home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > By Your Side

By Your Side

Share:
Author : khaiicheen
Published : 03 Sep 2015, Updated : 22 Aug 2017
Cast : SHINee - Minho Im Hyura (OC) Infinite - Sungyeol
Tags :
Status : Ongoing
4 Subscribes |10888 Views |9 Loves
By Your Side
CHAPTER 23 : Don't Distrurb Me

By Your Side

Part - 23

Author : tiararekha (@khaiicheen)

*****

Don't disturb me

"Selamat datang di apartementku nona Im Hyura.." ujar Sunmi menyambut kedatangan Hyura dan sang kekasih, Seulong.

"Jadi hanya dia yang kau sambut? Tidak padaku?" ujar Seulong jahil.

"Selamat datang juga untukmu." lanjut Sumi lalu memeluk Seulong hangat.

"Eiys, sepertinya aku akan menjadi pengganggu disini nanti." ujar Hyura.

"Jangan kau hiraukan oppamu ini. Dia selalu seperti itu kalau sedang berkunjung kesini." balas Sunmi lalu menggenggam tangan Hyura lembut. Menfajak gadis itu untuk masuk.

"Terima kasih eonni sudah mengijinkanku menginap disini sementara waktu." ujar Hyura.

"Gwenchana, saeng. Kau kan sudah seperti adikku. Anggap saja sedang berada di rumah sendiri." ujar Sunmi. "Aku mengantarkannya ke kamar dulu, jagi." pamit Sunmi.

"Nde, aku akan menyiapkan makan siang untuk kalian disini." ujar Seulong.

"Gomawo, oppa." balas Hyura.

Kedua gadis itu pun meniggalkan ruang tamu apartement Sumi dan berjalan menuju kamar tamu.

"Ingin tidur bersamaku atau sendiri di kamar tamu?" tawar Sunmi.

"Terserah kau mempersilahkanku untuk menginap dimana eonni. Bersama mu atau di kamar tamu pun aku tak masalah," balas Hyura.

Sesungguhnya ia tak ingin merepotkan siapapun kali ini. Tapi setelah berdiskusi dengan sang kakak, apartement calon kakak iparnya ini lah yang menjadi pilihan untuknya bersembunyi menghabiskan masa cutinya 2 minggu lagi.

"Baiklah, kau bisa menggunakan kamar tamu ini. Tapi kalau kau merasa tidak nyaman karena sendiri, datanglah ke kamarku." ujar Sunmi.

"Jeongmal gomawo, eonni." ujar Hyura lalu memeluk lembut tubuh semampai Sunmi.

"Cheonmaneyo, saeng." balas Sunmi. "Dia tak akan mencarimu sampai kesini."

Hyura tersenyum. Entah makna apa di balik senyuman yeoja itu. Yang Sunmi lihat hanyalah usaha keras yang coba di tunjukan gadis itu untuk menutupi rasa sakit yang masih harus di laluinya. Semalam Seulong menelfonnya, meminta bantuannya meperbolehkan putri bungsu keluarga Im itu untuk menginap sementara waktu di apartementnya. Ia pun langsung menyetujuinya. Tidak masalah baginya.

Flashback

"Jagi-ya, boleh aku minta bantuanmu?" tanya Seulong.

"Untuk? Katakanlah." balas Sunmi. "Masih perlu sungkan meminta bantuanku?"

"Anniyo. Bukan seprti itu."

"Katakanlah.."

"Aku ingin menitipkan Hyura padamu. 2 minggu ini eomma akan menemani appa pergi keluar kota untuk urusan perusahaan. Dan Minho saat ini sedang berada di rumah kami. Ceritanya panjang. Tapi aku ingin meminta tolong padamu untuk memperbolehkan Hyura menginap di rumahmu."

"Aah, arraso. Ajaklah ia kesini besok. Aku pun sedang tidak memiliki jadwal selama seminggu kedepan."

"Gomawo jagi."

"Cheonmaneyo mister Ong." balas Sunmi manja.

Flashback end

*****

Karena tak memiliki jadwal sampai besok siang, maka Seulong memutuskan untuk menemani kedua yeoja yang amat ia sayangi seharian itu. Sang ayah dan ibu sudah berangkat menuju salah satu negara di kawasan Asia Tenggara untuk memenuhi urusan pekerjaan menjelang siang tadi dan Minho pun sudah kembali ke rumahnya.

"Bagaimana kalau kita makan malam bersama malam ini. Aku akan mengajak Hyunsik dan Taeraa juga." usul Seulong.

"Sepertinya ide yang bagus. Sudah lama juga mereka tidak berkunjung kesini." ujar Sunmi.

"Call. Aku juga merindukan mereka, terutama Taeraa. Kami sudah lama tak bertemu." balas Hyura.

"Kau tidak merindukan oppamu?" tanya Seulong.

"Hmm, merindukan atau tidak ya? Sepertinya tidak." balas Hyura asal.

"Tidak boleh seperti itu, Raa-ya. Dia juga kan oppamu." ujar Sunmi.

"Bukannya seperti itu eonni, tapi kau tahu sendiri bukan? Hmm.." balas Hyura.

"Aku senang dapat melihat kau seperti ini lagi, Raa-ya. Im Hyura, adik bungsuku yang selalu ceria dan tersenyum. Tetap seperti ini, arrachi? Lupakan semua yang membuatmu gelisah dan sedih." ujar Seulong lembut, mengacak rambut sang adik dan mengecup pucak kepala sang adik singkat.

"Ada calon istrimu disini oppa." protes Hyura. Ia senang mendapatkan perhatian sang kakak sulung itu lagi, namun saat ini stastusnya sudah berubah bukan? Dan tunangannya memperhatikam mereka. "Eonni, mian." ujar Hyura.

"Gwenchana, saeng. Aku tidak cemburu melihatnya. Sungguh." ujar Sunmi.

"Baiklah, aku menelfon Hyunsik lebih dulu. Semoga saja ia tidak memiliki jadwal hari ini."

Hyura pun kembali menyibukan dirinya dengan kegiatan lain yang mampu membuatnya lupa dari segala kepenatannya. Sesekali mendengarkan musik sambil menikmati racikan jus dari berbagainmacam buah buatan Sunmi. Calon kakak iparnya memang tak hanya cantik, tapi juga pintar untuk masalah dapur. Sungguh keberuntungan berlipat bagi Seulong memilikinya.

"Eonni, berbahagialah dengan oppaku nanti. Aku bahagia melihat kalian seperti ini." ujar Hyura.

"Terima kasih banyak sayang. Semoga kau bisa cepat menemukan yang terbaik bagimu." balas Sunmi lalu memeluk singkat.

"Semoga saja eonni. Doakan yang terbaik untukku." balas Hyura.

"Doa kami selalu bersamamu."

Ponsel Hyura berbunyi, pesan masuk. Minho.

From : Minho oppa

Jigeum eodiya?

Kita perlu bicara.

Hyura baru ingat kalau ia mengirimkan pesan pada namja itu tadi pagi.

"Nugu?" Tanya Seulong setelah kembali.

"Eoh? Anniyo. Bukan siapa-siapa oppa." Balas Hyura lalu mengunci layar ponselnya dan meletakkannya.

"Minho?" Tebak Seulong. Hyura diam. "Kalau merasa semuanya terlalu sulit, tidak ada salahnya untuk mengatakan yang sebenarnya. Temui dia kalau kau ingin. Jangan memaksakan diri." Ujar Seulong lalu menggenggam bahu sang adik lembut.

Hyura menoleh. "Anniya, gwenchana. Aku harus konsisten bukan pada jalan yang telah kupilih. Aku pasti bisa melaluinya." Balas Hyura tersenyum. Ada keyakinan penuh pada senyuman itu.

"Aku tahu ini sulit untukmu. Tapi kalau memang ini pilihanmu, aku hanya bisa mendukung saja." Ujar Seulong kembali mengacak rambut sang adik.

"Aish, oppa. Kau suka sekali mengacak rambutku, tidak dirimu, Hyunsik oppa, ataupun..."

"Nugu? Minho?" Tanya Seulong asal.

"Molla. Sudah, lupakan." Balas Hyura.

"Senangnya melihat kalian seperti ini. Terkadang aku menginginkan memiliki adik yang bisa kuajak bersenda gurau seperti kalian tadi." Ujar Sunmi membawakan segelas minuman dingin untuk sang kekasih.

"Gomawo.." Ujar Seulong.

"Anggap saja aku adikmu, eonni. Bukankah nanti aku akan menjadi adikmu juga?" Balas Hyura riang.

"Nde, calon adik iparku yang manis." Ujar Sunmi. "Bagaimana Hyunsik dan Taeraa? Mereka bisa datang kesini?" Tanya Sunmi memastikan.

"Nde, Hyunsik bilang nanti selepas jam kerja Taeraa, mereka akan kesini." Jawab Seulong.

"Baiklah kalau begitu. Bagaimana kalau kita berbelanja lebih dulu? Ada beberapa bahan makanan yang sudah habis. Aku belum sempat berbelanja." Ajak Sunmi.

"Kajja.." Seru Seulong.

"Call, aku ikut. Tapi sepertinya aku akan menjadi nyamuk disana nanti." Ujar Hyura.

"Tenang saja. Seulong oppa saja yang akan kita jadikan nyamuk nanti. Eotthe?" Usul Sunmi.

"Geurae." Balas Hyura bersemangat.

*****

Minho POV

Dimana gadis ini? Pesan yang ku kirimkan tak kunjung dibalasnya. Dan aku pun tak berhasil menemuinya kemarin. Bahkan, walaupun aku sampai menginap di rumahnya, ia tak kunjung menemuiku. Tapi, apakah ia menemaniku saat aku tak sadarkan diri itu? Samar-samar memang aku mendengar suara khas miliknya. Suara yang amat sangat kurindukan untuk kudengar secara langsung.

Sesungguhnya, ada satu hal lain yang membuatku semakin gelisah saat ini. Soojung menelfonku semalam? Apa mungkin Hyura yang mengangkatnya? Anniyo, jangan sampai ia salah paham.

"Waeyo oppa?" Panggil Soojung di hadapanku sambil mengibaskan tangannya.

"Eoh? Anniyo.." Balasku.

"Kau terlihat sering melamun belakangan ini. Waeyo? Terjadi sesuatu? Ceritalah padaku." Ujarnya manja.

Jung Soo Jung, atau yang lebih kalian kenal dengan Krystal F(X) adalah hoobae paling dekat denganku di management kami. Sesungguhnya kami memang pernah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih beberapa tahun yang lalu. Beberapa tahun saat Hyura menghilang dariku. Tapi hubungan kami harus berakhir ketika skandal hubungan Jonghyun hyung dan aktris cantik Shin Se Kyung mencuat ke permukaan. Ya, kami memutuskan untuk berakhir sebelum terendus oleh media. Cukup Jonghyun hyung. Tidak pada member yang lain. Kami pun mengakhirnya dengan baik-baik, maka tak perlu heran kenapa hingga saat ini, hubunganku dengan Soo Jung masih baik-baik saja. Bahkan terkesan tidak pernah ada sesuatu diantara kami.

"Kalau kau memintaku menemuimu hanya untuk melamun seperti ini lebih baik aku kembali ke ruang latihan." Ujarnya lagi dengan ekspresi kesal yang sengaja di buatnya.

"Tidak usah seolah-olah berekspresi kesal seperti itu. Tanpa kau mengekspresikannya pun wajahmu memang sudah terlihat dingin." Balasku.

"Eiys, itu ciri khasku.."

"Ice Princes of F(x), seperti kakakmu, Ice Princes of GG?"

"Geurom, lalu kenapa kau mencariku kemarin?" Tanyanya.

"Hmm.. Mengenai berita tentang kita yang sempat terendus media.."

"Wae? Kau takut Hyura mengetahuinya?" Aku bingung harus menjawab apa. "Tapi sepertinya ia tidak mengetahuinya. Semalam kami sempat mengobrol."

"Mengobrol? Kau bertemu dengannya?"

"Anniyo."

"Lalu?"

"Ia yang menjawab panggilan telfonku di ponselmu. Ku kira kalian bertemu." balas Soojung. "Semalam ia bilang kau sedang tak berada di tempat, makanya ia yang mengangkat telfonnya. Memang ia tak memberitahukannya padamu?" Jelasnya lagi.

"Aah, begitu rupanya?"

"Kenapa nada bicaramu terdengar putus asa seperti itu? Kalian bertengkar?"

"Eoh? Anniyo. Kami baik-baik saja." Balasku.

"Kau yakin oppa?" Tanyanya lalu memiringkan wajahnya dan memperhatikanku dalam.

"Hmm.. Kenapa kau suka sekali memperhatikan orang lain seperti itu kalau sudah penasaran, Soojung-ie?"

"Anniyo. Hanya aku merasa ada yang kau sembunyikan saja. Kalian bertengkar? Ceritalah padaku." Ujarnya.

Sifat cerewetnya memang tidak berubah. Gadis di hadapanku ini sedikit banyak memang memiliki kesamaan sifat dengan Hyura. Terkadang keduanya sama-sama sangat cerewet. Tapi itulah yang membuatku menyukai mereka. Ya, hal itulah yang akhirnya membuatku memutuskan untuk berkencan dengannya dulu. Ketika itu Soojung sangat mirip dengan Hyura. Tapi Soojung terlihat lebih terbuka, ia selalu menyampaikan apa yang ia tidak suka dan apa yang dia suka. Tidak ada yang ia tutup-tutupi. Mungkin karena ia besar di LA. Tapi memang saat ini kesan itu agak sedikit berkurang, tuntutan image yang harus di bangunnya di depan publik.

"Lihat, sepertinya memang ada yang tidak baik. Kau kembali melamun." Ujarnya.

"Baiklah, aku memang tak pernah bisa menyembunyikannya darimu dan kau pun pasti akan selalu memaksa bertanya sampai aku mengatakan yang sebenarnya.."

"Aku tidak memaksa, aku hanya ingin kau membaginya saja. Dari dulu kau tak pernah berubah oppa. Selalu memendamnya sendiri. Seperti Jinki oppa juga." Ujarnya. "Wae?"

"Bantu aku menjelaskan pada Hyura mengenai semua ini. Kau bisa?"

"Sudah kutebak." Jawabnya. "Ia salah paham karena berita itu? Aish."

"Anniyo. Hanya membantuku menjelaskannya saja. Karena.."

"Karena apa?"

"Sebenarnya, aku dan memberku, kami menyembunyikan mengenai hubungan kita dulu. Yang ia ketahui hanyalah hubunganku dengan Hyerim dulu."

"Geundae oppa? Ada yang ingin kutanyakan juga padamu."

"Mwoga?"

"Apa alasanmu masih mempertahankannya dalam hubungan tanpa stastus ada hubungannya dengan ini semua? Traumamu untuk tak menyakiti perasaan yeoja yang kau sayangi lagi?"

Sungguh, ia terlalu mengenalku. "Molla.."

"Astaga, sudah kukatakan beberapa kali bukan? Oppa, aku ataupun Hyerim eonni tak pernah bermasalah dengan statusmu. Selama kau bisa menjaganya untuk tidak tercium media, itu semua akan baik-baik saja. Terlebih lagi, tidak akan terlalu menimbulkan kecurigaan kalau kau bersamanya. Kalian memang sudah sering bersama bukan?" Soojung terlalu mengenal diriku. Inilah kelebihannya. Dan hanya ia juga yang mengenal Hyerim dengan baik. "Minyoung eonni saja berani mempublikasikan hubungannya dengan Khun appa. Apa yang kau takutkan?"

"Molla, Soojung-ah. Aku.."

"Kau terlalu banyak berfikir oppa." Potongnya singkat. Tiba-tiba ia menegakkan wajahku dengan kedua tangannya. "Lihat aku. Kau yang menbgatakan bukan padaku kalau Hyura eonni lebih dewasa dibandingkan aku, ia lebih mampu mengatasi segala kekhawatiranmu. Aku yakin kalau ia juga pasti akan mampu menjalankannya." Lanjutnya.

"Geundae, semuanya sudah terlambat."

"Terlambat? Maksudmu?"

"Ia sudah memilih mundur dariku. Dan mencuatnya berita itu seakan semakin membuatnya jauh dariku."

"Lalu kau juga memilih untuk mundur?" Aku menggeleng. "Sepertinya juga ia sudah memiliki orang lain dihatinya."

"Nugu? Jongin?"

"Bukan."

"Aish, ini bukan dirimu sekali. Jinjja. Kenapa kau menyerah? Merasa bersalah? Choi Minho yang ku kenal adalah Choi Minho yang sangat kompetitif, memiliki ambisi yang kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Itu yang membuatmu bisa sampai pada tahap ini oppa. Tapi kenapa karena hal ini kau mudah menyerah?"

"Ini berbeda."

"Kalau kau merasa bersalah, minta maaflah padanya. Kalau kau menyukainya, katakan. Kalau memang ada yang bersaing denganmu untuk mendapatkan hatinya, bersainglah secara sehat." Ujar Soojung bersermangat.

Aku hanya mampu tersenyum. Sedikit banyak keresahanku berkurang dengan bertemu dengannya.

"Semangat oppa. Aku yakin kau pasti mampu. Kalian sudah lama saling mengenal. Kalian pasti sudah jauh lebih memahami satu sama lain." Ujarnya lagi.

"Gomawo Soojung-ie." Balasku mengacak rambutnya.

"Yaa, kau menghancurkan ikat rambutku, oppa." Keluhnya.

"Terima kasih banyak sudah sangat mengenalku."

*****

"Sepertinya senyum selalu mengembang di wajahmu sejak kembali dari liburan kita kemarin hyung? Menyenangkan bisa berlibur bersamanya?" tanya Sungjoong.

"Benarkah? Hanya perasaanmu saja mungkin. Aku biasa saja Jongie-ah." balas Sungyeol.

"Benar, kau memang seperti itu sejak kembali dari Busan kemarin. Aku saja sampai sedikit takut dengan senyumanmu seharian ini." keluh Woohyun bergidik ngeri.

"Biarkan saja dia seperti itu, Woo-ya, Jongie-ah. Selama itu tak mengganggu waktu bersantai kita. Dibandingkan kita harus melihat keanehannya dan tingkah kekanakannya. Lebih baik seperti ini bukan?" ujar Sunggyu dari atas alat treadmill yang dimiliki dorm itu.

"Hyung, tumben sekali kau berolah laga. Menyadari kalau staminamu sudah tak sebaik dulu karena faktor usia?" seloroh Hoya. Dan bisa di tebak, apa yang terjadi. Handuk yang sang lreader gunakan untuk menyeka keringatnya mendarat dengan mulus di wajah lewad dancer Infinite itu.

"Aish, hyung. Kau jorok sekali...!!!" protes Hoya.

"Aku berolahraga demi staminaku pada comeback stage besok. Aku tak ingin mengecewakan para Inspirit yang sudah menanti kita." balas sang leader.

"Arraso. Tapi tidak perlu sampai melepar ini ke wajahku bukan?" keluh Hoya.

"Sudah-sudah." tengah Dongwoo. "Ahbiya, Sungyeol-ah, apa kau mengajak Hyura ke comeback stage kita besok?"

"Aku sudah mengajaknya hyung, tapi ia belum membalas pesanku lagi." balas Sungyeol.

"Bagaimana kalau kita ajak Hyura dan para noona yang lain ketika kita comeback di Music Core saja, hyung? Setelah itu kita pergi bersama ke restoran orang tuamu, Sungyeol hyung. Sudah lama bukan kita tidak menemui abbonim dan eommonim." usul Sungjoong.

"Ah, sepertinya Hyura tidak akan ikut kalau kita mengajaknya ke Music Core." ujar Woohyun.

"Nde, benar. Hyura sempat mengatakannya juga padaku ketika liburan kemarin." balas Sungyeol,

"Wae hyung?" tanya Sungjoong bingung.

"Molla. Dia hanya mengatakan itu padaku. Ia tidak memberiathukanku alasannya."

"Ada alasan tertentu, Jongie-ah." balas Woohyun.

"Aah, begitu rupanya." ujar Sungyeol. "Geundae, chankam. Kenapa kau tahu alasannya tapi aku tidak, Woohyun hyung? Ia tidak memberitahukanku alasannya."

"Kau kan yang dekat dengannya, tanyakan padanya langsung." ujar Sunggyu.

"Dia tidak pernah memberitahukanku, hyung." ujar Sungyeol lemas.

"Itu artinya dia belum percaya padamu." ujar Hoya.

"Atu mungkin saja ia belum ingin memberitahukanmu, hyung. Jangan patah semangat." ujar L menyemangati partner in crime nya.

"Ya sudah, aku kembali ke kamar lebih dulu. Tubuhku mendadak lelah dan mengantuk." pamit Sungyeol.

"Ya sudah, istrirahatlah. Besok kita harus tampil prima bukan?" seru Dongwoo menyusul langkah Sungyeol masuk ke kamar mereka masing-masing.

*****

Sungyeol POV

Sedikit banyak apa yang Howon hyung katakan memang ada benarnya. Walaupun dari sekian banyak hal yang ia katakan, jarang sekali ada yang benar. Ya, kalian tahu bukan dia itu seperti apa? Suka sekali mengomentari kami. Tapi apakah memang Hyura belum percaya padaku maka masih banyak hal yang aku belum tahu dari dirinya?

Hubunganku dengannya memang semakin dekat sejak ia berkunjung ke set music video terbaru kami beberapa waktu yang lalu, dan juga setelah kami berlibur bersama kemarin. Ia tengah menikmati waktu libur yang di berikan perusahaannya setelah keberhasilan gelaran konser ketiga SHINee hampir sebulan yang lalu. Maka dari itu kami menjadi lebih sering bertemu belakangan ini. Tapi kali ini, aku yang jauh lebih sibuk dibandingkan dirinya. Persiapan comeback dan jadwal kami yang akhirnya membuatku menjadi sedikit memiliki waktu. Beruntungnya ia yang sedang lengang.

Kembali pada masalah kepercayaan. Apa yang Howon hyungbkatakan kembali berkelibatan di kepalaku. Apa yang di katakannya memang benar kali ini. Apa mungkin Hyura masih belum percaya padaku? Memang, setiap kali aku memintanya untuk bercerita kalau ia sedang terlihat murung, ia enggan menjawabnya. Terlebih kalau hal itu berhubungan dengan Minho. Ia selalu menghindarinya. Apa mungkin ia masih merasa tidak enak dengan pertengkaran kecil di parkiran dorm SHINee waktu itu? Tapi aku sudah mengatakan padanya kalau aku baik-baik saja. Entahlah.

Baru saja aku akan menghubungi Hyura, pintu kamarku terketuk.

"Masuklah, tidak kukunci." ujarku.

"Belum tidur?" tanya Woohyun hyung. Dialah yang mengetuk pintu kamarku tadi.

"Baru saja ingin memejamkan mata. Wae?"

"Aku ingin berbicara denganmu."

"Baoklah, katakan saja."

"Ini tentang Hyura." ujarnya.

Hyura? Ada apa dengan Hyura? "Wae?"

"Kau tahu kalau Hyura dan Minho sempat berselisih?"

Tunggu. Apa yang dimaksudnya adalah kejadian sebulan yang lalu? Aku memang tidak memberitahukan mengenai masalah ituada memberku. Aku tidak ingin ada kesalah pahaman terjadi diantara mereka.

"Anniyo. Wae?" balasku.

"Ya sudah. Lupakan saja." balas Woohyun. "Aku kembali."

"Chankam, hyung." tahanku. "Darimana kau mengetahuinya?"

"Tidak, sudah lupakan saja." balasnya.

"Arraso hyung. Aku mengetahuinya." ujarku akhirnya. "Bukan berselisih, lebih tepatnya ada kesalah pahaman diantara kami."

"Kami? Maksudmu?"

"Aku, Hyura dan Minho."

"Baiklah, kalau kau sudah mengetahuinya. Aku hanya ingin berpesan padamu, tolong jaga Hyura untuk saat ini. Selalu buat dia tersenyum dan jangan pernah membahas mengenai Minho di hadapannya." jelas Woohyun.

"Memangnya apa yang terjadi sebenarnya hyung?" tanyaku bingung.

"Mereka sudah berakhir, Yollie-ah. Mungkin ini keberuntungan bagimu untuk masuk dalam kehidupan Hyura. Tapi jangan memaksakan. Bantu ia lebih dulu menyusun kembali perasaannya yang terlanjur hancur." ujar Woohyun. "Apa maksud jelasku? Kau bisa menanyakannya pada Hyura nanti. Jangan memaksanya bercerita. Biarkan saja ia yang menceritakanya kalau memang ia ingin."

*****

"Bisa bertemu untuk hari ini, Hyura-ya?" Tanya Sungyeol dari sebrang telfon.

"Jigeum?" Balas Hyura.

"Anniyo. Tidak perlu sekarang. Siang ataupun sore nanti tidak masalah."

"Ah, akan kukabari lagi nanti oppa. Mian."

"Kau sedang sibuk? Sudah kembali bekerja?"

"Anniyo. Aku sedang tidak berada di Seoul. Mian."

"Memang kau sedang berada dimana?"

"Suatu tempat. Hmm, oppa.." Ujar Hyura.

"Nde, wae?"

"Bisa kita tidak saling berkomunikasi lebih dulu dalam beberapa hari kedepan?"

"Waeyo?"

"Anniyo. Aku hanya sedang butuh waktu untuk sendiri lebih dulu oppa."

"Kau ada masalah?"

"Anniyo. Hanya sedang ingin menenangkan diri saja. Nanti kalau sudah selesai, aku akan kembali menghubungimu." Balas Hyura.

"Berbagilah denganku.." Ujar Sungyeol.

"Anniyo. Aku baik-baik saja, oppa. Tak ada masalah apapun. Aku hanya sedang ingin beristirahat saja. Dan sedang tidak ingin di ganggu oleh siapapun."

"Ah, arraso. Mian kalau selama ini aku mengganggumu." Balas Sungyeol lemah.

"Bukan seperti itu oppa. Kau tak pernah mengangguku. Tapi.."

"Baiklah, aku mengerti. Selamat menikmati waktu istirahatmu. Annyeong." Pamit Sungyeol.

Suasana mendung sedikit mewarnai Sungyeol hari ini. Beberapa kali ia sempat melakukan kesalahan kecil ketika recording penampilan comeback stage mereka kali ini di panggung Music Bank. Walaupun tak terlalu mengganggu penampilan para member Infinite, namun hal tersebut sangat di rasakan oleh Woohyun. Seorang Sungyeol yang selalu memberikan fan service bagi para Inspirit dengan sifat cerianya, tapi kali ini ia tidak banyak melakukan hal itu.

"Terjadi sesuatu?" Tanya Woohyun menghampiri dengan segelas minuman dingin.

"Eoh? Gomawo." Balas Sungyeol. "Nan gwenchana."

"Kau yakin? Aku tidak melihat kau baik-baik saja."

"Besok kita akan memiliki jadwal pengambilan gambar pukul berapa?" Alih Sungyeol.

"Besok? Besok kita tidak memiliki jadwal shooting, Yollie-ah. Kau lupa?"

"Benarkah?"

"Waeyo? Kau terlihat baik-baik saja ketika berangkat tadi."

"Anniyo. Aku hanya sedang berfikir mengenai sesuatu saja."

"Mwo?"

"Hyung, apa aku memulai semua ini terlalu cepat?"

"Maksudmu?"

"Kedekatanku dengan Hyura, hyung."

"Aah. Tidak. Aku rasa semua berjalan biasa saja. Tidak terlalu cepat. Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku hanya terfikir tentang sesuatu mengenai semua ini. Kami memang sudah cukup lama saling mengenal dan menjadi akrab satu sama lain. Tapi aku merasa seperti masih ada yang ia tutupi dariku."

"Masih mengingat apa yang Howon katakan semalam?"

"Molla, hanya saja setelah ku fikirkan lagi, semua itu memang ada benarnya." Balas Sungyeol.

"Yaa, bukankah sudah kukatakan untuk tidak perlu terlalu mendengarkan itu. Jalani saja apa yang sudah berjalan selama ini. Aku sudah pernah mengatakan padamu bukan untuk dekat dengannya seiring berjalan dengan waktu. Tak perlu memaksakan, karena sesuatu yang dipaksakan akan berakhir menyakitkan."

"Aku ingat hyung. Hanya saja.." Ujar Sungyeol. "Geundae, terima kasiih atas kata-kata bijakmu itu. Aku tidak menyangka kau bisa sedewasa itu." sifat cerianya sudah muncul kembali.

"Yaa, Lee Sungyeol. Kau ini aneh." Seru Woohyun.

Anak ini memang tak bisa di tebak. Semuanya tergantung keinginannya. Tapi ini lebih baik dibandingkan ia diam seperti tadi. Sungyeol-ah, nan jinjja..! Ujar Woohyun dalam hati.

*****

2 minggu kemudian..

Bagaikan hilang ditelan bumi. Tidak ada satupun orang yang bisa menghubungi Hyura kecuali keluarganya. Hyura mengunci semua akses komunikasinya dengan orang-orang disekitarnya. Mengunci dalam artian tak pernah merespon bentuk komunikasi apapun yang dilakukan orang sekitarnya. Tidak pada rekan kerjanya di perusahaan, Infinite maupun SHINee. Ia membuat dirinya seakan benar-benar menghilang. Karena hanya itu yang mampu ia lakukan saat ini.

Saat ini yang Hyura ingin lakukan adalah menyendiri, menyegarkan pikirannya dan juga dirinya. Ia ingin menjadi dirinya yang dulu. Hyura yang ceria, bebas dan tak terbebani oleh apapun. Walaupun terkadang ia merindukan pekerjaannya dan orang-orang di sekitarnya. Intinya adalah, Hyura ingin kembali menjadi Im Hyura yang seperti dahulu, seperti waktu ia belum memulai semuanya. Itu yang ingin dilakukannya sekembalinya ia pada dunia kerjanya lagi. Tidak ada lagi urusan perasaan yang mengganggunya.

Berbagai pesan masuk pun berdatangan pada ponsel gadis itu, tapi sekali lagi. Jangankan membukanya, ketika notifikasi pada ponselnya muncul saja Hyura langsung menghapusnya semua. Biarlah itu semua tersimpan manis saja dalam ponselnya. Ia tak berniat untuk membalasnya, anniyo, bahkan membacanya saja ia enggan. Sudah dapat dipastikan nama Minho lah yang mendominasi pesan masuk pada ponsel gadis itu, permintaan maaf, menanyakan keberadaan dan sebagainya. Namja itu terus berusaha untuk mencari keberadaan Hyura. Tapi tak satupun yang mendapat balasan dari gadis itu. Segala macam cara pun telah dilakukannya, tapi hasilnya tetap sama saja. Nihil. Hingga akhirnya ia melakukan cara yang sebenarnya sangat diluar logika untuk dilakukan olehnya. Tapi dirasanya itu adalah cara terakhir yang bisa ia lakukan saat ini.

Ada nama lain lagi yang juga cukup banyak berada di dalam kotak masuk gadis itu, Sungyeol. Ya, walaupun pada akhirnya tidak pernah mendapatkan balasan apapun dari Hyura, namun setiap pesan penyemangat yang dikirimkan oleh namja itu selalu dibaca oleh Hyura. Sungyeol menyadari posisinya. Ia tidak ingin mengganggu Hyura dan menghargai permontaan gadis itu, namun rasa penasaran dan rindu tersuratnya pada gadis itu tidak bisa menahan hasratnya untuk berkirim pesan padanya. Dan tanpa sadar, semua pesan itu memberikan suatu bentuk penyemangat tersendiri bagi Hyura.

*****

Seulong POV

Aku merasa ada yang mengikutiku belakangan ini. Sebuah mobil audi hitam yang tak ku kenal sbeberapa kali ku lihat selalu mengikuti pergerakanku. Siapa dia? Dan ada perlu apa?

Pengemudi mobil itu mengenakan topi, kacamata dan masker hitam untuk menutupi wajahnya. Siapa dia? Itu yang terus berputar dalam pikiranku. Apa aku memiliki masalah dengan seseorang? Tapi seingatku tidak.

Ini sudah kali kesekian ia mengikutiku. Yah, sepertinya ada yang ingin dicari tahu si pengemudi tersebut dari diriku. Tapi apa?

*****

Seminggu sudah bertambah waktu yang menyiksa Minho demi menunggu dan mencaritahu keberadaan Hyura. Tidak ada informasi yang berguna yang ia dapatkan hingga saat ini. Tidak habis akal, Minho memilih untuk mengikuti Seulong secara diam-diam. Ini adalah cara terakhirnya untuk mencari tahu. Sudah beberapa hari belakangan, dengan meminjam mobil milik Siwon, ia mendatangi kediaman keluarga Im dan mulai mengikuti Seulong menjalankan aktivitasnya.

Entah keyakinan darimana yang ia dapatkan, ia meyakini dirinya bahwa Seulong mengetahui dimana keberadaan Hyura. Ia yakin. Karena setiap kali Minho menghubunginya, namja itu seringkali menghindar darinya. Berbeda dengan Hyunsik.

"Hyung, mian sampai aku bersikap seperti ini. Tapi, aku hanya butuh jawaban dimana Hyura berada." Ujar Minho lalu menyalahkan mesin mobil yang dikemudikannya dan mulai mengikuti pergerakan Seulong.

Hari ini sendiri, Seulong memang memiliki jadwal latihan dengan group nya 2AM di perusahannya dan akan melanjutkan perjalanan menuju apartemen sang kekasih untuk menemui sang adik. Minho pun dengan kesabaran penuh menunggu setiap aktifitas Seulong dan mengikuti kemanapun pergerakan namja bertubuh jangkung itu. Hingga tiba saatnya Seulong selesai dengan jadwal latihannya dan beranjak pergi dari perusahaan.

Sejak beberapa hari Minho mengikuti Seulong, beberapa kali Seulong terlihat mendatangi sebuah apartemen dan berdiam disana cukup lama. Bahkan terkadang sampai tengah malam.

"Siapa yang hyung kunjungi sampai selarut ini?" Ujar Minho sambil menunggu.

Tapi kali ini, di waktu yang masih sore, Seulong hanya datang ke kawasan apartemen tersebut dan terlihat menjemput dua orang yeoja. Seorang yeoja yang sudah Minho kenali sebagai Sunmi, kekasih Seulong. Ia mengenali Sunmi dari tinggi badan dan gaya khas gadis itu yang sering Minho lihat. Dan seorang gadis dengan postur tubuh yang sangat dikenalnya. Hyura.

Yaa, yeoja yang di jemput oleh Seulong adalah Sunmi dan Hyura. Suatu kelegaan yang dirasakan oleh Minho ketika ia bisa melihat Hyura baik-baik saja dan ada di depan matanya. Walaupun ia tak bisa menyapanya, tapi Minho senang bisa melihat gadis itu biarpun dari kejauhan.

"Kajja, kita makan malam di luar saja kali ini." Ajak Seulong.

"Nde, kajja oppa. Aku pun sudah lapar." Balas Hyura.

"Aigo, kenapa adik bungsuku menjadi sedikit lebih manja kali ini?" Tanya Seulong.

"Biarkan saja, jagi. Bukankah lebih baik Hyura seperti ini. Ia lebih menjadi dirinya." Tambah Sunmi.

"Eiys, oppa. Aku hanya ingin menikmati waktuku bersama kalian saja. Lusa aku sudah harus kembali bekerja, dan mungkin akan sulit untuk mendapatkan perhatian dari kalian seperti ini lagi." Ujar Hyura.

"Baiklah. Apapun yang ingin kau lakukan, lakukanlah." Balas Seulong.

Ketiganya memilih makan malam di tempat makan di kawasan pinggiran sungai Han. Makan di mobil-mobil kaki lima yang ada disana. Hyura yang memintanya, karena ia bosan kalau harus makan di restoran. Minho pun terus mengikuti pergerakan Seulong dan kedua gadis itu.

Selesai menuntaskan makan malam, ketiganya memilih untuk berjalan santai di pinggiran sungai Han. Tentunya dengan sedikit penyamaran bagi Seulong. Bermodalkan kacamata hitam dan masker, namja itu menemani kedua gadis yang disayanginya itu menikmati pemandangan malam dan sejuknya angin malam di pinggir sungai.

"Eonni, terima kasih sudah menjagaku selama 2 minggu ini." Ujar Hyura memeluk hangan tubuh semampai Sunmi.

"Cheonmaneyo sayang. Aku senang ada kau di tempatku. Ada yang menemaniku berbagi cerita setiap kali selesai beraktivitas." Balas Sunmi.

"Oh, jadi kau tidak senang kalau aku yang menemanimu?" Potong Seulong.

"Anniyo. Bukan seperti itu maksudku. Tapi, memiliki adik perempuan memang menyenangkan. Kau tahu bukan kalau aku memang ingin sekali memiliki adik perempuan?" Ujar Sunmi.

"Eiys oppa. Kenapa kau kekanakan sekali." Ledek Hyura. "Aku juga kan adikmu, eonni. Anggap saja aku adikmu."

"Tentu sayang, aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri. Senang dan bahagia memiliki kalian." Ujar Sunmi.

"Oppa, ayo kita pulang sekarang. Aku harus merapihkan barang-barangku sebelum kembali besok." Ajak Hyura setelah puas berjalan-jalan.

"Sudah cukup?" Tanya Seulong. Hyura mengangguk.

"Baiklah, ayo kita pulang sekarang." Ajak Sunmi. "Kau juga akan menginap bukan?" Tanya Sunmi.

"Nde, aku akan menginap di tempatmu agar besok aku tidak perlu datang lagi." Balas Seulong.

Ketiganya pun kembali ke area parkir dimana Seulong memarkirkan BMW putih miliknya. Namun ketika berjalan menuju area parkir Seulong kembali melihat mobil audi hitam yang mengikutinya tadi. Ia sempat ingin menghampirinya namun Sunmi lebih dulu mengajaknya untuk berjalan menuju minimarket terdekat.

"Hyura-ya, kami ke mini market dulu sebentar. Kau menunggui di mobil saja. Tidak apa, kan?" Tanya Sunmi.

"Nde, eonni. Gwenchana." Balas Hyura lalu meminta kunci mobil milik Seulong.

Hyura pun kembali melanjutkan langkahnya menuju mobil Seulong. Sebuah mobil menarik perhatian Hyura. Audi Hitam yang dikenalnya. Mobil milik Siwon. Tapi ia tidak melihat ada Siwon di sekitar mobil tersebut. Hanya ada seorang namja di balik kemudi yang menutup wajahnya dengan masker dan kacamata hitam. Dan itu pun bukan sosok Siwon yang dikenalnya.

Ketika Hyura hendak menghampirinya, sang pengemudi terlihat panik dan segera menyalahkan mesin mobilnya dan meninggalkan area parkir tersebut. Mencurigakan pikir Hyura.

*****

Minho POV

Entah dimana nyali dan keberanianku. Aku tidak ingin turun dari mobil ini dan hanya melihatnya dari dalam mobil. Aku takut, aku takut jika ia marah dan menghindar bila melihatku. Aku sadar. Kesalahan ini memang sudah terlalu jauh dan aku pun menyesalinya. Hyura-ya, mian.

Setelah menunggu dan melihatnya dari kejauhan, ia kembali menuju parkiran bersama Seulong hyung dan Sunmi noona. Sepertinya, Seulong hyung menyadari keberadaanku. Tapi untungnya, Sunmi noona mengajaknya pergi dan hanya meninggalkan Hyura sendiri untuk menuju mobil miliknya. 

"Hyura akan melewati mobilku ini.  Semoga saja ia tak mengenali mobil Siwon hyung ini." Ujarku dalam hati. Aku lupa, kalau Hyura sudah pernah beberapa kali menggunakan mobil ini ketika aku menjemputnya dulu. Aish, Choi Minho. Pabbo..!!

Benar dugaanku, sepertinya ia mengenali mobil ini. Ia menghampiriku, tapi aku takut kalau ia mengetahui ini aku. Maka, kuputuskan saja untuk segera pergi dari sini. Setidaknya, aku sudah tahu dimana keberadaan gadis itu.

"Hyura-ya, terima kasih untuk tetap baik-baik saja. Aku senang masih bisa meilihatmu, walaupun itu dari jauh."

*****

Sebulan sudah Hyura menghabiskan liburan yang diberikan perusahaan kepadanya. Dan, 2 minggu penuh ia beristirahat tanpa diganggu oleh siapapun. Menghilang sepenuhnya dari dunia yang biasa memberikannya warna.

"Besok waktu liburku sudah selesai. Terima kasih banyak untuk tumpangannya selama 2 minggu ini. Jeongmal gomawo, eonni." Ujar Hyura berpamitan pada Sunmi.

"Cheonmaneyo, Hyura-ya. Aku senang dengan keberadaanmu selama ini. Aku senang memiliki teman berbagi setiap kali aku pulang beraktifitas." Balas Sunmi.

"Gomawo jagi-ya." Ujar Seulong lalu memeluk sang gadis dan mencium puncak kepalanya.

"Aku tidak pernah keberatan menerima kehadiran kalian. Seringlah berkunjung kesini setelah ini." Balas Sunmi.

"Baiklah, kalau begitu kami pulang dulu. Annyeong, eonni." Pamit Hyura.

Seulong dan Hyura pun melangkahkan kakinya meninggalkan apartement sang kekasih untuk mengantarkan adiknya pulang ke rumah mereka.

Namun tanpa disangka, sebuah Range Rover hitam yang sudah sangat Hyura kenali ada di pelataran parkir gedung apartemen Sunmi. Sosok pengemudi di baliknya adalah sosok yang sejujurnya Hyura rindukan belakangan ini. Sosok yang ia rindukan dan juga ia hindari.

“Raa-ya..” panggilnya.

***** 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK