Masih berada di suasana canggung, semua mata tertuju pada Jungkook dan gadis di sebelahnya.
“Hyung waeyo?” Jungkook angkat bicara.
“Jangkaman… apa gadis di sampingmu itu adalah kembaranmu? Gigi kalian, gigi kalian benar-benar mirip! Sama-sama bergigi kelinci!” seru Taehyung.
Dengan 1 kalimat lugas dari hyung-nya itu, secepat kilat Jungkook melirik ke sebelahnya, ke arah gadis yang sedari menjadi pusat perhatian, bersamaan dengan Jungkook, juga.
Dan betapa terkejutnya Jungkook, karena dari kecil, ia tidak punya saudara perempuan, kembaran, ataupun saudara yang wajahnya betul-betul mirip denganya.
Tapi ada 1 lagi yang disadari Jungkook, wajah gadis di sebelahnya itu imut, seperti saat ini saja, saat ia sedang menatap bingung dengan gigi kelincinya dan matanya yang lucu, gadis itu seperti sedang ber-aegyo.
Dan hatinya jadi berdebar-debar sejak itu.
CHAP 3 : BUNNY TEETH AND MINI-MARKET
“Aku tidak punya kembaran, tidak punya oppa. Aku ini anak tunggal. Eomma-ku lahir di Busan, appa-ku juga. Aku lahir di Busan, dan tidak punya saudara yang berjenis kelamin pria, dengan wajah yang kelihatannya 88,9% mirip denganku.” Jelas Yein panjang lebar.
“Jadi maksudmu… kalian ini, kebetulan… mirip? Akh tidak mungkin. Ini jelas-jelas bukan kebetulan. Gigi kalian sangat identik… benar-benar seperti kelinci!” seru BamBam yang disambut dengan cengiran dari hampir setengah kelompok. “Kenapa kau ini selalu menggodaku, he? Memangnya aku ini lucu ya?” balas Yein sambil menunjukkan eye-smile dan juga gigi kelincinya. “Kau ini lucu Yein, lihat deh, aku sedang tertawa.”
Obrolan kecil itu lalu berakhir dengan jitakan Yein, keluhan BamBam, dan gelak tawa dari kelompok yang berada di ujung ruang dance studio itu.
Tanpa mereka sadari, fokus topik yang dibicarakan itu, Jungkook dan Yein, saling melempar senyuman diantara gelak tawa mereka, dengan harapan akan menjadi lebih dekat kedepannya, senyuman itu berkembang menjadi tawa renyah yang membuat siapapun akan memandang mereka ‘cocok,’ dan ‘pasangan imut.’
“Hey kalian.”
Ke-enam orang sontak menghentikan tawa mereka dan menatap sumber suara; Kang Seulgi, senior kelas 3, pacar dancing machine angkatan senior, Im Jae Bum.
“Kalian ini berisik sekali. Tahu tidak? Semuanya sedang fokus untuk show minggu depan, pelatihan di Jeju, dan masa depan mereka. Sedangkan kalian?” ia berhenti sejenak untuk menatap satu-per-satu anggota Bambam seraya melanjutkan “tidak punya masa depan, tidak punya harapan, tidak punya keseriusan.” Lalu berlalu begitu saja, sampai salah seorang dari mereka—Ryu Sujeong, dengan lantangnya, memanggil senior mereka
“Hey, Kang Seulgi, kau ini tidak cakep-cakep amat. Eyeliner-mu terlalu tebal, dan tolong, salah satu dari kami sudah 19 tahun. Aku sudah 19 tahun.”
“Aku tidak perduli. Mau salah satu diantara kalian sudah 19 tahu, salah satu dari kalian adalah member boy group terkenal, atau salah satu diantara kalian—“ jedanya, sambil menatap lurus Sujeong, “—adalah seorang secret admirer memalukan.”
Tidak tahu bagaimana kelanjutannya, yang jelas Sujeong mengamuk, BamBam dan Yugyeom berusaha melerai ( lebih tepatnya ingin membela Yein, namun tak ingin menyakiti Seulgi noona mereka ), Taehyung hanya memperhatikan Sujeong dari jauh, sedangkan Jungkook—memperhatikan Yein yang hanya tertawa dengan lepas.
Jungkook merasa ada ribuan bunga mekar di dadanya, detik itu juga.
___
Malam itu, Jungkook sendirian di kamarnya, di dalam ‘rumah sementara’ bagi member-member BTS, karena dorm mereka ada di Seoul, perjalanan terlalu jauh jika harus pergi bolak-balik Busan dan Seoul.
“Jung Yein… dia benar-benar manis.” Gumam Jungkook sambil cengar-cengir sendiri, memamerkan gigi kelincinya, dan juga memejamkan mata—membayangkan Jung Yein yang sedang tertawa seperti tadi siang.
“Hey, Kookie, mau beli es krim?”
Orang yang ditanya malah masih senyum-senyum sendiri,
“Ya, Jeon Jungkook! Mau es krim tidak?”
Yang dipanggil masih tidak menyahut.
Geram, Taehyung mencoba untuk melemparnya dengan botol minum bekas air mineral miliknya yang sudah tinggal setengah. Membulatkan tekad, lalu dilemparlah botol air mineral itu.
“Apasih, hyung? Aku mau es krim, aku mau.”
“Yasudah.”
“Terus masalahnya apa, hyung? Kenapa masih di depan pintu?”
“Aku tidak tahu jalan ke mini market, temani aku.”
“Kau ini, aku sibuk.”
“Tidak mungkin, kerjaanmu dari tadi hanya senyum dan pamer gigi.”
“Diamlah hyung.”
“Ayolah, sekali ini saja.”
1 detik, 2 detik, 10 detik, 30 detik, 1 menit.
“Baiklah, baik.”
Dan dengan keinginan makan es krim, akhirnya si nekat Taehyung dan Jungkook keluar dari rumah mereka, menggunakan topi dan juga masker hitam bak penjahat professional.
___
“Yein-nie, pergilah ke minimarket di ujung gang sana, lalu belilah beberapa bungkus mi instan.” Perintah eomma Yein dari lantai 2 rumahnya.
“Nae, arraseo eomma.”
Tapi bukannya langsung pergi, Yein malah meng-SMS-sahabatnya, Sujeong.
Yein : Kau dimana?
Sujeong : Aku di rumah, wae?
Yein : Pergilah ke mini-market di ujung gang rumahku.
Sujeong : Sekarang? Akh, aku malas. Malam ini panas.
Yein : Bagaimana dengan es krim coklat?
Sujeong : Tunggu aku 3 menit lagi di pintu masuk.
A-ha. Hanya butuh es krim coklat, hati sahabatnya itu bisa langsung luluh. Jadi malam itu, berjalanlah Yein seorang, dengan janji sahabatnya yang menunggunya di pintu masuk mini market di ujung gang Yein.
Belum lama Yein berjalan, sebuah suara memanggilnya dari arah belakang.
“Woah, malam ini benar-benar panas. Musim panas ini menjengkelkan!” keluh Yein sambil menendang kerikil di depannya.
“Hey, junior, kenapa mengeluh? Kupikir malam ini imut.” Sahut suara di belakangnya.
Ternyata dia adalah Jeon Jungkook—berjalan seorang diri, hanya sekitar 2 meter di belakangnya.
“Sunbaenim, apa yang sedang kau lakukan disini? Kuberitahu ya, mala mini adalah yang terpanas, biasanya Busan tidak sepanas ini dan, oh… jangan gunakan imut, imut itu aku.” ujar Yein dengan nada lucu yang dibuat-buat.
“Ya! Memangnya aku perduli kau ini imut atau apa? Aku haus, aku akan ke mini market, membeli es krim.”
“Lalu ada apa dengan topi itu? Dan juga maskernya? Memangnya sunbaenim harus bersembunyi? Waeyo?”
“Satu-satu junior. Pertama; topi dan maskerku ini tidak kenapa-kenapa. Lalu aku memang harus bersembunyi, kenapa? Karena aku ini member boy-group yang—cukup terkenal, ah tidak. Pokoknya begitulah.” Cengir Jungkook.
“Sunbaenim, memangnya kau berani kesini sendiri? Maksudku, kau kan baru pindah ke daerah Busan.”
“Aku tadinya dengan hyung, tapi dia hilang entah kemana.”
“Hyung yang mana? Hyung sunbaenim bukannya banyak? 6 orang?”
“Hei, panggil aku oppa. Gigi kelincimu kan kasihan, jika harus ngomong yang panjang-panjang."
“Apa?”
“Panggil aku oppa.”
“Ih, bukan itu, tahu, maksudku! Tentang gigiku! Gigi oppa juga seperti kelinci!”
“Woah, rasanya menyenangkan, panggil aku ‘oppa’ begitu.” Canda Jungkook sambil membungkukkan badan hingga setara dengan Yein sambil tersenyum dengan giginya yang imut, dan menunjukkan eye-smilenya.
“OPPA! OPPA! OPPAAAA!” teriak Yein kencang sekali.
Dan itu sukses membuat Jungkook mundur, dan tertawa lepas, lepas sekali.
Tetapi… membuat perasaan Yein jadi lepas, juga.
***
Please comment and should I continue or nah? :)