home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > By Your Side

By Your Side

Share:
Author : khaiicheen
Published : 03 Sep 2015, Updated : 22 Aug 2017
Cast : SHINee - Minho Im Hyura (OC) Infinite - Sungyeol
Tags :
Status : Ongoing
4 Subscribes |10892 Views |9 Loves
By Your Side
CHAPTER 19 : Rebuilding

By Your Side

Part – 19

Author : @khaiicheen

*****

Rebuiling

Hyunsik flashback

"Kau sudah sadar? Melegakan.." Ujar Hyunsik ketika Hyura mulai membuka matanya. Di usapnya lembut puncak kepala sang adik.

"Gomawo oppa.." Balas Hyura pelan, bahkan nyaris tak terdengar.

"Minum ini lebih dulu.." Pinta Hyunsik lalu memberikan segelas air putih untuk Hyura.

Gadis itu bangkit dari posisi tidurnya lalu duduk menyender pada headboard tempat tidurnya. Mengambil segelas air yang di berikan Hyunsik dan meminumnya. Lalu, Hyura memeluk lembut tubuh bidang sang kakak. Mencoba mencari ketenangan pada diri oppa kandungnya itu. Hyunsik semakin menyadari kalau ada yang tidak beres terjadi pada sang adik, refleks ia pun membalas pelukan Hyura dan mengusap lembut punggung sang adik. Mencoba merasakan dan memahami apa yang tengah dirasakan oleh sang adik. Baju yang di kenakannya terasa basah, dan punggung Hyura terlihat kembali bergetar. Yeoja itu menangis.

"Oppa.." Panggilnya lirih.

"Hmm, wae saeng?" Tanya Hyunsik. "Ceritalah padaku.."

"Molla, aku lelah." Balas Hyura singkat.

"Beristirahatlah kalau kau merasa lelah."

"Aku tidak mau beristirahat, aku ingin menyudahi ini semua saja, oppa."

"Apa Minho hyung melakukannya lagi?" Tebak Hyunsik. Ia sudah mulai mengerti kemana arah pembicaraan Hyura. Ia paham, karena tidak ada orang lain yang membuat sang adik merasa lelah seperti ini selain dirinya. Dan lelah yang Hyura maksud adalah lelah pada perasaannya. Lelah akan penantiannya pada Minho yang tak pernah jelas hingga saat ini.

Hyura melepaskan pelukannya dari tubuh sang kakak. Mengusap air mata yang kembali mengalir di pipinya. Ia menggeleng. Raut kekecewaan dan penyesalan itu muncul kembali.

"Ada apa? Katakan padaku.." Pinta Hyunsik. Hyura kembali diam. Ia terlihat berfikir, haruskah ia menceritakannya pada sang kakak. Ia tidak ingin orang lain mengetahuinya, orang lain diluar para member SHINee, Minji, Woohyun dan Sunhee yang memang sudah terlanjur berada di dorm SHINee semalam. Tapi ia juga tidak yakin akan mampu memendamnya sendirian. Ia butuh tempat untuk bercerita.

"Kami bertengkar dan semuanya menjadi sangat kacau saat ini. Oppa, eotthoke??" Tanya Hyura.

"Maksudmu?"

Hyura pun menjelaskan mengenai masalahnya dengan Minho. Hyunsik bukanlah orang luar baginya. Seperti pesan Seulong, ia harus bisa terbuka dengan Hyunsik mengenai masalah seperti ini, karena bila Seulong akan menjalankan wajib militernya nanti, Hyunsik lah yang akan menggantikan posisi kakak tertuanya itu.

Hyunsik mendengarkan semua penjelasan Hyura dengan seksama. Mencoba menahan emosinya sendiri mendengar bagaimana Minho memperlakukan sang adik. Ia tidak masalah bila Minho marah pada sang adik, karena mungkin memang ada permasalahan diantara keduanya, dan ia tidak terlalu ingin mencampurinya kalau masih dalam keadaan yang wajar. Dan karena Hyunsik pun tahu, kalau Minho tidak akan mungkin marah pada Hyura. Mereka sudah saling mengenal lebih dari 7 tahun. Tapi mendengar bagaimana Minho membentak sang adik, ia kecewa. Kesal, karena ia ataupun Seulong saja tak pernah melakukan itu pada Hyura, bahkan kedua orang tuanya.

"Ya sudah, sekarang kau beristirahatlah kembali. Aku akan menelfon Taeraa untuk menemanimu. Dan aku juga akan menelfon kantormu, meminta izin agar kau bisa tidak bekerja sampai keadaanmu pulih." Selesai Hyunsik. "Istirahatlah.." Ujar Hyunsik lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Hyura yang agak terlihat lebih kurus belakangan ini.

Flashback end

*****

"Oppa, aku bisa pergi ke cafe sendiri dari sini. Kau tidak perlu mengantarkanku. Temani Hyura eonni saja." Ujar Taeraa setelah ia menamani Hyura.

"Taeraa-ya, terima kasih sudah mau menemaniku hari ini. Maaf kalau aku menjadi mengganggu waktu libur kuliahmu."

"Gwenchana eonni. Aku senang bisa menemanimu." Balas Taeraa.

"Biarkan Hyunsik oppa mengantarkanmu Taeraa-ya, dia bilang juga ada beberapa hal yang ingin diambilnya di perusahaan." "Aku bisa pergi sendiri eonni. Biarkan oppa menemanimu saja. Aku baik-baik saja."

"Seulong hyung akan segera datang sebentar lagi. Ia bilang baru saja menjemput Sunmi noona dan sedang dalam perjalanan kesini." Ujar Hyunsik.

"Gwenchana oppa. Aku sudah lebih baik. Lagipula ada Shin ajhuma disini. Aku bisa bersama dengannya saja sampai kau kembali nanti." Balas Hyura. "Antarkan Taeraa selamat sampai tujuan, arrachi?"

"Nde, arraso nona Im. Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu. Istirahat dan makanlah makanan yang sudah Shin ajhuma buatkan untukmu." Pamit Hyunsik lalu memeluk serta mengusap lembut kepala sang adik.

"Kalau begitu aku juga pamit eonni. Cepat sembuh dan mampirlah ke cafe kalau kau memiliki waktu nanti." Pamit Taeraa lalu memeluk Hyura juga seperti Hyunsik.

*****

SM Building

Suasanya dingin itu masih terasa di ruang latihan yang saat ini hanya dihuni oleh keempat member SHINee yang tengah bersiap merapihkan barang-barang mereka untuk menyudahi latihan hari ini.

"Taemin-ah, Jonghyun hyung, ayo kita kembali ke dorm. Aku sudah lelah." Ajak Key tanpa menghiraukan Minho sama sekali.

Keempat member ini terlihat profesional ketika berlatih tadi. Tak tampak ada sesuatu yang mengganjal diantara keempatnya karena kejadian pertengkaran itu, tapi setelah musik dimatikan dan hanya tersisa mereka berempat di ruangan, suasana dingin itu kembali muncul lagi.

"Minho hyung, kau tidak mau kembali ke dorm?" Ajak Taemin. Ya, Lee Taemin, walau sebagaimanapun ia kecewa dengan Minho akan sikapnya semalam dan ia masih mencoba menanggap keberadaan hyung kesayangannya itu. Sejujurnya ia merasa kasihan dengan Minho, tapi disatu sisi ia pun tidak bisa menganggapnya baik-baik saja. Entahlaah, intinya untuk ajakannya kali ini adalah bentuk sopan santunnya pada Minho. Tidak lebih.

"Tidak perlu mengajaknya kembali. Biar saja dia kembali sendiri ke dorm. Tidak perlu bersama kita. Sebelum ia menyelesaikan semua kekacauan ini." perintah Key lalu meninggalkan ruangan latihan dengan tas tangan hitam besar miliknya.

"Taemin-ah, ayo cepat." Ajak Jonghyun. "Nde hyung." Balas Taemin pada ajakan Key dan Jonghyun. "Minho hyung, aku kembali lebih dulu. Jangan pulang larut." Pesan Taemin.

*****

Minho POV

Semua ini memang kesalahanku, kebodohan terbesar yang pernah kulakukan dan aku sadar akan hal itu. Sejak semalam, aku pun merutuki kebodohanku itu. Entah setan apa yang merasukiku semalam sampai aku bisa sekasar itu. Bahkan aku sampai membentak Hyura. Choi Minho pabbo-ya...!!!

"Tidak perlu mengajaknya kembali. Biar saja dia kembali sendiri ke dorm. Tidak perlu bersama kita. Sebelum ia menyelesaikan semua kekacauan ini." Ujar Kibum dingin.

Tidak aneh mendengar Kibum berkata dingin seperti itu padaku. Aku paham, ia marah dan kecewa padaku. Terlebih lagi semalam pun Jinki hyung sampai memaksakan berbicara dan membuat keadaan tenggorokannya yang sedang dalam pemulihan kembali merasakan sakit.

Tapi apakah tidak bisa mereka memahami posisiku sedikit saja?? Semalam aku hanya ingin ada orang lain yang memahamiku. Memahami apa yang aku rasakan. Aku cemburu, cenburu melihat Hyura diantarkan pulang oleh Sungyeol dan bagaimana senyim manis itu muncul dengan indahnya di wajah cerianya. Senyuman yang tak bisa aku munculkan lagi di wajahnya.

"Minho hyung, aku kembali lebih dulu. Jangan pulang larut." Pesan Taemin menyadarkan kembali kesadaranku. Aku hanya menangguk pelan.

Aku kembali mengambil ponsel miliku dari saku jacket traineeku. Kembalui membuka fitur pesan dan melihat beberapa pesan masuk yang di kirimkan Hyura padaku. Hatiku teriris setiap membaca pesan demi pesan yang ia kirimkan padaku. Ia tak henti meminta maaf padaku atas kejadian semalam. Tiba-tiba ponselku bergetar, pesan masuk.

From : BTOB Hyunsik

Bagaimana hyung?

Bisa kita bertemu hari ini?

Aku sudah dalam perjalanan menuju Cube cafe.

Aku tunggu kau disana.

Hampir saja aku lupa dengan janjiku bersama Hyunsik hari ini.

*****

"Mau kubuatkan apa oppa?" Tawar Taeraa.

"Frappucino caramel saja, Taeng-ie." Balas Hyunsik.

"Baiklah, akan kubuatkan untukmu." Balas Taeraa lalu kembali ke meja kasir dan menyampaikan pesanan sang kekasih pada Minkyu, salah satu bartender di Cube cafe.

Tidak lama berselang setelah itu, sesosok namja dengan penyamaran khusus masuk menuju Cube cafe. Minho, ya namja itu adalah Minho SHINee. Ia mengenakan jaket bewarna biru gelap dengan kacamata hitam, masker dan snapback senada dengan jacket yang dikenakannya.

"Minho oppa?" Tanya Taeraa yang tak sengaja bertemu dengan Minho yang sedang mencari keberadaan Hyunsik dan mengenali penyamaran namja itu.

"Annyeong Taeraa-ya." Sapa Minho.

"Annyeong oppa. Lama tidak bertemu. Ada apa kau datang kesini?" Tanya gadis itu lagi.

"Nde, sudah lama. Aku ingin bertemu dengan Hyunsik. Apa dia ada disini?"

"Aah, Hyunsik oppa? Ayo ikut denganku. Ia ada di kursi belakang. Aku juga ingin mengantarkan ini padanya." Balas Taeraa.

Keduanya pun berjalan menuju kursi dimana Hyunsik telah menunggu.

"Oppa, ini pesananmu." Ujar Taeraa lalu meletakan pesanan Hyunsik di atas meja. "Dan ada Minho oppa. Ia mencarimu." Lanjutnya.

"Annyeong Hyunsik-ah." Sapa Minho.

"Duduklah, hyung." Balas Hyunsik sedikit dingin.

"Baiklah kalau begitu, aku pamit untuk kembali bekerja dulu. Annyeong oppa-deul." Pamit Taeraa yang memang sudah harus kembali pada pekerjannya.

*****

"Ehmm..." Ujar Minho membuka pembicaraan, karena sampai 15 menit sejak keduanya bertemu tak ada sepatah kata pun yang keluar dari kedua bibir namja itu. "Bagaimana keadaan Hyura? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Minho hati-hati.

"Tanpa perlu menanyakannya padaku, aku rasa kau lebih mengetahui bagaimana keadaannya, hyung." Balas Hyunsik singkat.

Minho terdiam. Hyunsik sudah mengetahuinya. Ia yakin. Karena Hyunsik tidak akan mungkin sedingin ini padanya kalau ia belum mengetahui yang terjadi sebenarnya.

"Entah apa kesalahan yang sudah Hyura perbuat padamu, hyung. Aku tidak mengerti kenapa kau sampai membentaknya semalam hanya karena ia kembali ke dorm kalian bersama dengan Sungyeol. Wae hyung?" Tanya Hyunsik tepat sasaran. Namja itu sedang tidak ingin berbasa-basi dengan Minho.

"Mianhe." Hanya satu kata itu yang mampu meluncur dari bibir Minho. Pandangan namja itu pun terlihat kacau.

"7 tahun lebih Hyura bertahan pada posisinya saat ini, hyung. Memendam semuanya selama hampir 6 tahun ketika ia berada di Indonesia. Mengakuinya padamu sekembalinya ia ke Korea dan bertemu lagi denganmu. Kau menolaknya dan hanya menganggapnya sebagai seorang adik. Tapi kau memperlakukannya sebagai adik lebih dari itu. Kau membuat keyakinannya untuk bersama Kai goyah hingga akhirnya kau menariknya kedalam sisimu lagi. Membuatnya selalu ada disisimu tanpa ada kejelasan status. Kau menjaganya, memperlakukannya lebih dari sekedar seorang adik. Melarangnya ini dan itu, bahkan untuk dekat dengan orang baru. Hubungan seperti apa yang sebenarnya kau inginkan dengannya hyung? Banyak hal yang terkadang kau lakukan berlebihan padanya hyung, bahkan aku ataupun Seulong hyung saja tak pernah melakukan itu padanya. Katakan yang sejujurnya hyung. Jangan siksa adik bungsuku itu, aniyo adik bungsu kita itu dengan tarik ulur perasaanmu terhadapnya. Aku ingin ia bahagia hyung." Ujar Hyunsik meluapkan semua hal yang sudah berkelibatan di kepalanya, semua kekesalannya yang selama ini ia anggap sebagai hal yang wajar akan hubungan Hyura dengan Minho. Tangannya mengepal erat dan menahannya dengan mencengkrap ponsel miliknya. Ia marah, ia kesal, tapi ia tidak ingin sampai emosi menyampaikan itu semua pada Minho.

Minho kembali terdiam, tidak menyangkan kalau Hyunsik sampai akan mengatakan semua itu tentang dirinyaa. Ia semakin merutuki kebodohannya.

"Kalau kau memang menyukainya, katakan yang sebenarnya hyung. Katakan, jangan memendam semuanya sendirian dan menjadikan Hyura layaknya tahanan hatimu."

*****

Minho POV

"Hyunsik-ah, mian.." balasku akhirnya. "Aku minta maaf padamu atas semua kekacauan ini. Jujur, aku tidak bermaksud untuk melakukan ini semua pada Hyura. Kejadian semalam, itu semua di luar kontrolku. Rasa cemburuku terlalu menguasai emosiku. Jeongmal mianhae." Hanya itu yang mampuku sampaikan. "Tapi aku hanya ingin Hyura tahu apa yang kurasakan padanya. Aku cemburu melihatnya dengan Sungyeol. Tidak bisakah orang-orang berhenti menyalahkanku?"

Rasa sesal itu semakin mencuat, kebodohan yang teramat sangat yang telah kulakukan. Tapi emosi itu pun muncul kembali.

"Maafmu itu bukan untukku, hyung. Tapi untuk Hyura.." Ujar Hyunsik.

Aku tahu ia marah, ia kecewa. Karena aku pun tahu kalau ia dan Seulong hyung sangat mempercayakan Hyura padaku. Tapi apa yang telah kulakukan, rasanya pantas saja kalau ia kecewa dengan semua ini.

"Terlepas dari semua alasanmu sampai seperti kemarin, kau tretap harus menemui Hyura dan minta maaflah padanya, hyung. Aku tahu kau menyayanginya, kami, aku dan Seulong hyung memahami itu. Tanpa perlu kau mengatakannya lagi pun kami memahaminya. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Tapi kami hanya tidak ingin ia menderita lagi hyung. Kurasa ia juga sudah waktunya untuk berbahagia dengan dirinya, dengan hidupnya. Hyura tidak mungkin selamanya menunggu dirimu tanpa kepastian, hyung. Aku mohon, kalau kau memang ingin ia menjadi milikmu, perjelaslah hubungan kalian. Tapi kalau kau masih belum siap untuk menjalani komitmen itu, lepaskan dia hyung. Biarkan dia bahagia dengan hidupnya, bahagia dengan pilihannya." Lanjut namja ber-eye smile itu.

Tidak kusangka kalau ia sampai akan mengatakan itu padaku. Apakah sudah seburuk itu sikapku selama ini?

*****

Seminggu sudah sejak kejadian pertengkaran antara Minho dan Hyura waktu itu, saat ini pun Hyura sudah kembali bekerja dengan tim SHINee. Namun ada sesuatu yang berubah dengan sikap yeoja itu, ia cenderung menjaga jarak ketika berada di antara member SHINee, terlebih Minho.

Setelah mencoba meyakinkan diri, akhirnya gadis itu berkomitmen untuk menjaga jarak antara dirinya dengan Minho. Hanya mengobrol atau bertegur sapa ketika memang di perlukan. Selebihnya, ia lebih mefokuskan diri pada pekerjaannya atau kepada member yang lainnya saja. Intinya, ia tidak ingin berada di dekat Minho. Ia masih butuh waktu untuk mengembalikan tatanan perasannya yang sudah terlanjur kembali berantakan.

"Hyura eonni.." Panggil Taeraa megibaskan tangannya di hadapan Hyura.

"Eoh.." Balas Hyura terkejut.

"Gwenchana? Ini pesananmu." Ujar Taeraa menyerahkan segelas ice frapucinno dan sepiring chocolate muffin.

"Ehm, nan gwenchana. Geundae, gomawo."

"Ada yang sedang kau fikirkan? Mau bercerita denganku. Dan bagaimana keadaanmu, sudah lebih baik?" Tanya Taeraa meletakkan nampan yang dibawanya kemudian duduk di kursi hadapan Hyura.

"Memangnya sedang tidak sibuk? Terima kasih untuk perhatiannya. Aku sudah jauh lebih baik." Balas Hyura.

"Tidak. Seperti yang kau lihat eonni. Pengunjung sedang tidak terlalu ramai. Mungkin di coffee break time nanti baru akan lebih ramai dibandingkan ini." Balas Taeraa. "Melegakan kalau kau sudah lebih membaik."

Saat ini, Hyura sedang berkunjung ke cafetaria manajemen pengasuh group salah satu oppanya, Cube Entertaiment dan cafe tersebut adalah cafe tempat Taeraa bekerja paruh waktunya. Sebenarnya Hyura memang ingin bertemu dengan Hyunsik, menanyakan pada namja itu mengenai acara makan malam ulang tahun Sunmi sekaligus membeli hadiah untuknya sepulang dari sana. Haruskah ia mengajak Minho juga seperti permintaan kedua orang tuanya. Tuan dan nyonya Im memang tidak mengetahui mengenai permasalahan anak gadisnya tersebut dengan Minho. Hanya kedua kakaknya dan Sunmi yang mengetahuinya. Bahkan Taeraa pun yang turut menjaga Hyura ketika gadis itu tumbang tak di beri tahu, belum waktunya ia mengetahui semua kepelikan hubungan pasangan bungsu keluarga Im itu.

Dalam kunjungannya ke Cube kali ini, beruntungnya Hyura memiliki Taeraa yang bekerja di Cube cafe, jadi Hyura tidak terlalu terang-terangan untuk bertemu sang oppa, ia memang sudah menghubungi Hyunsik kalau mereka akan bertemu di Cube, tapi bukankah terlalu mencolok jika nanti ada artis cube lainnya yang melihat Hyura bersama dengan Hyunsik? Ya, Hyura meminta bantuan Taeraa untuk mengakuinya sebagai senior di kampusnya, agar para idol ataupun orang yang melihat tidak curiga. Terlebih ada Doojun dan Gikwang BEAST di manajemen itu, siapa yang tahu kalau keduanya mungkin akan muncul. Hyura memang sudah beberapa kali bertemu dengan keduanya, setiap kali ia menemani jadwal solo Minho untuk acara olahraga KBS Cool Kiz on the Block.

"Waeyo eonni? Ada masalah? Sepertinya kau sedang banyak pikiran?" Ujar Taeraa kembali menyadarkan Hyura dari lamunannya.

"Eoh? Anniyo. Aku hanya sedang mengagumi pemandangan lewat jendela ini. Pemandangan cafe yang berbeda." Balas Hyura.

"Jinja gwenchana?" Taeraa khawatir. Hyura menangguk.

"Oh iya, apa Hyunsik oppa masih lama?" Tannya Hyura sedikit lebih pelan. Berhati-hati kalau saja ada yang mencuri dengar.

"Sepertinya sebentar lagi. Tadi aku sudah menelfonnya, memberitahu kalau kau sudah tiba." Balas Taeraa.

"Ah, baiklah. Oh iya, bantu aku untuk menemuinya kali ini. Arra?"

"Nde eonni. Tenang saja. Tapi mungkin ia akan turun bersamaan dengan Sungjae dan Ilhoon. Tidak apa kan? Karena mereka bertiga sering keluar bersama."

"Baiklaah, selama mereka tidak bertanya tidak apa."

Taeraa dengan sangat terbuka menemani Hyura yang tengah menunggu sang oppa di cafe itu. Terasa agak sedikit aneh ketika Hyura harus berkeliaran di lingkungan manajemen lain hanya untuk bertemu sang kakak. Teringat di benaknya kata-kata Seulong sewaktu ia melamar pekerjaannya saat ini di SM setahun yang lalu. Kenapa ia tidak melamar bekerja di Cube atau JYP saja. Mungkin kalau itu terjadi, ia tidak akan stuck dengan perasaannya seperti sekarang ini.

Suara ribut 4 orang namja terdengar dari arah pintu masuk, Hyura dan Taeraa pun segera menoleh, melihat siapa para pembuat keributan itu. Hyunsik, Ilhoon, Sungjae dan Doojun. Benar dugaannya, kalau ia mungkin akan bertemu dengan Doojun disini.

"Mereka datang eonni." Ujar Taeraa.

"Aah, ada Doojun oppa juga.." Keluh Hyura.

"Wae? Kau ada masalah dengan ajjushi itu?"

"Mwo? Ajjushi? Maksudmu?"

"Itu, member BEAST yang berjalan bersama Hyunsik oppa dan yang lainnya. Doojun ajjushi." Ujar Taera menunjuk Doojun yang lebih dulu masuk.

"Aaah, aku ingat. Oppa pernah bercerita soal ini padaku. Aku kira hanya bercanda, tapi sepertinya kau benar-benar memanggilnya seperti itu." Ujar Hyura.

"Habis, dia menyebalkan sekali. Ya sudah, aku memanggilnya saja seperti itu." Balas Taeraa menunjukan muka sebalnya. Menggemaskan bagi Hyura. "Wae eonni? Kau memiliki masalah juga dengannya?"

"Aah, anniyo. Hanya saja kami memang sudah beberapa kali bertemu kalau aku sedang menemani jadwal Minho oppa." Jelas Hyura.

"Aah, begitu rupanyaa. sepertinya pekerjaanmu menyenangkan sekali eonni. Ketika para remaja lain berkeinginan untuk dekat dengan para idol, kau sudah setiap hari bersama dengan mereka."

"Mungkin semuanya tampak menyenangkan, Tae-ya. Tapi pekerjaanku tak semenyangkan itu, terkadang melelahkan juga." Ujar Hyura.

Suara langkah kaki keempat namja yang pembuat suara bising itu mulai terdengar mendekat. Hyunsik sudah tersenyum manis pada kedua yeoja yang sudah menunggunya. Senyuman yang dianggap sebuah senyuman menyapa sang kekasih oleh kedua sahabatnya.u.

"Oppa, wasseo?" Sapa Taeraa menghampiri keduanya diikuti yang lainnya.

"Nde, Taengie." Balas Hyunsik ramah pada Taeraa disambut dengan cibiran tak terdengar dari sang adik. Tak menyangka sang kakak yang luar biasa jahil terhdapanya bisa bersikap manis seperti itu.

"Aah, kau juga disini Hyura-ya." Sapa Hyunsik basa-basi mengalihkan perhatian ketiga namja lainnya.

"Nde, sengaja menghampiri Taeraa disini oppa. Sudah lama tak bertemu dengannya." Bohong Hyura. "Dan juga denganmu." Hyunsik tersenyum simpul mendengarnya. Sebenarnya ia merasa agak sedikit terganggu juga harus besikap seperti ini dengan sang adik.

"Taengie, nugu?" Tanya Sungjae antusias.

"Nae sunbae, Jae-ya." Balas Taeraa.

"Eiys, kenapa kau tidak pernah mengenalkannya pada kami?" Potong Ilhoon. "Jung Ilhoon imnida." Sapa Ilhoon meyodorkan tangannya.

"Yook Sungjae imnida, teman sekolah Taeraa di sekolah menengah." Lanjut Sungjae.

"Im Hyura imnida." Balas Hyura bergantian menjabat tangan keduanya.

"Margamu sama dengan Hyunsik hyung?" Seru Ilhoon.

"Ah, nde." Balas Hyura. "Memang kebetulan marga kami sama."

"Ku kira kau adik Hyunsik hyung. Kalian terlihat mirip." Ujar Sungjae memperhatikan.

"Yaa, Hyunsik hyung kan memang mempunyai adik perempuan. Hanya saja ia pelit terhadap kita untuk mengenalkannya." Keluh Ilhoon asal.

Hyura, Hyunsik dan Taeraa sempat menegang ketika kata demi kata itu meluncur keluar dari mulut kedua sahabatnya itu. Semoga saja mereka tidak menyadari itu semua. Batin Hyunsik. Serta Hyura yang sedikit menyesali keputusannya menemui sang kakak disini, sudah bertemu dengan Doojun lalu kedua sahabat sang kakak membuatnya kikuk saat ini. Jangan sampai mereka menyadarinya. Batin Hyura.

"Yaa, apa yang kalian bicarakan? Kalian ingin aku mengenalkan adikku pada kalian? Aku akan memikirkannya lagi. Andwee. Lebih baik mengenalkannya pada ketiga hyung yang lain saja." Seru Hyunsik menggelengkan kepalanya.

"Oppa, kau jahat sekali dengan mereka. Mereka kan hanya ingin mengenal eonni." Ujar Taeraa menengahi.

"Jadi kau sudah pernah bertemu dengan adik Hyunsik hyung?" Tanya Sungjae.

"Nde, sudah pernah. Waktu itu aku ikut dalam liburan keluarga mereka." Balas Taeraa.

"Hwoaaa, hyung daebak. Sudah memperkenalkan Taeraa pada keluarganya. Kita saja para membernya tidak pernah ia kenalkan." Keluh Ilhoon.

"Mungkin kalau Taeraa itu berbeda Ilhoon-ssi, Sungjae-ssi. Taeraa kan akan menjadi masa depan Hyunsik oppa." ujar Hyura gemas sedari tadi. Ia memang gemas karena dia lah yang mereka perbincangkan sejak tadi. Senyum sudah kembali muncul di wajah gadis itu. Suatu hal yang melegakan bagi Hyunsik karena dapat melihat senyuman itu mengembang kembali di wajah sang adik.

"Eonni.." Ujar Taeraa malu.

"Aah, sedang apa ada ramai-ramai disini?" Seru seorang namja bersuara berat dengan 1 set ice coffee beraneka rupa di tangannya.

"Ige, hyung. Ada teman Taeraa disini." Balas Ilhoon.

"Temanmu, Tae-ya?" tanya Doojun.

"Nde, ajjushi." Balas Taeraa malas.

"Eiys, Doojun hyung kan menyapamu dengan ramah, Taengie. Jangan membalasnya seperti itu." Ujar Hyunsik.

"Biarkan saja oppa. Setiap melihat ajjushi itu aku selalu merasa malas seketika." Balas Taeraa. "Oh iya, Hyura eonni memiliki keperluan denganmu oppa. Katanya ada yang mau dibicarakan denganmu. Aku pamit dulu." Pamit Taeraa. "Eonni, mengobrolah. Aku bekerja dulu sebentar. Kalau sudah selesai aku akan kembali lagi."

"Ah, nde. Gomawo sudah menemaniku, Tae-ya. Aku pinjam kekasihmu dulu sebentar." Ujar Hyura.

"Eiys, anak itu masih saja seperti itu padaku. Tidak berubah." Ujar Doojun.

"Salahmu sendiri hyung, memberikan penilaian yang tidak baik padanya sejak pertama kali bertemu." Balas Sungjae.

"Ya, ya, ya. Ini semua ide Gikwang dan aku yang harus menanggungnya. Ya sudahlah." Balas Doojun lalu menyeruput ice americanno miliknya. "Oh iya, bukankah kau Hyura asisten manager SHINee. Asisten manager yang juga khusus menemani aktivitas Minho?" Tanya Doojun.

Dan yang Hyura takutkan terbukti juga. Doojun mengenalinya dan menambahkan menyebut nama SHINee dan pekerjaan gadis itu. Baiklaah, Hyura hanya bisa menjawab pasarah karena ia pasti akan ditanya macam-macam oleh kedua sahabat oppanya yang lain.

"Aaah, jadi kau bekerja sebagai asisten SHINee? Daebaaak. Kenapa Taeraa tidak pernah bercerita kalau ia punya teman yang bekerja di management artis raksasa itu?" Seru Sungjae.

"Yaa, memangnya Taeraa harus selalu melapor ini dan itu padamu, Sungjae-ya. Aku saja tidak sampai seperti itu padanya." Potong Hyunsik mencoba mengamankan keadaan.

"Ada angin apa staff SM mengunjungi Cube?" Tanya Doojun tanpa basa-basi.

"Eoh, anniyo oppa. Aku kesini bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain. Ingin bertemu dengan Taeraa dan juga ada yang ingin kubicarakan dengan Hyunsik oppa." Jelas Hyura penuh harap kalau pertanyaan-pertanyaan itu berhenti saat ini juga. Tak perlu dilanjutkan.

"Aaah, begitu. Kukira ada urusan pekerjaan." Seru Doojun.

"Baiklah hyung. Aku ingin berbicara dengannya dulu, menemui Taeraa lalu akan kembali keatas." Ujar Hyunsik mencoba menyudahi. "Ilhoon-ah, Sungjae-ah kalian naiklah lebih dulu bersama Doojun hyung. Jangan tunggu aku ataupun menggangguku." Perintah Hyunsik.

"Nde, nde, hyung. Kami akan naik. Tenang sajaa. Nikmati waktumu dengan Taeraa sebelum kami mengganggunya nanti." Balas Ilhoon malas.

"Baiklah kami naik dulu. Annyeong." Pamit Doojun.

"Hyura-ssi, kami pamit. Semoga bisa bertemu lagi di lain waktu." Pamit Sungjae ramah.

"Nde, sampai bertemu lagi." Balas Hyura.

Sepeninggal ketiga namja itu pun Hyura mengobrol dengan lebih bebas bersama sang kakak. Memilih kursi di sudut cafe agar lebih leluasa.

"Hampir saja ketahuan semua penyamaran kita ini, oppa." Syukur Hyura. "Tapi sepertinya memang memilih bertemu kalian di kantor adalah pilihan berbahaya. Aku akan memikirkannya kembali kalau harus bertemu seperti ini."

"Sudah kubilang bukan, kau saja yang tidak mau mendengarkanku" balas Hyunsik.

"Geundae, tapi kapan lagi aku bisa bertemu denganmu. Kau saja sedang sibuk latiha seminggu ini, tidak sempat pulang untuk menemuiku. Ya, aku fikir sekalian bertemu dengan Taeraa juga saja."

"Arraso. Mian, kesibukan ini memang tengah membatasi ruang gerakku. Jangankan bertemu denganmu, dengan Taeraa yang setiap hari berada disini saja sulit." Jelas Hyunsik. "Aah iya, bagaimana? Akan mengajak Minho untuk acara Sunmi noona nanti?" Tanya Hyunsik langsung.

"Aku masih mempertimbangkannya lagi." Balas Hyura.

"Baiklah, pertimbangkan semuanya baik-baik."

"Ia masih bersikap seperti itu?"

"Aku menjaga jarak dengannya. Aku masih belum bisa untuk kembali bersikap biasa saja padanya. Kau mengerti bukan?"

Belakangan Hyura menjadi lebih sedikit terbuka dengan Hyunsik untuk menceritakan apa yang dialaminya. Sedikt banyak mengikuti saran Seulong untuk lebih terbuka juga dengan namja pemilik eye smile itu. Hyunsik pun tahu mengenai kedekatan sang adik dengan salah satu member Infinite, Sungyeol. Ya, karena sejak kembalinya liburan dari pulau Nami, keduanya menjadi saling terbuka untuk menunjukkan perhatian mereka masing-masing. Dan itu masih berjalan hingga saat ini. Mungkin Seulong jugalah yang sedikit banyak bisa membuat Hyura tersenyum seperti ini lagi.

"Ya sudah, fikirkan saja lagi apa yang akan kulalukan. Aku tidak akan memaksamu untuk mengajaknya. Kalau memang kau ingin sendiri, maka kita pergi bertiga saja nanti. Aku akan meminta Taeraa selalu menemanimu. Dan mengatakan pada eomma dan appa kalau ia tidak bisa ikut dalam acara itu. Bagaimana?" Putus Hyunsik.

"Apakah tidak apa bila harus berbohong pada eomma dan appa mengenai itu?" Ujar Hyura.

"Semua keputusan ada padamu. Kalau kau ingin mengajaknya, ajaklah. Kalau tidak, ya tidak perlu. Tapi kurasa kau juga memang butuh waktu berbicara berdua saja agar semuanya bisa terselesaikan."

"Mollayo oppa. Aku bingung."

"Baiklah. Pikirkan saja lagi. Tapi kau harus memikirkannya dengan baik-baik." Balas Hyunsik menyudahi. "Ah iya, kau akan kembali mengunjungi Indonesia lagi? Bagaimana kalau kau selesaikan saja disana?"

"Disana? Kenapa harus disana oppa?"

"Karena kalau memang sesuatu yang buruk terjadi lagi diantara kalian. Selesaikan disana, ketika kau kembali lagi ke Korea, anggap semua itu telah selesai. Tata kembali dirimu menjadi Im Hyura yang baru. Mengerti maksudku?" Tanya Hyunsik.

"Arraso. Terima kasih oppa." Balas Hyura. Haruskah aku melakukannya?

*****

Besok, tim SHINee akan berangkat ke Jakarta untuk menyelesaikan gelaran konser tunggal ketiganya. Dan hari ini adalah pengumunan ketidak hadiran Onew dalam konser tersebut kepada para shawol yang berada di Indonesia. Hyura memilih menyibukan diri untuk membantu tim konser menjelaskan perilisan surat resmi mengenai ketidak sertaan Onew dalam konser tersebut dengan pihak promotor.

"Kau masih menjaga jarak dengan visual kami itu?" Tanya Minji di sela makan siang keduanya di cafetaria SM.

Hyura tak menjawabnya. Ia mengacak asal lauk sayuran yang ada di piring miliknya.

"Jangan pernah menyesali apa yang sudah kau lakukan, Hyura-ya. Minho perlu merasakannya, agar ia tahu dan sadar kalau dia memang benar menyayangimu dan menjadikan dirimu pemilik hatinya, bukan tawanan hatinya yang hanya ia ajak masuk ketika ia butuh." Lanjut Minji. Gadis bemarga Kwon itu memang sedikit masih terlihat kesal kalau mengingat bagaimana kejadian seminggu yang lalu tersebut.

"Mollayo eonni. Terkadang aku ingin berheti saja dari semua kekacauan ini. Aku lelah. Awal yang indah ketika aku kembali, tapi berakhir dengan cerita yang hampir sama. Entahlah." Balas Hyura lalu meletakan sendok miliknya. Menyudahi makan siangnya kali ini.

"Lupakan dia, tata dirimu yang baru. Sudah cukup 2 kali ia memperlakukanmu seperti ini, dan kali ini kurasa ini sudah terlalu berlebihan." Ujar Minji lagi.

"Nde, eonni. Mungkin aku akan lebih memilih mundur dari semuanya kali ini. Dan mungkin juga setelah ini aku akan mundur dari tanggung jawabku bersama mereka, aku ingin beristirahat eonni." Balas Hyura.

"Maksudmu?"

"Entahlah, aku sudah memikirkan ini semua sejak beberapa hari yang lalu. Mungkin aku akan meminta waktu untuk cuti atau..."

"Mengundurkan diri maksudmu?"

"Anniyo, kontrakku dengan perusahaan ini masih harus kuselesaikan sampai setahun kedepan. Aku tidak ingin melanggar kontrak kerjaku."

"Lalu?"

"Mungkin aku akan meminta pemindahan pekerjaan pada tim yang lainnya. Tidak pada SHINee lagi selepas konser di Jakarta nanti selesai."

"Kau yakin?" Tanya Minji meyakinkan. Hyura menangguk pasti.

"Baiklah, aku akan mencoba membantumu untuk mengatakannya pada Youngmin sajangnim." Lanjut Minji.

"Gomawo eonni." Balas Hyura.

"Kudengar kau akan menemui Sunhee setelah ini?"

"Nde eonni. Aku akan menemuinya. Meminta maaf secara pribadi terhadapnya atas apa yang terjadi kemarin, dan mungkin akan memintanya untuk mene!ani Jinki oppa ketika kami berada di Indonesia nanti. Kau kan tidak bisa menemaninya kali ini, persiapan solo Taemin sudah cukup menyita waktumu. Istirahatlah."

"Sampaikan permintan maafku juga padanya, sejujurnya aku pun merasa tidak enak dengannya. Memang, kasihan Jinki oppa belakangan ini tanpa kehadiran dan semanfat darinya."

*****

Perasaan tak enak pada Sunhee atas kejadian seminggu yang lalu membuat Hyura berinisiatif untuk bertemu dengan gadis bersurai merah itu. Bukan hanya perasaan bersalahnya atas sikap Minho pada gadis itu, tapi juga mengenai leader yang sangat ia hormati dan sayangi, Onew. Serta, sebenarnya Sunhee pun sedikit menjaga jarak dengan ketiga member SHINee yang lainnya, dan juga terhadap Hyura.

Kondisi najma itu sempat sedikit memburuk setelah memaksakan diri berbicara waktu itu. Satu hal lagi yang membuatnya semakin buruk, Onew kehilangan suntikan penyemangat dari yeoja yang selalu menyemangatinya untuk cepat pulih. Dan Hyura menyadari itu, semua terjadi sejak malam pertengkaran di dorm SHINee. Sunhee mulai melangkah mundur, menjaga jarak dengan Onew. Bahkan, ketika sang leader menghampiri gadis itu untuk memberikan ketenangan, Sunhee memilih mundur dan meminta Woohyun untuk segera mengajaknya pulang.

"Semua ini sudah terlalu kacau. Aku tidak ingin ini semua menjadi lebih kacau." Ujar Hyura dalam hati.

Dering panggilan masuk di ponselnya memecah lamunan gadis itu. Sunhee call.

"Kau sudah sampai? Aku baru saja menyudahi kelas terakhirku. Bertemu di parkiran saja, jangan membicarakan ini di kampus. Aku tidak ingin Minji dan Jinhee tahu." Ujar Sunhee tanpa basa-basi.

"Geurae eonni. Aku menunggu di mobilku saja." Balas Hyura.

Panggilan terputus. Hyura menarik nafas berat. Seburuk inikah semuanya? Ia tidak ingin Sunhee menjauhinya, menjaga jarak dengannya dan juga para member SHINee yang lain. Ini masalahnya dengan Minho. Tak seharusnya Sunhee dan yang lainnya terlibat dalam semua ini.

Kaca jendela mobil Hyura diketuk. Sunhee. Gadis itu sudah tiba. Hyura pun membukakan pintu dan mempersilahkan Sunhee masuk.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama." Masih ada nada dingin dan ketakutan yang terselip di baliknya.

"Gwenchana eonni." Balas Hyura. "Kita akan kemana sekarang?"

"Jalan saja dulu, nanti ku beritahu." Balas Sunhee.

*****

Sebuah coffee shop di kawasan Hongdae menjadi pilihan Sunhee untuk berbicara dengan Hyura. Setelah memesan makanan masing-masing, keduanya sibuk dan tenggelam dalam pikiran dan dunia mereka. Tak ada sepatah katapun yang terucap hingga akhirnya Hyura memberanikan diri membuka obrolan.

"Eonni. Jeongman Mianhae." Ucap Hyura pelan.

"Eoh? Untuk?" Tanya Sunhee.

"Untuk semua kekacauan yang telah terjadi kemarin. Untuk kata-kata tidak mengenakan yang dikatakan oleh Minho oppa, dan untuk semua kesalahan yang sengaja atau tak sengaja ku lakukan padamu. Maafkan aku." Jawab Hyura tulus. Ekspressi mata gadis itu kembali terlihat redup.

*****

Sunhee POV

Aku terdiam mendengar kata demi kata yang baru saja di sampaikan olehnya.

"Tolong jangan jauhi ketiga member lainnya dan juga Jinki oppa." Ujarnya. "Jinki oppa sedang dalam masa pemulihannya. Ia butuh teman yang selalu menyemangatinya. Dan kaulah yang bisa membantunya eonni."

Aku kembali terdiam. Im Hyura, gadis yang selalu peduli dengan keadaan dan perasaan orang-orang disekitarnya. Tak peduli dengan bagaimana sebenarnya perasaannya pun sedang tidak dalam keadaan yang baik saat ini. Tapi ia masih saja memikirkan Onew oppa dan ketiga member lainnya.

"Dan untukku, aku benar-benar minta maaf untuk semuanya eonni. Seperti yang kukatakan padamu waktu itu, aku tidak pernah menyesal mengenalmu dan juga member Infinite lainnya. Mengenal kalian adalah suatu kebahagiaan untukku. Aku memiliki teman baru, memiliki keluarga baru. Maka, aku mohon, kau juga jangan menjaga jarak denganku. Aku ingin kita bisa bersama seperti sebelum ini. Bisakah aku meminta itu semua padamu Sunhee eonni?" Pintanya. Sorot matanya berubah menjadi penuh harap. Ia menggenggam tangan kananku dengan kedua tangannya. Gadis ini polos sekali. Batinku.

"Aku tidak tahu seberapa besar rasa sakit dan kecewa yang sedang kau rasakan saat ini. Aku salut terhadapmu, kau masih memikirkan orang-orang disekitarmu walaupun kau sedang berada di puncak masalahmu. Tapi.." Ujarku.

"Tapi apa eonni?"

"Sepertinya menjaga jarak seperti ini adalah cara terbaik yang bisa kulakukan sampai semua keadaan menjadi normal seperti dulu."

"Eonni.." Mata gadis itu mulai dilapisi oleh cairan sebening kristal.

"Mian, Hyura-ya. Aku tidak marah padamu, aku juga tidak marah pada ketiga member SHINee lainnya dan juga pada Onew oppa. Aku juga paham dengan apa yang Minho oppa rasakan kemarin. Ia hanya sedang dalam keadaan kacau dengan emosinya. Tapi, setelah kufikirkan lagi, biarlah semua ini berjalan seperti ini terlebih dahulu. Lambat laun, mungkin semuanya akan bisa berjalan normal kembali." Balasku. Ada perasaan sesal ketika aku harus mengatakan ini semua. Tapi ini cara terbaik yang bisa kupilih dan kulakukan.

*****

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Semuanya baik?" Tanya Hyunsik dari ujung telfonnya.

"Puji Tuhan, semuanya berjalan dengan baik, oppa." Balas Hyura.

"Sudah bisa lebih nyaman dengan semua situasi saat ini?"

"Anniyo. Masih dalam proses."

"Baiklah, jangan terburu-buru. Telfon saja aku kalau kau memang sedang ingin berceria."

"Nde, oppa. Terima kasih untuk perhatiannya ini." balas Hyura.

"Ya sudah, ini sudah jam 8. Aku harus kembali berlatih."

"Geotjimal. Berlatih atau berlatih berlari menuju cafe untuk menemui Taeraa." Tanya Hyura usil.

"Berlatih nona Im. Hari ini Taeraa hanya bekerja setengah hari. Ada ujian kenaikan semester yang harus ditempuhnya besok. Ya sudah, kututup telfonnya." Balas Hyunsik.

"Baiklah, guardian angle of Lee Taeraa." Akhir Hyura.

Gadis itu pun meletakan ponselnya di atas tumpukan buku kerja miliknya. Ia masih berada di kantornya, mengurus segala keperluan final untuk konser di Jakarta lusa. Besok, Hyura akan berangkat menuju Indonesia dengan ketiga member SHINee, Jonghyun, Key dan Taemin. Sedangkan Minho akan menyusul keesokan harinya bersama dengan Kyungshik. Sebenarnya, Hyura lah yang diminta untuk menemani Minho menyelesaikan pekerjaannya lebih dahulu dan berangkat menyusul member yang lain, tapi karena keadaan keduanya yang masih dalam perang 'dingin' yang terjadi, Hyura meminta pada Kyungshik untuk bertukar tanggung jawab. Beruntungnya Kyungshik juga memang memiliki keperluan yang tak bisa di tinggalkannya sehingga memaksa namja itu untuk berangkat menyusul. Sejam kemudian, gadis itu sudah bersiap untuk kembali ke rumahnya, mempersiapkan barang bawaannya untuk berangkat ke Jakarta besok pagi.

*****

Biasanya disetiap persiapan keberangkatan Hyura bersama dengan SHINee dalam konser ke negara sahabat, selalu ada perhatian dari Minho untuknya.

"Sudah selesai? Cepat istirahat. Akan kujemput besok pagi."

"Jangan lupa keperluan pribadimu sendiri. Tidak usah mengkhawatirkanku. Istirahatlah."

Atau seperti sebelum keberangkatan menuju Brazil awal bulan lalu. Satu hal yang Hyura rasa hilang dalam keberangkatan kali ini. Tidak ada itu semua, tidak ada perhatian dan ocehan dari Minho yang hanya khusus ditujukan untuknya.

Yeoja itu menghela nafas panjang. Ia kembali meyakinkan dirinya kalau semua ini tidak seharusnya ia khawatirkan. Ia juga butuh bahagia.

"Im Hyura, sudah. Jangan fikirkan itu semua. Cepat selesaikan ini semua dan istirahat." Ujar Hyura menyemangati dirinya sendiri.

Lagu-lagu dari Infinite dan SHINee bergantian mengalun menemani Hyura yang sedang melakukan packing barang-barang bawaannya. Tidak banyak. Hanya satu tas ransel besar saja. Namun, alunan musik itu terpaksa berhenti ketika ada panggilan masuk pada ponsel yeoja itu.

"Yobboseo.." Sapa Hyura.

"Aku mengganggumu?" Tanya suara di sebrang.

"Eoh? Anniyo oppa. Ada apa? Tumben menelfon malam-malam?"

"Berarti benar kalau aku mengganggumu. Kau sudah mau tidur?"

"Gwenchana oppa. Belum, aku baru saja selesai merapihkan barang bawanku untuk besok. Kau sendiri belum tidur?"

"Ah, aku lupa kalau kau akan ke Indonesia besok."

"Nde. Gelaran konser akhir mereka akan di selesaikan disana."

"Hyung, kalau kau ingin mengobrol dengan Hyura di telfon, bisakah kau melakukannya di luar saja?" Seru suara tenor yang sudah Hyura kenali sebagai suara L, visual Infinite.

"Yaaa, Kim Myungsoo. Kau cerwet sekali. Aku saja tak pernah mengganggumu kalau kau mengobrol dengan Sunhee lewat telfon." Keluh Sungyeol. "Hyura-ya, mian."

"Gwenchana oppa. Tapi sepertinya kau memang mengganggu L oppa. Istirahatlah, ini sudah malam. Akupun ingin beristirahat. Kita lanjutkan besok pagi saja. Bagaimana?"

"Aah, baiklah kalau begitu. Mian, geurigo Gomawo sudah mau kuganggu malam-malam." Ujar Sungyeol.

Ya, walaupun Sungyeol mungkin memang merupakan alasan utama Minho sampai marah seperti kemarin, tapi Hyura tidak menjaga jarak dengan namja itu. Ia menjalani hubungan persahabatannya dengan Sungyeol seperti biasa. Karena bagi Hyura, masalahnya adalah dengan Minho dan Sungyeol tidak ada urusannya dengan masalah itu. Ini masalah perasaan dan hubungan yang tak kunjung jelas antara keduanya. Bagi Hyura saat ini, ketiga member SHINee, kedua oppanya serta pasangan mereka dan Sungyeol adalah penyemangatnya untuk kembali berdiri dari semua kekacauan yang sudah terjadi.

*****

Perjalanan konser kali ini mungkin akan menjadi cerita panjanag dan membosankan bagi Minho, karena masalahnya dengan Hyura yang masih belum kunjung selesai hingga saat ini. Ia tidak akan melakukan penerbangan bersama dengan gadis itu dan ketiga membernya yang lain. Jadwal solomya, memaksa ia untuk berangkat menyusul di penerbangan malam. Tapi, pagi ini, ketika Hyura menjemput ketiga member SHINee yang lainnya di dorm, keduanya sempat bertemu. Kesan hangat yang biasa terpancar dari keduanya kali ini hilang. Tidak ada sapaan akrab dan hangat itu lagi. Keduanya saling bertemu, tapi tak ada senyum atau sapaan satu sama lain.

"Hyura-ya, bisa ikut aku ke ruang belajar sebentar?" Ajak Taemin.

"Eoh? Baiklah."

Hyura mengikuti gerak langkah kaki Taemin menuju ruang belajar diiringi dengan tatapan sendu Minho. Ya, namja itu ingin sekali kalau ia bisa mengajak dan mengobrol dengan Hyura seperti itu lagi. Tapi, gengsi dan keyakinan pada pendiriannya yang membuat jarak itu semakin bertambah jauh. Terlebih Hyura pun melakukan hal yang sama dengannya. Sama-sama menjaga jarak.

Suara pintu tertutup. Hyura menutup pintu ruang belajar SHINee dan menghampiri Taemin yang sudah lebih dulu duduk di depan meja komputer yang ada di ruangan itu.

"Anja.." Pinta Taemin menarikan kursi belajar lain.

"Geurae, ada apa?" Tanya Hyura bingung.

"Minho hyung." Jawab Taemin singkat.

"Bisa kita tidak membicarakan itu dulu saat ini?" Tanya Hyura lalu bangkit.

"Chankam.." Tahan Taemin menarik tangan Hyura lembut.

"Duduklah sebentar. Ada yang ingin kutakan padamu mengenainya Im Hyura. Tolong dengarkan sebentar saja." Pinta Taemin lagi.

"Aku tidak ingin membicarakannya Lee Taemin. Biarlah masalah ini kami berdua saja yang menyelesaikannya. Kalian sudah cukup terkena imbasnya malam itu. Biarlah aku saja yang merasakannya. Aku tak ingin kalian ada didalam ini semua. Melihat kalian menjadi saling menjaga jarak seperti kemarin membuatku semakin merasa bersalah." Balas Hyura.

"Arraso. Maka dari itu, duduklah sebentar. Dengarkan aku bicara." Pinta Taemin lagi.

Lee Taemin, maknae dengan segala kekonyolan yang dimilikinya, berusia paling muda diantara keempat membernya yang lain, tapi memiliki caranya sendiri untuk memperhatikan para membernya, terutama Minho. Ia menyayangi hyung terdekatnya itu. Terlepas dari apa yang sudah Minho lakuk, tapi ia mencoba mengerti, memahami. Yang ia tahu, Minho menyayangi Hyura dan namja itu tidak ingin kehilangan gadis itu lagi. Seperti apa yang sahabatnya pernah lakukan dulu. Kai mengambil Hyura dari sisi Minho. Ya, walaupun itu semua bukan sepenuhnya kesalahan Kai. Kondisi yang membuat semua itu menjadi suatu hal yang salah.

"Hyura-ya, dengarkan aku. Ini semua bukan salahmu atau salah Minho hyung. Situasi yang menjebak kalian. Oppa-dongsaeng zone yang telah diciptakan diantara kalianlah yang membuat semua ini menjadi salah. Tidak ada keterbukaan diantara kalian, aniiyo. Pada salah satu diantara kalian." Ujar Taemin. Hyura sudah duduk di hadapan Taemin. Mendengarkan apa yang akan namja itu katakan. "Aku tahu kau sudah selalu mencoba terbuka dengan apa yang sebenarnya kau rasakan padanya, dan Minho hyung sesungguhnya menyadari itu semua. Ia tahu kau masih menyayanginya, menyayangi lebih dari sekedar dongsaeng pada oppanya."

"Lalu?" Tanya Hyura.

"Suatu kondisi yang saat ini terjadi, semua orang menyalahkan Minho hyung atas sikapnya malam itu padamu, pada Sunhee noona dan pada kami. Sebelumnya, aku tidak bermaksud untuk membela sisi manapun. Aku hanya ingin dapat membantu kalian dengan bersikap netral." Lanjut Taemin. "Hyura-ya, aku menyadari, selama ini tidak ada yang mencoba memahami sikap yang Minho hyung lakukan padamu. Ia punya alasan. Aku yakin, ia pun tersiksa dengan semua yang terjadi. Tersiksa dengan zona nyaman sebagai kakak adik yang memang ia ciptakan, tersiksa dengan perasaan bersalahnya sendiri. Dan ia juga tersiksa dengan melihat kedekatanmu dengan Sungyeol hyung belakangan ini. Ia takut kehilanganmu lagi, Hyura-ya. Sangat takut. Karena Minho hyung juga menyayangimu."

Hyura terdiam. Ia menunduk dalam. Pikirannya entah berada dimana. Satu hal yang ia rasakan saat ini, ia bingung. Ia menyesal. Entahlah.

"Maafkan aku kalau terlalu mencampuri masalah ini, tapi aku terlanjur mengetahui semuanya. Ada sesuatu yang aneh melihatmu dengan Minho seperti sekarang ini. Aku tahu kau paham dengan apa yang kujelaskan tadi." Taemin memegang bahu Hyura lembut. "Kau sangat dewasa, Hyura-ya. Bahkan bisa lebih dewasa dibandingkan Jinki hyung untuk menghadapi Minho hyung. Kau sangat memahami dan mengerti dirinya. Maka dari itu, aku mohon tolong pahami apa yang Minho hyung lakukan padamu."

*****

Minho POV

Apa yang Taemin lakukan dengan Hyura di ruangan itu?

Kepalaku terasa sangat berat belakangan ini. Berdiri sendiri pada kondisi seperti ini, tanpa dukungan dan bantuan dari siapapun. Jinki hyung tidak ada disini, Jonghyun hyung dan Kibum masih mendiamkanku bahkan Hyura menjaga jarak denganku. Apa yang harus kulakukan?

Hanya Taemin yang masih mau mendengarkan apa yang aku lakukan. Walaupun aku tak yakin kalau itu semua akan banyak membantu, karena aku tahu ia pun marah denganku. Tapi walau bagaimana pun, masih ada satu orang yang mau mendengarkanku. Hidupku belakangan ini seperti tinggal di sebuah rumah yang ramai tapi tak ada satu penghuni pun yang ku kenal. Aku sendiri.

Pintu ruang belajar terbuka, Taemin dan Hyura keluar dari ruangan itu setelah sebelumnya Kibum sudah memanggil keduanya untuk segera bersiap. Mereka akan segera berangkat. Aku melihat Hyura tertunduk lemah, apa yang terjadi di dalam? Mungkinkah..

"Lakukan semampu yang kau bisa nona Im. Aku tahu kau mampu, karena memang hanya kau yang mampu." Ujar Taemin.

"Doakan saja Taemin-ah. Aku tak yakin." Balasnya.

"Kau pasti bisa. Yakinlah."

Taemin kembali ke kamarnya untuk mengambil barang-barangnya dan Hyura menuju tempatku saat ini. Ruang TV. Tapi bukan untuk menemuiku, melainkan untuk mengambil barang-barang miliknya yang ia letakan di sofa. Disampingku.

Ingin aku menariknya duduk disebelahku, menggenggam tangan putihnya. Meminta maaf padanya. Tapi, tapi aku tidak bisa melakukannya.

"Istirahatlah sebelum kau menyelesaikan jadwalmu hari ini. Persiapkan semua barang-barangmu dengan baik. Penerbangan malam akan lebih menyita tenagamu." Ujarnya pelan.

Hatiku mendadak terasa sakit. Bagaikan teriris. Perih. Ia memulai berbicara lagi denganku, tapi nada bicaranya..

"Aku pergi, temui aku ketika kau sudah sampai di Jakarta besok pagi. Kita bicara." Lanjutnya lagi lalu meninggalkanku.

Aku hanya mampu menatapnya dalam diam, menatap langkah kakinya yang semakin menjauh dariku. Apakah seperti ini rasanya kalau ia akan benar-benar meninggalkanku?

*****

Welcome back readers ^^

maaf untuk keterlambatan update nya

terima kasih sudah setia baca dan menikmati cerita ini

jangan lupa love comment sama subscribe nya ya

 

xoxo,

khaiicheen

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK