikanmu padaku. Jadi aku berhak melakukan apa pun yang aku inginkan padamu, anggap saja dengan begini kau membayar hutang ibumu padaku" tanpa basa basi lagi tuan Kang memberikan isyarat pada anak buahnya untuk membawa Seolhyun ke kamarnya.
"Appa... appa...!! Appa~~" tidak peduli seberapa kencang Seolhyun menangis, mereka tetap menggiring tubuh Seolhyun ke kamar, dan menguncinya dengan penjagaan sangat ketat diluar. Seolhyun tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, dia sudah tertangkap dan ayahnya sangat kejam. Seolhyun terus meratapi hidupnya sepanjang hari, dia teringat Minseok yang mencoba menolongnya waktu itu. Dia ingin tahu keadaan Minseok, tapi ponsel dan seluruh isi tasnya dirampas sang ayah.
SKIP
Jongdae sudah berusaha melaporkan kejadian hilangnya Seolhyun pada polisi, tidak banyak hal yang bisa dia sampaikan pada polisi karena semua keterangan yang sejelas-jelasnya hanya Minseok yang tahu. Lagi-lagi Jongdae harus berusaha keras mencari keberadaan Seolhyun, karena sejak kejadian itu Seolhyun benar-benar tidak pernah datang ke sekolah. Semua guru bahkan tidak tahu keberadaan Seolhyun, teman-teman Seolhyun juga kebingungan karena ponsel Seolhyun tidak bisa dihubungi sama sekali.
Seminggu menginap di rumah sakit membuat keadaan Minseok lebih baik, tapi dia masih seperti orang bingung. Kadang pandangannya sangat kosong, dia lebih banyak menyendiri dan tidak banyak bicara. Sebagai teman, Jongdae berusaha memulihkan ingatan Minseok secara perlahan. Dia sangat ingin menyinggung tentang Seolhyun, tapi Jongdae takut Minseok akan kesakitan lagi. Setelah keluar dari rumah sakit Yerim lebih sering mengunjungi Minseok dirumahnya, karena kehadiran Yerim lah Minseok sedikit demi sedikit mulai tersenyum lagi. Melihat hal itu, kadang Jongdae masih terus teringat Seolhyun.
"Oppa~ buka mulutmu, pagi ini bahkan kau belum makan apa pun kan?" Siang itu di kantin sekolah, Yerim menemui Minseok dan Jongdae yang sedang makan siang. Yerim selalu membawakan bekal khusus untuk Minseok, Jongdae bahkan tak boleh menyentuhnya.
"Aku bisa makan sendiri, kau tidak perlu begini" Minseok merasa malu dengan sikap Yerim yang terlalu memanjakannya,
"Wae? aku hanya ingin menyuapimu, aku sangat senang kau sekarang sudah lebih baik" celoteh Yerim sambil menepuk bahu kanan Minseok, namun respon Minseok membuat Yerim sangat terkejut. Tanpa sepatah kata pun Minseok menangkis tangan Yerim begitu keras, hingga membuatnya terasa nyeri. Jongdae juga terkejut melihat sikap Minseok yang tiba-tiba berubah.
"Op...paa~"
"Hyung"
"Mi, miane" Minseok kebingungan dan pergi meninggalkan Jongdae dan Yerim.
"Gwenchana, semua akan baik-baik saja. okay?" Jongdae sempat menenangkan Yerim sebelum dia pergi menyusul Minseok.
SKIP
Minseok menghela nafas panjang sejenak untuk menenangkan diri, dia bingung kenapa dia melakukannya. Hingga Jongdae menemukannya sedang duduk diam di balkon perpustakaan.
"Hyung" dengan nafas terengah-engah Jongdae menepuk bahu Minseok
"Apa Yerim baik-baik saja?" Minseok sedikit khawatir dengan perasaan Yerim atas sikapnya
"Entahlah, aku rasa dia sangat shock. Kau mengkhawatirkannya?"
"Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan orang lain"
Jongdae paham betul kenapa Minseok tiba-tiba bersikap seperti itu pada Yerim, dia masih sangat trauma dengan kepergian ibunya, Ibunya tak sekalipun memberinya kabar dan meninggalkannya begitu sama dengan ayahnya. Minseok tidak bisa membenci ibunya selama ini, tapi dampak dari semua itu. Dia terkesan sebagai seorang anak yang membenci anak perempuan, itulah juga kenapa Minseok sangat membenci Seolhyun. Minseok tahu Seolhyun juga anak dari keluarga broken home tapi hidupnya bahagia dan punya banyak teman. Sayang, Minseok tidak pernah tahu kehidupan Seolhyun yang sebenarnya bahkan jauh lebih menderita dari pada dia.
Continued...