home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > By Your Side

By Your Side

Share:
Author : khaiicheen
Published : 03 Sep 2015, Updated : 22 Aug 2017
Cast : SHINee - Minho Im Hyura (OC) Infinite - Sungyeol
Tags :
Status : Ongoing
4 Subscribes |10873 Views |9 Loves
By Your Side
CHAPTER 20 : (Maybe) It’s Over

By Your Side

Part - 20

Author : tiaraekha (@khaiicheen)

*****

(Maybe) It’s over

"Jakarta, I'm back. Aku kembali bertemu denganmu." Ujar Hyura dalam bahasa Indonesa ketika ia baru saja memijakan kakinya di atas aspal bandara internasional Soekarno-Hatta.

"Apa arti kata-katamu tadi, Hyura-ya?" Tanya Key menghampiri gadis itu.

"Eoh? Anniyo oppa. Hanya kata sambutan pada kota yang telah menemaniku tumbuh selama 6 tahun dan kutinggalkan setahun belakangan ini." Balas Hyura.

"Aah, begitu rupanya. Ya sudah, ayo kita segera masuk. Disini panas sekali." Ajak Key.

"Nde Kim Kibum oppa." Balas Hyura.

Hyura, Raemi, Yookyung dan ketiga member SHINee serta tim mereka melangkah masuk menuju bandara untuk mengurus keperluan imigrasi dan keluar menuju mobil-mobil yang sudah disiapkan oleh pihak promotor, untuk mengantarkan mereka semua menuju hotel tempat beristirahat.

"Aku memulai semua sejak menginjakan kaki 7 tahun yang lalu disini, dan aku pun akan menyelesaikan semuanya disini." Ujar Hyura dalam hati sebelum ia menutup pintu mobil Alphard hitam yang digunakannya dan SHINee.

*****

Minho POV

Sedikit banyak, kata-kata yang Hyura sampaikan padaku sebelum ia berangkat pagi tadi memberikan suntikan semangat bagiku. Walaupun ada nada sedih dan kecewa terselip dibaliknya, tapi ia sudah mau berbicara padaku.

"Minho-ya, kajja. Kita berangkat menuju bandara sekarang." Perintah Kyungshik hyung.

"Nde, hyung." Balasku.

Kami, aku , Kyungshik hyung dan beberapa staff berangkat menuju bandara diantarkan oleh van artis milik perusahaan. Setibanya di bandara, sudah tidak terlalu banyak netizen yang menunggu kedatanganku. Satu hal yang sangat baik, karena sejujurnya saat ini aku sedang malas memasang ekspresi bahagia. Aku lelaah.

Setelah memasang ekspresi ramah yang biasa ku tampilkan di hadapan kamera para fansite, tibalah waktunya aku menuju boarding room sebelum akhirnya aku masuk ke pesawat, memulai perjalanan menuju Jakarta. Kota dimana Hyura pernah menghilang dari sisiku selama 6 tahun.

"Lelah dengan jadwalmu seharian ini?" Tanya Kyungshik hyung saat aku baru saja menggunakan earphoneku di telinga. Kami sudah lepas landas.

"Seperti yang kau lihat hyung. Tapi ini semua memang sudah menjadi tanggung jawabku, jadi lelah ataupun tidak, aku harus tetap menjalankannya." Balasku.

"Kau memang selalu profesional dan penuh tanggung jawab pada pekerjaanmu Minho-ya. Tak peduli dengan apa yang kau rasakan." Lanjutnya. "Ah iya, maaf juga membuatmu menjadi tak nyaman harus melakukan perjalanan ini denganku, seharusnya Hyura yang menemanimu."

"Gwenchana hyung. Aku mengerti, janjimu juga tak bisa kau tinggalkan. Tidak apa, aku masih bisa bertemu dengannya di Jakarta nanti." Balasku.

Beruntungnya memang kau memiliki janji dengan sahabatmu hyung. Kalau tidak, aku pun tidak tahu akan menjadi perjalanan seperti apa kalau aku harus berangkat bersama Hyura. Pasti akan jauh lebih membosankan dibandingkan saat ini, karena aku ataupun dia pasti tidak akan memulai obrolan sama sekali. Huft, Choi Minho kau harus menyelesaikannya. Mengalahlah kali ini dan lakukan.

*****

Pikiran dan konsentrasi Hyura sudah terpecah ketika gadis itu tiba di Jakarta pagi tadi. Banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikannya kali ini, karena ia lah kunci komunikasi antara tim promotor dan tim SM. Kyungshik belum tiba, maka beberapa tanggung jawab Kyungshik, ia yang menghandle. Saat ini Jonghyun, Key dan Taemin tengah beristirahat di kamar mereka masing-masing. VIP room di salah satu hotel bintang 5 di Jakarta.

From : Kibum oppa

Eodiga?

Ke kamarku sekarang..

---------------------

To : Kibum oppa

Aku masih bersama dengan tim promotor

Mengecek mengenai keberangkatan Minho oppa, Kyungshik oppa dan beberapa tim lainnya.

Kalau sudah selesai aku akan segera menemuimu.

Hyura memang tengah melakukan meeting kecil dengan tim promotor mengenai keberangkatan member SHINee menuju vennue konser di kawasan Ancol besok pagi dan juga membicarakan kemungkinan Minho dan Kyungshik yang akan langsung menuju vennue atau tidak.

"Baiklah, kalau begitu untuk Minho dan Kyungshik serta beberapa tim kalian akan langsung menuju vennue acara saja setibanya mereka di Jakarta." Putus head team promotor, Fransiska.

"Baiklah. Kurasa memang seperti itu lebih baik, Kak Siska. Kalau mereka harus ke hotel lebih dulu akan lebih memakan waktu dan membuang waktu. Biarlah nanti Minho akan beristirahat di vennue konser saja. Itu tidak masalah." Balas Hyura dalam bahasa Indonesia.

"Terima kasih atas bantuanmu, Hyura-ssi. Meeting kali ini berjalan lebih mudah karena kita bisa berbicara dengan bahasa." Ujar Fransiska.

"Sama-sama kak, kalau begitu aku dan Raemi eonni serta yang lain pamit untuk kembali ke kamar lebih dulu. Selamat beristirahat untuk kalian. Pekerjaan kita untuk besok jauh lebih berat dan banyak tentunya."

"Baiklah. Istirahatlah, sepertinya kau butuh waktu untuk bersitirahat juga. Kau terlihat lelah."

Hyura membungkuk lalu berpamitan dengan tim promotor, melangkahkan kakinya bersama dengan Raemi menuju lift, untuk mengantarkan mereka menuju kamar. Hyura sempat kehilangan keseimbangan tubuhnya ketika ia melangkahkan kakinya keluar dari lift, untungnya ada Raemi dan beberapa staff laki-laki yang meeting bersama mereka tadi.

"Gwenchana?" Tanya Raemi.

"Nde, gwenchana eonni." Balas Hyura.

"Kita langsung ke kamar saja kalau begitu. Kau istirahatlah. Dan akan kupesankan makanan melalui layanan kamar. Kau belum makan sama sekali sejak kita tiba disini tadi sore."

"Anniyo, aku harus menemui Kibum oppa lebih dulu. Tadi ia mengirimiku pesan untuk menemuinya." Balas Hyura.

"Aku akan memintanya ke kamar kita saja. Dengarkan aku untuk kali ini nona Im. Karena kau kunci kami untuk besok. Kalau kau sampai tidak fit, kami semua akan mengalami kesulitan." Ujar Raemi sedikit khawatir. "Dan aku pun tidak mau sampai Minho marah padaku kalau tahu kau sampai sakit. Ia menitipkanmu padaku." Lanjut Raemin lagi.

Ya, semalam sebelum keberangkatan Hyura dan ketiga member SHINee ke Jakarta, Minho meminta pada Raemi untuk menjaga gadis yang paling ia sayangi saat ini. Gadis yang tidak bisa ia jaga secara langsung dalam beberapa waktu belakangan ini.

*****

Minho POV

Kurang lebih pukul 9 pagi waktu Jakarta aku tiba di bandara Internasional Soekarno-Hatta, dan kembali ada beberapa fansite yang sudah menunggu kedatanganku. Tapi ini tidak terlalu ramai seperti kedatanganku saat gelaran Music Bank di kota ini setahun yang lalu. Mungkin mereka sudah menunggu di vennue konser. Pikirku.

"Minho-ya, kajja. Sudah ada mobil dan driver yang menunggu kita di depan. Hyura baru saja mengabariku." Ujar Kyungshik hyung menyudahi kegiatanku menebar senyuman dan sapaan pada para fans yang sudah menunggu dan menyambut kedatanganku.

"Nde, hyung." Balasku lalu melambaikan tangan pada para fans yang masih meneriaki namaku dan beberapa dari mereka berteriak histeris.

Setelah berada di dalam mobil, aku menghidupkan kembali ponselku yang sempat kumatikan selama penerbangan. Beberapa pesan masuk dari Raemi noona. Ada apa?

From : Raemi noona

Sudah memulai penerbangan?

Istirahatlah, jangan sampai kelelahan.

Hyura sudah tumbang saat ini.

Kondisinya sedang tidak baik.

-------------------------------

From : Raemi nonna

Pasti kau sudah dalam penerbangan.

Jangan khawatirkan keadaan Hyura

Dia sudah jauh lebih baik.

Dia sudah beristirahat.

Kabari aku kalau sudah tiba di Jakarta.

-------------------------------

From : Raemi noona

Sudah tiba?

Kudengar dari Hyura kalau kalian sudah tiba.

Driver dari tim promotor akan menjemput kalian.

Sampai bertemu di vennue konser.

Kami sedang dalam perjalanan kesana.

Setelah membaca beberapa pesan masuk dari Raemi noona, aku berinisiatif untuk menghubunginya saja secara langsung melalui sambungan telfon.

"Yoboseo.." Sapanya dari sebrang.

"Kami sudah tiba dan sedang dalam perjalanan ke vennue. Bagaimana Hyura, noona? Apa keadaannya.."

"Jangan khawatir. Ia sudah kembali pada kondisinya. Tapi kau tahu sendiri bukan kalau ia tidak bisa dilarang bila sudah bekerja?"

"Aish, anak itu. Noona tolong jaga dia." Pintaku.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Gwenchana. Sampai bertemu di vennue. Annyeong." Usaiku.

Sebelum semua semakin bertanya, lebih baik aku menyudahi obrolan itu. Aku kembali memutar music playlistku dan menenggelamkan kepalaku di balik hoodie. Aku ingin memejamkan mata kembali sebentar.

*****

Mata Elang Internasional Stadium, Ancol, Jakarta

Seorang gadis berhodie gelap dengan short pants denim melangkah santai di lobby mall vennue konser SHINee di Jakarta ini. Menutup telinganya dengan sepasang headphone.

"Para Shawol sudah berada dalam antrian mereka diatas. Sedikit longgar bila aku berjalan-jalan sebentar saat ini." Ujar Hyura.

Gadis itu mendapatkan sedikit jeda waktu untuk beristirahat dan ia memilih untuk berkeliling di kawasan mall yang berada di area vennue. Sebenarnya juga karena ia ingin bertemu dengan beberapa temannya yang memang kebetulan berkesempatan untuk menonton gelaran konser artis asuhannya itu. Tapi Hyura tak mengakui kalau dirinya adalah staff dari SM. Ia hanya mengatakan memang sedang kebetulan kembali ke Jakarta kali ini.

Setelah bertukar pesan untuk berjanji dengan beberapa temannya, gadis itu memilih bangku yang berjejer di pinggir pantai untuk bertemu dengan beberapa sahabatnya itu. Melepaskan kepenatannya dari segala kelelahannya.

*****

Minho POV

Aku tiba di vennue konser ketika antrian di luar gedung sudah cukup sepi. Perjalanan dari bandara menuju vennue sebenarnya tidak memakan waktu yang lama. Itu yang kudengar dari translator kami di dalam mobil, namun karena satu dan lain hal, Kyungshik hyung meminta diantarkan dahulu ke hotel tempat kami menginap. Katanya ada beberapa hal yang harus ia taruh lebih dulu dan beruntungnya keadaan jalanan tidak sedang macet. Yeah, Hyura pernah bercerita padaku kalau Jakarta itu terkenal dengan kemacetannya, tidak peduli hari apapun. Aku pun menginggat bagaimana kemacetan yang pernah kualami ketika gelaran Music Bank di kota ini setahun lalu. Aku merindukan sikap cerewet yang terkadang dimilikinya. Segala cerita tentang kota yang pernah tumbuh bersamanya ini.

"Dimana Hyura, noona?" Tanyaku tanpa basa-basi ketika tiba di ruang tunggu kami. Aku sudah tiba.

"Sabarlah dulu, istirahatlah. Ia sedang pergi menemui teman-temannya disini." Balas Raemi noona.

"Dimana yang lain?" Tanyaku lagi.

"Mereka sedang melakukan GR dan sedikit bertegur sapa dengan para shawol yang beruntung." Balasnya.

"Ah iya, apa aku perlu ikut dalam acara itu?"

"Tidak perlu, cukup mereka bertiga saja. Sudah, istirahatlah dulu. Sudah makan?"

"Baiklah." Balasku lalu memilih sofa di pojok ruangan untuk merebahkan tubuhku ini. "Aku tidak lapar noona."

"Raemi-ya, aku akan mengambil alih tanggung jawab Hyura dulu. Tolong katakan saja padanya kalau aku sudah tiba." Ujar Kyungshik hyung dari arah pintu, ia sudah akan bergegas menuju stage.

"Geurae, akan ku telfon dia." Balas noona.

"Sampaikan juga padanya kalau aku sudah tiba noona." Ingin sekali aku meminta ia mengatakan itu juga pada Hyura. Tapi, ya sudahlah. Aku tidak ingin mengganggu waktunya. Setelah ini ia akan letih bekerja, mengurus kami.

*****

Hyura tiba tidak lama setelah Kyungshik pergi meninggalkan ruang tunggu dan Raemi juga sedang tidak berada di ruangan. Ia tengah mengecek kembali beberapa kostum di backstage.

"Eonni, aku bawa ini untuk kita.." Ujarnya bersemangat ketika masuk ke ruang tunggu dengan beberapa kantung berisikan makanan untuk para member dan staff. Tapi kalimatnya tertahan ketika ia menyadari tidak ada orang di ruangan itu selain Minho. Pandangan keduanya saling bertemu.

"Kau sudah tiba?" Tanya Hyura menutupi kekakuan yang tercipta.

"Eoh? Nde, belum lama. Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Tanya Minho bangkit dari sofa dan refleks meletakan punggung tangannya di kening Hyura.

"Gwenchana." Balas Hyura lalu melangkah mundur. Menyudahi kontak fisik diantara keduanya, sebenarnya itu hal yang biasa dilakukan oleh keduanya, tapi kali ini...

"Mian."

"Anniyo. Nan gwenchana." Balas Hyura kikuk. "Sudah makan?" Tanya gadis itu lembut. Walau bagaimanapun, ia tidak bisa untuk mendiamkan Minho terus menerus, ucapan Taemin sebelum mereka berangkat kembali berputar di pikiran gadis itu.

"Belum."

"Ambilah ini dan makanlah." Ujar Hyura lalu memberikan sekotak makanan kepada Minho. "Makan sekarang, jangan sampai menunggu maag mu kambuh lagi. Kau perlu tenaga ekstra untuk nanti malam."

"Gomawo." Hyura hanya membalasnya dengan anggukan sekilas lalu melangkahkan kakinya menuju tas miliknya, mengambil beberapa lembar kertas yang ada di sebelahnya. "Eodiga?"

"Backstage menemui yang lain. Pekerjaanku masih belum selesai." Balas Hyura sedikit dingin.

*****

Persiapan konser dimulai, Hyura lebih memilih sibuk di back stage dibandingkan harus berhilir mudik di lorong ruang tunggu, terlebih lagi ruang tunggu. Ia masih menata dirinya untuk siap berbicara dengan Minho nanti selesai dari gelaran konser ini. Sedangkan Minho, namja itu telihat sedikit gelisah ketika sedang mempersiapkan dirinya di depan meja make up. Sampai Taemin menghampirinya, menengakan kegelisahan namja itu.

"Tenang saja hyung. Aku sudah berbicara dengannya. Fokuslah pada penampilan kita lebih dulu. Ia tidak marah padamu. Aku bisa menjamin itu." Ujar Taemin menenangkan.

"Gomawo, Taemin-ie.." Balas Minho mengacak rambut Taemin asal. Beruntungnya namja itu belum merapihkan tatanan rambutnya.

"Cheonmaneyo hyung. Ini bukan arti seorang dongsaeng sebenarnya? Tapi ingat, jangan ulangi ini semua lagi. Kau pun harus menentukan sikap." Lanjut sang maknae.

Minho tersenyum membalas nasihat sang adik bungsu kesayangan di groupnya.

"Lakukan seprofesional mungkin. Tinggalkan semua masalah kita sejenak hyung. Ini semua memang belum selesai, karena kau memang harus menyelesaikannya." Ujar Taemin lagi.

Minho mengerti kemana arah dan maksud tujuan perkataan Taemin. Key dan Jonghyun.

"Aku yakin kita bisa, Taemin-ah." Balas Minho.

"Temui mereka lebih dulu hyung kalau begitu."

"Baiklah.."

*****

"Bisa berbicara sebentar?" Tanya Minho menghampiri Jonghyun dan Key yang baru saja kembali pada sofa tunggu.

"Hyung, kau saja yang berbicara dengannya. Aku mau keluar dulu. Mendadak aku malas berada disini." Ujar Key dingin.

"Tolong dengarkan aku, Kibum-ah." Pinta Key. Namja itu ingin memperbaiki keadaan.

"Nonna-deul, hyung-deul, bisa tinggalkan kami disini. Ada hal yang ingin kami bicarakan." Pinta Jonghyun menengahi.

Para staff yang berada di ruangan itu pun meninggalkan ruang tunggu. Hanya ada Minho, Kibum, Jonghyun dan Taemin. Hanya mereka berempat.

"Aku tidak mau basa-basi. Cepat katakan apa maumu." Titah Key cepat. "Mian, maaf kalau aku membuat semua ini menjadi tidak nyaman." Ujar Minho. "Kuakui kalau ini keegoisanku dan tolong maafkan aku untuk semuanya. Tidak enak rasanya terus saling berdiam diri dengan kalian." Lanjut Minho.

Kibum dan Jonghyun terlihat berfikir, sedangkan Taemin, ia memasang wajah polosnya. Dalam perhatiannya, ia berharap para hyungnya itu bisa berdamai dan kembali seperti dulu lagi. Ya, itu yang ada dalam harapan sang maknae.

"Kita bicarakan ini lagi selesai konser nanti." Balas Key lalu meninggalkan ruangan tersebut.

"Kibum-ah.." Panggil Minho. Namun Key tetap melanjutkan langkahnya tanpa menggubris panggilan Minho sama sekali.

"Biarkan dia pergi, Minho-ya. Kita selesaikan nanti setelah konser ini berlangsung." Ujar Jonghyun menahan.

"Geundae, hyung."

"Sesungguhnya kami sudah memaafkanmu, kami mencoba memahami apa yang kau lakukan kemarin. Tapi sekali lagi, kami butuh proses untuk itu semua." Lanjut Jonghyun.

Taemin hanya melihat itu semua dalam pandangannya sendiri. Diam dan memilih untuk tidak menginterupsi apapun, ia tahu, para hyungnya itu pasti punya pemecahan masalah yang terbaik.

"Jjong hyung.." Ujar Minho lagi.

"Arraso. Sudah, tenanglah. Lakukan semua seperti biasa saja. Jangan bawa masalah pribadi kita keatas panggung. Yang perlu kita lakukan hanyalah menghibur mereka dan memberikan penampilan lebih, membayar ketidakhadiran Jinki hyung." Balas Jonghyun bangkit lalu menepuk bahu Minho pelan. "Maaf itu bukan untuk kami, minta maaflah pada Hyura. Ia yang jauh lebih sakit karena ini semua." Lanjutnya lalu meninggalkan ruangan tunggu, menyusul langkah Key yang sudah lebih dulu.

Hanya tersisa Taemin dan Minho di ruangan itu.

"Dengarkan apa kata Jonghyun hyung, hyung. Lakukan seprofesional yang kau bisa." Lanjut Taemin.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, Hyura. Gadis itu hendak memanggil Taemin untuk melakukan meet and greet dengan 10 shawol beruntung. Walaupun Minho sudah tiba, tapi namja itu memang tidak diikut sertakan. Hanya Key, Jonghyun dan Taemin saja.

"Taemin-ah, kajja. Sudah waktunya." Panggil Hyura singkat.

"Geurae." Balas Taemin lalu bangkit. "Hyung, aku pergi dulu. Nanti kami kembali lagi." Pamitnya.

"Kita bicara." Tahan Minho ketika Hyura akan mengikuti langkah Taemin menuju ruang pertemuan.

"Tidak sekarang. Setelah konser ini berakhir." Ujar Hyura melepaskan genggaman tangan Minho di pergelangan tangannya.

"Raa-ya.." pinta Minho.

"Oppa, tolong dengarkan aku. Seperti yang kujanjikan padamu, kita akan bicara. Tapi tidak sekarang. Setelah konser ini selesai. Masih ada beberapa hal yang perlu kuurus." Tolak Hyura lembut.

"Geurigo.."

"Kau tahu bukan aku akan selalu menepati janjiku? Selesaikan semua kewajibanmu dahulu, nanti kita pasti akan bicara." Ujar Hyura lalu menepuk lembut bahun Minho dan meninggalkan namja itu yang masih terpaku di depan pintu ruang tunggu.

*****

Konser berjalan dengan durasi kurang lebih 2 jam 45 menit, konser yang berbeda dengan konser-konser sebelumnya. Ada kekosongan posisi di konser itu, tidak ada kehadiran sang leader dan akhirnya hanya keempat member yang ada lah yang menutup gelaran konser ketiga mereka. Teriakan bahagia, senyuman hangat bahkan sampai pada tangisan haru mewarnai konser tersebut, khususnya ketika Onew menyampaikan permintaan maafnya melalui video message. Bahkan Hyura akhirnya menangis juga mengingat apa alasan Onew tidak dapat bergabung dan juga karena melihat bagaimana para shawol yang berada di sana menangis melihat Onew.

Selepas konser selesai, para staff dan keempat member SHINee pun segera bergegas bersiap diri untuk kembali menuju hotel dan mengistirahatkan tubuh mereka dari kelelahan atas penampilan yang baru saja selesai mereka lakukan. Taemin, Key, Jonghyun dan para staff, termasuk Hyura dan Raemi akan kembali menuju Seoul dengan penerbangan besok pagi, sedangkan Minho, karena ada jadwal lain yang harus dikerjakannya, ia dan Kyungshik akan terbang menuju Brazil untuk salah satu acara mengenai piala dunia di negri samba itu.

“Oppa-deul, ayo kita segera kembali menuju hotel. Besok pukul 7 pagi kita sudah harus berangkat menuju bandara kembali. Kalian pasti lelah bukan?” Ajak Hyura setelah menerima pesan dari tim promotor kalau mobil yang akan membawa mereka sudah siap di basement gedung.

“Geurae, kajja.” Seru Key yang masih terlihat semangat.

Bagaimana tidak? Dia lah member yang paling bersemangat diatas panggung tadi. Sepanjang konser, namja bermata kucing itu tak hentinya menebar senyuman khas menawan miliknya, begitu juga dengan Taemin dan Jonghyun.  Hanya Minho yang sudah terlihat lelah. Namja itu bukan kelelahan fisik, tapi lelah untuk hal yang lain.

“Tidak pergi bersama dengan kami?” tanya Taemin.

“Kalian duluan saja, akan ada 2 mobil yang membawa kita. Aku akan menyusul.” Balas Hyura yang masih mengurus beberapa barang miliknya.

“Kau tidak mau kembali ke hotel, hyung?” ajak Taemin pada Minho yang masih duduk di sofa.

“Kalian duluan saja. Aku akan menyusul dengan Hyura.” Ujar Minho.

Hyura membeku di tempat. Ia ingat dan ia juga sadar, ia masih memiliki janji dengan Minho unrtuk berbicara. Tapi bukan saat ini. Ia masih meyakinkan dirinya sendiri. Menguatkan dirinya berkali-kali lipat atas keputusan yang akan dibuatnya.

“Baiklah, aku berangkat lebih dulu.” Pamit Taemin tak berniat menginterupsi apapun.

Ruangan mendadak sepi, tidak ada yang berbicara diantara keduanya. Minho maupun Hyura masih diam dalam pikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya Hyura yang membuka suara.

“Oppa, kajja. Kita bicara saja di hotel nanti. Yang lain sudah menunggu.” Ujar Hyura kikuk lalu segara mengambil tas miliknya dan melangkah maju lebih dulu.

Minho hanya mengikuti langkah gadis itu dalam diamnya. Ia melepas jaket miliknya dan menyampirkannya pada bahu Hyura. Gadis itu masih mengenakan tshirt staff miliknya. Perasaan bersalah dan sedih semakin bergejolak dalam hati gadis itu. Melihat Minho yang biasanya akan selalu berlari padanya lebih dulu selepas konser selesai, Minho yang selalu tersenyum dan menjahilinya dan Minho yang selalu membuatnya bisa melupakan lelah atas pekerjaannya, Hyura merasa kehilangan itu semua saat ini. Terlebih Minho yang menjadi diam. Tidak seekspresif diatas panggung tadi. Banyak hal yang berkelibatan di pikiran dan perasaan gadis itu. Mampukah ia kalau itu semua akan benar-benar menghilang dalam kehidupannya?

*****

Hyura POV

Apa yang terjadi seminggu belakangan ini membuatku harus berfikir keras mengenai bagaimana aku harus menentukan sikap. Lanjutkan ini semua ataukah sudahi? Im Hyura, tidak lelah kah kau terus menerus berada pada posisi seperti ini? Mau sampai kapan kau terus menunggunya yang datang untuk menghampirimu? Sisi egois dalam diriku terus menerus menceramahiku untuk menyudahi ini semua. Sudah terlalu lama rasanya. Logikaku terus berfikir seperti itu.

Namun disisi lain, hati ini belum yakin kalau aku bisa melakukan itu semua. Memang bodoh kalau difikirkan kembali. Kenapa aku setia sekali menunggu Minho oppa datang membuka pintu hatinya dan menyerahkan kuncinya untuk kumiliki juga? Kunci yang sulit dan tidak pernah bisa kudapatkan hingga saat ini. Aku terlalu bergantung dengan keberadaannya di sampingku. 6 tahun waktu yang terbuang tak bersamanya membuatku ingin membayar semua moment yang hilang itu. Walaupun sebenranya, bila kalian melihat, aku ataupun dirinya memang bergantung satu sama lain dan mungkin juga memang aku yang lebih banyak memulai padanya selama ini. Tapi itulah, perasaan dan pikiran tidak pernah dan sulit untuk berjalan beriringan.

“Oppa, haruskah aku melakukannya? Eotthoke?” air mata ini sudah tidak bisa kubendung lagi. Aku bingung.

“Raa-ya, kau sudah dewasa. Kau bukan lagi adikku yang tidak bisa mengatakan semuanya seperti 6 tahun yang lalu. Aku ataupun Hyunsik mendukung apapun keputusanmu. Kalau kau ingin menyudahi semuanya, lakukanlah, kalau kau mau melanjutkannya, lanjutkanlah, tapi jangan pernah untuk lebih memilih kembali bertahan. Masih banyak orang lain yang peduli denganmu dan juga sayang denganmu.” Ujar Seulong oppa di sebrang.

Aku menelfonnya, mencoba meminta saran terbaik atas apa yang mungkin akan kulakukan ini. Hyunsik oppa sedang memiliki jadwal dan aku tidak ingin mengganggunya. Oppa tertuaku ini sedang tidak sibuk saat ini, dan memang ia juga yang lebi dulu menelfonku.

“Geurae, oppa. Aku akan mencoba untuk melakukannya. Tapi aku tak yakin akan bisa memegang komitmenku ini atau tidak. Bisakah kau berjanji untuk membantuku nantinya?”

“Baiklah saeng. Kami ada di belakangmu. Kupikir, semua penantian panjang ini memang sudah waktunya untuk kau selesaikan.”

“Gomawo, oppa.”

“Cheonmaneyo sayang.”

Sambungan telfon kami terputus. Baiklah, apapun yang terjadi, aku harus melakukannya. Im Hyura kau pasti bisa melakukannya. Selesaikan semua sebelum kaupun menyelesaikan pekerjaan ini.

*****

Minho POV

Haruskah aku yang menemuinya atau menunggunya menemuiku?

Semua kebodohan inilah yang akhirnya membuatku membeku, berdiri di tempat yang sama sampai saat ini. Aku menyayangi Hyura, amat sangat menyayanginya. Dialah wanita kedua yang terpenting dalam hidupku setelah eomma. Kami tumbuh bersama, selalu bermain bersama dan hal lain yang sudah sering kami lakukan bersama sejak dulu. Membuat ku terbiasa bertindak untuk melindungi nya dan menjaganya, sudah seperti refleks untuk selalu berada disisinya, karna kami terlalu saling mengerti jadi rasanya aneh untuk berbicara mengenai perasaan terlebih lagi perasaan terhadap satu sama lain.

Apa yang harus kulakukan saat ini?

Aku belum siap untuk mengakui semuanya, mengakui kebodohanku ini. Tapi aku membutuhkannya. Aku butuh kehadirannya dalam hari-hariku. Aku butuh dia bersamaku, di sampingku. Entahlah, perasaan ini rasanya sangat sulit untuk di jelaskan.

Pesan masuk, Hyura.

From : Hyura

Aku di depan pintu kamarmu.

Aku pun segera bangkit dari tempat tidurku, melangkah menuju pintu untuk membukan pintu untuknnya.

“Masuklah.” Ajakku. Ia melangkah masuk. “Duduklah.” Ajakku juga.

“Aku ingin kita berbicara di balkon saja.” Pintanya

“Sudah malam dan di luar cukup dingin.”

“Ini Jakarta dan aku sudah biasa dengan udara malam kota ini. Tidak ingatkah kau kalau aku tumbuh besar di kota ini?” ujarnya masih terkesan dingin, ada nada otoriter dalam cara bicaranya tak seperti Hyuraku yang biasanya lalu ia melangkahkan kakinya menuju balkon kamar milikku dan aku mengikutinya. “Terima kasih untuk pinjaman jaketnya. Ini, ku kembalikan.” Lanjutnya memberikan sebuah tas daur ulang berisikan jaket milikku yang kupakaikan padanya ketika di vennue konser tadi. Ku tatap tas daur ulang itu lalu..

“Cheonmaneyo, Raa-ya.”

“Oppa..” panggilnya. Panggilan lembut yang biasa ia tujukan padaku. Apakah ia sudah memaafkanku? Tapi perasaanku mengatakan ada hal lain dibalik semua ini, insting ku mengatakan ini tidak akan jadi pembicaraan yang menyenangkan.

*****

“Oppa..” panggil Hyura lembut pada namja tinggi yang berada di sampingnya saat ini.

“Nde..” balas Minho. Meski saat ini minho terlihat tenang tapi yang sebenarnya terjadi dalam diri namja itu adalah hal yang sebaliknya.

“Tidak ada yang ingin kau sampaikan lebih dulu padaku sebelum aku berbicara padamu?”

Minho menghela nafas dalam, lalu maju selangkah seraya mengulurkan tangannya “Aku minta maaf, maafkan aku atas sikapku untuk kejadian beberapa waktu yang lalu. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk melakukannya padamu. Aku benar-benar menyesal.” Hening, setelah memeras otak bagamana cara mengatakan pada Hyura hanya itu yang mampu namja itu sampaikan.

“Sudah? Atau masih ada lagi?” Hyura berusaha untuk bersikap sebiasa mungkin, walaupun hatinya kembali bergejolak cukup keras. Setelah semua yang terjadi hanya itu? Hanya maaf untuk sikapnya?

“Molla, aku tidak tahu lagi hal apa yang ingin kusampaikan padamu. Hanya itu saja yang bisa kusampaikan saat ini. Jongmal mianhae, Im Hyura. Kau tau aku tidak begitu pandai bebricara, kau paham sifatku bahwa saat aku meminta maaf aku benar-benar meminta maaf.”

“Aku sudah memaafkanmu, oppa.”

“Benarkah?” ada sedikit percik kehidupan di mata bulatnya.

“Nde, aku sudah memaafkanmu. Aku mencoba untuk memahami apa yang kau rasakan,memahami setiap tindakan yang kau ambil.” Ujar Hyura tersenyum. Senyum termanis yang bisa ia tampilkan pada Minho, walaupun sebenarnya di balik itu semua tersimpan rasa sesal yang teramat sangat. Bahkan tak ada rasa bahagia yang Hyura rasakan dibalik senyuman itu.

“Terima kasih, Raa-ya. Kau harus tau kalau aku juga tersiksa dengan semua ini.” Balas Minho.

“Aku belum selesai, oppa.” Potong Hyura “Aku selalu mencoba memahami apa yang yang kau rasakan dan kau lakukan oppa. Aku tahu dan aku mengerti kau pasti memiliki alasan atas semua itu. Walaupun sebenarnya, selama ini hanya aku yang mencoba semua itu terhadap dirimu. Tanpa pernah kau melakukan semua itu kepadaku.” Rangkaian kalimat itu pun berhasil meluncur dari bibir Hyura. Membuat Minho mendadak terdiam dan merasa kalau sesuatu yang buruk akan terjadi setelah ini.

Hyura menghadapkan dirinya pada Minho, masih dengan tersenyum gadis itu melanjutkan kata-katanya pada namja di hadpannya itu. Namja yang mungkin setelah ini tidak akan ada di hadapan gadis itu lagi.

“Minho oppa..” panggilnya. “Aku boleh bertanya tentang apa arti diriku yang sesungguhnya bagimu?” tanya Hyura singkat tapi mampu membuat Minho kembali memutar otaknya untuk menjawab. Apa pun yang akan ia ucapkan, kata demi kata yang ia keluarkan akan menentukan hubungan mereka ke depannya.

“Kau?” Hyura mengangguk pasti. “Adik bungsu kesayanganku dan yeoja yang sangat berati dalam hidupku setelah eomma.” Balas Minho , dibalik kata-kata tersebut sebenarnya terkandung arti yang dalam bagi Minho ataupun Hyura. Arti tersurat yang sebenarnya sudah bosan Hyura dengar.

“Mana yang kau pilih sebenarnya? Aku ini adik kesayanganmu ataukah yeoja ang berarti dalam hidupmu?” pertanyaan itu lagi.

“Wae, Raa-ya? Kau keduanya bagiku.”

“Pilih salah satu, oppa. Kau hanya boleh memilih salah satunya. Tidak boleh keduanya.” Lanjut Hyura. “Adik, atau yeoja yang sangat berharga dalam hidupmu?” Perih, Hyura merasakan perih sampai pada bagian tulang terdalamnya saat Minho menyebutkan kata ‘adik’. Bahkan ketika diminta untuk memilih pun, ia masih tak bisa menentukan sikapnya. Tidak bisa menentukan pilihannya.

Minho kembali terdiam. Tidak ada jawaban yang keluar dari bibirnya. Tak ada satu pun hingga suasanya sangat sepi, sepi yang terasa menyesakan karna hanya desiran angin malam yang mengisi kekosongan suasana itu.

“Baiklah, aku tahu apa pilihanmu oppa. Aku adalah adik kesayanganmu, yeoja yang sampai kapanpun hanya akan menjadi adik yang kau sayang. Adik bungsumu. Adik yang tumbuh bersamamu sejak kecil.” Ujar Hyura dengan tersenyum, tapi ada nada keputus asaan dibaliknya. Ia mencoba menguatkan dirinya.

“Bukan itu maksudku, Raa-ya. Aku belum menjawabnya.” Potong Minho.

“Oppa, bisakah kita menyudahi semua ini?” ucap Hyura akhirnya.

“Maksudmu?”

“Aku lelah oppa dengan semua penantian ini. Aku ingin ini semua berakhir. Terima kasih sudah menjagaku selama ini tapi adik kecil mu ini sudah besar sudah bisa menjaga nya dirinya sendiri.”

“Raa-ya..”

“Oppa, aku akan memilih mundur. Aku tidak bisa egois terus menerus, memaksakan perasaanku padamu. Aku menyayangimu sebagai gadis pada namja yang disukainya, tapi ternyata semua itu tak terbalas seperti itu olehmu. Kau hanya menyayangiku sebagai adikmu saja. Selama ini aku selalu menunggu kau memberikan kunci hatimu padaku. Ketika aku sudah menjauh, kau menarikku kembali, mengajakku masuk pada hatimu. Tapi, kau hanya mengajakku sampai pada depan pintu, dan sepertinya tidak berniat mengajakku masuk kedalammnya. Membiarkanku menunggu di depan pintu itu hingga kau memberikan kuncinya padaku. Lalu kau memagar ruang gerakku karena aku sudah berada disana.”

“Ini semua tidak seperti itu, Raa-ya.”

“Ini semua selalu seperti ini oppa. Maka dari itu, aku akan meminta ijin padamu untuk melangkah pergi dari pintu hatimu dan juga pagar yang kau buat untuk menjagaku berada di sana selama ini.” Lanjut gadis itu. Tidak ada air mata di manik mata mungil miliknya. Ia sudah menguatkan dirinya kali ini. “Aku memulai memendam semuanya sejak aku berada di sini, 7 tahun yang lalu. Beruntungnya aku memiliki kesempatan untuk kembali berada disini dan kau pun ikut denganku. Jadi, hari ini, di kota ini, dimana semua penantian ini dimulai, maka disini pula lah aku akan mengakhirinya. Terima kasih sudah memberikan cerita dan warna dalam hidupku 7 tahun ini dan memperjelas semua warna gamang itu setahun belakangan. Choi Minho-ssi, jeongmal gomawo.” Ujar Hyura menatap langit malam dari balkon tersebut lalu menoleh dan tersenyum pada Minho menandai akhirnya.

Minho masih dia di tempatnya. Belum bereaksi atas segala kalimat pengakuan yang Hyura sampaikan padanya, bukan lagi pengakuan perasaan sukanya seperti di pada liburan SHINee setahun yang lalu, tapi pengakuan atas selesainya semua hubungan mereka. Hubungan yang bahkan belum sempat keduanya bangun bersama.

“Terima kasih, oppaku, Choi Minho. Aku sudah selesai berbicara denganmu.” Ujarnya. “Aku pamit, kembali ke kamarku. Ini sudah malam dan kau pun perlu beristirahat.”

Hyura pun melangkahkan kakinya sebelum tertahan dengan rengkuhan tangan panjang milik Minho di pinggang rampingnya. “Kajjima, Raa-ya.”

Benteng pertahanan Hyura runtuk seketika ketika Minho memeluknya dari belakang. Bahunya bergetar, air mata yang sudah coba di tahannya sedikit demi sedikit mulai mengalir dari sudut mata mungilnya. Keduanya terdiam dalam waktu yang cukup lama. Hingga akhirnya Hyura melepaskan paksa pelukan hangat Minho yang sejujurnya amat sangat ia rindukan, dan mungkin itu hal terakhir yang bisa ia rasakan.

“Raa-ya, jangan lakukan ini. Aku mencintaimu, aku menyayangimu. Dan itu semua lebih dari sekedar oppa pada dongsaengnya. Hyura-ya..” ujar Minho lemah ketika Hyura sudah menutup pintu kamar Minho .

*****

Matanya besar milik sang visual itu memandang nanar ke arah daun pintu yang beridiri kokoh dihadapannya, daun pintu yang baru saja mennggelamkan sosok tubuh yang paling ingin di raihnya saat ini. Selama 23 tahun hidupnya sudah hampir setengah kehidupannya ia habiskan untuk mengenal dan menjaga gadis itu, menyayangi dan melindungi layaknya seorang kakak pada adik kandung nya. Peran yang terlampau jauh ia mainkan, peran yang dijadikan nya alasan untuk tetap dekat dan berada di samping gadis itu, peran yang selalu menajdi benteng pertahanan nya.

Sejujurnya, seandainya ia mau mengakui pun, ia merasakan apa yang hyura rasakan, perhatian dan kasih sayang yang tak hanya sekedar untuk adik bungsu yang hidup bersamanya lebih dari setengah perjalanan hidupnya, perasaan yang pernah di raskaan oleh semua laki-laki normal seusia nya, perasaan dan kasih sayang untuk seorang yeoja yang membuat hati nya merasakan gemuruh dan tak bisa tenang.

Tapi sekali lagi, sifat kompetitif dan tak mau kalah dalam diirnya kembali muncul, memperingatkan bahwa sekarang bukan saatnya untuk bediam diri dan terbuai dengan rasa yang berlabel kan cinta dan romansa sejenisnya. Jalan ke depan masih panjang, shinee baru 6 tahun debut dan masih banyak yang mau ia tunjukan pada orang-orang di luaran sana, sehingga suatu saat ia bisa dengan bangga menyebut namanya bahwa ia adalah Minho dari SHINee.

Semua sudah ia rancang dan perkirakan dengan matang, fokus berkarir sambil mencari keberadaan hyura lalu memintanya kembali. Dan setahun lalu saat kepingan yang hilang dalam hdup nya kembali lagi, ia mereasa semua rencana nya akan berjalan dnegan mulus, tapi ternyata ia salah ketika Jong in masuk dan rencana nya satu persatu mulai tak sesuai perkiraan.

Rasanya tak akan mudah menyimpan Hyura di sisinya, ia mengakui bahwa adik kecilnya terlalu mempesona untuk dilewatkan banyak namja di luaran sana, Kai pergi lalu datang Sungyeol. Dan nama terakhir itulah yang membuatnya panik luar biasa. Ia menyadari Hyura terlalu bersinar untuk di lewatkan , ia cantik, mandiri, baik, ramah, ceria dan berdedikasi tinggi untuk pekerjaan nya, membuat banyak namja kagum dan kemudian mendekatinya. Tapi ia bisa apa? Saat logika dan ego menguasai 80% keputusan nya.

Serta dibalik itu semua, ada alasan lain yang belum mampu Minho ungkap dan akui. Alasan yang memang sengaja ia tutupi, serta sengaja tak pernah ia bahas. Salah satu alasan mendasar yang membuat dirinya semakin goyah untuk berdiri tegak diatas komitmen yang dibuatnya. Kesalahannya sendiri.

****** 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK