By Your Side
Part – 16
Author : tiara ekha (@khaiicheen)
*****
Just Believe it
Terik matahari yang cukup menyengat tidak menghentikan langkah para idol pengisi acara Music Bank in Brazil semalam untuk berjalan-jalan di kota terbesar negeri samba tersebut, Rio De Janiero. Mengunjungi beberapa tempat makan dan tempat belanja, guna membeli sedikit oleh-oleh untuk sahabat serta kerabat mereka di Seoul.
Kegiatan itu juga yang tengah dilakukan oleh Hyura dan Sungyeol. Hyura memenuhi janjinya pada namja itu, menemani jalan-jalan singkat mereka di Brazil ini. Gadis berambut coklat itu nampak manis dengan tanktop hitam yang dipadukan dengan rompi denim dan rok biru gelap selutut yang dikenakannya, sangat serasi dengan kemeja denim yang dikenakan oleh oleh Sungyeol saat ini. Keduanya tidak berjanji sebelumnya. Dan untuk penampilan Hyura, mister fashion di SHINee lah yang mengatur baju yang dipakainya itu, layaknya seorang coordi oppa, Key.
“Ada apa oppa? Kenapa kau tidak hentinya memperhatikanku sejak kita berangkat tadi?” tanya Hyura ketika keduanya sedang berada di salah satu cafe untuk menghilangkan dahaga yang mereka rasakan.
“Eoh? Anniyo. Kau tampak cantik, Hyura-ya.” Balas Sungyeol kagum. Ia memang terpesona dengan penampilan Hyura yang berbeda dari biasanya ini. Lebih santai namun terlihat sangat feminim.
“Gomawo oppa.” Balas Hyura.
“Cheonmaneyo nona Im.” Ujar Sungyeol hangat. “Oh iya, bolehkan aku memintamu untuk selca bersama denganku?” pinta Sungyeol malu.
“Hmm, boleh atau tidak ya?” Sungyeol terlihat melemahkan ekspresinya. “Waeyo oppa?”
“Anniyo. Baiklah kalau kau tidak mengijinkannya. Lain waktu saja kalau begitu.”
“Eiys, memangnya aku sudah bilang menolaknya?”
“Memang belum, tapi sepertinya akan begitu.” Ujar Sungyeol kemudian meletakan kembali ponselnya diatas meja dan menyeruput ice mocchacino float miliknya. Memainkan sedotan yang ada diatasnya asal.
Tanpa disangka, Hyura lah yang lebih awal memulai kegiatan foto itu. Gadis itu dengan sengaja mengaktifkan fitur kamera pada ponselnya dan mengambil gambar Sungyeol lebih dulu dengan ekspresi kecewanya itu.
“Nice pict.” Ujar Hyura memperhatikan gambar yang baru saja diambilnya itu.
“Eoh? Apa yang kau lakukan, Hyura-ya?” tanya Sungyeol kaget.
“Mengambil foto seorang idola yang sedang kesal. Aku akan menyimpannya oppa.” Balas Hyura.
“Eiys, jadi kau mencuri gambarku?”
“Mencuri? Sepertinya tidak. Hanya tidak sengaja mengambilnya saja.” Balas Hyura menunjukkan foto Sungyeol sekilas pada sang pemilik.
“Yaaa, itu sangat buruk.” Protes Sungyeol mencoba mengambil ponsel milik gadis itu.
“Tapi ini menggemaskan oppa. Jarang sekali bisa melihat fotomu seperti ini.” balas Hyura memasukan ponselnya ke dalam tas.
“Eiys, Hyura-ya. Itu sangat buruk. Memalukan sekali.” Keluh Sungyeol.
“Gwenchana. Aku menyukainya oppa. Sangat dirimu sekali.” Balas Hyura.
“Baiklah, terserahmu saja. Tapi aku meminta bayaran atas foto itu.”
“Kau suka sekali meminta bayaran atas apa yang kau lakukan oppa.”
“Aku kan seorang idol, maka apa yang aku lakukan tidak akan ku berikan dengan cuma. Para inspirit saja membayar kami dengan cinta mereka.” Ujar Sungyeol asal. “Dan aku juga hanya meminta bayaran ini padamu saja.”
“Geurae. Apa yang kau inginkan? Selca bersama?” tanya Hyura langsung.
“Nde, seperti permintaanku sebelumnya.”
“Baiklaah. Tapi kau yang berpindah posisi kesebalahku.”
“Jinjja?”
“Nde, Sungyeol oppa.” Balas Hyura tersennyum.
Sungyeol pun segera memindahkan posisinya ke sebelah gadis itu dan memulai aksinya bercelca ria dengan Hyura. Saling menjahili satu sama lain dan berekspresi menggemaskan satu sama lain. Suatu kebahagiaan kecil bagi keduanya dengan makna yang berbeda. Menyenangkan Bagi Sungyeol karena ia bisa semakin dekat dengan Hyura dan meringankan beban bagi Hyura dari masalahnya dengan Minho kemarin, bukan, sampai saat ini.
*****
Sedangkan di tempat lain, keempat member SHINee memutuskan untuk menikmati waktu santai mereka bersama. Keempatnya memilih sebuah restoran bergaya unik untuk sekedar minum dan makan makanan ringan.
“Mau sampai kapan mendiamkan kami seperti ini tuan Choi?” ujar Key gemas.
“Nde, hyung. Mau sampai kapan?” tanya Taemin.
“Masih tidak mau menanggapi kami?” tambah Jonghyun.
Namun ekspresi tak bersahabat masih saja ditunjukan oleh Minho pada keempat rekannya itu. Minho masih diam, tidak menyahut atau menjawab pertanyaan ketiga membernya yang lain.
“Yaa, kami seperti berbicara dengan patung sejak tadi.” Keluh Jonghyun.
“Baiklah, kalau ia mau terus mendiamkan kita. Lihat saja sampai kapan ia mampu bertahan seperti itu. Mogok berbicara dengan kita.” ujar Key enteng.
“Aish, kalian semua berisik sekali. Amat sangat mengganggu.” ujar Minho akhirnya.
“Habis, kau bersikap seperti itu pada kami. Sikapmu itu yang mengganggu kami. Bukan dirimu sekali.” Balas Taemin.
*****
Minho POV
Aku diam bukan berarti aku setuju bukan?? Apa-apaan hari ini, tanpa izin padaku, Hyura pergi berjalan-jalan bersama Sungyeol dan meninggalkanku sendiri bersama ketiga memberku yang lain ini. Mereka partner dalam segala hal, entah saling mendukung atau mengjahili yang lainnya. Seperti saat ini, ketiganya tengah berkomplot untuk menjebakku berada disini. Tidak membiarkanku mengganggu Hyura. Aku jadi semakin penasaran dengan rencana mereka sesungguhnya. Mendekatkan Hyura dengan Sungyeol hanya untuk membuatku merasa takut kehilangannya atau ada maksud dan tujuan lain? Hmm, apa itu, kurasa kalian bisa menyimpulkannya sendiri.
"Yaaa, pangeran kodok. Masih ingin melanjutkan aksi mogok bicaramu dengan kami?" Ujar Kibum.
"Hyung, mau sampai kapan seperti ini? Tidak kah kau bosan menutup mulutmu terus sejak semalam. Terasa aneh sekali ketika kau selalu berisik ketika sekamar denganku, tapi semalam hanya diam saja." Keluh Taemin. Ya, memang sejak kembali dari vennue acara kemarin aku melanjutkan aksi mogok bicaraku. Tidak hanya pada mereka, tapi juga pada Hyura.
"Mau aku kembali banyak bicara? Bawa Hyura kesini bersama kita sekarang." Ujarku. Sebenarnya itu adalah sedikit permohonanku pada mereka. Jenuh sekali tidak bersama gadis itu walaupun ia sedang berada di dekat kami.
"Eiys, Hyura kan sedang pergi dengan Sungyeol. Biarkan saja dia berjalan-jalan dulu. Menikmati waktunya juga disini. Apa kau tidak kasihan melihatnya sudah bekerja seharian kemarin. Ia juga butuh hiburan, Minho-ya." Tanggap Jonghyun.
"Baiklah, terserah kalian kalau kalian ingin aku melanjutkan aksi mogok bicaraku." Balasku malas.
"Ya sudaah, terserahmu saja Choi Minho. Kami lebih peduli padanya saat ini dibandingkan memusingkan sikap kekanakanmu ini. Lanjutkan saja kalau memang kau ingin melanjutkannya. Kami tidak peduli.Heol.." Ujar Kibum mengibaskan tangannya. Apa katanya? Kekanakan? Aish, mau apa anak ini? Tak hentinya memancing emosiku saja.
"Yaa, siapa yang kekanakan? Wajar bukan kalau aku bersikap seperti ini? Aku khawatir dengannya. Apalagi berada di dekat orang baru seperti Sungyeol." Balasku kesal.
"Aish hyung. Kenapa kalian menjadi bertengkar seperti ini?" Ujar Taemin mencoba menenangkan kami berdua.
"Sudahlaaah, Minho-ya. Kami semua tahu kau mengkhawatirkannya. Tapi bukan caranya seperti ini. Menurutku ini terlalu berlebihan untuknya. Kau terlalu menjaganya. Kasihan Hyura." Ujar Jonghyun.
"Coba lihat sekarang. Sungyeol bukanlah orang baru bagi kita dan Hyura. Kita sudah mengenalnya sejak Infinite debut dulu lalu Hyura juga sudah mengenalnya sejak beberapa bulan yang lalu. Alasanmu sangat tidak masuk akal.Kau bukan mengkhawatirkannya Choi Minho. Kau takut, takut kehilangannya lagi." Ujar Kibum semakin mengesalkan.
"Ya, hyung. Hentikan. Sudaah, kalian ini apa-apaan?" Ujar Taemin.
*****
Suasana makan siang itu menjadi canggung. Suasana yang tak pernah terjadi diantara keempatnya sejak mereka debut dulu. Seandainya saja Onew ikut serta dengan mereka saat ini, pasti keadaan tidak akan sedingin ini. Ada sang leader yang mampu menenangkan kedua namja yang baru saja berdebat hebat itu. Key dengan kegemasannya melihat sikap Minho yang semakin tak bisa ia tolerir dan Minho dengan kekesalannya menanggap para membernya menjebak dirinya.
Keempatnya kini sibuk dengan pikiran masing-masing. Jonghyun dengan ponsel miliknya, melakukan komunikasi singkat dengan sang kekasih yang berada di Korea -dan saat ini tengah menemani Onew di rumah sakit-, Key yang juga tengah sibuk dengan ponselnya, namun bukan untuk berkomunikasi dengan Eunji ataupun istri virtualnya, melainkan menanyakan kabar Hyura dan kegiatan apa yang tengah gadis itu lakukan bersama dengan Sungyeol.
Dan Taemin yang tengah menutup mata, memikirkan bagaimana ia harus bersikap pada apa yang baru saja terjadi ini, namja itu memang turut serta dalam ide Kibum untuk membuat Minho mengeluarkan semua yang dirasakannya, tapi melihat Minho seperti sekarang, ia juga merasa kasihan. Walau bagaimanapun, Minho lah yang paling dekat dengannya. Sedangkan sang pemeran utama, Choi Minho tengah duduk menghadap pemandangan di luar cafe. Menerawang apa yang Key katakan sebelumnya. Sebenarnya ia bukan kesal karena perkataan sang sahabat itu, tapi kesal pada dirinya sendiri, menyadari kalau apa yang Key katakan benar adanya. Ketakutannya semakin melanda perasaannya.
"Maafkan kami kalau kami membuatmu merasa kesal." Ujar Jonghyun tenang menghampiri Minho.
"Eoh? Anniyo hyung. Aku yang seharusnya meminta maaf. Kalian semua benar. Ini hanya ketakutanku saja." Balas Minho menunduk.
"Aku pribadi mengerti apa yang kau rasakan, Minho-ya. Kau sangat menyayanginya bukan? Ia lebih dari sekedar adik bagimu."
"Hyung.." Ujar Minho menoleh.
"Ikut aku ke pinggir pagar itu." Ajak Jonghyun lalu bangkit. "Minho-ya, semua itu sangat terbaca dan kurasa Hyura sebenarnya menyadari itu." Jonghyun membuka suara ketika keduanya sudah berada jauh dari meja mereka.
"Kalau ia menyadarinya kenapa ia malah besikap seperti ini padaku? Ia menjadi lebih terbuka untuk dekat dengan orang lain belakangan ini. Dulu ia tidak seperti ini, bahkan ketika dengan Jongin dulu ia sangat menjaga perasaanku." Balas Minho kecewa.
"Arra. Tapi tidak kah kau sadar kalau ia juga butuh kepastian akan hubungannya denganmu? Berbicara mengenai menjaga perasaan, kurasa ia sudah sangat baik melakukannya untukmu."
"Maksudmu hyung?"
"Seperti sekarang, memang tidak ada yang melarangmu mengkhawatirkannya, tapi kurasa ada sedikit cara yang salah dengan apa yang kau lakukan itu. Kau terlalu melarangnya ini dan itu, padahal kau sendiri sudah menyadari kalau kau hanya berstatus sebagai oppanya saat ini. Bukan namjachingunya." Ujar Jonghyun. "Tapi pernah kah ia mengatakannya padamu kalau ia terganggu dengan apa yang kau lakukan?"
"Tidak hyung." Balas Minho menerawang.
"Lihat, ia masih menjaga perasaanmu. Ia tidak mengatakannya. Dan mengenai Sungyeol, menurutku apa yang dilakukannya dengan namja itu masih dalam batasan dekat sebagai sahabat baru. Seperti Sunhee yang dekat dengan kita dan Jinki hyung." Jelas Jonghyun. "Itu yang kau takutkan bukan?"
"Tapi hyung, bagaimana dengan apa yang ada dalam niat Sungyeol mendekati Hyura?"
"Itu urusannya, Minho-ya. Masing-masing orang punya hak untuk itu. Menyukai seseorang adalah hak setiap manusia. Tidak peduli status atau apapun. Saat ini, yang bisa kau lakukan kalau tidak ingin kehilangan Hyura kembali adalah perjelas hubunganmu dengannya. Dengan itu, maka kau bisa bersikap seperti yang kau lakukan padanya karena hubungan kalian sudah memiliki status." Lanjut dino prince itu.
Minho menarik nafas dalam. Mencoba mencerna lebih dalam apa yang dikatakan oleh Jonghyun. Haruskah dalam waktu dekat ini, tapi ia belum siap. "Baiklah, hyung. Aku akan mencobanya. Terima kasih untuk saranmu dan aku minta maaf dengan sikap dinginku pada kalian."
"Gwenchana, tapi rasanya maaf itu tidak tepat kau ucapkan pada kami. Katakan itu pada Hyura. Ia yang lebih mengkhawatirkanmu."
"Baiklah, hyung. Aku akan meminta maaf padanya nanti ketika tiba di hotel."
*****
Perjalanan singkat Hyura dan Sungyeol berakhir di sebuah toko pakaian. Hyura berniat untuk membelikan beberapa oleh-oleh untuk kedua oppanya, Minho dan juga Sungyeol.
"Oppa, coba kau pakai ini?" Ujar Hyura memberikan sebuah kemeja berbahan kaos pada Sungyeol.
"Ige?" Tanya Sungyeol.
"Nde, coba kau pakai. Aku ingin melihatnya." Balas Hyura.
Dengan langkah pasti, Sungyeol masuk ke dalam ruang ganti yang berada di dalam toko tersebut. Mencoba pakaian yang diminta oleh Hyura.
"Sedang apa kau disini, Hyura-ya?" Sapa Woohyun menghampirinya bersama dengan Sunhee.
"Aah, kamjagiya. Oppa, kau mengagetkan saja." Balas Hyura terkejut.
"Hahahaha. Mian, aku tidak sengaja." Ujar Woohyun.
"Hyura-ya, dimana choding oppa?" Tanya Sunhee.
"Sedang mencoba pakaian di dalam." Balas Hyura.
"Aah, dia berbelanja?" Tanya Woohyun heran.
"Anniyo. Aku yang memintanya mencoba baju. Aku berencana untuk membelikan beberapa oleh-oleh untuk kedua oppaku, Minho oppa dan juga untuknya. Sebagai balasan atas hadiah yang sudah ia berikan padaku beberapa waktu lalu." Jelas Hyura.
"Hadiah? Kaktus maksudmu?" Seru Woohyun jahil.
"Nden oppa."
"Begitu rupanya, semoga saja alerginya terhadap label pakaian itu tidak langsung bereaksi ketika ia selesai mencoba baju itu." Ujar Sunhee.
"Alergi? Maksudmu eonni?"
"Aah, begini Hyura-ya. Sungyeol memiliki alergi dengan label pakaian yang digunakannya. Tidak peduli dengan pakaian biasa ataupun mahal, label pakaian yang terdapat di dalamnya bisa membuat bagian tubuhnya yang terkena itu menjadi memerah." Jelas Woohyun.
"Apakah separah itu oppa?"
"Sejak kami tinggal bersama sudah seperti itu. Maka dengan itu kami menjadi lebih mudah membedakan mana pakaiannya dan yang lainnya."Lanjut Woohyun memainkan bahunya.
"Tapi semoga saja kali ini tidak bereaksi." Ujar Sunhee.
Tak lama, Sungyeol keluar dari ruang ganti dan menunjukkan penampilannya pada Hyura dengan baju pilihannya.
"Eotthe?" Tanya Sungyeol. "Ah, kalian berada disini juga?" Sapa Sungyeol pada Woohyun dan Sunhee.
"Jhoa oppa. Bagus sekali. Baiklah, kau bisa melepasnya sekarang." Ujar Hyura sedikit khawatir.
"Sudah, hanya seperti ini?" Tanyanya.
"Nde." Balas Hyura.
"Sudah oppa, cepat ganti dengan bajumu lagi sebelum alergimu itu kambuh." Tambah Sunhee.
"Eiys, tenang saja. Itu tidak akan terjadi." Balas Sungyeol percaya diri.
"Tapi berjaga-jaga lebih baik oppa. Aku juga sudah melihatnya bukan?" Ujar Hyura.
"Aah, baiklah. Aku akan segera berganti lagi."
Sungyeol pun kembali masuk ke ruang ganti, mengganti pakaiannya.
"Menyenangkan seharian pergi bersamanya, Hyura-ya?" Tanya Woohyun.
"Nde oppa. Sedikit banyak ia membantuku menghilangkan segala kepenatanku." Balas Hyura.
"Aah, menyenangkan sekali bisa jalan bersama seperti itu. Seandainya saja.." Ujar Sunhee.
"Seandainya saja apa? Myungsoo bersama dengamu saat ini? Pergi berdua seperti mereka?" Potong Woohyun dengan pertanyaan tanpa henti.
"Yaa, oppa. Kenapa harus dihubung-hubungkan dengannya. Aku belum selesai bicara." Protes Sunhee.
"Lalu?" Tanya Woohyun.
"Seandainya saja ada Onew oppa disini. Aku kan bisa pergi dengannya. Tidak menemanimu yang tak jelas arahnya seperti ini." Balas Sunhee.
Hyura hanya tersenyum penuh arti. Bangga dengan yeoja di hadapannya ini, sebagaimana rasa sakit yang mungkin masih dirasakannya saat ini, tapi yeoja itu berusaha untuk tetap kuat. Tak menyesali keputusan yang telah dibuatnya untuk mengakhiri hubungannya dengan sang mantan kekasih. Mungkinkah ia akan sanggup melakukannya juga kalau ia memang tak bisa bersama dengan Minho? Pikiran Hyura kembali menerawang, memikirkan kembali sikap dingin Minho yang belum juga mencair padanya sejak kemarin.
"Hyura-ya, gwenchana?" Tanya Sungyeol sekembalinya ia menghampiri ketiganya.
"Eoh? Aanniyo. Gwenchana." Balas Hyura. "Kau sudah selesai oppa? Tidak ada masalah dengan tubuhmu kan?" Tanya Hyura lagi.
"Sejauh ini tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan." Balas Sungyeol.
"Hyura-ya, jinjja gwenchana?" Tanya Sunhee menyadari ada perubahan ekspresi dalam mata Hyura.
"Nan gwenchana eonni." Balas Hyura. "Oh iya, tetap tersenyum seperti ini, arra? Jinki oppa memintaku untuk terus membuatmu tersenyum selama berada disini. Ia mengatakanya ketika mengirimiku pesan pagi tadi." Lanjut Hyura.
"Eiys, kau tidak perlu khawatir, Hyura-ya. Sunhee adalah yeoja tangguh. Tak peduli apapun, ia akan selalu tersenyum selama berada di dekat kami. Benarkan Hee-ya?" Tanya Woohyun.
"Nde oppa. Aku baik-baik saja dan tidak peduli dengan apapun yang terjadi saat ini. Aku adalah aku, Kim Sunhee." Ujar Sunhee bersemangat. Semangat yang lebih nyata untuk menunjukan kalau memang gadis itu merasa baik-baik saja.
"Apa yang kalian maksudkan? Aku tidak mengerti." Potong Sungyeol.
"Nanti juga kau akan mengetahuinya sendiri, Yollie-ah. Sudah, ayo kita segera kembali ke hotel untuk beristirahat. Sepertinya member yang lain juga sudah menunggu." Ajak Woohyun.
"Yaa, kenapa kalian senang sekali menyembunyikan sesuatu dariku dan selalu membuatku penasaran." Protes Sungyeol. "Ada apa sebenarnya, Hyura-ya?"
"Tidak ada apa-apa, oppa." Balas Hyura. "Ya sudah. Aku akan membayar pakaian yang akan kubeli ini terlebih dahulu." Pamit Hyura menuju ke meja kasir, meminta 2 pakaian yang sama dengan yang di coba oleh Sungyeol tadi dan 2 lagi dengan warna dan ukuran yang bebeda. Untuk kedua oppanya, Seulong dan Hyunsik.
*****
Waktunya makan malam dan saat ini seluruh idol beserta tim mereka tengah berada di restoran hotel yang mereka tempati. Namun, Minho tidak tampak diantara rombongan SHINee berserta timnya. Namja itu memilih untuk tetap berada di kamar, kembali merenungkan segala sikapnya terhadap Hyura belakangan ini, terlebih ketika Jonghyun menasihatinya tadi. Semuanya kembali berkelibatan di kepalanya, membuatnya semakin pusing hingga menghilangkan nafsu makannya.
“Bagaimana jalan-jalan dengan Sungyeol hari ini? Menyenangkan?” tanya Raemi ketika keduanya tengah berjalan menuju meja makan.
“Hmm, cukup menyenangkan untuk menghilangkan segala kepenatan dari pekerjaan ini.” balas Hyura tersenyum.
“Melegakan bisa melihatmu tersenyum lepas lagi seperti ini. Senyuman yang membuatku tertarik dengan kepribadianmu sejak kita bertemu setahun yang lalu.” Ujar Raemi.
“Apakah seperti itu eonni?” Raemi mengangguk. “Oh iya, dimana Minho oppa, eonni. Aku belum bertemu dengannya lagi setelah waktu jalan-jalan kita tadi.” Tanya Hyura.
“Sepertinya masih di kamar. Kalau sampai kiat selesai makan malam ia tak kunjung turun, bisa kan kau mengantarkan makanan padanya?” pinta Raemi. Yeoja itu sudah memperhatikan situasi yang sudah terjadi diantara Hyura dan juga Minho. Dan sepertinya sikap manja namja itu kembali muncul lagi setelah Hyura sengaja di jauhkan darinya seharian ini.
“Baiklah eonni. Aku akan mengantarkanya nanti.” Balas Hyura.
“Oh iya, ingin bergabung dengan Sunhee dan para member Infinite atau denganku berasama dengan para manager dan staff yang lain?” tawar Raemi. Hyura terlihat bingung. “Sudah, bergabunglah dengan Sunhee dan member Infinite saja. Para member pun juga ada disana.” Hyura membalasnya dengan anggukan kepala dan senyumannya.
Keduanya pun berpisah pada meja masing-masing. Hyura melangkahkan kakinya menuju meja makan bersama dengan para member SHINee, Infinite –terkecuali L yang memilih untuk bergabung dengan para manager dan coordi noona- dan juga Sunhee. Menikmati makan malam mereka sambil saling bergurau satu sama lain. Dan tak jarang cerita Sungyeol dan Hyura seharian itu lah yang menjadi bahan gurauan mereka. Membully sang choding prince secara tersurat yang akhirnya mampu memancing tawa bahagia bagi kedua yeoja yang tengah bergabung dengan mereka.
Acara makan malam pun selesai, Hyura juga sudah meminta tolong pada sorang waiters untuk menyiapkan sepiring makanan yang akan dibawanya untuk Minho. Karena namja itu tak kunjung turun untuk makan malam. Hyura pun pamit lebih awal dibandingkan yang lainnya ketika pesanannya sudah diberikan oleh salah seorang waiters.
“Oppa-deul eonni, aku pamit kembali lebih dulu.” Pamit Hyura.
“Kau mau kemana? Nanti saja naik bersama dengan kami.” Ujar Sungyeol.
“Anniyo. Aku harus menemui Minho oppa lebih dulu untuk mengantarkan ini padanya. Dia tak kunjung turun sejak tadi.” Balas Hyura.
“Mengurus oppamu itu dulu, Hyura-ya?” tanya Woohyun.
“Nde. Dia memiliki riwayat sakit maagh yang sedikit mengkhawatirkan oppa. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi.” Jelas Hyura.
“Memang calon yeojachingu yang baik.” Seloroh Hoya memancing sikutan dari sang leader yang berada di sebelahnya.
“Baiklah, antarkan itu untuknya, Hyura-ya. Dan pastikan ia menghabiskannya.” Ujar Jonghyun lembut.
“Nde, oppa. Aku akan memastikannya. Kalau begitu aku pamit lebih dulu.”
“Aku antar sampai ke lift.” Usul Sungyeol.
“Tidak perlu oppa. Kau disini saja dengan yang lainnya.” balas Hyura.
“Sudah, Hyura-ya. Terima saja tawaran dari choding oppa itu.” Seru Sunhee.
Akhirnya Sungyeol mengantarkan Hyura sampai lift sebelum namja itu kembali pada groupnya, menikmati obrolan disela waktu makan malam mereka. Namun, ketika menunggu di depan lift, Sungyeol beberapa kali terlihat menggaruk bagian tengkuknya.
“Gwenchana oppa?” tanya Hyura khawatir.
“Ah,gwenchana.” Balas Sungyeol tersenyum memaksa.
“Boleh aku lihat?” setelah terlihat berfikir beberapa saat, Sungyeol memperbolehkan Hyura melihat bagian tengkuknya yang sudah mulai memerah. “Oppa, jinjja gwenchana? Kulitmu sudah memerah.” Ujar Hyura benar-benar khawati.
“Benarkah? Tapi sepertinya tidak apa-apa untuk saat ini. Nanti aku akan memakaikan obat sekembalinya ke kamar.” Ujar Sungyeol menyudahi kekhawatiran Hyura bersamaan dengan bunyi lift yang terbuka.
“Jinjja? Mian, ini salahku.”
“Gwenchana Hyura-ya. Tenang saja, ini bukan salahmu. Sudah, cepatlah masuk, segera antarkan itu untuk Minho.” ujar Sungyeol.
“Jinjja gwenchana oppa?” tanya Hyura masih khawatir.
“Nde. Sudah. Cepat masuk. Aku juga akan segera kembali pada yang lainnya.” balas Sungyeol.
“Baiklah.” ujar Hyura. “Oh iya oppa, hubungi aku kalau kau sudah kembali ke kamar. Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu. Tapi tertinggal di kamar.” Sungyeol mengangguk lalu melambaikan tangannya pada Hyura hingga pintu lif tertutup.
Aish, alergi seperti ini menggangguku sekali. Menyebalkan. Gumam Sungyeol kesal.
*****
Setelah kembali dari restoran hotel, Hyura lebih dulu masuk ke kamarnya. Mengambil baju yang sudah dibelinya untuk Minho ketika jalan-jalan bersama Sungyeol tadi. Baju yang sama dengan yang akan gadis itu berikan pada Sungyeol. Entah kenapa, ia terfikir untuk membelikan baju yang sama, layaknya couple untuk Minho dan Sungyeol.
Kembali pada situasi saat ini. Hyura sudah tiba di depan kamar Minho. Namun, ia terlihat ragu ketika tangannya hendak mengetuk pintu kamar namja itu. Haruskah aku masuk? Apa Minho oppa masih marah padaku? Im Hyura, anggap saja kalau semuanya baik-baik saja. Batin Hyura.
Akhirnya yeoja itu pun mengetuk pintu kamar tersebut.
“Masuk saja. Pintunya tidak dikunci.” Ujar Minho dari dalam.
Hyura pun membuka pintu kamar Minho dan melangkahkan kakinya masuk.
“Kenapa tidak turun untuk makan malam oppa?” tanya Hyura memberanikan diri setalh ia yakin kalau Minho sepertinya sudah tidak marah lagi dengannya. Sebuah senyuman sudah tersungging di wajah tampan namja itu.
“Anjja.” Ajak Minho agar Hyura duduk disamping tempat tidurnya.
“Sudah tidak marah denganku?” tanya Hyura menghampiri tempat tidur namja itu. Minho menggeleng dan tersenyum manis pada Hyura. Senyuman yang selalu mampu membuat jantung Hyura berdegup tidak karuan. “Ini makanan untukmu dan tolong kau habiskan. Aku tidak mau melihatmu sakit lagi kalau sampai telat makan.” Ujar Hyura yang sudah mulai kembali cerewet pada namja itu.
“Baiklah, taruh saja dulu di sini. Nanti aku akan memakannya.” Balas Minho mengambil makanan yang diberikan oleh Hyura dan meletakkannya di meja keci, disamping tempat tidurnya. “Bagaimana jalan-jalanmu dengan Sungyeol seharian ini? Menyenangkan?”
“Oppa..” ujar Hyura terlihat kaget dan tampak menyesal.
“Wae? Kenapa ekspressimu seperti itu?”
“Anniyo. Mian tidak menemanimu dan yang lainnya tadi. Aku sudah membuat janji dengannya kemarin dan aku memenuhinya hari ini.” Hyura menunduk.
“Gwenchana. Kalau itu bisa membuatmu senang dan lebih terlihat baik, tidak apa-apa.” Ujar Minho mengangkat wajah Hyura untuk kembali menatapnya.
“Kau tidak marah?”
“Marah? Untuk apa?”
“Kemarin saja..”
“Kemarin adalah kemarin, Raa-ya. Maafkan keegoisanku kemarin malam. Aku menyesal telah melakukan itu padamu. Aku sadar apa yang aku lakukan salah. Cara yang kugunakan untuk menjagamu salah.” Jelas Minho.
“Oppa..” ujar Hyura lagi. Matanya sudah tergenang air karena terharu dengan sikap Minho padanya.
“Wae? Kenapa menangis?” Minho menarik Hyura dalam pelukannya.
“Nappeun..” ujar Hyura memukul pelan bahu Minho yang berotot. Akhirnya air matanya tumpah juga dalam pelukan namja itu. Walau sebahagia apapun ekspressi yang ditunjukkan yeoja itu seharian ini. Disudut hati terdalamnya ia tetap merasa takut dengan perasaan Minho.
“Sudah puas memukuliku?” tanya Minho masih memeluk gadis itu. Menepuk lembut punggung Hyura.
“Oppa, jangan lakukan ini lagi padaku. Tolong jujur dengan perasaanmu. Kalau kau jujur mengatakannya, aku pun akan berusaha jujur padamu.” Balas Hyura.
“Arra. Berarti mulai saat ini kau mau menuruti perkataanku bukan?”
“Untuk?”
“Sungyeol.”
“Oppa, jaebal. Jangan lakukan itu lagi. Kalau kau oppaku, kau pasti mengijinkanku untuk menambah teman dan memperluasnya bukan?”
“Ah, ndee. Apa katamu saja. Aku akan mengikutinya. Oppa yang baik adalah oppa yang selalu menjaga adiknya dengan caranya sendiri. Seperti Seulong hyung dan Hyunsik yang menjagamu. Benar?” tanya Minho sedikit terselip rasa kecewa di baliknya, karena Hyura masih dalam keyakinannya menganggap Minho sebagai oppanya. Ya, ia kembali terjebak dalam oppa-dongsaeng zone yang dibuatnya sendiri. Kata-kata yang disampaikannya terlalu bersayap sehingga membuat gadis itu bingung.
“Oppa, janji untuk tidak melakukan ini lagi? Aku takut kau marah padaku. Karena saat ini, kaulah oppa yang paling dekat denganku dan selalu disampingku dibandingkan kedua oppaku itu.” pintanya.
“Nde. Yaksok.” Ujar Minho mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking gadis itu yang berurkuran jauh lebih kecil dibandingkan miliknya.
“Oh iya, oppa. Aku membelikan ini untukmu. Tadi ketika berjalan-jalan, aku sempat mampir ke sebuah toko pakaian. Membelikan oleh-oleh untuk Seulong dan Hyunsik oppa juga.” Ujar Hyura mengusap air matanya lalu memberikan sebuah bungkusan kecil yang sudah di ambilnya tadi,
“Bersama dengan Sungyeol juga? Atau kau juga membelikannya juga?” tanya Minho.
“Hmm, membelikannya atau tidak ya? Itu rahasia. Aku tidak mau memberitahukannya padamu.” Balas Hyura.
“Geurae, jadi adikku ini kembali bermain rahasia denganku?” ujar Minho mencubit singkat pipi chubby gadis itu.
“Oppa, appo.” Protes Hyura mengusap-usap pelan pipinya.
“Jeongmal?”
“Nde, appo. Kau ini kenapa suka sekali mencubit pipi atau pinggangku kalau sudah gemas? Itu sakit oppa.”
“Karena hanya kedua tempat itu yang bisa kujangkau dengan cepat.” Balas Minho asal.
“Eiys, seenaknya saja.” Protes Hyura lagi.
“Biar saja, selama itu bisa membuatku bahagia dan memancing senyuman lepas di wajahmu lagi.” Ujar Minho yang sudah berancang-ancang melindungi tubuhnya dengan bantal karena Hyura juga terlihat sudah megambil posisi untuk mencubiti bagian tubuhnya.
“Sudah, hentikan sampai disini dulu, Raa-ya. Aku mau makan, aku lapar.” Pinta Minho mengakhiri aksi bercanda keduanya itu.
“Aish, alasanmu selalu saja bisa menghentikan semuanya. Baiklah, makan sampai habis. Arra?”
“Nde, nona Im.” Seru Minho.
Keduanya pun sibuk dengan pikiran masing-masing mengenai apa yang akan terjadi dengan keduanya kedepannya. Akankah Minho benar-benar mengakui semuanya dalam waktu dekat ini? atau Mungkinkah Hyura membiarkan dirinya nyaman dengan kedekatannya dengan Sungyeol? Kenyamanan yang berbeda dengan apa yang didapatnya dari Jongin dulu ketika yeoja itu juga tengah dihadapkan dalam posisi yang hampir sama dengan saat ini.
*****