home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > By Your Side

By Your Side

Share:
Author : khaiicheen
Published : 03 Sep 2015, Updated : 22 Aug 2017
Cast : SHINee - Minho Im Hyura (OC) Infinite - Sungyeol
Tags :
Status : Ongoing
4 Subscribes |10888 Views |9 Loves
By Your Side
CHAPTER 22 : The Secret

By Your Side

Part – 22

Author : tiaraekha (@khaiicheen)

*****

The Secret

Minho POV

Kemana Hyura? Kemana dia? Semua itu berkelibatan dalam pikiranku seminggu belakangan ini. Ia tak bisa dihubungi. Benar-benar hilang dari duniaku. Tidak bisa kutemui di kantor ataupun di rumahnya. Beberapa kali aku sudah mengunjungi rumahnya, namun hasilnya tetap nihil. Menghubungi Seulong hyung dan Hyunsik pun tak memberikanku jawaban dimana kebaradaannya. Im Hyura, jinjja.

To : Hyura

Kemana kau, Raa-ya?

Tolong hubungi aku kembali..

Tolong balas pesanku kalau kau menerimanya..

Im Hyura, jangan terus mengabaikanku seperti ini

SEND

Entah harus berusaha seperti apalagi? Aku benar-benar tidak bisa berfikir jernih karena ini.

*****

"Hyung, ige mwoya?" Seru Taemin ketika ia sedang mengecek ponselnya.

"Waeyo?" Tanya Key.

"Ige.."

'SHINee Minho and F(X) Krystal was had a relationship'

Headline berita itulah yang muncul di salah satu portal berita online malam ini. Sebuah berita yang sebenarnya membahas mengenai hubungan antara Minho dan Krystal yang pernah mereka jalin dahulu. Hubungan yang sengaja ditutup rapat dari Hyura dan juga publik.

"Mwoya? Kenapa hal ini kembali dibahas?" Respon Jonghyun yang juga melihat berita yang sama di ponselnya.

"Cepat panggil Minho di kamarnya." Perintah Key.

"Hyung kan sedang berada di rumah orang tuanya." Balas Taemin.

"Apa mungkin ia sudah mengetahu hal ini?" Tanya Jonghyun.

"Maksudmu, hyung?" Tanya Taemin.

"Hyura?"

"Semoga tidak. Jangan sampai ia mengetahui hal ini. Kita sudah mencoba menutupinya selama ini." Ujar Key.

"Dan hanya menceritakan mengenai Hyerim." Lanjut Jonghyun.

*****

Sungyeol dan keenam member Infnite yang lain mengajak Hyura untuk pergi berlibur bersama ketika mereka menyempatkan waktu untuk makan malam bersama selepas shooting MV Back beberapa hari yang lalu. Alasannya adalah untuk menemani ketiga gadis para member Infinite, Sunhee, Jinhee dan Minji. Walaupun sebenarnya ada alasan lain yang memang direncanakan oleh sang  choding prince, Lee Sungyeol.

Dan untuk memenuhi ajakan Sungyeol pergi bersama ketujuh member Infinite dan pasangan mereka -sebelum group asuhan Woolim entertaiment itu kembali disibukan dengan jadwal comeback- Hyura sudah menunggu di salah satu cafe di bilangan Hongdae, menunggu Sungyeol dan yang lainnya menjemput.

"Jigeum eodiya?" Tanya Sungyeol dari sebrang telfon.

"Sudah di cafe. Kalian sudah berangkat?" Balas Hyura.

"Sudah, sebentar lagi sampai. Tapi yang lain sudah berangkat lebih dulu, kita akan berangkat bersama dengan Sunhee. Gwenchana?"

"Gwenchana. Lebih baik ada Sunhee eonni bukan?"

"Apakah tidak nyaman kalau hanya pergi berdua denganku?"

"Anniyo, oppa. Bukan itu maksudku. Tapi lebih baik bukan kita mengajaknya. Aku juga ingin menemaninya."

"Baiklah, tunggu aku. Sebentar lagi kami sampai."

Hyura menunggu kedatangan Sungyeol dengan menyibukkan dirinya pada ponsel. Foto-foto yang ada di galeri miliknya kembali membuka ingatan dan kerinduannya pada para member SHINee, terutama Minho. Hyura sadar, perasaan ini pasti akan muncul secara sadar atau tidak. Tapi semua harus di laluinya. Semua masih dalam proses.

"Kalian tahu, Minho oppa benar-benar pernah menjalin hubungan dengan Krystal eonni. Couple mengenai MinYul selama ini hanya settingan untuk menutupi semua kebenaran berita itu." Ujar salah satu pengunjung cafe tempat Hyura menunggu. Seorang gadis yang masih berseragam sekolah.

"Jinjja?" Tanya gadis lainnya di meja yang sama.

"Nde, kau tidak tahu? Sebenarnya ini sudah berita lama. Hanya saja baru terungkap sedikit demi sedikit belakangan ini." Lanjut gadis lainnya. “Kalau kalian tidak percaya, coba kalian baca ini.”

"Tapi aku setuju dan mendukung kalau mereka benar-benar menjalin hubungan. Mereka sangat cocok. " Komentar gadis lainnya lagi.

Minho oppa dengan Krystal? Apakah apa yang kudengar ini adalah benar? Tapi, apakah memang mungkin benar? Selama ini aku tidak pernah mendengar mengnai hal itu dari para member ataupun Minho oppa sendiri. Yang kutahu, hanya Hyerim eonni, teman kuliahnya dulu yang pernah menjadi yeojachingu Minho oppa.

Aish, apa yang kau fikirkan Im Hyura? Sudah-sudah, itu semua hanya rumor. Lagipula, memang apa urusannya kembali dengan dirimu bila semua itu memang benar? Minho adalah masa lalumu, Raa-ya. Sudaah, jangan fikirkan dan dengarkan semua itu. Semangat Hyura pada dirinya sendiri.

*****

"Annyeong eonni.." Sapa Hyura ketika memasuki BMW merah milik Sunhee. Gadis bermarga Kim itu sudah duduk manis di kursi sebelah driver.

"Annyeong, Hyura-ya.." Balas Sunhee ramah.

"Kita langsung berangkat?" Tanya Sungyeol.

"Nde, kajja. Tuan hamster leadermu itu udah membombardirku dengan pesan yang menanyakan kita sudah berada dimana." Ujar Sunhee.

"Eiys, itu kan oppamu." Balas Sungyeol.

"Tapi itu leadermu. Entah darimana sifat cerewetnya itu muncul?" Decak Sunhee.

Satu kebahagiaan bagi Hyura sudah bisa melihat Sunhee kembali tersenyum dan kembali pada dirinya yang dulu. Kim Sunhee, yeoja ceria yang Hyura kenal dulu. Membuat Hyura sedikit tenang, karena hubungannya dengan Sunhee sudah kembali normal, tidak terhalang dengan jarak yang sempat tercipta kerena masalah beberapa waktu yang lalu.

"Hyura-ya, kau sudah dengar rumor mengenai Minho dan Krystal F(X) yang muncul semalam?" Tanya Sunhee spontan.

"Eoh?" Balas Hyura.

Sungyeol refleks menepuk tangan Sunhee. Memberi kode untuk tidak membahas mengenai Minho, terlebih rumor yang memang sedang beredar sejak semalam. Woohyun sudah berpesan padanya untuk tidak sampai membahas hal tersebut. Key yang memintanya. Walaupun Hyura meminta kepada para member Infinite untuk tidak memberitahukan keberadaannya, tapi Woohyun tetap memberitahu mengenai Hyura kepada Key. Hanya Key yang menyimpan informasi itu sendiri, karena sesungguhnya ia khawatir dengan keadaan Hyura yang menghilang dari mereka saat ini.

"Lupakan apa yang Sunhee katakan, Hyura-ya. Kita bersenang-senang saja hari ini." Ujar Sungyeol.

"Geurae, gwenchana oppa." Balas Hyura.

Sesungguhnya, berita itu memang kembali meracuni pikiran Hyura. Apa ini semua memang benar? Ini sudah kali kedua ia mendengarnya.

*****

"Noona, sudah lihat ini?" Tanya Minho lalu menyerahkan ponsel miliknya pada Minji.

"Nde, aku sudah melihatnya sejak semalam." Balas Minji. "Apa ini alasannya?"

"Noona mengerti bukan?" Minji menggelengkan kepalanya. "Baiklah, ini alasan utamaku mengapa aku tidak bisa mengakuinya pada Hyura."

"Maksudmu? Ini kan sudah lama berlalu, dan Hyura sendiri juga tahu kalau kau memang dekat dengan Krystal."

"Noona, ini semua tidak semudah itu."

"Kau yang selalu mempersulit keadaanmu, Minho-ya. Aku dan Jonghyun oppa pun pernah mengalami hal yang sama. Ia juga sempat takut dengan hubungannya bersamaku karena cerita masa lalunya dengan Se Kyung. Tapi, kami mencoba memahami satu sama lain." Ujar Minji. "Kau takut kalau Hyura mengetahui itu semua? Atau kau masih menyayangi Krystal?" Tembak Minji.

"Kau tahu siapa yang kusayangi noona. Tapi aku hanya takut semua cerita masa laluku ini akan membuatnya kecewa. Terlebih lagi kita semua memang menutupinya dari Hyura. Aku juga tidak ingin kalau hubungan Hyura dan Krystal menjadi renggang kalau ia mengetahui mengenai ini." Jelas Minho.

"Jalan pikirmu terlalu sempit, Minho-ya. Hyura, ia bukan gadis yang seperti itu. Walaupun aku mengenalnya baru setahun belakangan ini, tapi dia bukan yeoja yang akan mencampurkan urusan pribadinya dalam pekerjaan. Dan ia juga tidak mudah untuk membawa semua ini menjadi beban perasaannya. Kau sudah jauh mengenalnya dibandingkan diriku, aku yakin kau jauh lebih mengenal dirinya dibandingkan aku."

"Tapi noona.."

"Jadi, bukan alasan Hyerim yang menjadi ketakutanmu. Alasan ini juga termasuk?"

Minho mengangguk.

"Aku tidak mau ia terluka kalau sampai mendengar ini semua setelah kami berkencan. Maka aku memilih untuk terus bersikap seperti ini kepadanya."

"Bersikap seperti ini sampai ia menginggalkanmu dan tak mampu untuk menunggumu lagi?" Tanya Minji.

"Maksudmu?"

"Kau cukup pintar untuk mengartikan semuanya." Balas Minji. "Aku tahu apa yang kau rasakan. Tapi kurasa Hyura memang tidak akan bersikap seperti itu, buktinya dengan Jongin saja ia masih berteman baik sampai saat ini. Dan ketika kami menceritakan mengenai Hyerim padanya dulu, ia tetap berada di sampingmu. Tidak banyak menanyakan mengenai Hyerim dan tidak mempermasalahkannya. Satu hal yang aku ingat dari responnya saat itu, 'Setiap orang punya masa lalunya sendiri dan kita hidup untuk dimasa sekarang. Bukan di masa lalu.' Itulah Hyura yang ku kenal dengan segala keberanian, keyakinan dan kedewasaannya."

"Noonaa.."

"Tapi kurasa saat ini semuanya sudah terlambat, Minho-ya. Lepaskan saja ia agar ia bahagia dengan hidupnya. Jangan lanjutkan lagi semuanya ini. Kau tahu bukan, apa yang kau tebar itulah yang kau tuai. Mungkin ini hal yang harus kau terima dari semua sikapmu padanya selama ini. Aku tidak bermaksud jahat padamu, tapi hanya memberitahumu kalau inilah kenyataan yang harus kau hadapi saat ini."

*****

Suasana liburan singkat Infinite berjalan cukup menyenangkan. Walaupun sebenarnya, ada sesuatu yang mengganjal pada pikiran Hyura. Rumor itu. Sudah, jangan terlalu kau fikirkan mengenai dirinya. Lupakan Im Hyura. Lupakan. Ujar Hyura dalam hati.

Selesai berjalan-jalan di sepanjang pantai di daerah pinggir pantai Busan, Hyura memilih duduk santai di taman belakang villa tempat mereka menginap. Menikmati semilir angin yang bertiup membuat Hyura sedikit banyak menjadi lebih tenang dari semua kegelisahannya.

"Boleh aku duduk disini?" Tanya Sungyeol lalu menyelimuti tubuh Hyura dengan selembar kain tipis.

"Eoh? Gomawo oppa." Balas Hyura. "Silahkan, duduklah." Lanjut gadis itu lalu menepuk tempat kosong di sebelahnya.

"Tidak merasa dingin berada disini sendirian?"

"Anniyo. Aku menikmatinya. Ini menyenangkan."

"Geotjimal. Disini dingin." Balas Sungyeol berpura kedinginan.

"Hmm, tidak oppa. Ini nyaman." Balas Hyura. "Kalau kau merasa dingin, kau pakailah ini." Lajutnya lalu melepas kain yang Sungyeol berikan sebelumnya.

"Anniyo. Aku hanya bercanda nona Im."

"Eiys, kau membohongiku?"

"Tidak, aku hanya menjahilimu."

Senyum pun kembali mengembang di wajah Hyura. Senyuman yang Sungyeol tunggu muncul secara alami di hadapan namja itu.

"Hyura-ya.." Panggil Sungyeol.

"Nde oppa. Wayeo?" Jawab Hyura lalu menengok pada namja itu.

Sungyeol menatap manik mata yeoja di hadapannya dalam. Menatap pasti tanpa keraguan. "Kalau kau sedang merasa sulit dan butuh seseorang yang kau ajak bercerita, ceritlah padaku. Aku akan mendengarkanmu." Ujar Sungyeol pasti.

"Eoh?" Hyura terkejut. "Geurigo.."

"Waeyo?"

"Anniyo."

"Tidak romantis ya? Maaf, aku selalu gagal untuk hal seperti itu."

Hyura tertawa. Tawa renyah milik gadis itu. "Anniyo. Kau lucu oppa." Balas Hyura.

"Ah, mian.."

"Gwenchana. Tapi terima kasih sudah mau berada di dekatku dan bersedia untuk mendengarkanku."

"Cheonmaneyo."

"Tapi mungkin, untuk saat ini belum waktunya. Nanti, kalau sudah waktunya pasti aku akan becerita kepadamu."

"Baiklah, aku akan setia menunggu waktu itu datang nona Im."

Hyura tersenyum. "Geundae, oppa. Kau lebih terlihat romantis dengan segala sikap asli yang ada pada dirimu. Dengan sikap ceriamu dan segala hal alami yang muncul dari dirimu sendiri. Tak perlu untuk merubah suasana menjadi romantis. Karena itu memang bukan dirimu sekali." Lanjut gadis itu.

Aksi menjahili satu sama lain pun muncul di antara keduanya. Tak jarang Sungyeol mengacak rambut Hyura asal dan juga mencubit pipi chubby gadis itu. Hyura selalu kalah cepat dengan gerakan tangan namja di hadapannya. Tapi dengan begini, sedikit banyak perasaannya menjadi lebih tenang.

*****

Layaknya sebuah keluarga besar yang sedang berlibur, keenam member infinite -kecuali L yang memang tidak ikut karena ada jadwal reading untuk drama terbarunya- beserta kelima gadis yang ikut dengan mereka, Hyura, Sunhee, Minji, Jinhee dan Jiae -adik Jinhee- tengah mempersiapkan makan malam.

"Eonni, apalagi yang bisa aku bantu?" Tanya Jiae pada keempat gadis lainnya.

"Buatkan minuman saja untuk para oppamu disana itu." Ujar Sunhee. "Tapi jangan mengerjai salah satunya, ya." Lanjutnya.

"Benar. Jangan buat aku malu dihadapan mereka karena sikapmu." Sambung Jinhee.

"Arraso." Balas Jiae. "Hyura eonni, mau membantuku?"

"Aku? Baiklah. Lagipula pekerjaanku juga sudah selesai. Kajja." Balas Hyura.

Hyura dan Jiae pun melangkah menuju lemari pendingin. Mengambil beberapa buah jeruk yang sempat mereka beli dalam perjalanan dan beberapa botol air dingin untuk menambahkan kesegaran dalam minuman yang akan mereka buat. Hyura memotong jeruk-jeruk yang ada di hadapannya sebelum memeras sari pada buah bewarna orange tersebut. Sedangkan Jiae, gadis itu tengah mengambil beberapa gelas untuk menyajikan minuman segar itu.

"Ada yang bisa kubantu?" Ujar Sungyeol menghampiri.

"Eoh? Anniyo. Kau duduk saja bersama yang lain. Ini semua sudah hampir selesai. Hanya tinggal menunggu Jiae membawa gelasnya." Balas Hyura.

"Yaak, Lee Sungyeol. Belum puaskah kau menghabiskan waktu kalian di pinggir pantai tadi?" Sindir Hoya.

"Kalau belum memang kenapa hyung?" Balas Sungeyol tak mau kalah.

"Oppa, sudah." Ujar Hyura lembut.

"Setiap ada yang bermesraan selalu berkomentar. Apa tidak ada hal lain yang bisa dikomentari?" Seloroh Jiae dengan nampan yang penuh dengan beberapa gelas.

"Sini kubantu, Jiae-ya." Ujar Sungyeol.

"Gomawo oppa." Balas Jiae.

"Yaaak, kauu.." Protes Hoya.

"Hyung, kau juga yang memulainya." Ujar Sungjoong gemas.

"Sudah, hentikan pertengkaran diantara kalian ini. Dan kau Howon-ah, bisa tolong hentikan sikap protesmu itu?" Ujar sang leader.

Akhirnya Hoya memilih diam dan mengalihkan pandangannya pada TV yang sedang menyala, menyiarkan siaran ulang salah satu acara musik.

"Selamat menikmati minumannya. Semoga kalian tak kecewa dengan rasanya." Ujar Hyura menghidangkan minuman jeruk racikannya bersama dengan Jiae.

"Gomawo, Hyura-yaa." Balas Dongwoo.

"Ini menyegarkan." Komentar Woohyun.

"Kau pintar juga membuat ini, Hyura-ya, Jiae-ah." Ujar Sunggyu.

"Im Hyura, jjang." Lanjut Sungeyol.

Sebuah suara yang sudah sangat Hyura kenal menelusup dalam indera pendengarannya. Suara salah satu member group asuhannya. Minho. Acara yang Hoya putar adalah Music Core, acara yang dimana Minho lah salah satu MCnya. Hyura refleks menengok pada layar televisi yang memang sedang menampilkan wajah tampan Minho, close up.

"Sepertinya akan seru jika nanti saatnya kita comeback di acara ini. Back stage interview, kau akan bertemu dengannya, Yollie-ah." Ujar Hoya asal.

"Eiys, memang ada apa diantara mereka oppa?" Interupsi Sunhee dari arah dapur.

"Anniyo. Pasti akan seru saja." Balas Hoya singkat, namun di saat yang bersamaan pun sebuah bantal sofa sudah mendarat di punggung namja yang bertubuh paling atletis itu.

"Hyuuung.." Seru Hoya megetahui Sunggyu lah sang tersangka pelempar bantal.

"Bisa hentikan sikap protesmu?" Ujar Sunggyu membulatkan matanya.

Hyura pun beranjak dari posisinya, dengan masih memegang nampan yang baru saja di gunakannya, gadis itu mencengkram erat gagang nampan yang dipegangnya. Mencoba menahan emosi yang bergejolak dalam perasaannya. Ia tak menyangka, semua sesulit ini. Lebih sulit pada proses menuju akhirnya dibandingkan ketika berbicara dengan Minho langsung waktu itu.

"Hyura-ya, eodiga?" Tanya Woohyun.

"Ke kamar sebentar oppa. Ada yang ingin kuambil." Balas Hyura tanpa menengok sedikitpun.

"Hyura-ya, waeyo?" Tanya Sungyeol panik.

"Gwenchana, oppa." Balas Hyura lalu tetap melanjutkan langkahnya.

"Biar aku yang bertemu dengannya." Tahan Sunhee lalu mengikuti langkah kaki Hyura menuju kamar mereka.

*****

Hyura menutup pintu kamar lembut. Mencoba menutupi emosi yang kembali bergemuruh di hati dan perasaannya. Ia melangkah menuju tempat tidurnya, mengambil tas miliknya yang terletak di sudur tempat tidur lalu mengeluarkan sesuatu dari dalamnnya.

"Aku tidak tahu semuanya akan terasa sesulit ini. Walaupun aku menghilang darimu, tapi hanya aku yang menghilang. Tidak pada dirimu. Sulit menghilangkan bayanganmu, oppa. Kau selalu muncul ketika aku merasa sudah mulai mampu melakukannya." Ujar Hyura memperhatikan foto antara dirinya, Minho, kedua oppanya dan pasangan mereka.

Foto yang diambil ketika mereka berlibur di pulau Nami. Foto yang awalnya Hyura simpan dengan harapan dan doa kalau saja, ketiga pasangan yang ada di dalam foto itu memang akan menjadi pasangan dalam keluarganya. Ya, harapan dan doa yang perlahan-lahan mulai ia coba hilangkan dari perasaannya.

Pintu terdengar diketuk, "Hyura-ya, boleh aku masuk?" Tanya Sunhee dari luar.

"Eoh? Silahkan eonni." Balas Hyura lalu menyeka sedikit air mata di ujung mata mungilnya dan memasukan foto yang baru saja di lihatnya ke dalam dompet miliknya lagi.

Sunhee pun masuk, melangkah hati-hati menghampiri gadis itu.

"Gwenchana?" Tanya Sunhee.

"Eoh? Nde, nan gwenchana eonni." Balas Hyura.

"Kau habis menangis?"

"Aa.. Anniyo.." Bohong Hyura.

"Jinjja?" Hyura mengangguk pasti.

"Tersenyumlah dan nikmati liburan bersama kami ini. Itu yang Onew oppa minta padaku." Ujar Sunhee polos.

"Jinki oppa?"

"Eoh? Ah, mian. Aku memberitahukan padanya kalau kau sedang liburan bersama dengan kami." Ujar Sunhee menyesali kelancangannya. "Tapi aku sudah memintanya untuk tidak memberitahu member yang lain."

"Kalian sudah kembali berkomunikasi satu sama lain?" Tanya Hyura.

Kali ini senyum mulai mengembang di wajah cantiknya.

"Hmm, seperti itulah. Tapi belum lama kami kembali berkomunikasi. Aku mencoba membuat diriku sendiri nyaman dengan apa yang kurasakan. Tidak menjaga jarak pada orang-orang yang peduli denganku. Seperti yang kau lakukan pada Sungeyol oppa. Aku tahu, ini bukan salahnya. Mereka tidak bersalah. Mereka adalah sisi lain yang mampu menjaga dan membuat kita tersenyum. Bukankah begitu?" Jelas Sunhee.

"Gomawo eonni. Terima kasih banyak sudah mau kembali dekat dengan leader kami. Karena kaulah yang mampu membuatnya selalu tersenyum." Balas Hyura.

"Aku hanya mencoba saja, Hyura-ya. Seperti dirimu. Dan aku pun sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kau dengan Minho." Ujar Sunhee. "Aku tidak bisa mengatakan kalau itu pilihan yang benar atau tidak. Tapi pada intinya, kau memang harus memutuskan. Dan menjalankannya setelah itu memang sulit, namun itu adalah proses yang harus dilalui. Aku juga merasakannya, Hyura-ya."

"Terima kasih banyak eonni. Kita jalani ini semua bersama. Saling berbagi ceritalah. Proses ini memang sulit, tapi kurasa kau dan aku akan mampu melewatinya."

"Pasti. Kita akan mampu." Semangat Sunhee.

*****

Hyura dan Sunhee pun akhirnya kembali menuju ruang makan setelah Minji memanggil keduanya untuk bergabung. Makan malam sudah siap. Suasana makan malam pun dipenuhi dengan tawa dan celotehan para member yang saling membuka aib satu sama lain. Dan Sungyeol serta Woohyun lah yang paling bersemangat diantara yang lain, serta tak jarang memancing death glare dari sang leader, karena ia lah korban keduanya. Senyum dan tawa pun mengembang di wajah kelima yeoja yang ada di antara keenamnya itu.

"Oppa, aku ingin mengganti warna rambutku menjadi pirang. Eotthe?" Tanya Sunhee ketika kesebelasnya sudah kembali ke ruang tamu dan menikmati kehangatan malam bersama.

"Ingin menyamai warna rambut Myungsoo, Hee-ya?" Tanya Dongwoo.

"Mwoya?" Balas Sunhee terkejut.

"Nde, Myungsoo hyung akan mengganti warna rambutnya menjadi pirang juga dalam waktu dekat ini, noona. Tuntutan untuk peran di drama terbarunya." Jelas Sungjoong.

"Tapi mungkin setelah kami melakukan comeback stage beberapa kali." Balas Sungyeol.

"Baiklah, aku tidak jadi mengganti warna rambutku kalau begitu." Balas Sunhee.

"Ubah menjadi lebih kecoklatan saja eonni. Kurasa kau akan pantas dengan warna rambut baru yang seperti itu." Usul Hyura.

"Sepertimu?" Tanya Sungyeol.

"Anniyo, mungkin lebih terang sedikit oppa." Balas Hyura.

"Sepertinya ide yang bagus." Ujar Minji. "Oppa, kalau aku juga ikut mengganti warna dan model rambutku, eotthe?" Tanya Minji manja dalam senderan bahu sang kekasih.

"Kau akan tetap terlihat cantik, jagi." Ujar Sunggyu memancing ledekan dari para membernya.

Sejenak Hyura kembali teringat dengan moment yang hampir serupa ketika ia dan keluarga kecil para member SHINee tengah berkumpul bersama. Pikiran bawah sadarnya yang menuntunnya kembali mengingat moment-moment itu. Setelah berbicara dengan Sunhee tadi, pikiran Hyura menjadi jauh lebih tenang dan terang. Ia tidak perlu memaksakan, yang ia perlu lakukan hanyalah tetap berada di jalan yang telah dipilihnya. Semua itu wajar bila kembali muncul, ia hanya perlu menguatkan diri saja.

"Eonni, aku sudah mengantuk. Aku pamit ke kamar lebih dulu." Ujar Jiae yang memang sudah terlihat beberapa kali menguap.

"Dasar anak kecil, di jam seperti ini saja sudah mengantuk." Ujar Hoya asal.

"Mwo? Anak kecil? Kau fikir kau sudah dewasa?" Balas Jiae tak mau kalah.

"Sudah-sudah, Jiae-ya. Kalau kau mengantuk, istirahatlah." Ujar Sungyeol bangkit dan menghentikan perdebatan kecil antara kucing dan tikus yang ada di hadapannya ini.

"Nde, istirahatlah." Ujar Jinhee lalu bangkit.

"Eodiya?" Tanya Woohyun.

"Mengantar Jiae sebentar, oppa." Balas Jinhee.

Ada suatu rasa yang muncul dalam perasaan Hyura. Ia mulai nyaman berada diantara keluarga para member Infinite ini. Semoga ini semua bisa memberikan kebahagiaan baginya. Dan, selalu ada harapan dalam setiap doanya..

*****

Sebuah pantai dengan pasir putih dan deru ombak yang cukup bersahabat menemani Minho yang tengah menikmati waktu santainya. Menutup matanya untuk menikmati sapuan angin pantai yang menyejukan.

"Oppa.." Panggil sebuah suara, ia menoleh.

"Nde.." Balasnya lalu menatap si pemilik suara. Gadis cantik berbalut dress putih selutut dengan bandana pita menghiasi rambutnya. Cantik.

"Ayo kita jalan-jalan. Aku bosan kalau hanya duduk-duduk saja disini.." Ujar gadis itu lalu mengulurkan tangannya pada Minho, membantu namja itu bangkit.

"Geurae, kajja." Balas Minho.

Keduanya pun saling bergandengan tangan, menyusuri bibir pantai dengan semilir angin yang berhembus. Sesekali Minho menarik gadis yang ada di sampingnya itu dalam pelukannya, saling menatap satu sama lain, bercanda dan membelai lembut puncak kepala gadis itu. Sesuatu yang sangat romantis, yang mampu membuat siapapun yang melihatnya iri.

"Kajja, ikut aku.." Ujar Minho, menarik tangan gadis itu. Ia melangkah lebih dulu.

Diam.

Tak ada gerakan langkah maju yang di lakukan sang gadis.

"Wae? Kenapa tidak melangkah maju bersamaku? Kau lelah?" Tanya Minho lagi.

Tetap tak ada jawaban. Sang gadis hanya terlihat lesu dengan tatapannya lalu melukiskan segaris senyum yang terlihat sedikit dipaksakan lalu berubah lepas. Ekspresi yang membingungkan bagi Minho.

"Wae?" Tanya Minho lagi semakin erat menarik tangan gadis itu.

"Nde, aku lelah oppa. Biarkanlah aku disini. Aku ingin menyudahinya saja." Balas sang gadis.

Bingung, itulah yang ada di benak Minho. Ada apa dengan gadis di hadapannya ini. Sejak mereka bersama tadi, tak ada raut lelah di wajahnya. Mereka bahagia, mereka bersenang-senang.

"Ini semua tinggal sedikit lagi, hanya tinggal beberapa langkah lagi sebelum kita sampai kesana." Ujar Minho menunjuk sebuah villa yang ada di pinggir pantai.

"Kau saja yang pergi oppa. Aku disini. Percuma saja kita sampai disana. Kau hanya akan mengajakku sampai depan pintu saja. Kau tak akan pernah mengajakku masuk." Lanjut sang gadis.

Ada apa ini? Ada apa dengan gadisnya? Batin Minho.

"Hyura-ya, wae?" Tanya Minho semakin bingung.

"Oppa, pergilah. Kalau kau ingin kesana, pergilah. Aku disini saja. Aku menyerah." Balas sang gadis lalu mulai melangkah mundur.

"Raa-ya, eodiga?" Tanya Minho semakin bingung. Gadis itu, Hyura, ia memilih membalikan badannya, melepaskan genggaman tangannya dan melangkah ke belakang.

"Aku hanya mampu untuk berada sampai disini oppa. Terima kasih telah mengajakku. Tapi aku cukup sadar diri, aku takkan pernah kau perbolehkan masuk kedalamnya." Ujar Hyura lembut, berbalik menghadap Minho dan tersenyum manis. Senyuman perpisahan.

"Raa-yaa, kajjimaa.." Ujar Minho berulang kali saat tubuh gadis yang ia sayangi itu lambat laun semakin menghilang. Tak ada bayangannya lagi. Hanya tersisa ia dan sunyi sepi suasana pinggir laut. Ia menangis.

"Hyung.." Panggil sebuah suara. "Minho hyung, irrona. Waeyo?" Panggil sang maknae.

"Minho-ya, irrona.." Panggil Jonghyun.

"Hyura-ya, kajjima.." Seru Minho lagi.

"Hyung, eotthoke?" Tanya Taemin panik.

"Minho-ya, uri flaming charisma Choi Minho, irrona.." Ujar Key akhirnya.

Kali ini ketiganya tengah berada di ruang tamu dorm mereka. Sejak ketidak beradaan Hyura diantara mereka, sejak gadis itu menghilang, Minho selalu tidur larut dan tak pernah tidur di kamar miliknya. Ia selalu tertidur di sofa ruang tamu. Selalu berharap kalau saja Hyura datang ke dorm mereka dan dia lah orang pertama yang menyambutnya.

"Hyura-ya, kajjima.." Seru Minho lagi. Lagi dan lagi, hanya itu yang munculdari bibirnya. Hanya nama itu.

"Kibum-ah, cobalah kau tanyakan kembali pada Woohyun. Apa dia bertemu dengan Hyura. Minta Hyura kesini, temui Minho. Aku kasihan melihatnya yang seperti ini." Ujar Jonghyun.

"Aku tidak bisa melakukannya hyung. Cukup kita mengetahui keberadaannya saja. Ini sudah perjanjian kita bukan, tidak mencampuri urusan mereka." Balas Key.

"Tapi, hyung.." Keluh Taemin. "Kasihan Minho hyung kalau seperti ini terus. Ia benar-benar kehilangan Hyura." Lanjut Taemin.

"Ku kembalikan pada kalian, kalau Naeun dan Minji di posisi seperti Hyura, kalian masih akan berfikir seperti sekarang? Bukan aku bermaksud jahat, tapi biarlah Minho merasakannya kali ini. Kita tidak bisa selalu membenarkan apa yang dia lakukan." Balas Key. "Sudah, biarkan saja dulu seperti ini. Kalau memang sudah di luar batas, baru mungkin aku akan bertindak."

"Hyung.." Panggil Taemin. Ia serba salah.

*****

"Terima kasih sudah mengajakku dalam liburan kalian. Terima kasih banyak." Ujar Hyura berpamitan pada Sungyeol, Sungjong dan Sunhee yang ada di dalam mobil.

"Nde, cheonmaneyo, Hyura-ya. Jangan kapok untuk ikut berlibur bersama kami." Balas Sungjoong ramah.

"Nde, Jongie-ah." Balas Hyura.

"Ya sudah, kami akan segera pergi kembali Hyura-ya. Beristirahatlah kalau kau merasa lelah." Ujar Sungyeol tersenyum.

"Benar, istirahatlaah dan jangan kau angkat panggilan telfon namja satu ini kalau dia mengganggumu." Ujar Sunhee jahil. "Ingat kata-kataku. Ini semua butuh proses." Lanjutnya.

"Gomawo, eonni." Balas Hyura.

"Baiklah, kami pergi. Istirahat dan jangan lupa hubungi aku kalau kau butuh sesuatu." Sambung Sungyeol.

"Hyung, kau kan tadi menyuruhnya untuk istirahat. Tapi sekarang memintanya menelfonmu. Kau ini bagaimana?" Tanya Sungjoong.

"Yaa, Lee Sungjoong." Protes Sungyeol.

"Ya sudah oppa. Kalian cepatlah kembali. Kalian pun butuh istirahat bukan? Cuaca juga sedikit gelap." Ujar Hyura menengahi.

"Baiklah, kami pamit Hyura-ya." Ujar Sunhee.

Dari kejauhan, sesosok namja terlihat sedang memperhatikan percakapan itu dibalik kemudi range rover hitam miliknya. Gemuruh dalam perasaannya menggolak emosinya. Cemburu dan tak menyangka dengan apa yang di lihatnya. Hal yang hampir serupa. 

Sepeninggal mobil yang baru saja meninggalkan Hyura, Minho keluar dari mobil miliknya dan menghampiri Hyura yang baru saja hendak untuk membuka pintu gerbang rumahnya.

"Hyura-ya.." Panggil Minho pasti.

Hyura mendadak terdiam. Kakinya terasa kaku ketika telinganya sudah berhasil mencerna siapa pemilik suara yang memanggilnya. Minho. Gadis itu pun berusaha untuk membuka gerbang pintu rumahnya secepat mungkin. Sebisa dan semampunya ia ingin menghidar. Jangan sampai ia menatap mata namja itu. Kalau itu terjadi, semua ini percuma saja.

Namun sayang, langkahnya terlambat, tanggan kokoh Minho sudah lebih dulu menggenggam pergelangan tangan mungilnya.

"Kajjima. kita perlu berbicara." ujar Minho.

"Mian, aku lelah. Aku ingin beristirahat. Kita bicara lain waktu." Balas Hyura sekuat dirinya tanpa menoleh sedikitpun pada Minho dan melepaskan genggaman tangan namja itu.

"Hyura-yaa.." Panggil Minho.

Tanpa menoleh sedikit pun, Hyura memilih segera masuk kedalam rumahnya. Menutup pintu dan beranjak menuju kamarnya di lantai 2. Kamar yang masih mampu Minho lihat dari posisinya saat ini. Tanpa pantang menyerah pun, Minho mencoba menghubungi gadis itu. Tapi, tak pernah ada balasan.

Hyura mengunci pintu kamarnya perlahan. Berbalik dan terduduk lesu dibaliknya.

*****

Hyura POV

"Kenapa ia harus muncul? Kenapa?" Pertanyaan itu yang muncul di dalam kepala dan perasaannku.

Aku tidak ingin menangis, tidak mau menangis lagi untuk Minho oppa. Tidak, semuanya sudah cukup. Aku harus bisa melakukannya. Harus. Tapi, sekali lagi terkadang logika dan perasaan tak pernah bisa sejalan. Perasaanku membuat langkah kakiku menghampiri jendela kamarku.

Ia masih ada disana. Minho oppa masih berdiri di depan pintu gerbang. Apa yang harus kulakukan? Menemuinya atau? Anniyo. Im Hyura, jangan hancurkan apa yang sudah kau lakusan sampai sejauh ini.

Ponsel ku bergetar. Panggilan dari Minho oppa. Haruskah aku mengangkatnya? Aku kembali melihat dirinya dari celah jendela kamarku. Ia terlihat berbeda dari terakhir kali kami bertemu. Ia lebih kurus.

"Oppa, mian. Aku sudah memilih dan tolong jangan goyahkan pilihanku kali ini." Ujar Hyura lirih.

*****

Hyura pun memilih untuk menutup tirai jendela kamarnya. Mematikan lampu kamarnya lalu memilih mengistirahatkan tubuhnya. Berharap Minho pun menyerah untuk menemuinya.

Sejam kemudian, suara gemuruh angin dan petir menderu di langit kota Seoul. Membuat Hyura terbangun dari tidurnya. Suara-suara itu menelusup pada indera pendengaran Hyura dan membuat gadis itu kembali pada kesadarannya. Ia meraih ponselnya yang masih berada dalam mode getar. 10 panggilan tak terjawab. Minho.

Hyura bangkit dari posisi tidurnya, mengambil kaca mata yang ada di meja kecil di samping tempat tidurnya lalu mengikat rambutnya asal. Ia masih mencoba menghubungiku? Pikir Hyura. Nalurinya menuntunnya menuju jendela kamarnya, ia kembali mengintip keadaan di luar melalui jendelanya. Masih ada mobil Minho di pelataran parkir komplek rumahnya, tapi tidak ada orang di dalamnya.

"Hyura-ya.." Panggil seseorang dari luar kamarnya.

"Ah nde, tunggu sebentar." Balas Hyura lalu beranjak menuju pintu kamarnya. "Oppa, wae?"

"Ikut aku sebentar.." Ajak Seulong.

"Ada apa oppa?"

Tak ada jawaban. Seulong hanya mengajak sang adik menuju kamarnya.

"Ada apa sampai harus ke kamarmu oppa? Kenapa tidak di kamarku saja?"

"Masuklah, eomma menunggumu di dalam.." Ujar Seulong.

Hyura pun melangkahnkan kakinya menuju kamar sang kakak. Sesosok tubuh yang sangat Hyura kenali berbaring di atas tempat tidur sang kakak. Dengan bibir sedikit membiru karena kedinginan, tubuhnya menggigil, dan rambutnya basah. Nyonya Im terlihat sedang mengompres kening namja muda di hadapannya itu. Namja itu kehilangan kesadarannya.

"Oppa.." Lirih Hyura. Langkah kakinya mendadak beku.

"Wae?" Tanya Seulong.

"Aku sudah bertemu dengannya tadi, tapi.." Bisik Hyura tertahan.

"Ya sudah, ceritakan padaku nanti. Sekarang temui dia." Ujar Seulong merangkul tubuh sang adik dan mengajaknya menghampiri Minho.

"Raa-ya, kesini." Ujar nyonya Im.

"Eomma.."

"Gantikan aku mengompresnya. Aku akan menyiapkan bubur lebih dulu untuknya nanti." Balas nyonya Im lalu meninggalkan kamar sang putra.

"Geundae eomma.."

"Aku minta tolong padamu."

Hyura bingung. Haruskah ia melakukannya? Di satu sisi perasaannya ingin sekali membantu sang ibu merawat namja di hadapannya ini, ia merasa bersalah dengan apa yang terjadi sebenarnya. Seandainya saja..

Hyura menggelenglkan kepalanya. Ini bukan kesalahannya. Ia sudah meminta Minho meninggalkannya. Tapi ia tak meminta Minho menunggu juga. Namun, di sisi lainnya, logikanya meminta untuk membiarkan saja Minho seperti itu, tinggalkan kamar itu dan tak perlu perduli dengannya saat ini.

*****

"Kami menemukannya sudah terduduk lemas dengan tubuh yang menggigil ketika kami sampai tadi." Ujar Seulong. "Kau tidak mengetahui kalau Minho datang, Raa-ya?"

"Oppa.." Ujar Hyura lirih.

"Mian. Arasso. Tapi bukankah kau bisa menemuinya walaupun sebentar saja?"

"Seandainya aku mampu oppa. Geundae.." Bulir air mata mulai mengalir di wajah manis putri bungsu keluarga Im itu.

"Geurae. Uljimayo. Kau sendiri bukan yang mengatakan tidak ingin menangis lagi untuk masalah ini?" Tanya Seulong menghampiri sang adik dan merengkuhnya dalam pelukannya.

"Apakah aku salah melakukan ini?"

"Anniyo. Ini bukan kesalahan. Setiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing."

"Geundae oppa, melihatnya seperti ini.."

"Gwenchana. Tapi lakukanlah permintaan eomma. Sebelum ia curiga dengan hubungan kalian. Kau tak ingin eomma mengetahuinya bukan?" Tanya Seulong. "Dan mungkin ia akan sadar sebentar lagi." Ujar Seulong menenangkan.

"Semoga saja, agar aku bisa cepat tenang dan meninggalkannya lagi. Tolong antarkan ia pulang nanti, oppa."

"Arraso."

Tidak lama setelah itu, Seulong meninggalkan kamarnya, meninggalkan Hyura dengan Minho hanya berdua saja. Ada sedikit perasaan bersalah bagi sulung dari tiga bersaudara itu. Tapi, ini adalah hal yang harus dilalui sang adik dan ia yakin kalau Hyura akan mampu melewatinya.

Dengan telaten dan penuh perhatian, Hyura berulang kali mengganti handuk untuk mengompres kening Minho. Berharap demam namja itu bisa segera reda dan ia bisa kembali ke kamarnya. Kali ini ia sedikit mengkesampingkan egonya, walau bagaimanapun ia tak bisa meninggalkan Minho begitu saja. Ini juga sedikit kesalahannya. Ya, sedikit.

"Raa-ya.. Kajjima.." Seru Minho di tengah ketidak sadarannya. "Raa-ya.. Kajjima.." Lanjutnya lagi.

Hyura mendadak terdiam. Perasaannya panas, perasaannya mendadak merasa bersalah dan ia nyaris menangis.

"Raa-ya.. Kajjima.." Minho terlihat gelisah di balik mata terpejamnya.

"Oppa.." Ujar Hyura lirih tanpa suara.

"Raa-ya, kajjima.. Tolong kembali.." Ujar Minho lagi lebih jelas.

Hyura pun akhirnya menggenggam tangan Minho lembut. Mengusap punggung tangan namja itu. Hanya itu yang mampu ia lakukan untuk menenangkan kegelisahan namja di hadapannya yang masih belum sadar. Tapi hal itu juga yang membuat kegelisahan di hatinya bertambah. "I'm here oppa. Tenanglah." Ujar Hyura pelan.

Keadaan Minho mulai membaik. Demamnya sedikit menurun dan ia tak segelisah sebelumnya. Hyura pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya, meninggalkan Minho yang mungkin akan sadarkan diri sebentar lagi. Ia tak mau bertemu dengan Minho ketika namja itu sadar nanti. Tapi langkah kakinya tertahan ketika mendengar bunyi panggilan masuk, bukan pada ponsel miliknya, melainkan milik Minho. Awalnya Hyura ingin mengabaikan panggilan telfon itu, karena bukan urusannya. Ia tak mau lancang. Tapi panggilan itu terus berulang hingga beberapa kali, pasti ada yang penting.

Hyura meraih ponsel Minho yang sudah di letakan di atas meja kecil di dekat tempat tidur. Soo Jung-ie :). Nama itu yang terpampang di layar ponsel Minho. Soo Jung-ie, manis sekali. Sesak, itu yang Hyura rasakan. Haruskah aku mengangkatnya?

"Yobboseo.." Ujar Hyura.

"Hyura eonni?" Tanya Krystal.

"Ne, naya. Waeyo? Ingin berbicara dengan Minho oppa?"

"Nde, ia menelfonku tadi. Dan juga menelfon manager oppa. Bisa bicara dengannya?" Ujar Krystal manis.

"Minho oppa sedang tidak di tempat. Ia meninggalkan ponselnya. Ada pesan untuknya? Nanti biar kusampaikan, Soo Jung-ah.."

"Aah, arraso. Baiklah, katakan saja padanya untuk menelfonku lagi nanti. Gomawo eonni."

"Cheonmaneyo, Soo Jung-ah." Ujar Hyura.

Panggilan terputus. Hyura hendak meletakan kembali ponsel milik Minho pada tempatnya. Tapi, wallpaper ponsel namja itu menarik perhatian Hyura. Foto selca keduanya setahun yang lalu di Pulau Jeju lah yang menjadi wallpapernya. Sedikit menyesakan.

*****

"Gomawo eommoni. Terima kasih banyak sudah menolongku semalam." Ujar Minho sebelum pamit.

"Cheonmaneyo, Minho-ya. Jangan ulangi hal seperti tadi lagi. Arrachi?" Balas nyonya Im.

"Nde, mianheyo."

"Gwenchana, adeul." Balas nyonya Im.

"Hyura-ya, eodi?" Tanya Minho akhirnya. Rasa penasaran dan keinginan untuk bertemu dengan yeoja itu membuatnya bertanya mengenai keberadaannya.

"Hyura? Ah, dia sudah berangkat kerja bersama dengan Seulong tadi. Seulong memiliki urusan di perusahannya, jadi mereka berangkat bersama." Jelas nyonya Im. "Kalian bisa bertemu di perusahaan nanti. Tapi, kau pulang dulu. Eomma mu sudah khawatir dengan keadaanmu."

"Baiklah, aku pamit eommoni." Pamit Minho.

Ketika Minho akan menyalahkan mesin mobilnya, 2 buah pesan masuk di waktu yang bersamaan. Hyura dan Soo Jung.

From : Soo Jung-ie :)

Ada apa oppa?

Semalam aku menelfonmu, tapi Hyura yang mengangkatnya.

Apa ia tidak memberitahumu kalau aku menelfon?

-------------------------------------------------------------------------------

From : Hyura

Kalau kau sudah membaik, cepatlah kembali.

Keluarga dan membermu mengkhawatirkan keadaanmu.

Mereka terus mencarimu padaku.

Dan semalam Soojung menelfonmu, ia mencarimu.

Selamat, semoga kalian bisa kembali menjadi pasangan seperti dulu.

Dan tolong tak usah mencariku lagi.

*****

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK