By Your Side
Part – 24
Author : tiaraekha (@khaiicheen)
*****
Gomawo, Hyura-ya :)
Sungyeol POV
Dua minggu sudah aku tidak berkomunikasi dengan Hyura. Ya, sesuai dengan permintaannya waktu itu untuk tidak menghubunginya. Aku menurutinya walaupun sebenarnya aku merindukannya. Merindukan semangat yang sering diberikannya dan juga senyum cerianya yang memberikan efek tersendiri bagiku.
“Sedang melamunkan apa, oppa?” seru Saeron, lawan mainku di drama terbaruku.
“Dia sedang merindukan seseorang, Saeron-ah.” Seru Woohyun dari kursi tunggunya.
“Jeongmal?” tanya Saeron antusias.
“Eiys, tidak seperti itu, Saeron-ah. Jangan dengarkan apa yang Woohyun katakan.” Balasku.
“Jujur saja kalau kau memang merindukannya, Yollie-ah.” Balas Woohyun.
“Eiys, jadi benar kalau kau sedang jatuh cinta, oppa? Nugu?” tanya Saeron penuh selidik.
“Kau masih anak kecil, Saeron-ah. Sudah, tidak perlu tahu. Belum waktunya.” Balasku usil.
“Yaa, aku kan sudah remaja. Pelit sekali tidak mau mengenalkannya padaku.” Ujarnya.
“Geurae, tapi belum saatnya kau tahu. Arrachi nona Kim?” balasku lagi lalu mengacak rambutnya.
“Oppa, rambutku..” teriaknya.
Tiba-tiba ponselku berbunyi. Tanda pesan masuk. Hyura.
From : Hyura
Oppa, annyeong?
Apa kabarmu?
Maaf lama tidak memberikan kabar pada kalian..
Sedang sibuk?
Apa ini nyata? Aku terpaku di tempatku. Rasanya ingin aku berteriak karena senangnya. Gadis yang kurindukan belakangan ini. Dia menghubungiku lebih dulu.
*****
“Eonni, kami pamit.” Ujar Hyura berpamitan dengan Sunmi sekali lagi.
“Nde, selamat kembali bekerja, Hyura-ya.” Ujar Sunmi.
“Baiklah, kami kembali.” Pamit Seulong lalu mencium hangat puncak kepala Sunmi.
Ketiganya melangkahkan kaki menuju pelataran parkir. Namun langkah kaki ketiganya terhenti ketika sebuah suara terdengar memanggil nama Hyura.
“Raa-yaa..” panggil suara itu.
Langkah kaki Hyura mendadak beku ketika ia menyadari siapa pemilik suara berat yang memanggilnya itu. Genggaman tangannya pada tas mendadak melemah.
BUKK
“Raa-ya..” panggil suara itu lagi dan terdengar langkah kaki mendekati mereka.
Seulong dan Sunmi pun kompak menoleh ke asal suara tersebut. Minho.
“Annyeonghaseo hyung, noona.” Sapa namja itu.
“Aa.. annyeong, Minho-ya.” Balas Sunmi terkejut.
“Bagaimana kau tahu kalau kami disini?” tanya Seulong pasti.
“Mian, hyung.” Hanya itu yang mampu Minho katakan dan langkah kaki namja itu beranjak lebih jauh menuju Hyura yang sudah berjalan beberapa langkah di depan.
Bagaikan dipukul dari dalam. Dada Hyura terasa sesak sesaat ketika mendengar suara Minho dan derap langkah kaki namja itu yang semakin mendekatinya. Langkanya beku di tempat, ia diam. Namun disaat yang sama juga, yeoja itu tengah kembali berperang dengan perasaannya. Logika dan perasaannya kembali tak sejalan. Setengah mati Hyura menahan dirinya untuk tidak menoleh ke belakang. Menahan cairan bening yang mulai merambat naik ke bola mata indahnya.
“Raa-ya..” panggil Minho lagi lalu menggenggam pergelangan tangan gadis itu.
Seulong hendak melangkah maju, mencoba menghentikan pergerakan Minho sebelum menggapai posisi sang adik. Namun Sunmi menahannya, kekasihnya itu meminta Seulong untuk melihatnya saja dari tempat dimana mereka berdiri. Menurut Sunmi, sepertinya memang sepasang anak adam itu harus bertemu dan berbicara. Tidak benar kalau Hyura pergi begitu saja tanpa kabar yang pasti. Sunmi memang membantunya, tapi ia rasa Minho pun perlu mendapat kesempatan yang sama untuk berbicara.
“Kita cukup melihatnya saja dari sini, sayang. Kurasa Minho juga punya kesempatan untuk berbicara.” Tahan Sunmi.
“Tapi, sayang..” tolak Seulong. Namun Sunmi hanya menepuk lembut bahu sang kekasih. Menjelaskan secara tersirat kalau kedua adik mereka tersebut sudah dewasa. Mereka bisa menyelesaikannya.
*****
Hyura POV
Im Hyura, jangan menengok ke belakang. Dia masa lalumu. Jangan menengok. Ujar Hyura dalam hati menguatkan pendiriannya kembali.
“Raa-ya..” panggilnya. Mataku mendadak panas. Im Hyura, kau tidak boleh menangis.
Kurasakan tangan kokohnya menggenggam pergelangan tanganku. Mengunci pergerakanku.
“Raa-ya, kajjima. Kita perlu bicara.” Ujarnya.
Kuhembuskan nafasku berat. Kutahan sekuat tenaga rasa panas yang mulai menjalar di balik kelopak mataku. Aku tidak boleh menangis.
“Raa-ya, maafkan aku untuk semuanya. Tolong dengarkan aku. Kita bicara sebentar.” Pinta namja itu lagi.
Kukuatkan diri, kuatur nafasku kembali ke dalam tempo normal. Aku menoleh padanya, menyunggingkan sebentuk senyum terbaik yang bisa ku sampaikan.
“Annyeong, oppa.” Ujarku setengah mati.
“Raa-ya, nan bogoshippo.” Ujarnya lalu menarikku dalam pelukkannya.
Rasanya masih sama, hangat. Tunggu, Im Hyura. Tidak seharusnya kau bersikap seperti ini. Ujarku kembali pada kesadaran atas pilihanku. Aku memilih untuk melepaskan pelukannya. Susah payah aku mencobanya, karena pelukannya sangat erat. Kedua mata kami bertautan. Satu hal yang nampak jelas dalam pengelihatanku, ia lebih kurus dari sebelumnya.
“Raa-ya..” panggilnya lagi.
“Mian oppa, aku harus pergi.” Ujarku. “Seulong oppa. Kajja.” Panggilku pada Seulong oppa.
“Nde, kau masuklah lebih dulu ke dalam mobil. Aku sudah membukannya.” Balas Seulong.
Aku mengambil tas tanganku yang sempat terjatuh sebelumnya, lalu melangkah pasti meninggalkannya menuju mobil. Ia sempat mengejar langkah kakiku sebelum akhirnya tertahan, karena Seulong oppa sudah melangkah lebih cepat menuju mobil. Menjalankannya meninggalkan tempat itu.
“Mian, oppa. Semuanya sudah selesai.” Ujarku dalam hati.
*****
Kegiatan shooting drama High School Love on yang dibintangi oleh Sungyeol dan Woohyun telah selesai. Lokasi pengambilan gambar sudah terlihat lebih lenggang dibandingkan sebelumnya. Beberapa kru sudah terlihat hampir selesai merapihkan peralatan shooting yang digunakan. Sama halnya dengan para kru, para artis yang membintangi drama tersebut dan memiliki jadwal hari ini pun sudah terlihat bersiap meninggalkan lokasi.
“Sungyeol-ah, gwenchana?” tanya Woohyun bingung melihat sang member yang tak henti tersenyum sepanjang pengambilan gambar dari sore hari tadi.
“Eoh, nan gwenchana hyung. Wae?” balas Sungyeol.
“Jinjja gwenchana?”
“Nde, wae hyung?”
“Anniyo, kau terlihat bahagia sekali sejak tadi sore.” Balas Woohyun. “Hmm, apa Hyura sudah menghubungimu lagi?” tanya Woohyun penasaran.
“Urus saja urusanmu sendiri dengan Jinhee, hyung. Jangan ganggu aku.”
“Yaa, pelit sekali kau.”
“Terserahku.” Balas Sungyeol usil. “Hyung, kajja. Kita pulang sekarang. Aku ingin beristirahat sebelum besok dan lusa kita melakukan comeback stage.” Ajak Sungeyol penuh semangat.
From : Hyura
Aku akan kembali bekerja lusa..
Akan kusempatkan untuk melihat penampilan comebackstage kalian nanti..
Sampai jumpa lusa, oppa J
Sepertinya benar dugaanku. Hyura sudah menghubunginya kembali. Semoga ini bisa menjadi suatu awal yang baik baginya. Lee Sungyeol, fighting. Kurasa pertandingan kali ini tidak akan menjadi lebih mudah. Ujar Woohyun dalam hati.
“Baiklah, kajja. Akku juga sudah lelah.” Ajak Woohyun.
*****
Sorot mata sendu itu kembali nampak di wajah mungil Hyura. Tak terdengar suara cerianya sejak Seulong mulai meninggalkan pelataran parkir gedung apartemen sang kekasih. Tangan gadis itu tak bisa diam. Terlihat sangat gelisah. Beberapa kali terdengar suara ketukan kuku dengan layar ponsel milik gadis itu dan juga siara panggilan telfon pada ponsel gadis itu.
“Gwenchana?” tanya Seulong menggenggam hangat tangan adik bungsu kesayangannya.
Tak ada suara.
“Mungkin semuanya terasa sulit. Segala sesuatu pasti memiliki proses dan semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kau sudah mampu melewatinya hampir sebulan ini. Kedepannya, kau pasti bisa. Percaya padaku.” Ujar Seulong lembut.
“Gomawo, oppa.” Balas Hyura tanpa semangat. Pandangan matanya masih sendu. Menatap jalanan raya yang membelah kota Seoul.
“Kau pasti bisa. Ingat, masih ada aku, Hyunsik, kedua kekasih kami dan juga Sungyeol, bukan?” pancing Seulong.
“Eoh? Seulong oppa?” tanya Hyura menoleh.
“Nde, jangan kau terlalu fokus pada satu hal yang kau inginkan saja, sedangkan kau bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari itu. Ingat, kau adalah bunga. Lebah yang mencarimu untuk mendapatkan keindahan, aroma dan madu, bukan kau yang mencari lebahnya. Jangan buang kesempatan yang ada demi hal yang sia-sia.” Ujar Seulong.
“Geundae, oppa. Aku dan Sungyeol oppa hanya berteman..”
“Dengan Minho pun kau memulainya dari status sebagai teman. Apa yang akan terjadi kedepannya kau tidak akan pernah tahu bukan. Jalani saja dan nikmati. Jangan ingat kembali orang yang sudah mengabaikanmu.” Lanjut Seulong. “Adikku ini terlalu berharga untuk diabaikan begitu saja tanpa suatu penghargaan apapun.” Namja itu menarik bahu sang adik, menepuknya lembut.
“Jeongmal gomawo, oppa.”
“Cheonmaneyo, saeng.”
“Opa, bisa antarkan aku ke salon langganan Sunmi eonni?”
“Untuk?”
“Aku akan memulai semuanya dari awal..”
*****
Kembali ke rumah, itu artinya aku harus kembali menjadi Im Hyura yang dulu. Hyura yang ceria dan melupakan semua rasa sakit yang ku lalui belakangan ini. Lupakan semuanya dan jadi diriku yang dulu, dulu ketika masih jauh dari segala kepelikan yang sudah kulalui belakangan. Im Hyura, kau pasti bisa. Ujar Hyura dalam hati.
Dilangkahkan kakiku meninggalkan mobil Seulong.
“Ingat, dia adalah masa lalumu. Jangan kembali menengok ke belakang. Tanpanya pun kau masih bisa bahagia. Ada kami dan yang lainnya. Arrachi?” Seru Seulong.
“Nde, oppa. Tidak ada tangis dan paksaan lagi. Aku harus lebih bebas.” Balas Hyura.
Senyum itu mengembang kembali di wajahnya. Nampaknya, komitmen dalam dirinya sudah cukup kuat. Cukuplah tadi ia masih mengeluarkan sedikit air matanya untuk namja yang telah menyiakannya, namun setelah ini semua itu tidak akan di lakukannya lagi. Ia pun sudah siap bila harus bertemu dengan Minho lagi nanti.
“Ingat, tidak ada air mata dan penyesalan lagi Im Hyura.” Ujar gadis itu dalam hati.
Disapanya seluruh penghuni kediaman keluarga Im dengan ceria. Menyapa sang ibu yang sedang menonton sebuah acara TV dan menunggu ketiga anaknya kembali ke rumah, serta pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja pada keluarganya. Hyunsik sedang dalam perjalanan kembali ke rumah setelah jadwal latihannya di perusahaan. Selesai itu, Hyura melangkahkan kaki menuju kamarnya, ruangan yang sudah 2 minggu ini ia tinggalkan.
Dihempaskannya tubuh mungil itu ke atas kasur empuk berseprei hijau tosca. Merelaxkan tubuhnya sejenak dan menikmati kembali kenyamanan yang ia tinggalkan selama 2 minggu itu. selesai bersantai, di raihnya ponsel yang ia letakan di dalam tas tangannya. Mengecek beberapa pesan masuk yang ada.
From : Minji eonni
Jangan hiraukan pemberitaan di media.
Itu semua hanya dugaan saja.
Nikmati liburanmu dan cepatlah kembali.
Ada sesuatu yang harus kuberitahukan padamu.
---------------------------------------------------------------
From : Sunhee eonni
Annyeong Hyura-ya.
Bagaimana kabarmu?
Lama kita tidak bertemu.
Sedang sibuk kah kau?
------------------------------------
From : Kibum oppa
Hellow nona Im..
How are you?
Kenapa kau mengambil libur lama sekali?
Tidakkah kau merindukan kami?
---------------------------------------------------
From : Jinki oppa
Apa kabarmu Im Hyura.
Lama tak mendengar suaramu.
Bagaimana keadaanmu?
Kudengar dari Minji kau sedang mengambil cuti.
Kabari aku kalau kau akan kembali.
Ada yang ingin kubicarakan denganmu.
Annyeong.
----------------------------------------------------------------------
From : Sungyeol oppa
Sedang sibuk?
--------------------------------
Keempat pesan awal adalah pesan lama yang belum sempat Hyura buka sejak beberapa hari yang lalu. Pesan dari orang-orang di sekitarnya yang sudah merindukan kehadiran gadis itu. satu pesan yang membuat Hyura kembali terfikir mengenai Minho, tapi bukan mengenai perasaannya pada Minho. Ia sudah berjanji. Ya, ia tidak boleh lagi melihat kebelakang.
Pesan yang dikirimkan oleh Minji sejak 2 minggu yang lalu itu memang sengaja tak dibacanya waktu itu. Tapi untuk saat ini, ia meyakini ia mampu. Membaca pesan tersebut mengingatkan kembali ingatan Hyura pada berita yang beredar di media mengenai hubungan yang pernah terjalin antara Minho dan Krystal. Namun untuk saat ini, apapun hubungan yang pernah terjalin diantar keduanya. Hyura tak pedulu. Itu urusan mereka.
Sedangkan satu pesan terakhir, yang notabene pesan dari Sungyeol adalah pesan yang baru di terimanya. Sejak semalam, ia mulai kembali berkomunikasi dengan namja itu. setelah meminta saran dari sang kakak dan calon kakak iparnya. Bukalah hatimu untuk yang lain. Dan mengapa Sungyeol yang dihubunginya?
Alasan Hyura memulai lebih dulu komunikasi dengan Sungyeol karena namja itu sebenarnya masih menghubungi Hyura selama 2 minggu belakangan. Walaupun bukan untuk sebuah percakapan yang intens, tapi setiap harinya ia selalu mengirimkan kata-kata semangat bagi gadis berambut coklat itu. Kata-kata semangat yang tanpa sadar mampu membuat gadis itu tersenyum hangat di setiap harinya.
Setelah membalas pesan keempat pengirim sebelumnya, Hyura kembali memulai percakapannya dengan Sungyeol melalui pesan singkat. Ya, ia memutuskan untuk membuka hatinya. Membuka hati sebebas-bebasnya dan memberikan kesempatan pada yang lainnya. Tapi ia belum tahu kemana arah dan tujuannya. Ia hanya ingin menjalaninya saja untuk sekarang ini. Tolong bantu aku. Ujar Hyura dalam hati.
To : Sungyeol oppa
Aku baru saja sampai di rumah oppa..
Wae?
Kita akan bertemu besok bukan?
SEND
Tidak lama, panggilan masuk berdering diponsel gadis itu. Sungyeol oppa call.
“Yobosseo..” ujar Hyura.
“Annyeong, Hyura-ya..” sapa Sungyeol dari sebrang.
“Nde, oppa. Waeyo?” tanya Hyura.
“Sedang beristirahat?”
“Anniyo. Hanya baru selesai merapihkan kamarku. Ada apa?”
“Hmm..” tahan Sungyeol. Namja itu malu untuk mengatakannya.
“Uri choding oppa merindukanmu, Hyura-ya.” Seru sebuah suara. Suara yeoja yang sudah dikenal Hyura.
“Benar, Hyura-ya. Kalau kau bisa melihat wajahnya, pipinya sudah memerah seperti udang rebus.” Seloroh Woohyun asal.
“Eiys, Hee-ya. Kau mengganggu.” Perotes Sungyeol. “Hyung..” lanjutnya.
“Gwenchana, oppa. Ada apa menelfonku?” tanya Hyura lagi mengembalikan tujuan Sungyeol menelfonnya.
“Hmm, aku..”
“Kau? Kenapa oppa?”
“Sedang sibuk atau tidak?”
“Sudah kukatakan sebelumnya bukan? Aku tidak sedang sibuk? Ada apa oppa? Katakanlah.”
“Bisa berkunjung ke dorm kami?” tanyanya hati-hati.
“Dorm kalian?”
“Nde, kami sedang mengadakan pesta kecil untuk merayakan comebackstage kami hari ini. Ada Sunhee, Jinhee dan Minji juga disini. Kau mau ikut?”
“Hmm, bukankah aku berjanji padamu untuk bertemu besok?”
“Nde, majja.” Balas Sungyeol. “Baiklah kalau begitu, maaf aku mengganggu waktumu.” Lanjutnya kecewa.
“Eoh, oppa. Aku belum selesai bicara.” Potong Hyura cepat.
“Lalu?”
“Baiklah, aku akan datang ke sana. Sudah lama tidak bertemu dengan kalian. Tapi, tunggu kurang lebih satu jam lagi. Aku akan tiba disana.” Lanjut Hyura.
“Jinjja?” tanya Sungyeol antusias.
“Nde, aku akan kesana oppa.”
“Baiklah, kami tunggu kehadiranmu, Hyura-ya.” Ujar Sungyeol.
“Nde, ku tutup telfonnya oppa. Aku akan bersiap lebih dulu.”
“Chankam..” tahan Sungyeol.
“Ada apa lagi oppa?”
“Aku akan menjemputmu saja, Hyura-ya.” Ujar Sungyeol.
“Whoa, daebak!! Uri choding sudah lebih berani kali ini.” Seru Dongwoo.
“Gwenchana, oppa. Aku bisa mengendarai mobilku sendiri.” Tolak Hyura.
“Anniyo. Aku akan menjemputmu saja. 20 menit lagi aku akan tiba disana.” Ujar Sungyeol.
“Geurae. Aku akan bersiap dulu kalau begitu.”
*****
Hyura POV
Aku sudah selesai bersiap. Kulangkahkan kaki meninggalkan kamarku dan beranjak menuju ruang tamu. Oppa tertuaku sedang menonton TV disana.
“Kau tidak memiliki jadwal atau kembali ke apartemenmu oppa?” sapaku.
“Eoh? Kau akan pergi?” tanya Seulong.
“Ah, nde. Sungyeol oppa mengajakku berkunjung ke dormnya. Dia bilang kalau ada pesta kecil-kecilan untuk merayakan comeback stage mereka hari ini.” Jelasku. “Bolehkah aku pergi?” tanyaku permisi.
“Ah, dengan Sungyeol rupanya?” ujar Seulong. “Mencoba membuka hati untuknya?”
“Anniyo oppa.” Elakku.
“Kalau benar begitu pun tidak apa, Raa-ya. Dia namja yang baik dan juga sopan.”
“Aku belum memutuskan bagaimana kedepannya, oppa. Aku hanya mencoba memperbaiki diriku agar bisa kembali seperti dulu saja.” Ujarku. “Bukankah kau yang mengatakan kalau aku harus bisa memberikan kesempatan pada orang lain?”
“Nde, lakukanlah sempampu. Satu pesanku, carilah kebahagiaanmu yang sesungguhnya. Kau pun ingin seperti aku ataupun Hyunsik bukan?”
*****
Shin ajjhuma menghampiri keduanya di ruang TV. Ia memberitahukan kalau ada yang menunggu Hyura di halaman depan. Hyura pun segera berpamitan dengan sang kakak untuk segera pergi, karena beberapa saat sebelumnya Sungyeol sudah mengirimkannya pesan yang memberitahukan kalau namja itu akan segera tiba di kediamannya.
“Oppa, aku pergi dulu. Annyeong.” Pamit Hyura. “Tolong beritahu eomma kalau aku pergi, ia sedang tertidur ketika aku ingin menemuinya di kamar tadi.”
“Nde, hati-hati dan jangan pulang larut malam.” Balas Seulong.
“Nde, oppa. Aku akan mengabarimu kalau aku pulang terlambat.”
“Nikmati waktumu, saengi.” Ujar Seulong mengantarkan sang adik sampai di balik pintu utama kediaman keluarga Im. Ya, mereka masih belum berani untuk mengenalkan identitas masing-masing. Hubungan dara yang terjalin diantaranya.
Hyura melangkahkan kakinya menemui Sungyeol yang sedang duduk di kursi taman kecil kediaman keluarga Im.
“Annyeong, oppa.” Sapa Hyura.
“Segera berangkat?” tanya Sungyeol.
“Nde.”
Keduanya pun memulai perjalanan menuju dorm Infinite dengan segera. Ini kali keduanya mengunjungi dorm yang beranggotakan tujuh orang namja dengan karakteristik yang saling berlawanan itu.
“Bagaimana kabarmu, oppa?” tanya Hyura membuka obrolan.
“Seperti yang kau lihat, Hyura-ya. Aku baik. Bagaimana denganmu?”
“Sangat baik, oppa.” Balas gadis itu. “Kau terlihat sedikit lebh kurus, oppa.” Komentar Hyura.
“Jinja?”
“Nde..”
“Ini demi tuntutan comeback kali ini, Hyura-ya dan juga..”
“Dan juga apa, oppa?”
“Drama yang kumainkan saat ini..”
“Ah, High School Love On?”
“Nde, dramaku dengan Woohyun. Kau menontonnya?”
“Nde, aku sempat menontonnya ketika aku pergi kemarin.” Balas Hyura.
Rasa bahagia mendadak menjalar di perasaan namja itu. Ia merasa senang bahwa selama keduanya tidak bertemu, tapi Hyura tetap mengingat dirinya. Buktinya, Hyura menonton drama yang dibintanginya bersama dengan Woohyun.
“Oppa, kudengar juga kalian akan segera menggelar konser musim panas kalian yang kedua. Apa itu benar?” tanya Hyura lagi.
“Bagaimana kau tahu?”
“Ah, aku sempat melihat teaser video milik kalian di channel youtube.” Jelas Hyura.
Senyum bangga itu kembali muncul di wajah tampan Sungyeol. Rasa percaya diri namja itu sebelumnya terbukti. Memang benar Hyura masih mengingatnya. Walaupun keduanya tidak saling berkomunikasi selama beberapa minggu.
“Oppa? Apa aku mengatakan sesuatu yang lucu? Kenapa kau tersenyum seperti itu?”
“Eooh? Anniyo.” Balas Sungyeol.
“Waeyeo oppa?”
“Anniyo. Gwenchana, Hyura-ya.”
“Waeyeo oppa? Apa ada yang salah dengan kata-kataku?” tanya Hyura bingung.
“Anniyo, Hyura-ya. Tidak ada yang salah.” Balas Sungyeol. “Ingin datang melihat konser itu? Aku akan melakukan penampilan solo di sana.”
“Hmm, sepertinya akan menyengangkan. Kapan oppa?”
“2 minggu dari sekaran. Rangkaian konsernya akan di mulai tanggal 7 Agustus nanti dan akan berakhir di tanggal 16. Kau bisa datang?”
“Akan ku usahakan, oppa. Aku akan segera kembali bekerja besok, semoga saja jadwal pekerjaannku memungkinkan untuk aku menyaksikan konser kalian itu.”
“Baiklah, konsep konser kali ini sangat berbeda. Datanglah, dan nikmati penampilan kami nanti.”
“Konsep yang berbeda?”
“Nde, vacation.”
“Ah, sepertinya seru. Baiklah, aku akan mengusahakannya.”
“Kabari aku kalau kau bisa ikut. Akan kuberikan kau tiketnya.” Ujar Sungyeol semangat. Ya, semangatnya bertambah. “Hmm, kita sampai. Ayo kita turun.” Ajak Sungyeol lagi ketika akhirnya keduanya tiba di dorm Infinite.
*****
“Oppa, aku ingin makan patbingso.” Ujar Sunhee manja pada sang kakak.
“Tunggu Sungyeol datang saja, Hee-ya. Kau pergi dengannya.” Ujar Sunggyu.
“Eiys, aku tidak ingin mengganggu waktunya dengan Hyura, oppa.” Tolak Sunhee.
“Kalu begitu minta antarkan Myungsoo saja.” Usul Woohyun.
“Aaaah, aku malas kalau harus pergi dengannya. Bukannya menemaniku, yang ada dia menyuruhku untuk pergi membelinya sendiri. Andwe..”
“Memang siapa yang mau menemanimu Kim Sunhee. Aku pun malas.” Seloroh L asal dari sofa.
“Oppa, kau lihat membermu itu bukan?” seru Sunheee asal.
“Lucunya kalian ini.” Ujar Jinhee.
“Mwo? Apa katamu? Lucu?” tembak Sunhee.
“Nde, melihat kalian dekat lagi seperti ini sebenarnya satu hal yang menyenangkan. Aku tidak menyangka kalau kalian bisa akrab lagi seperti ini walaupun sudah tidak menyandang status sebagai sepasang kekasih lagi.” Ujar Jinhee lagi.
“Jinhee-ya, sudah tidak perlu kita bahas lagi soal itu. lebih baik kita melihat mereka menjadi akrab seperti ini, bukan dibandingkan kita harus melihat mereka bertengkar dan membuat perang dingin setiap kali di dorm ini.” Lanjut Minji.
“Kekasihku ini pintar sekali. Kau benar sayang.” Ujar Sunggyu mencubit gemas pipi sang kekasih.
Tidak lama pintu dorm terbuka Sungyeol dan Hyura tiba.
“Calon pasangan baru kita datang.” Ujar Dongwoo asal.
“Kami tiba.” Ujar Sungyeol.
“Annyeong, Hyura-ya.” Sapa Sunhee hangat lalu memeluk gadis itu.
“Annyeong eonni.” Balas Hyura. “Annyeonghasseo oppa-deul, eonni-deul, Sungjong-ah.”
“Annyeong Hyura-ya.” Balas Sungjong ramah diikuti dengan senyuman hangat Minji dan Jinhee.
“Baiklah, Hyura sudah datang. Ayo kita mulai pesta kecil perayaan comeback Infinite kali ini.” Ujar Woohyun. “Yollie-ah, mana cake yang sudah kuminta?”
“Ohh. Kamjagya. Aku lupa membelinya, hyung.” Seru Sungyeol.
“Yak, Lee Sungyeol!!!” seru Woohyun.
“Ingatannya pastimelemah hyung. Konsentrasinya terpecahkan. Sudah kutebak bukan kalau pasti akan seperti ini.” Ujar Hoya.
“Mian, aku akan pergi sekarang membelinya kalau begitu. Chankaman.” Ujar choding prince itu.
“Ingin kutemani, oppa?” tawar Hyura. Secara tidak langsung yeoja itu merasa bersalah juga karena mungkin karena dirinyalah Sungyeol melakukan kesalahan itu.
“Gwenchana. Aku pergi sendiri saja.” Tolak Sungyeol halus. “Kau tunggu saja disini bersama dengan yang lain.”
“Tidak apa, oppa. Aku akan menemanimu.” Balas Hyura.
“Ya sudah, kajja.” Ajak Sungyeol.
Kedua anak adam yang mungkin kelak menjadi pasangan baru di Infnite itu pun kembali meninggalkan dorm untuk membeli cake di salah satu toko roti langganan mereka.
“Oppa, aku tolong belikan aku patbingso.” Seru Sunhee.
“Nde nona Kim.” Balas Sungyeol.
“Belikan di penjual pinggir jalan yang ada di pinggir sungai Han. Aku mau patbingso yang di jual disana.” Pinta Sunhee.
“Nde nona Kim. Arrasso.”
*****
“Arghhhh.” Teriak Minho di tepian sungai Han yang sudah cukup sepi.
Namja itu meluapkan semua emosinya, beberapa kali namja itu memukul cap mobil miliknya lalu berteriak. Semuanya ingin ia keluarkan. Teringat kembali bagaiman Hyura mengabaikannya tadi. Dan perkatan Sunmi padanya.
“Lepaskan Hyura. Biarkan ia memilih apa yang menjadi pilihannya. Dia hanya butuh waktu dan butuh kebahagiaan.”
“Argh...” Minho kembali berteriak.
“Lepaskan lagi kalau kau belum merasa puas, Minho-ya.” Ujar seorang yejoa menghampiri Minho di tepian sungai Han.
“Choi Minho, pabbo!!!” teriak Minho lagi lalu memukul-mukul bagian dadanya berkali-kali.
“Geumanhe, jangan menyiksa dirimu sendiri seperti ini.” Tahan sang yeoja. Digenggamnya tangan Minho lembut. “Aku tahu bagaimana rasa sesak yang kau rasakan. Tapi bukan dengan seperti ini.” Lanjut sang yeoja.
“Aku menyesal. Ini semua kesalahanku. Bahkan aku jauh lebih bodoh dibandingkan keledai yang tidak mungkin jatuh di lubang yang sama sebanyak dua kali.”
“Kau hanya perlu memulainya kembali, oppa. Tata dirimu kembali, tata keyakinanmu dan tata kembali kepercayaan Hyura padamu.”
“Jamshimanyo, Minhyuk oppa menelfonku.” Pamit sang yeoja.
Ya, yeoja yang tengah menemaninya adalah Krystal, mantan kekasih Minho dulu. Yeoja yang menemukannya di ruang latihan gedung SM dalam keadaan yang sangat buruk. Ia duduk terdiam di sudut ruang latihan. Krystal menyadari ada suatu hal yang tidak baik dengan mantan kekasihnya itu ketika keduanya berpapasan di lorong ruang latihan dan yeoja itu melihat Minho masuk ke dalam salah satu ruang latihan. Selesai dengan urusannya di perusahaan, Krystal mengecek keberadaan Minho di dalam ruang latihan tersebut, Minho masih disana dan dengan keadaan yang lebih buruk dibandingkan sebelumnya.
“Hyura-ya, nan bogoshippo.” Lirih Minho.
Namja itu semakin menyesali kesalahan yang telah di lakukannya. Mungkinkah ini konsekuensi yang harus di terimanya atas kesalahan yang diperbuatnya. Im Hyura, aku menyesal. Jangan buat aku seperti ini. Maafkan aku, Raa-ya.
“Menangislah kalau kau ingin menangis. Tidak ada salahnya bila seorang namja menangis kalau ia sudah tidak kuat untuk menahannya.” Ujar Krystal menghampiri kembali.
“Aku tidak tahu apa lagi yang harus kuperbuat.” Balas Minho.
“Ada aku, oppa. Kau bisa berbagi denganku.” Ujar Krystal lembut. “Ige..” tepuknya pada bahu mungil miliknya. “Kau bisa melepaskannya disini. Ingat dengan janji kita dulu, kita masih bisa saling berbagi dan tak perlu merasa sungkan.”
*****
Hyura dan Sungyeol berjalan santai sebentar di pinggir sungai Han setelah selesai membeli pesanan Sunhee. Patbingsoo kesukaannya dimana penjualnya hanya berjualan di malam hari dan hanya ada di tempat itu.
“Kim Sunhee. Kau ini.” Keluh Sungyeol.
“Gwenchana, oppa.” Balas Hyura.
“Kau tidak lelah?” tanya Sungyeol.
“Anniyo. Aku senang bisa menikmati suasana malam di pinggir sungai ini. Pemandangannya indah.”
“Bagaimana kalau lain kali kita kembali kesini. Sekarang kita harus segera kembali sebelum Sunggyu hyung menelfonku dan menceramahiku.”
“Nde, oppa. Kajja..”
Keduanya kembali ke area parkir yang masih berada di pinggiran sungai Han. Melewati beberapa mobil yang terparkir rapih disana. Namun suatu pemandangan menarik perhatian Hyura. Seorang yeoja dan namja yang amat dikenalnya sedang berpelukan di bawah sinar lampu taman. Di depan sebuah mobil range rover hitam yang dulu sering kali menjemputnya.
Kakinya mendadak lemas, pandangan mata gadis itu nyaris kabur. Perasaannya sesak. Baru tadi siang ia bertemu dengan salah satu diantaranya. Baru tadi siang ia diminta untuk mendengarkan sebuah penjelasan. Baru tadi siang..
“Hyura-ya, gwenchana?” tanya Sungyeol terkejut karena gadis yang bersamanya itu mendadak berhenti.
Kau tidak boleh seperti ini Im Hyura. Kau tidak boleh menangis. Kuat Hyura pada dirinya sendiri.
“Hyura-ya..” panggil Sungyeol.
Namja itu bingung dengan keadaan Hyura. Pandangan mata gadis itu tertuju pada suatu tempat dan tanpa menunggu instruksi, ia pun turut menyapu pandangannya. Mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya gadis itu lihat. Setelah mengetahui apa yang dilihat Hyura, Sungyeol paham mengapa gadis itu mendadak terdiam dan menghentikan langkahnya.
“Kajja, kita segera kembali ke dorm.” Ajak Sungyeol berani lalu memegang bahu Hyura lembut. Dirasakannya bahu gadis itu sedikit bergetar. Tapi, tanpa peduli apapun, ia melanjutkan langkahnya.
Ada aku Im Hyura. Ujar Sungyeol dalam hati. Sebuah janji sudah di ucapkannya. Ia akan berjuang untuk semua ini.
*****