By Your Side
Part – 8
Author : tiara ekha (@khaiicheen)
*****
I hope
“Raa-ya..” panggil Seulong dari arah tangga.
“Nde, oppa.” Balas Hyura. “Eomma, appa dan Hyunsik oppa sudah menunggu di halaman belakang. Kau lama sekali.” Ujar Hyura.
“Aku baru saja selesai menelfon Sunmi.” Balas Seulong tertawa.
“Memang berbeda kalau sudah memiliki kekasih. Selalu ada penyemangat setiap hari.” Balas Hyura polos sambil merapihkan potongan buah semangka ke dalam piring.
“Sini kubantu.” Balas Seulong. “Makanya, kau juga cepat memiliki kekasih. Eomma dan appa kan sudah mengijinkan. Terlebih juga kau sudah bekerja.”
“Tidak semudah itu oppa.”
“Wae? Berbahagialah, jangan terus menunggu hal yang tidak pasti. Aku tidak ingin melihatmu bersedih lagi seperti kemarin.”
“Nde, aku juga mau seperti kalian.”
“Kalian?” tanya Seulong bingung.
“Nde, kau dan Hyunsik oppa. Eiys, memangnya Hyunsik oppa belum bercerita padamu?” Seulong menggeleng. “Oppa, salah satu oppaku yang selalu menjahiliku itu sudah memiliki kekasih. Namanya Lee Taeraa, teman sekolah manknae groupnya.”
“Jeongmal?” tanya Seulong tak percaya.
“Lebih muda dariku 3 tahun. Yeoja yang ramah dan baik. Tapi..”
“Tapi kenapa?” potong suara dari arah pintu halaman belakang.
“Ya, ya, ya. Adikku ternyata sudah besar rupanya. Kenapa kau tidak bercerita padaku?” seru Seulong.
Hyunsik tersenyum malu. “Mian hyung, aku belum sempat mengatakannya padamu. Lagipula kita kan baru bertemu lagi kemarin.”
“Geurae. Kenalkan padaku lain waktu.” Balas Seulong. “Hmm, atau ajak saja dia dalam liburan keluarga kita? bagaimana?” usul Seulong.
“Liburan keluarga?” tanya Hyunsik dan Hyura bersamaan.
“Nde, liburan keluarga. Aku berencana mengajak kalian liburan ke pulau nami akhir pekan ini. Eomma dan appa juga akan ikut. Aku juga sudah mengajak Sunmi ikut serta. Kalian bisa bukan?” tanya Seulong.
“Akan kutanyakan padanya dulu, hyung. Kalau aku sendiri tidak masalah, karena akhir pekan ini memang management memberikanku libur.” Ujar Hyunsik lalu mengirimkan pesan pada sang kekasih.
“Lalu kau, Raa-ya?” tanya Seulong.
“Hmm, sepertinya juga aku tidak memliki pekerjaan di akhir pekan ini.” balas Hyura.
“Baiklah, kalau begitu kita perhi akhir pekan ini.” seru Seulong.
“Tapi oppa..”
“Wae?” tanya Seulong.
“Kalau kalian mengajak kekasih kalian, aku dengan siapa? Aish, aku kan tidak bisa mengganggu kalian dan aku juga tidak bisa selalu bersama eomma dan appa. Tidak seru.” Keluh Hyura.
“Ajak saja Minho.” balas Seulong dan Hyunsik bersamaan lalu memancing tawa dari keduanya.
“Mwo?”
“Nde, ajak saja dia. Atau perlu aku yang mengajaknya?” tanya Seulong.
“Dwesso. Oppa, kenapa harus mengajaknya. Kalian kan mengajak pasangan kalian, lalu kenapa aku mengajaknya?” oceh Hyura.
“Karena dia pasanganmu. Mungkin belum untuk sekarang, tapi untuk dimasa depan. Sudah, ajak saja dia. Daripada kau sendiri disana.” Seloroh Hyunsik. “Ah, ya hyung. Taeraa bisa ikut akhir pekan ini. ia baru saja mengabariku.”
“Baiklah.” balas Seulong. “Jadi kau bagaimana makane kami tersayang. Mau mengajak Minho atau tidak?”
“Mengajak yang lain boleh, oppa?” tanya Hyura.
“Nugu? Jongin?” ujar Hyunsik.
“Anniyo. aargh, molla.” Kesal Hyura.
Alasan gadis ini tidak ingin mengajak Minho bukan karena ia sedang kesal dengan namja itu, tetapi karena namja itu yang sedang mendiaminya karena kejadian ia mabuk sepulangnya dari dorm Infinite. Ketika Hyura sadar dari mabuknya malam itu, Minho sudah mendiamkannya.
Flashback
“Kau sudah bangun, Hyura-ya?” sapa Key dari ruang makan.
“Ah, nde, oppa.” Balas Hyura. “Ada yang bisa ku bantu?” Hyura menghampiri Key yang tengah merapihkan sarapan mereka.
“Molla. Semua sudah selesai.”
“Aah, kemana yang lain?”
“Masih berada di kamar, sepertinya sedang bersiap.” Jelas Key. “Temui Minho di kamar Jinki hyung, dia sepertinya khawatir karena keadaanmu semalam.”
“Baiklah. Aku tinggal dulu oppa.” Pamit Hyura lalu mengahmpiri Minho yang tengah berada di kamar Onew. Sepanjang perjalanannya menuju kamar sang leader, segala perkataan Minho semalam yang ia dengar diantara keadaan sadar dan tidak sadarnya berkelibatan di kepala gadis itu. Terlebih lagi ciuman Minho di bibirnya.
“Oppa, permisi.” Ijin Hyura lalu membuka pintu kamar Onew.
“Masuklah, pintunya tidak dikunci.” Balas Onew. “Minho baru saja tertidur lagi. Ia semalaman menjagamu, kau demam.”
“Ah, nde, oppa. Kalau begitu aku keluar saja dulu.” Pamit Hyura.
“Tidak perlu, masuk saja. Temani dia, aku yang akan keluar.” Balas Onew.
“Tapi ini kan kamarmu, oppa.”
“Gwenchana. Jaga dia dan jelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ia khawatir denganmu.” Ujar Onew.
“Kau mengetahuinya, oppa?” Onew mengangguk. “Mian, semalam aku tidak bisa mengontrol diriku.”
“Arraso. Kibum juga sudah menjelaskannya padaku.” Onew meninggalkan kamarnya, meninggalkan Hyura dan Minho disana.
Tidak ada suara. Hyura menjadi merasa bersalah ketika melihat wajah sang oppa terlihat lelah ketika tertidur itu. Ia sadar, kalau ia salah dengan apa yang dilakukannya kemarin. Membatalkan janji mereka dan pulang dalam keadaan memalukan seperti kemarin.
“Oppa, mian. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Terima kasih sudah megkhawatirkanku.” Ujarnya.
Tidak lama, Minho terbangun.
“Oppa, sudah cukup tidurnya? Kalau lelah tidurlah kembali, kau kan tidak memiliki jadwal hari ini.” ujar Hyura. Minho tidak menjawabnya dan meninggalkannya sendiri di kamar sang leader.
Gadis itu bingung. Ia sadar kalau sepertinya Minho marah kepadanya, tapi dalam pikiran gadis itu, ia merasa janggal. Karena kalau mengingat apa yang Minho lakukan semalam sepertinya ia tidak marah kepadanya. Oppa, ada apa denganmu. Sikapmu membingungkan. Ujar Hyura dalam hati. Dan kegiatan mendiamkan Hyura itu terus Minho lanjutkan ketika mereka sarapan hingga sekarang.
Flashback end
*****
Sudah beberapa hari belakangan ini Minho mendiami sang adik karena kejadian mabuknya beberapa waktu yang lalu. Minho melakukan ini karena sedikit kesal terhadap sikap Hyura yang menurutnya sudah mulai sedikit membangkang terhadapnya. Gadis itu mulai merasa bisa menangani semua masalahnya sendiri dan terkadang tidak bercerita pada Minho mengenai apa yang akan dilakukannya.
“Apa sesuatu yang salah terjadi antara kau dan Hyura, Minho-ya? Kulihat beberapa hati ini kau mendiamkannya terus.” Ujar Onew menghampiri sang visual.
“Hanya sedang malas saja hyung. Hyura sedikit berubah belakangan ini.” balas Minho. Memang belakangan ini namja itu lebih terbuka mengenai masalah perasaannya dengan Onew. Sedikit banyak masukan yang diberikan oleh sang leader bisa meringankan permasalahannya.
“Wae? Masih karena masalah yang kemarin?” selidik Onew.
“Kau tahu kan hyung bagaimana aku mengkhawatirkannya kemarin. Tapi dia malah bersikap seperti itu. Seakan tidak ada yang terjadi dengannya.” Jelas Minho.
“Arra. Aku sangat mengerti kalau kau mengkhawatirkannya. Tapi mungkin, saat ini ia memang tidak apa-apa. Ia juga sudah merasa tidak nyaman dengan sikapmu yang mendiamkannya terus. Kau tahu sendiri bukan kalau dia mudah panik kalau ada orang yang bersikap seperti ini padanya. Terlebih lagi ini dirimu.” Balas Onew. “Memang kau juga tidak merindukan waktumu bersama dengannya? 2 haru sudah cukup, Minho-ya.”
“Molla hyung.” Balas Minho.
“Gadis itu sudah dewasa, ia memiliki tanggung jawabnya sendiri. Dan dia bukan gadis kecilmu lagi yang harus selalu kau khawatirkan dari waktu kewaktu. Kau boleh cemas dan menjaganya, tapi bukan seperti ini. Arra?”
“Tapi maksudku bukan seperti itu, hyung.” Balas Minho.
“Aku mengerti. Apa yang kau lakukan memang tidak salah, karena itu adalah caramu memperhatikannya. Tapi jangan batasi ruang geraknya. Biarkan ia melakukan hal lain diluar pekerjaannya. Ia juga perlu bersenang-senang. Mengkhawatirkannya bukan berarti kau harus membatasi ruang geraknya kan?” tanya Onew.
“Ah, nde, hyung. Semoga saja.” Balas Minho lesu.
Ditatapnya sang visual dengan tatapan sedikit khawatir. Sebesar ini kah ketakutanmu sekarang kalau sampai kehilangan gadis itu lagi? Batin Onew.
*****
Karena jadwal yang cukup renggang hingga awal minggu depan, Minho memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya, menikmati waktu liburnya dengan keluarganya, bermain bersama sang kakak dan bermanja-manja dengan sang ibu. Kegiatan yang sudah sedikut sulit ia lakukan. Disela kesibukannya, biasanya namja itu hanya menghubungi sang ibu dan keluarganya melalui sambungan telfon.
“Minho-ya, kau sedang tidur?” ujar nyonya Choi dari pintu kamar sang putra bungsu.
“Masuk saja, eomma. Pintunya tidak dikunci.” Balas Minho. saat ini namja itu tengah duduk di tempat tidurnya sambil memainkan psp kesayangannya. “Waeyo, eomma?”
“Ada yang menunggumu dibawah.” Ujar nyonya Choi menghampiri putranya itu.
“Nugu?” tanya Minho menghentikan kegiatannya.
“Temui saja sendiri. Ia sudah menunggu dibawah. Atau ingin kupanggilkan kesini saja?” tawar nyonya Choi.
“Hmm, nugu?” tanya Minho penasaran, karena kalau bukan orang terdekatnya, para member dan Kyungshik, tidak ada orang yang tahu kalau ia sedang pulang kerumahnya ini dan juga tidak mungkin sang ibu membiarkannya bertemu di kamar.
“Temui saja kalau begitu.” Balas nyonya Choi lagi.
“Memberku?” tanya Minho. Nyonya Choi menggeleng. “Kyungshik hyung?”
“Temui saja. Atau mau eomma panggilkan kesini?”
“Anniyo, aku akan menemuinya saja dibawah.” Balas Minho.
Bersama dengan sang ibu, akhirnya Minho keluar dari kamarnya dan menuju lantai bawah rumahnya untuk menemui sang tamu yang sudah menunggu.
“Dia menunggu di halaman belakang.” Ujar nyonya Choi. “Aku akan mengambilkan kalian minuman dan makanan ringan dulu.”
“Nde, baiklah kalau begitu.” Balas Minho lalu melangkahkan kakinya menuju halaman belakang rumahnya. Ia melihat ada seorang gadis tengah duduk membelakanginya di gazebo.
“Oppa, annyeong.” Sapa sang gadis ketika mendengar suara langkah kaki dan menghampiri Minho dengan segera.
“Kau tahu darimana kalau aku ada disini?” tanya Minho dingin.
“Jinki oppa.” Balas gadis itu.
“Lalu untuk apa kau kesini?”
“Oppa, kau masih marah padaku?” tanya si gadis. Minho masih diam. “Oppa, sampai kapan kau mau mendiamkanku terus seperti ini? Oppa, mian.” Lanjut gadis itu mengejar langkah Minho yang lebih besar darinya menuju gazebo tempatnya menunggu tadi.
“Hyura-ya..” panggil nyonya Choi dengan senampan makanan dan minuman untuk mereka.
“Nde, eommoni. Berikan padaku saja, akan kubantu.” Ujar Hyura lalu berbalik menuju nyonya Choi.
“Tidak perlu, kembalilah menemui Minho. Aku masih bisa membawanya. Tenang saja.”
“Gwenchana. Biarkan aku yang membawanya.” Balas Hyura.
Keduanya melangkah bersama menuju tempat Minho sudah menunggu.
“Kau semakin cantik, Raa-ya. Kenapa tidak sering berkunjung kemari?” tanya nyonya Choi.
“Mian eommoni. Jadwal SHINee belakangan sedang padat-padatnya, jadi aku tidak memiliki banyak waktu untuk bepergian.” Balas Hyura.
“Kemarilah bersama dengan Minho. Terkadang aku merindukan waktu-waktu kau masih sering bermain kesini dulu. Menemaniku menunggunya pulang latihan.” Ujar nyonya Choi menerawang.
“Iya, sudah lama sekali eommoni.” Balas Hyura.
“Ah, iya, maaf memanggilkannya terlalu lama. Kau tahu sendiri bukan kalau sudar berurusan dengan tempat tidur, anak ini sangat sulit untuk dipisahkan dari sana.” Ujar nyonya Choi diikuti lirikan Minho.
“Arraso eommoni. Di dorm pun ia masih tetap seperti itu. Aku sudah sangat mengerti. Tenang saja.” Balas Hyura polos seperti tidak sedang ada masalah dengan Minho.
“Yaa, tapi aku kan tidak sedang tidur eomma.” Balas Minho lalu mengambil orange juice nya.
“Oh iya, ada apa kau kesini hari ini? Pasti ingin menemuinya, ya?” tanya nyonya Choi mengabaikan sang anak.
“Nde, eommoni. Aku ingin bertemu dengannya, karena ia sedang tidak berada di dorm ketika aku kesana tadi.” Balas Hyura.
“Memangnya Minho tidak memberitahumu kalau ia sedang pulang?” tanya nyonya Choi.
“Anniyo, eommoni. Minho oppa sedang mendiamkanku.” Bisik Hyura namun bisa di dengar oleh Minho.
“Wae? Apa kau melakukan kesalahan?” tanya nyonya Choi.
“Aish, Im Hyura. Kau selalu saja memanfaatkan eomma untuk berbaikan denganku. Dari dulu tidak pernah berubah.” Seru Minho kesal, karena kalau Hyura sudah bercerita pada sang ibu, gadis itu lah yang akan dibela. Sejak dulu, sejak mereka masih bersama lebih dari 7 tahun yang lalu.
*****
Hyura POV
Untungnya ada eommoni di rumah, jadi setidaknya aku bisa meminta bantuannya untuk membuat Minho oppa tidak marah lagi terhadapku. Jujur aku bingung harus minta maaf dengan cara seperti apa lagi kepadanya. Kibum oppa juga sudah menjelaskan yang sebenarnya, tapi ia tetap saja mendiamkanku. Walaupun sebenarnya aku juga sedikit kesal kalau mengingat apa yang dilakukannya malam itu tapi malah menjadi bersikap seperti ini padaku.
“Molla. Aku juga sudah meminta maaf padanya, tapi oppa tidak mau meresponku.” Ujarku.
“Minho-ya, ada apa? Kau kan sudah dewasa. Jangan bersikap seperti ini. Sudah, berbaikanlah. Hyura juga sudah meminta maaf padamu bukan?” tanya nyonya Choi.
“Aish, baiklah eomma.” Balas Minho. “Kau selalu berhasil kalau sudah meminta bantuan eomma.”
“Nah, kalau kalian berbaikan juga kan baik. Jangan seperti anak kecil lagi. Arra? Kalian kan sudah dewasa.” Ujar nyonya Choi.
“Gomawo eommoni.” Balasku lalu memeluk eommoni.
“Cheonmaneyo sayang.” Balasnya. “Kalau begitu mengobrolah berdua. Aku kedalam dulu.”
“Nde, eommoni. Jeongmal gomawao.” Ujarku.
*****
Sepeninggal nyona Choi, Minho kembali mendiamkan Hyura. Namja itu masih kesal, bahkan mungkin kekesalannya bertambah.
“Kenapa kau kembali mendiamkanku oppa? Di depan eommoni tadi kan kau sudah bilang memaafkanku. Kenapa seperti ini lagi?” tanya Hyura.
“Anniyo. Biasa saja.” Balas Minho.
“Oppa, jaebal. Jangan mediamkanku seperti ini terus. Aku tahu aku salah kemarin. Aku tahu kau juga khawatir terhadapku. Tapi mendiamkanku 2 hari seperti ini sudah cukup.” Ujar Hyura. “Kalaupun mau marah, sepertinya aku yang harusnya marah terhadapmu.”
“Wae? Kau yang salah. Kenapa kau yang harus marah padaku?” tanya Minho.
“Karena kau..” ujar Hyura tertahan.
“Karena apa?”
“Karena kau mencuri first kiss ku malam itu.” balas Hyura lalu menunduk. Wajahnya sudah memerah saat ini. Cukup memalukan untuk mengakui hal itu di depan Minho.
“Jadi kau menyadarinya?” tanya Minho. Hyura hanya mengangguk tanpa mengangkat kepalanya.
Tiba-tiba Minho tertawa puas, seperti melupakan aksi diam yang dilakukannya pada gadis di hadapannya itu.
“Oppa, kau sudah tidak marah?” tanya Hyura.
“Bagaimana aku bisa marah lagi kalau kau sudah seperti ini, Raa-ya?” tanya Minho.
“Aish, kenapa tidak sejak tadi saja kau seperti ini oppa. Aku kan tidak perlu..”
“Tidak perlu apa?”
“Dwesso.” Balas Hyura lagi.
“Mengakui megenai first kissmu itu?” goda Minho.
“Aish, oppa. Geumanhae. Sudah, jangan dibahas lagi.” Protes Hyura.
“Molla. Aku masih ingin membahasnya.” Balas Minho. “Jadi Jongin juga belum pernah melakukan itu padamu?”
“Aihs. Belum, ia tidak pernah melakukannya tanpa ijin sepertimu malam itu. Ketika dengan Jongin dulu ia lebih baik dan lebih sopan dibandingkan dirimu. Hanya di kening saja.” Balas Hyura.
“Eiys, jadi benar-benar aku yang pertama?” goda Minho lagi.
“Oppa. Jinjja!!!” seru Hyura. “Nde, aku tahu kau lebih profesional dibandingkan diriku. Kau sudah melakukan hal seperti itu dengan para lawan mainmu, dengan Yeonsoo eonni, juga dengan Sulli.” Balas Hyura.
“Kau cemburu?” tanya Minho.
“Anniyo. Untuk apa aku cemburu. Aku kan hanya dongsaengmu oppa. Dongsaengmu.” Balas Hyura.
“Geurae, aku minta maaf kalau begitu.” Ujar Minho lalu mengenggam kedua tangan Hyura. “Aku minta maaf karena sudah melakukan itu padamu, tapi aku berjanji tidak akan melakukannya lagi. Dan ku juga harus berjanji tidak akan seperti kemarin lagi." ujar Minho.
"Nde, oppa."
"Hmm, ini sudah cukup untuk membuktikan kalau kau berarti untukku?”
“Perjelas dulu status kita oppa, baru aku bisa menjawab ini sudah cukup sebagai bukti atau belum. Karena aku tidak tahu akan sampai kapan mampu bertahan tanpa status yang tidak jelas seperti sekarang ini. Dan mungkin saja ada namja lain seperti dengan Jongin dulu yang bisa merebut perhatianku.” Balas Hyura.
“Mwo? Kau percaya diri sekali, Raa-ya.” Ujar Minho. “Atau kau menyukai member Infinite ketika bertemu di dorm mereka kemarin?”
“Molla. Aku tidak tahu oppa.” Balas Hyura.
Boleh aku berharap? Aku ingin semua ini tidak berakhir dengan kepahitan lagi. Semoga ini semua bisa berlajut menjadi lebih baik kedepannya. Semoga. Batin Hyura.
“Jadi ada apa kau menemuiku sampai kesini?” tanya Minho.
“Oh iya, aku sampai lupa dengan tujuanku kesini.” Balas Hyura. “Hmm, besok Seulong oppa mengajak kita liburan bersama dengan keluargaku ke pulau Nami. Kau mau ikut?”
“Pulau Nami? Dalam rangka?” tanya Minho.
“Molla, oppa hanya mengajak kita liburan saja. Bersama dengan eomma, appa, kedua oppaku dan pasangan mereka.” Balas Hyura.
“Jadi kau mengajakku sebagai pasanganmu?” goda Minho.
“Berhenti membicarakan soal pasangan. Aku bosan mendengarnya dan bosan menjelaskannya. Kita bukan pasangan, oppa. Arra?” ujar Hyura.
“Lalu mengapa kau mengajakku?”
“Hyunsik dan Seulong oppa yang menyuruhku mengajakmu kalau tidak mau sendirian. Karena kalau aku sendirian, aku tidak bisa mengganggu mereka disana.” Jelas Hyura.
“Ah, nde. Arraso.” Balas Minho singkat.
“Jadi kau mau atau tidak? Kalau kau mau, besok pagi datanglah kerumahku. Kita berangkat bersama dari sana.”
“Baiklah, besok pagi aku akan pergi ke rumahmu. Terima kasih untuk ajakkannya.” Ujar Minho. “Dan sepertinya menghabiskan waktu dengan calon keluargaku nanti tidak ada salahnya.” Lanjutnya.
“Maksudmu oppa? Kau kan memang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh eomma dan appa.” Balas Hyura.
“Nde. Sudah, lupakan apa yang aku katakan tadi.” Balas Minho.
*****
Gimpo Airport
“Baiklah, ini tiket untuk kalian masing-masing dengan seat yang sudah kuatur.” Ujar Seulong menghampiri keluarganya yang sudah menunggu. “Eomma dan appa, ini tiket kalian. Nikmati perjalanan di kelas eksekutif berdua. Kami tidak akan mengganggu kalian.”
“Kenapa harus dibedakan? Kami tidak masalah kalau harus bersama dengan kalian. Kau memboroskan uangmu saja, Seulong-ah.” Ujar tuan Im.
“Gwenchana, appa. Nikmati waktumu dengan eomma.” Balas Seulong.
“Geurae, gomawo, adeul.” Balas nyonya Im membelai lembut kepala sang putra.
“Cheonmaneyo, eomma.” Balas Seulong.
“Baiklah, kami tinggal lebih dulu. Kita bertemu lagi ketika sudah tiba disana. Eomma kalian ingin membeli kopi dulu.” Pamit tuan Im.
“Nde, appa. Annyeong.” Ujar Hyura.
“Dan ini untuk kalian.” Ujar Seulong lalu memberikan tiket pesawat yang sudah dipesannya semalam berdasarkan nama sang pemilik masing-masing.
“Baiklah, kalau begitu kita segera ke boarding room saja, hyung.” Usul Minho.
“Nde, kajja.” Seru Hyunsik.
“Ayo eonni, Taeraa.” Ajak Hyura pada kedua gadis yang akan menemani oppanya dalam liburan singkat ini.
Keenamnya pun segera menuju boarding room, melakukan pengecekan ulang sebelum akhirnya menaiki pesawat dan bersiap memulai perjalanan liburan singkat keluarga Im ke pulau Nami. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan udara, rombongan keluarga Im sudah tiba di pulau Nami dan segera berangkat menuju cottage yang sudah di pesan oleh Seulong.
Sebuah cottage dengan 3 kamar sudah disiapkan Seulong untuk keluarganya. 1 kamar untuk kedua orang tuanya dan 2 kamar untuk para namja dan yeoja muda yang ikut dalam liburan singkat itu. Ada satu alasan mengapa Seulong mengajak keluarganya untuk berlibur seperti ini. Malm nanti kalaian aka tahu apa yang akan Seulong lakukan.
"Beristirahatlah dulu di kamar kalian masing-masing." ujar Seulong sepeninggal kedua orang tuanya yamg sudah mendahului keenamnya menuju kamar.
"Baiklah, oppa. Kami akan kekamar kami masing-masing. Kalau kalian ingin masuk, ketuk pintunya dulu. Jangan langsung masuk begitu saja." ujar Hyura yang sudah sangat paham dengan sifat kedua oppanya dan satu oppa spesialnya itu.
"Nde, tenang saja. Kami menghargai mereka juga. Kami tidak akan seperti hanyanada dirimu saja." balas Hyunsik.
"Taeraa-ya, lihat kelakuan namjachingumu itu? Asal kau tahu, kalau hanya akunyang ada sendiri disinu, dia pasti akan dengan seenaknya masuk ke kamarku. Tanpa ijin dan tanpa permisi." ujar Hyura polos.
"Eiys, jangan dengarkan apa yang gadis ini katakan." balas Hyunsik lalu menutup telinga sang kekasih.
"Yaa, Hyunsik sudah banyak kemajuan sepertinya, hyung." ledek Minho.
"Nde, dia sudah dewasa sekarang. Tentunya berbeda sekali, Minho-ya kalau sudah memiliki kekasih." balas Seulong.
"Gwenchana oppa. Dengan begini kan aku bisa lebih jauh mengenal dirimu." balas Taeraa melepaskan tangan Hyunsik dari telinganya.
"Dengar sendiri bukan? Tenang saja, Taeraa-ya nanti akan kuberitahunkau lebih jquh mengenai salah satu oppaku yang tampan ini tapi terkadang meyebalkan." ujar Hyura. "Sudah, ayo kita masuk ke kamar." ajak gadis berambut coklat itu.
Hyunsik hanya mendesahkan nafas beratnya. Tidaknlagi berkomentar dengan apa yang adiknha itu katakan. Ada rasa bahagia juga disana, ia bahagia karena keluarganya menerima sang kekasih dengan baik dan hangat. Menjaga gadis paling kecil dalam keluarganya kali ini.
"Baiklah, asalka kau jangan mengatakan yang aneh-anehkepadanya. Ingat itu, Raa-ya." seru Hyunsik.
"Kalau aku tidak kelepasan ya, oppa." balas Hyura tersenyum jahil.
"Ya sudah, ayo kita segera masuk. Kalian juga jangan lupa beristirahat. Nikmati waktu liburan ini." seru Sunmi, yeoja tertua diantara mereka. Yeoja yang juga mungkin akan segera menjdi bagian keluarga besar Im.
"Nde, sudah. Bersitirahlah lebih dulu. Kami akan membawakan barang-barangbkalian nanti." ujar Seulong.
"Tidak perlu sayang. Kami bis membawnya sendiri. Kalian beristirahatlah juga." balas Sunmi.
"Nde, oppa. Kalian bawa saja barang kalian menujunkamar. Kami bisa membawanya sendiri. Benarkan, Taeraa?" seru Hyura.
"Nde, eonni. Kami bisa membawanya sendiri." balas Taeraa lalu mengambil baramg bawaannya.
"Ya sudah. Istirahatlah." ujar Minho.
"Baiklah. Ayo eonni, Taeraa." ajak Hyura.
Akhirnya Sunmi dan Taeraa pun melangkah lrbih dulu menuju kamar para yeoja, disusul oleh Seulong dan Hyunsik di belakang keduanya. Sedangkan pasangan bungsu mereka, mengikuti keempatnya dari belakang.
"Istirahat dan jangan main dengan psp mu lagi oppa. Aku tidak mau mendengarmu mengeluh kelelahan. Arra??" ujar Hyura.
"Nde, kalau aku tidak lupa, ya." balas Minho mengacak kepala Hyura.
"Kalau begitu berikan psp mu padaku. Akan ku simpan mencegah kalau kau lupa." balas hyufa.
"Andwe. Tidak boleh." balas Minho. Namun refleks namja itu kalah cepat dengan pergerakan tangan Hyura. Yeoja itu sudah berhasil mengambil psp milik Mino dari dalam tasnya. "Aish. Kau ini nona Im."
"Biarkan. Daripada aku harus menahan kesabarankukalau kau malah tertidur karena kelelahan. Lebih baik berjaga lebih dulu bukan? Ini liburan oppa. Akubtidak ingin disibukan juga dengan rutinitas pekerjaanku membangunkanmu." balas Hyura menjulurkan lidahnya.
Perdebatan kecil kedua bungsu itu berakhir ketika Hyunsik memanggil keduanya untuk segera memasuki kamar.
"Sampai kapan kalian mau bermesraan seperti itu. Nanti sore kalian masih bisa bertemu lagi. Cepat masuk kamar, hyung.k srtu Hyunsik.
"Oppa, apa maksudmu??" seru Hyura. "Baiklah, sudah cepat masuk ke kamarmu oppa. Ingat. Istirahat dan jangan sibuk dengan gadgetmu. Ini tetap padaku." ujar Hyura. "Annyeong."
*****
Yeoja room
"Kau darimana saja, Raa-ya?" tanya Sunmi dari depan meja rias ketika Hyura baru saja masuk ke kamarnya.
"Mengambil ini eonni. Berjaganjaga saja kalau Minho oppa sampai lupa waktu dn malah sibuk bermain sampai lupa untuk beristirahat." balas Hyura sambil meletakan psp milik Minho berdampingan dengan ponselnya.
"Akhirnya, aku bisa merasaka waktu beristurahat seperti ini juga bersama keluargaku dan calon bagian keluargaku." ujar Hyura lalu menjatuhkan tubuhnya di tas tempat tidur.
"Benar, aku juga akhirnya bisa menikmati liburan dengan kalian. Jadwal pemotertanku juga tak kalah padatnya dengan oppamu. Waktu kami saja terbatas karena pekerjaan." balas Sunmi. Kekasih Seulong itu adalah model untuk beberapa brand fashion ternama di Korea. Ia bertemu dan berkenalan dengan Seulong ketika bertemu dalam kerja sama paglearan fashion di Korea. Seulong di dapuk untuk menjadi model di acara itu. Sejak itulah keduanya saling kenal hingga berlanjut pada hubungan mereka saat ini. Hubungan yang sudah hampir memasuki usia 3 tahun.
"Nde eonni. Terkadang aku tidak habis pikir. Mereka sangat kuat dengan jadwal yang terkadang menggil itu. Jadwal latihan, off air maupun on air. Aku saja yang menemani mereka terkadang merasa lelah. Tapi aku salut dengan mereka, mereka tidak pernah menampakan itu di hadapan para fans. Dan selalu tersenyum untuk memberikan sebentuk kebahagian kepada fans yang sangat mencintai mereka." ujar Hyura menerawang. Disaat seperti ini gadis itu bisa melupakan sejenak segala kelelahannya dan tanggung jawabnya dar pekerjaan. Sedikit kembali menjadi dirinya yang dahulu. Tidak peduli dengan sekita untuk dekat dengan kedua oppanya dan menjadi dirinya yang ceria dan sedikit manja. "Oh iya, kemana Taeraa, eonni?"
"Dia sedang berada di kamar mandi. Katanya ingin menyegarkan diri sebentar." balas Sunmi lalu bangkit dari kursinya menghampiri Hyura yang tengah memeluk bantal.
"Aah." balas Hyura. "Gadis itu polos sekali eonni. Sangat cocok dengan Hyunsik oppa yang terkadan menyebalkan. Di bisa lebih dewasa dan bisa mengontrol oppaku itu. Aku salut dengannya." ujar Hyura.
"Nde, dia yeoja yang baik dan ramah. Hyunsik juga terlihat bahagia bersamanya saat ini. Semoga hubungan mereka akan bertahan lama." ujar Sunmi.
"Nde, dan semoga saja ia bisa sabar menghdapi sikap Hyunsik oppa yang terkadang kekanakan itu." balas Hyura.
"Kau tidak boleh seperti itu, Raa-ya. Walau bagaimanapun Hyunsik juga kan oppa yang menyayangimu." tambah Sunmi.
"Memang, dia menyayangiku dengan caranya sendiri. Berbeda dengan Seulong oppa, yanb sangat memperhtikanku demgan kedewasaannya." Balas gadis itu.
"Setiap orang memiliki caranya sendirinuntuk menunjukan rasa sayangnya pada orang lain. Mungkin ada yang menunjukannya secara langsung, ada dengan cara yang sepeti Hyunsik lakukan dan mungkin juga ada dengan cara membatasi. Terdengar egois memang, tapi itulah cara yang mereka gunakan." jelas Sunmi.
"Nde, eonni. Aku mengerti itu. Berbeda tapi memiliki maksud dqn tujuan yang sama. Menjaga orang yang mereka sayangi." balas Hyura. "Bagaimana? Sudah lebih segar, Taeraa?" tanya Hyura krtika menyadari yeoja kekasuh Hyunsik itu sudah kekuar dari kamar mandi.
"Nde eonni. Sudah jauh lebih segar." balas gadis itu singkat.
"Duduk disini, ikutlah mengobrol dengan kami." ajak Sunmi dan menepuk tempat kosong disampingnya.
"Eonni, kalian sungguh beruntung memiliki kekasih seperti Seulong dan Minho oppa." ujar Taeraa polos ketika ia sudah duduk di samping Sunmi.
Suara batuk terdengar. Hyura sepeti tersedak dengan apa yang Taeraa katakan tadi. Kekasih katanya? Hmm, molla.
"Waeyo eonni?" Taeraa panik lalu mengambil sebotol air minum di dekat meja tv kamar itu.
"Gwenchana, Raa-ya?" tanya Sunmi.
"Nde, nan gwenchana eonni, Taeraa-ya." balas Hyura setelah meneguk air minum yang diberika Taeraa tadi.
"Eonni, mian." ujar Taeraa takut.
Hyura tertawa. "Gwenchana, Taeraa-ya."
"Lalu kau kenapa sayang?" tambah Sunmi.
"Dwessoeonni. Hanya kaget dengan apa yang Taeraa katakan tadi." balas Hyura.
"Apa ada yang salah dengan yang aku katakan tadi eonni?" tanya Taeraa.
"Aah, aku mengerti." balas Sunmi. "Taeraa-ya, akan kujelaskan sesuatu padamu mengenai hubungan kami dalam keluarga ini. Sepertinya ada sedikit salah paham."
"Maksud eonni?" tanya Taeraa bingung.
"Minho bukan kekasih Hyura. Minho dan ketiganya sudah bersahabat sejak mereka masih sekolah dulu. Jauh sebelum ketiga namja itu menjadi seorang bintang seperti sekarang. Mereka memang sdekat satu sama lain, karena sudah seperti keluarga sendiri." jelas Sunmi.
"Ah, jadi Hyura eonni dan Minho oppa bukan pasangan kekasih?" Hyura mengangguk lalu tersenyum. "Mian sudah mengira seperti itu, karena kalian terlihat sangat serasi, seperti sepasang kekasih."
"Gwenchana sayang. Sudah banyak yang mengira seperti itu." balas Hyura. Dan aku pun berharap yang sama. Tapi entahlah. Ujar Hyura dalam hati.
"Mereka memang dekat, tapi ya seperti yang kau dengar tadi, Taeraa-ya. Mereka hanya oppa dan dongsaeng saja." lanjut Sunmi dan berusaha menghentikan pembicaraan ini. Pembicaraan membahas hubungan yang melelahkan bagi Hyura. Sunmi sedang tidak ingin membahas itu dengan Hyura. Ia tidak mau menghancurkan mood liburan gadis itu.
"Arraso. Aku mnegerti sekarang." balas Taeraa.
"Nde. Seperti ituah hubungan kami." ujar Hyura. "Hmm. Iya, boleh aku meminta kau merahasiakan ini semua?" pinta Hyura.
"Maksud eonni?"
"Merahasiakan hubungan kami. Kalau Seulong dan Hyunsik oppa bersaudara." balas Sunmi.
"Ah, nde eonni. Oppa juga sudah menceritakannya padaku. Aku menjaga rahasia ini. Aku janji." balas Taeraa.
*****
Namja room
"Kalau yang sudah memiliki kekasih memang berbeda ya hyung. Ponsel tidak pernah lepas dari tangannya." seru Minho dari tempat tidur. Ketiga namja itu sedang menikmat sebuah acara musik di akhir pekan. Acara musik yang biasa Minho pandu, namun untik sebukan kedepan ia vakum karena kesibukannya memperispan gelaran konser SHINee di Amerika latin.
"Bukan seperti itu, hyung. Aku hanya takunkalau Taeraa merasa tidak nyaman.k balas Hyunsik.
"Kau tidak perlu khawatir, Hyun-ya. Taeraa pasti akan baik-baik saja. Ada Sunmi dan Hyura disama. Mereka pasti akan menjaga Taeraa. Kau tidak perlu merasa khawatir seperti itu." ujar Seulong.
"Nde, hyung semoga saja ia merasa nyaman dengan keluarga kita ini."balas Hyunsik.
"Pasti, aku saja nyaman dengan keluarga kalian. Taeraa juga pastinya bisa sepertiku." ujar Minho.
"Kalau kau kan lain cerita, hyung. Eomma dan appa sudah menganggapmu sebgai anak mereka sendiri. Mungkin juga calon menantu mereka dimasa depan." seloroh Hyunsik.
"Amiin, semoga saja." balas Minho.
Seulong hanya tersenyum penuh arti mendengar ucapn Minho tadi. Semoga saja namja itu akan segera memperjelas hubungannya dengan sang adik. Ia tidak ingin melihat adik kesyangannya itu jatuh dan sakit lagi seperti setahun yang lalu. Batin Seulong.
"Ah, iya, hyung. Aku mau bertanya sesuatu denganmu." seru Hyunsik dari arah kursi.
"Wae?" tanya Seulong.
"Kau jadi akan mendaftarkan dirimj untuk menjalankan wajib militer tahun depan?"
"Secepatnya. Perusahaan sedang mengurusnya. Diusahakan tahun depan aku akan masuk pelatihan." balas Seulong.
"Jinjja, hyung? Hyura sudah tahu soal ini?" tanya Minho kaget. Seulonh menggeleng.
"Tidak perlu kaget seperti itu, Minho-ya. Usia ku kan sudah cukup untuk menjalankan kewajibanku itu. Semakin lama aku menundanya semuanya pun akan menjadi lebih lama. Dan untuk Hyura. Nanti aku akan memberitahukannya."
"Lalu hubunganmu dengan Sunmi nonna bagaimana hyung?" tanya Hyunsik.
"Inilah alasanku mengajak kalian semua berlibur kesini." balas Seulong.
"Maksudmu, hyung?" tanha Hyunsik yangmasih bingung.
"Ah, hyung. Jinjja? Kau akan melakukan itu?" seru Minho yang sudah menangkap maksud Seulong. Namja tinggi itu hanya mengangguk dan tersenyum.
"Aish hyung. Jeongmal?" tanya Hyunsik yang akhirnya menangkap maksud sang kakak. "Hwoaa, hyung jjang!!!"
*****
Annyeong...
Im Hyura is Back :D
dikarenakan authornya lagi kepengen banget cerita cerita romantis dan lagi kangen sama Minho juga..
jadi Chapter ini diputuskan untuk di publish hari ini..
Semoga semakin suka dengan ceritanya ya..
Don't be a silent reader and don't forget to LOVE, SUBSCRIBE and COMMENT
Big Hug,
Ekha ^^