home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DIFFERENT DIMENSION

DIFFERENT DIMENSION

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jul 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : BTS Jin, V, Jungook, Jimin EXO Suho, D.O.,Baekhyun, Sehun, Chanyeol, Chen AOA Hyejeong, Miss A Suzy,
Tags :
Status : Complete
2 Subscribes |10377815 Views |8 Loves
DIFFERENT DIMENSION
CHAPTER 5 : The Mysterious Missing (2)

March, 3rd 2014

07.25 AM

Sehun melirik YiChan yang sudah tertidur pulas di tempat tidur sampingnya. Walau sudah cukup lama ia bertemu dengan Yichan, ia baru mengetahui nama yeoja itu adalah Park YiChan. Senyun tipis tergambar dari raut wajahnya. Ia lalu mengalihkan pandangannya pada kedua mahasiswa kedokteran yang berjaga sambil mengobrol akrab disana. Suara mereka cukup keras saat bicara, tak jarang adegan 'pukul memukul' antara keduanya juga berlangsung. Aneh memang, tapi Sehun justru suka menyaksikan interaksi orang-orang disekitarnya. Segala yang terjadi disekitarnya menyadarkannya banyak masalah, canda, tawa, juga kesedihan yang mungkin saja orang lain alami lebih darinya. Hal ini akan membuatnya semakin menikmati hidup yang sering tak disyukuri banyak orang. Itulah alasan mengapa Sehun sering tertawa-tawa girang jika menonton apapun yang terjadi pada orang-orang disekitarnya.

Pandangan Sehun kembali berpindah pada jam dinding yang terus berdetak. Ia merasakan detik demi detik detakan jam itu membuatnya semakin tak bisa menutup matanya. Disisi lain ia sudah sangat mengantuk. Ia menutup matanya, sayangnya suara detakan jarum jam itu masih santer terdengar. Sehun bahkan terus menghitung detaknya. "Mungkin bisa digunakan untuk membuat mengantuk seperti menghitung domba" Gumam Sehun. Ia melanjutkan menghitung dalam hati "1....2...3...4...5..............."

10 menit kemudian....

"118...119...120.... aissshhh", Ia membuka mata kembali karena ia belum juga bisa tertidur.

***

YiChan tidak benar-benar tertidur seperti apa yang Sehun kira. Ia juga masih mendengar suara mahasiswa kedokteran yang sedang mengobrol. Sama halnya dengan Sehun, YiChan yang sedari tadi menutup matanya juga dapat merasakan tekanan dari detik jam dinding yang sangat membuatnya tak nyaman dan sulit tidur. Ia mendengar gumam pelan Sehun. "Mungkin bisa digunakan untuk membuat mengantuk seperti menghitung domba." Ide Sehun tak buruk, ia bisa menggunakan detik jam itu agar cepat tidur, karena niatnya datang ke ruang kesehatan memang untuk melanjutkan tidurnya yang tertunda akibat ia harus berangkat ke Universitas.

YiChan mulai merasa sepi yang teramat sangat. Tak ada suara lain yang didengarnya selain detik pada jam. Baru sekitar dua menit dirasakannya setelah ia terpejam. Ia lalu membuka matanya karena memang ia tidak bisa tertidur. Pandangan Yichan masih kabur awalnya, ia menegaskan pandangan itu, tapi justru ia menangkap sepi yang semakin nyata seiring semakin jelas pandangan Yichan. Pintu ruang kesehatan tak tertutup. Aneh memang karena biasanya ruangan itu selalu ditutup kembali.

"Sungguh dokter mesum yang hobi gaji buta", gumam Yichan. Ia beranjak dari kasurnya dan duduk di tepian kasurnya, melihat ke arah luar melalui jendela. Pelupuk matanya sedikit terangkat saat dilihatnya langit itu telah gelap. Mungkinkah ia telah tertidur selama itu?, begitu pikirnya. Ia melempar pandangannya pada jam dinding yang detiknya sejak tadi membuatnya merasa tak enak. Jam dinding menunjukkan pukul 07.27. YiChan mengecek handphonenya yang juga menunjukkan angka yang sama persis. "Aissh.. aku dikerjai oleh kedua dokter tadi. Mereka membiarkan ku tidur disini sampai malam begini.

Yichan memperhatikan jam handphonenya kembali untuk memastikan, namun.... ia jutsru menyadari ada yang tak beres karena jam pada handphonenya jutsru mendukung apa yang ia rasakan sebenarnya. 07.27 AM tertera di sana. Ia mengernyitkan dahinya tak mengerti. "Apa handphoneku rusak?", gumamnya.

Ia turun dari atas tempat tidur dan menjangkau pintu ruangan kesehatan untuk keluar dari sana. Sepi.. senyap, tak ada suara apapun selain gema yang berasal dari langkah kakinya.

 "Aku suka rumah hantu" Ujarnya datar seperti tanpa beban meski hal aneh terjadi padanya. Wajar memang Univeristas sepi, karena bagaimanapun handphone YiChan memprovokasi pikirannya dengan menunjukkan bahwa waktu masih berada tepat di pukul setengah delapan pagi. Berbanding terbalik dengan suasana di luar di mana langit yang membentang luas mengambarkan hal lain. Malam-malam begini siapa juga yang masih berkeliaran di Universitas? Pikir Yichan. "Manipulasi teknologi.. sehebat apapun akan terkalahkan dengan jawaban alam" Gumamnya Yichan.

Tap tap tap tap tap.... Suara langkah kaki lainnya terdengar untuk pertama kalinya memecah keheningan yang mencekam. Sosok seorang namja muncul dari sisi kanan ruang kesehatan. Namja itu menghentikan langkahnya begitu melihat Yichan. Ia seperti melihat hantu saja. Namja itu terburu-buru berlari kembali dari arah ia muncul tadi sambil berteriak. "HYUNGG!!"

Tak lama kemudian, ia kembali dengan seorang anak laki-laki lain lagi. Ia menunjuk-nunjuk posisi YiChan berdiri saat ini. "Itu hyung disana.."

☆*:.。. o)o .。.:*☆

March, 3rd 2014

07.25 AM

"Jaehee-ya! Jaehee-ya!!.Moon Jaehee!!", seru Joonmyeon sambil mengikuti Jaehee yang berjalan cepat di depannya. Joonmyeon berjalan cepat mengikutinya sambil diikuti beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka. Joonmyeon segera menarik pergelangan tangan Jaehee ketika jarak di antara mereka sudah tidak terlalu jauh.

"Lepaskan aku, aku sedang terburu-buru", ujar Jaehee ketus.

"Ya Jaehee-ah sampai kapan kau akan terus seperti ini?", keluh Joonmyeon.

"Bukankah sudah kukatakan padamu untuk tak usah lagi mengkhawatirkanku? Aku sungguh terburu-buru, jadi jangan ganggu aku!", seru Jaehee yang masih terbebani dengan hilangnya Eunhee.

"Ya kau ini pacarku! bagaimana mungkin aku tak mengkhawatirkanmu?!", balas Joonmyeon.

"Pffth...mwoya? jadi kau masih menganggap aku ini pacarmu? kupikir sekarang kau pacaran dengan reputasimu itu", sindir Jaehee.

"Jaehee-ah kumohon sudahlah...."

"lepaskan aku sekarang juga" Sergah Jahee masih berusaha bersabar.

"Jaehee-ah"

"KUBILANG LEPASKAN AKU!", bentak Jaehee. Suho terkejut dengan reaksi Jaehee dan ia akhirnya melepaskan Jaehee. Jaehee menghela nafas panjang. Sedikit perasaan bersalah terselip di dalam hatinya. "Mianhae....tapi sepertinya hubungan ini sudah tak bisa dilanjutkan lagi...", gumamnya pelan.

"T..Tapi Jaehee-ah..."

"Nama dan reputasimu sudah tercoreng karena diriku....kau adalah mahasiswa terbaik di kampus ini. Ketua organisasi yang dipuja banyak wanita yang tak seharusnya memiliki kekasih sepertiku yang hanya gadis biasa dan tak punya reputasi apapun...."

"Bukankah sudah pernah kukatakan padamu untuk jangan memikirkan perkataan orang lai-"

"Aku sudah berusaha!", potong Jaehee cepat. "Aku sudah berusaha untuk itu....tapi bukan mereka yang membuatku begini tapi kau. Kau berubah....kau hanya memikirkan dirimu sendiri.  Apa kau tahu di perayaan anniversary hubungan kita kemarin aku sudah berusaha mempersiapkan kejutan tapi semua gagal karena kau membatalkannya karena kegiatan kampus? Aku rasa kau bahkan tak ingat tanggal anniversary kita...."

"J-Jaehee-ah aku benar-benar minta maaf soal itu..."

"Aku sudah benar-benar berusaha untuk memaklumi kesibukanmu....aku sudah benar-benar berusaha untuk tak mendengar perkataan miring orang-orang tentang hubungan kita. Tapi aku tak mendapatkan apapun selain perasaan sakit. Sakit karena harus menelan segala perkataan pahit tentang kita dan sakit ketika menyadari bahwa semakin lama kau semakin jauh dariku. Aku punya kekasih tapi seperti tidak punya kekasih....", ujarnya sambil mencoba menekan emosinya sebisa mungkin. Ia tak mau meledak lagi seperti tadi malam.

"Jaehee-ah....mianhae..."

"Bukankah akan lebih baik dan lebih mudah bagimu jika aku hilang dari kehidupanmu? kau bisa fokus pada organisasimu dan menyusun kembali reputasimu yang hancur berantakan karena diriku? Hidupmu akan jauh terasa lebih ringan jika aku pergi dari hidupmu"

"T-Tapi Jaehee-ah...."

"Jebal....tinggalkan aku sendiri", gumamnya sambil berbalik pergi meninggalkan Suho yang masih terdiam di tempatnya.

"AARGH! AISH!", seru Joonmyeon kesal.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

March, 3rd 2014

07.28 AM

Yoojin membuat dua cangkir kopi hangat yang dapat membantunya menghilangkan kantuk yang mulai menyerang. Setelah membuat kopi ia duduk kembali ke tempatnya. Disampingnya Yoonjae masih sibuk membaca buku tak jelas yang beberapa hari ini terus dibacanya. Dengan sengaja Yoojin meletakkan dua cangkir kopi di atas buku tersebut.

"Eiiisshh" Gerutu Yoonjae. "Jangan menganggu ku, nanti kau balik ku ganggu"

"Aku saja bosan melihat mu membaca buku tak masuk akal itu. kenapa kau tidak bosan-bosan Goo Yoonjae? ish!", Yoonjae tidak terlalu mengubris ucapan Yoojin barusan. Ia mengambil secangkir kopi miliknya, lalu menyingkirkan secangkir lagi milik Yoojin ke samping bukunya, diseruputnya pelan kopi ditangannya. "Heol~ terus saja berlagak tuli" Yoojin bertelak pinggang siap menghajar Yoonjae.

"Yoojin-ah", gumam Yoonjae. Di tutupnya buku tersebut oleh Yoonjae. Ia memiringkan posisi duduknya menghadap Yoojin, mengurungkan niat Yoojin untuk menghajarnya. "Wae?" Tanya Yoojin.

"Balance, life, knowledge, hope, happiness, luck.. Kalau kau harus memilih satu diantaranya, mana yang kau pilih sebagai hal terpenting?" Tanya Yoonjae.

Yoojin menghela nafas. "Hufh.. Apalagi ini? Sesuatu yang tertulis dibuku itu lagi?"

Sembari meniup kopinya yang masih panas. Yoonjae mengangguk. "Eoh.. Buku ini mengatakan setiap anak memiliki sesuatu yang mewakili satu dari elemen-elemen kehidupan itu", jelasnya. "Suatu saat nanti, saat dunia tiba-tiba gelap dan hanya ada diri mu sendiri didalam sana, yang bisa mengembalikan dunia mu hanyalah cahaya dari dalam diri mu sendiri.. hemm itu bisa jadi sebuah perumpamaan dari sebuah kehidupan, semacam cara seseorang keluar dari masalahnya masing-masing, atau sejenisnya.."

Yoojin bersandar pada kursi. Ia mengurut-ngurut keningnya semakin pusing mendengar penjelasan-penjelasan Yoonjae yang semakin membuat Yoojin sakit kepala "Kau seharunya masuk jurusan psikologi saja"

"Eiii.. Hal semacam ini juga patut diketakui oleh calon dokter. Bukan hanya psikolog.. kalau kau tahu cara seseorang menyelesaikan masalahnya, mungkin akan lebih mudah menentukan pengobatan macam apa yang seharusnya kita terapkan pada pasien kita, bukan begitu? hehe"

"Lakukan apapun yang kau suka Yoonjae-a.. kepala ku sudah sakit karena mu", gerutu Yoojin tak peduli.

Yoonjae menepuk-nepuk pucuk kepala Yoojin. "Tadi kau yang minta ku ganggu, sekarang sudah ku ganggu kau tidak berterima kasih hehe", Yoonjae membuka bukunya lagi setelah Yoojin dibuatnya KO. Ia tahu Yoojin tak akan lagi menganggunya kalau sudah stress menghadapinya begitu.

Saking kesalnya, Yoojin meneguk kopi panas dan baru merasakan bibir kecilnya hampir 'terbakar' akibat panas kopi itu. "Aww.. yaiissshh!". Yoonjae disampingnya terkekeh puas tanpa menatap Yoojin sama sekali karena ia sudah 'main' dengan bacaannya lagi. "Hufhh buruk sekali nasib ku"

Suasana mulai sepi semenjak Yoonjae tak lagi bicara dan Yoojin mulai mengantuk. Yoonjae tersenyum tipis, ia membaca pelan tulisan pada buku itu. "Hard to believe the nonsense things. the helper, the rescuer, the friend in need. Its success is defined by the quality and quantity of its relationships. A giver, not a taker likes to build strong trusting relationships and becomes deeply hurt if that trust is betrayed" Yoonjae mengarahkan pandangannya pada Yoojin. "Sounds like you" Ujarnya tulus.

"Ya.. jangan kait-kaitkan aku dengan.."

Yoonjae menyela ucapan Yoojin "Aku menyadari betapa menyebalkannya diri ku ini", ucapnya sambil tersenyum. "Juga menyadari betapa kau begitu sabar menghadapi ku. Kalau bukan karena kau adalah seorang Han Yoojin, mungkin kau sudah akan menjauh dariku..kkk"

Ucapan Yoonjae kali ini membuat Yoojin sedikit tersentuh. Ia bukan tipe anak yang suka membahas hal-hal serius tentang hubungannya dengan seseorang seperti ini. Tak dapat dipungkiri, Yoojin memang berulang kali dibuat kesal dengan tingkah sahabatnya satu itu. Mereka bukan sepasang kekasih yang harus saling mengerti, ataupun kakak beradik yang memang diwajibkan untuk saling menjaga satu sama lain. Yoojin sedikit tidak menyangka Yoonjae yang menyebalkan menganggapnya sangat berarti sebagai seorang sahabat. "Mau bagaimana lagi.. hanya kau juga yang betah bertahun-tahun terus bersama ku" Jawab Yoojin enteng. "Kadang meski yang kau ucapkan hanya segala sesuatu yang tidak masuk diakal.. kau membuat ku merasa sepi saat kau tidak mengucapkannya..". Bergantian kini Yoojin memiringkan posisi duduknya untuk menghadap Yoonjae. "Goo Yoonjae, buku apa yang sedang kau baca sebenarnya.. lalu yang kau bacakan barusan itu apa?"

"Molla, buku ini sudah usang.. tulisan pada bagian covernya pun mulai hilang.. ", Yoonjae membolak balik buku itu berharap menemukan sesuatu. "Ah.. Yoojin-ah"

"Hem?"

"Hey dokter~~" (Ala overdose XD) Yoojin dan Yoonjae menoleh ke arah Sehun yang tiba-tiba memanggil mereka.

"Kau butuh sesuatu? Kau tidak sakit matchi? ambil saja sendiri", gerutu Yoojin.

"Aniya.. aku hanya ingin bertanya sesuatu.."

☆*:.。. o)o .。.:*☆

March, 3rd 2014

08.00 AM

"Kenapa kau cengeng sekali sih akhir-akhir ini? hikseu...", gumam Jaehee sambil menyeka air matanya. Kali ini ia memilih untuk menyendiri di salah satu sudut kampus yang terlihat sepi. Awalnya hari ini ia berniat mengurusi segala urusan perkuliahannya. Tapi lagi-lagi tertunda karena moodnya yang mendadak drop karena pertengkarannya dengan Suho. Sebenarnya ia masih menyayangi pria itu. Namun ia sudah tidak tahan lagi dengan tekanan yang diterimanya karena hubungannya dengan Suho dan ia juga tak mau terus-terusan menjadi beban bagi Suho. "Gwenchana Jaehee-ah gwenchana....semua sudah berakhir", gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya dan bergegas pergi namun tertahan karena lagi-lagi munculnya sebuah perasaan aneh seperti yang dirasakannya kemarin.

Perasaan seolah ada seseorang yang memperhatikannya. Jaehee memperhatikan sekelilingnya yang terlihat sepi, tak ada siapapun selain dirinya. "Sepertinya tadi ramai sekali....kenapa jadi sepi begini?", gumamnya. Perasaan itu terasa semakin kuat. Jaehee merasa seseorang tengah memperhatikannya. Ia pun perlahan berbalik dan mendapati seseorang berdiri beberapa meter di belakangnya, sedang memperhatikannya. "Omona!", seru Jaehee terkejut. Ia memicingkan matanya mencoba memperjelas penglihatannya. Rupanya itu pria yang dilihatnya kemarin di lorong asrama. "Neo-ya?", gumamnya sambil berjalan hati-hati mendekati pria itu.

Tatapan pria itu masih sama seperti kemarin: dingin dan datar. "K-Kau...bagaimana kau bisa ada di sini", tanya Jaehee hati-hati. Tapi, lagi-lagi ia tak mendapatkan jawaban apapun. "Ya! Kau ini bisa bicara tidak sih?!", seru Jaehee yang mulai terlihat tak sabaran. Ia bahkan mencoba berbicara dengan menggunakan bahasa tubuh yang pernah dipelajarinya ketika ia bekerja sukarela untuk anak-anak tuna rungu, tapi lagi-lagi ia tak dapat jawaban apapun.

Jaehee tertunduk lesu. Ia frustasi tak tahu harus bicara apalagi pada pria yang kerap muncul di hadapannya ini. "Nan molla.....lakukan sesukamu...semoga harimu menyenangkan...oke bye", ujar Jaehee datar sambil bergegas pergi meninggalkan pria itu. Tapi lagi-lagi sesuatu menahannya. Jaehee kembali menoleh ke arah pria itu dan kali ini wajah pria itu terlihat sedih. Perasaan tak tega menyelimuti diri Jaehee. "Ya Tuhan...apa sih dosa yang telah kulakukan?", gumamnya. "Ah sudahlah...", gumam Jaehee berusaha untuk tak peduli pada pria itu.

"Tolong...", lagi-lagi langkah Jaehee tertahan. Ia berbalik dan menatap pria itu. "K-Kau bicara??", tanyanya tak percaya.

"Tolong..." ujar pria itu lagi.

"OMO!! ternyata kau bisa bicaraa!!!", seru Jaehee sambil menutup mulutnya tak percaya.

"Tolong aku..." Ujar pria itu lagi.

"Tolong apa?"

"JAEHEE-YA!!", Jaehee menoleh ke belakang dan mendapati Miyoung sedang berjalan menghampirinya. Jaehee mengabaikannya dan kembali menoleh ke arah pria tadi yang kini menghilang dan tergantikan oleh mahasiswa yang berlalu-lalang di hadapannya. Seketika, suasana kampus yang tadinya sepi mendadak kembali ramai. "I-Ige mwoya?", ujar Jaehee bingung. "Kemana dia?", sambungnya sambil mencari-cari sosok pria mungil itu.

"Ya Jaehee-ah neo gwenchana?", tanya Miyoung.

"K-Kenapa kampus jadi ramai sekali?", tanya Jaehee bingung.

"Mwoyaaa....daritadi juga sudah ramai seperti ini...kau kemana saja sih?! daritadi aku mencarimu!", ujar Miyoung. "Upacara akan segera dimulai, kkaja"

"Aku di sini saja daritadi..."

"Mworago? Pffth....gotjimal...daritadi aku duduk di kursi sebelah sana itu", ujar Miyoung sambil menunjuk sebuah kursi yang berada tak jauh dari tempatnya duduk tadi. "Dan aku tak melihatmu sejak tadi...", sambung Miyoung.

"MWORAGOYO?! t-tapi dari tadi aku duduk di sini dan aku tak melihat eonnie!"

"Sepertinya kau sakit Jaehee-ah...", ujar Miyoung. "Mungkin kau sedang stress karena terlalu memikirkan masalahmu dengan Joonmyeon dan juga hilangnya Eunhee....", sambung Miyoung prihatin.

"ANIYAAA!!! AKU SUNGGUH-SUNGGUH! TADI KAMPUS SEPI SEKALI HANYA ADA AKU DAN PRIA ITU!", seru Jaehee berusaha meyakinkan Miyoung.

"Pria itu? Nuguji?", tanya Miyoung curiga. "Ahaha...mungkin kau sedang berhalusinasi karena terlalu banyak pikiran Jaehee-ah....istirahat saja sana! sini biar aku yang mengurus jadwalmu", ujar Miyoung sambil merebut kertas jadwal milik Jaehee. "Kau tidak ada kuliah hari ini, tidak ikut upacara tak apa kalau kau memang sakit. Soal Eunhee, aku akan mencarinya ke kamar JinAh...kkokjongma"

"T-Tapi..."

"Ppali!! sudah sana kembali ke asrama dan beristirahatlah!", perintah Miyoung.

"Ne....", gumam Jaehee sambil tertunduk lesu. Ia kembali menoleh sejenak ke arah di mana pria tadi berdiri. "Neo nuguji? pertolongan apa yang kau minta dariku? Kau itu....manusia atau hantu?", beberapa pertanyaan berkelebat di dalam pikiran Jaehee saat ini.

***

Jaehee berjalan lesu menuju asramanya. Di dalam pikirannya tengah berkelebat berbagai macam masalah termasuk beberapa pertanyaan tentang pria misterius yang dilihatnya tadi. Ia berdiri di trotoar jalan yang menghubungkan kampus dengan asrama, menunggu lampu indikator untuk pejalan kaki berubah hijau. Ketika dilihatnya lampu sudah berubah warna, ia melangkah lesu namun....ia lagi lagi dilanda perasaan aneh. Ia mengangkat wajahnya yang tertunduk sejak tadi dan memperhatikan sekitarnya yang lagi-lagi terlihat sepi. Jaehee berdiri di tengah jalan dan tak ada seorangpun berlalu lalang di sekitarnya. Saat itu hanya ada dirinya sendiri. "I-Ige mwoya?", gumamnya. Entah ini hanya perasaannya saja yang sedang dilanda kegundahan atau tidak, tapi ia merasa hal ini cukup aneh baginya. Tak lama kemudian terdengar suara di belakangnya. Jaehee menoleh dan sebuah mobil tengah melaju kencang ke arahnya. Ia terkejut hingga tak tahu harus berbuat apa. Ia refleks memejamkan matanya ketika mobil itu bergerak semakin dekat ke arahnya.

***

"Eodiga?", Kyungsoo menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Myungeun menegurnya. Ia sedikit menoleh tanpa menatap yeoja itu. "Ke Unit kesehatan...ada sesuatu yang harus kuambil"

"Kau sakit? Mau kutemani?", ujar Myungeun menawarkan.

Kyungsoo terdiam sejenak. "Aniyo...aku akan pergi sendiri...kau di sini saja", ujarnya segera bergegas pergi dari hadapan Myungeun.

Myungeun hanya menghela nafas lalu berlalu pergi setelahnya.

***

Kyungsoo melangkah pelan menyusuri area halaman kampus. Ia menghentikan langkahnya sejenak ketika ia melihat pantulan dirinya sendiri di salah satu kaca kelas. Dirinya sudah banyak berubah selama beberapa bulan terakhir ini. Matanya tertuju pada kalung berbandul hati berwarna hitam dan putih yang selalu di pakainya. Semenjak hari itu, ia tak bisa melepaskan kalung yang sudah lama disimpannya namun tak pernah dikenakannya itu. Entah benar atau tidak, tapi ia meyakini bahwa kalung itulah yang menyelamatkannya hari itu. Sejenak ia memikirkan kembali apa yang tadi dilakukannya.  "Apa tadi ia bisa mendengar ucapanku?", gumamnya ragu. Ia menggenggam kembali kalung itu dan memejamkan matanya seperti apa yang dilakukannya sebelumnya hingga ia bisa berkomunikasi dengan salah seorang di sana. Pikirannya kembali membawanya pada satu-satunya yeoja yang hanya bisa dilihatnya saat itu. Ia kembali membuka matanya lagi sesaat dan memasukkan kalung itu lagi ke dalam bajunya. "Mwohae? semua itu hanya kebetulan saja...lagipula apa yang bisa dilakukannya?", gerutu Kyungsoo pada pantulan dirinya sendiri di kaca.

BRUUKKK!!, Tak lama kemudian terdengar suara gaduh beberapa meter di belakangnya. Ia refleks menoleh dan melihat sebuah cahaya putih berukuran besar yang perlahan menghilang tak lama setelah ia menoleh. Kyungsoo bersembunyi pada salah satu pilar gedung dan dari kejauhan ia melihat sosok seseorang terkapar tepat di tengah jalan pemghubung antara kampus dan asrama. "S-Solma..."

***

"Awwwh....Aphaaa", keluh Jaehee sambil membersihkan lengannya yang terkena debu. Ia kemudian menyentuh kedua pipinya dan melihat telapak tangannya sendiri. Ia kemudian menampar-nampar pipinya sendiri. "Sakit....A-Aku masih hidup? syukurlah aku masih hidup....kupikir aku sudah mati!", gumamnya lega. "T-Tapi...ottae? Bukankah tadi mobil itu menabrakku? Tapi...", gumamnya bingung.

 Jaehee kemudian bangkit dari posisinya dan memperhatikan lingkungan sekitarnya "Chakkaman ini masih di Yonghan? tapi....kenapa Yonghan jadi seperti kampus tak berpenghuni seperti ini?", gumamnya sambil memperhatikan keadaan sekitarnya yang agak berkabut dan sedikitpun tak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan. "Apa aku bermimpi?", gumamnya. Ia kemudian menampar pipinya sendiri sekali lagi. "Aww...sakit", rintihnya.

"Kau tidak bermimpi....", ujar sebuah suara di belakang Jaehee. Jaehee berbalik dan mendapati seorang gadis berdiri dalam jarak beberapa meter di belakangnya. Jaehee merasa bahwa ia mengenal suara tersebut. Jaehee berjalan perlahan menuju suara tersebut. Pandangannya sedikit terhalangi oleh kabut yang mengelilingi Yonghan saat itu. Tak lama kemudian, Jaehee bisa melihat sosok tersebut dan tebakannya benar. Ia sangat mengenal gadis itu....

"Eunhee-ah? Ah syukurlaaah!! kupikir tak ada siapa-siapa!", seru Jaehee riang. Ia segera berlari dan memeluk sahabatnya itu.  "Ya!! Kau kemana saja? kenapa menghilang begitu saja? Ada apa dengan Yonghan? kenapa jadi seperti kota mati begini?", Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Eunhee. Jaehee melepaskan pelukannya. Ia baru menyadari bahwa sahabatnya Eunhee terlihat berbeda saat itu. Ia terlihat lebih "dingin" dari biasanya. "Eun-Eunhee-ah....neo gwenchana?", tanya Jaehee berusaha untuk meminimalisir rasa takutnya.

Eunhee berjalan perlahan mendekatinya dan kembali memeluk Jaehee. "Nan gwenchana....aku hanya merasa sedikit kesepian", gumam Eunhee dingin.

"Kesepian? W-Wae?"

"Temani aku...Moon Jaehee", gumam Eunhee pelan namun penuh penekanan ketika ia menyebut nama Jaehee. Tanpa disadari Jaehee, Eunhee mengacungkan sebuah pisau lipat yang siap menghujam punggungnya kapan saja hingga....DUAKKK! BRUKK! Eunhee jatuh tersungkur di hadapan Jaehee dan sebuah batu berukuran cukup besar jatuh di dekatnya.

"Omo! EUNHEE-AAH!", serunya panik ketika ia melihat Eunhee terkapar. Ia menoleh ke belakang di mana batu itu berasal. Seorang namja terlihat terengah-engah sambil menatap tajam ke arahnya. Ia melihat namja itu bergerak ke arahnya. "YA! APA YANG KAU LAKUKAN PADA-"

"AWAS DI BELAKANGMU!!", seru namja itu tiba-tiba.

Jaehee refleks menoleh dan mendapati Eunhee sudah kembali berdiri dan mengacungkan pisaunya hendak menyerangnya. "E-Eunhee-ah!", BRUKK! Eunhee mendorongnya hingga ia terjatuh. Jaehee tak bisa bergerak karena Eunhee tepat berada di atasnya. Tangan kiri yeoja itu mencengkeram erat leher Jaehee. Jaehee melihat kedua bola mata Eunhee berubah abu-abu seolah-olah kekuatan jahat sedang menguasai dirinya. "Aku sudah menunggu kehadiranmu sejak tadi Moon Jaehee...kau...akan mati di tanganku", ujar Eunhee dingin sambil mengangkat sebuah pisau belati yang dibawanya dari tadi.

"Ch-chakkaman Eunhee-ah!! a-aku Jaehee sahabatmu sadarlah!!", seru Jaehee panik sambil memegangi tangan Eunhee yang mencengkeramnya.

"MATI KAU MOON JAEHEE!!!", seru Eunhee sambil mengangkat pisaunya. Jaehee menutup matanya pasrah atas apa yang akan terjadi padanya.

"BUUUKKK!!", terdengar suara hantaman keras untuk yang kedua kalinya.  Jaehee membuka matanya dan mendapati tubuh Eunhee kembalu jatuh tersungkur di dekatnya dalam keadaan tak sadarkan diri. Tak lama kemudian, sosok namja yang tadi dilihatnya muncul. Ia berdiri menatapnya yang masih terbaring di tanah. "Neo?", gumamnya tak percaya ketika ia melihat namja itu dari dekat.

Namja itu mengulurkan tangannya, membantunya berdiri. Kini tak ada lagi sosok Eunhee. "K-Kemana temanku?"

"Pergi...tapi bukan berarti ia tak akan kembali", ujar namja itu.

"M-Mworago? Apa maksudmu? A-Apa yang terjadi? Kenapa Yonghan jadi seperti-"

"Neo gwenchana?", tanya orang tersebut memotong ucapan Jaehee.

 Jaehee hanya mematung di tempatnya berusaha mencerna apa yang terjadi. "N-Ne...gomawo", ujarnya sambil melongo karena ia masih shock dan tak mengerti dengan apa yang terjadi. "Apa kau bisa menjelaskan apa yang ter-"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan! ppali sebelum dia kembali!", ujar orang itu terburu-buru sambil menarik tangan Jaehee dan mengajaknya berlari ke suatu tempat.

"Y-Ya chakkaman! Ya! Kau bisa bicara?! Kupikir kau bisu!", seru Jaehee sambil berlari mengikuti namja itu.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

March, 3rd 2014

09.00 AM

Karena kegiatan belajar mengajar Universitas dan High-school di Yonghan akan resmi dimulai pada hari ini, semua murid-murid memenuhi bagian depan gerbang. Sebagian lain juga sudah menghambur memasuki halaman ataupun kelas mereka masing-masing. Riuh suara para siswa juga bergemuruh disetiap sudut setelah selesai upacara pembukaan semester.

Jungkook mengencangkan pegangan pada tas ransel miliknya. Seulas senyum tenang mengiringi paginya. Ia salah satu dari sekian siswa yang bersemangat menyambut semester baru ini. Namja, yang sering disebut-sebut sebagai golden student oleh banyak siswa dan guru-guru Yonghan highschool ini, menyapa setia siswa lain yang tersenyum padanya lebih dahulu. "Annyeonghaseyo~" Ujarnya ramah.

"Jeon Jungkook" Pangggil sebuah suara dari belakang Jungkook.

"Hyung.. Taehyung hyung!", seru Jungkook mendapat hadiah sebuah tepakan pada pundaknya dari Taehyung. Namja yang sangat terkenal nakal sekali ini berteman baik dengan Jungkook sekalipun karakter keduanya sangat bertolak belakang. "Kupikir Hyung akan bolos di hari pertama"

"Aku sedang bosan saja.. lagipula aku sudah kelas dua belas sekarang..", Jawab Namja itu santai. Headset putih menyumpal salah satu telinganya. Ia mengenakan kaos putih dipadu dengan kemeja yang tak dikancingkan nya sama sekali. Ia bicara seolah ia ingin ‘'bertaubat', tapi apa yang ia lakukan sama sekali tidak menunjukkan hal tersebut, ucapannya membuat Jungkook tak henti tersenyum geli.

"Memangnya kalau sudah kelas 3dua belas kenapa hyung?" Tanya Jungkook jahil.

Taehyung mengeratkan rangkulannya pada bahu Jungkook. "Ya~ Kau ingin mencari masalah dengan ku pagi-pagi begini ho? Haha", Tawanya renyah yang juga diikuti oleh Jungkook setelahnya.

Pandangan Jungkook berpendar setelahnya. Pada jarak tak terlalu jauh darinya, dilihatnya seorang siswi, teman sekelasnya sedang berjongkok bicara dengan sesosok Ajuma yang terlihat sangat ketakutan. Jungkook memiringkan kepalanya. "Hyung kita kesana dulu sebentar" Tunjuk Jungkook ke arah Ajuma itu berada.

"Eo…gurae", Jawab Taehyung menyetujui, ia merubah arah jalannya.

"Siyou-ya", Panggil Jungkook. Terjadi perubahan ekspresi pada wajah Taehyung begitu mendengar Jungkook menyebut nama siswi satu itu. Bibirnya memiring sebal dan malas. Ia melepaskan tangannya pada pundak Jungkook, membiarkan Jungkook berjalan lebih dahulu.

"Ada apa dengan ajuma ini?", Tanya Jungkook seraya berjongkok mengikuti Siyou, temannya.

"A..aku juga tidak tahu Jungkook-ah. Ahjuma ini sejak tadi menangis ketakutan seperti dikejar-kejar orang. Aku kasihan sekali padanya", ujar Siyou prihatin.

Jungkook mencoba bicara pada Ajuma tersebut. Ia sentuh pelan sikut sang ajuma. "Ajumma, Gwenchanayo? Mengapa ajuma ketakutan begini?" Tanya Jungkook.

"Hhhh~~ Eunghhh....", rintih Ajuma tersebut. "Ia akan mengambilnya.. ia pasti... hhh~" Gumam Ajuma tersebut tak terlalu jelas karena ia terus merintih dan ketakutan.

Jungkook dan Siyou saling menatap bingung. Tatapan mereka seolah saling bicara 'wae?' 'Nado molla'. Ditengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja sang ajuma mencengkram tangan Siyou dan Jungkook begitu kuat. Sampai-sampai Jungkook dan Siyou tak bisa menahan keseimbangan mereka dan terjatuh menyentuh tanah dari posisi jongkok awal mereka. Ajuma tersebut menatap satu persatu wajah Siyou dan Jungkook, tatapannya sangat tajam sampai menusuk ke dalam pelupuk mata keduanya. Raut ketakutan ditunjukkan oleh Siyou. Tapi Jungkook tetap memberi sinyal pada Siyou untuk tenang dengan menyentuh jari kelingking Siyou. Senyum aneh ditunjukkan oleh sang ajuma "HHhh~~ ddaengida.. kalian berdua memilikinya.. hhhhh~" Sesekali Ajuma tersebut mengeram dengan suara nafas yang menakutkan. Membuat keringat membasahi pelipis Siyou yang sudah ketakutan setengah mati "Hhhh~~ Pergilah.. pergilah ke sana.. selamatkan dia..", SRRAAKK~~ Didorongnya kedua anak itu oleh sang ajuma.

Taehyung mundur beberapa langkah kakinya begitu sang ajuma melewatinya. Meski wajahnya menunjukkan gaya menantang, tapi nyalinya cukup ciut melihat sang ajuma menyeramkan itu. Walaupun sebenarnya penampilan ajuma tersebut cukup rapih dan ia masih cukup terlihat muda, Tapi caranya menatap sangat mengintimidasi lawan bicaranya. Ahjumma itu menghentikan langkahnya begitu ia berada di samping Taehyung. Ia menyeringai tipis sambil memperhatikan Taehyung dengan seksama.

“M-Mwohaeyo?”, Tanya Taehyung gugup.

"Satu lagi yang juga memilikinya di sini~", Ujar ajuma tersebut pada Taehyung. Ia berjalan mengelilingi Taehyung dan memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“J-Jogiyo…apa yang anda lakukan?”, Tanya Taehyung panic.

“Psh…”, Ahjumma itu hanya tersenyum tipis lalu pergi begitu saja dari hadapan Taehyung.

Begitu ajuma tersebut pergi cukup jauh. Siyou menutup muka dengan kedua tangan, Sekujur tubuhnya gemetar karena ia amat sangat ketakutan, ia menangis sejadi-jadinya. Untung saja volume suara Siyou tak terlalu kencang, sehingga tidak menarik perhatian orang-orang disekitarnya. "Hhhikss.. Hikss.. hikss"

Jungkook berinisatif untuk menangkan Siyou. Ia mengelus-elus pelan kepala Siyou. "Siyou-ya gwenchana.. uljima" Ia menangkan Siyou dengan sabar.

Taehyung bergegas mendekat pada Jungkook dan Siyou. "Ya ya ya! Lain kali kalian jangan sembarangan menghampiri seseorang! Jangan berlagak menjadi manusia-manusia  berperasaan lembut! kalian tak tahu siapa akan kalian temui dan hadapi! Salah-salah kalian bisa mati, ara?!", Pekiknya tak henti bicara. Ia terus bicara karena sebenarnya ia juga ketakutan, hanya saja memang begitu caranya mengungkapkan ketakutan yang ia rasakan. "Ya neo neo neo Baek Siyou jangan belebihan begitu! Nanti orang-orang berfikir kami melakukan tindakan aneh pada mu sampai kau menangis begitu.. ireona palli!", seru Taehyung menarik tangan Siyou kasar tanpa peduli Siyou yang sedang ketakutan.

Mau tak mau Siyou berdiri karena tarikan tangan Taehyung. "Hhiiksss..Hikss"

"Hyung.. jangan kasar begitu, kasihan Siyou", tegur Jungkook. Ia ikut berdiri disamping Siyou dan Taehyung.

"Kau dengar ini baik-baik Baek Siyou, semua ini juga terjadi gara-gara dirimu yang berlagak baik menolong ajuma tadi! Yeoja penakut seperti dirimu seharusnya tidak berlagak pahlawan! Kau juga Jungkook-ah! Pilihlah teman bergaul yang benar, jangan bergaul dengan yeoja cengeng tak menguntungkan seperti bocah ini!", Hardik Taehyung tanpa sela disetiap katanya, ia seperti mesin kata yang dapat memproduksi ribuan kalimat dalam waktu singkat.

"Hyung geumanhaeyo!”, Seru Jungook.  “Hajimayo jebal! Ada apa denganmu? Kau selalu bersikap seperti ini pada Siyou. Apa salah Siyou padamu?!”, Tanya Jungook bertubi-tubi.

Taehyung terdiam mendengar pertanyaan Jungook. Sebenarnya ia memiliki alasannya sendiri mengapa ia tak pernah menyukai yeoja itu meskipun Siyou tak pernah sekalipun bicara atau berinteraksi dengannya. Tapi ia menahan dirinya untuk tak menjelaskan hal itu pada Jungook karena Jungook sendiri juga tak akan mengerti.

Siyou melepaskan pegangan Taehyung pada lengannya. Ia membungkuk sopan lalu... "Jweisonghamnida Hikss..", Ucapnya cepat kemudian ia pergi menjauh dari Taehyung dan Jungkook.

"Hyung wae irae neo..."

"Seseorang yang telihat seperti domba manis yang tak berdaya bisa jadi berhati srigala, lebih baik waspada dari orang-orang seperti itu" Jawab Taehyung ketus sambil terus menatap tajam Siyou.

Jungkook mendengus kesal. Berhubung ia tidak mau juga hal ini berakhir dengan pertengkaran, ia memutuskan untuk mengalah dan tak membahas masalah ini lagi dengan Taehyung. Memang sejak awal Taehyung tidak terlalu menyukai Siyou, Jungkook sendiri tidak terlalu mengetahui alasannya. Jungkook dan Taehyung masih berdiri di posisi yang sama. Dari tempat mereka berdiri terlihat seorang namja menghampiri Siyou. Raut wajah Taehyung semakin tak menyenangkan melihat itu. Jungook memperhatikan Taehyung yang terus menatap kea rah di mana Siyou berdiri. Tangannya mengepal kesal. "Hyung cemburu pada Suho sunbae? Hokshi  .. hyung jatuh cinta pada Siyou?" Tanya Jungkook hati-hati.

"Ya…seenaknya saja kalau bicara…sudahlah", Jawab Taehyung pelan, "Lagipula kau tidak akan mengerti juga"

Jungkook terdiam sesaat. Ia berjalan lebih dulu dari Taehyung. "Guraeyeo Hyung, mianhaeyo", ujar Jungkook. Ia jadi tidak enak pada Taehyung. Mungkin ada alasan pribadi yang melatarbelakangi ketidaksukaan Taehyung pada Siyou. Jungkook mencoba mencairkan suasana. Ia mengeluarkan terkekeh sambil menggaruk kepalanya. Ia menengok ke belakang dimana Taehyung berada. "Hyung jangan marah ya, aku....." Jungkook menghentikan ucapannya saat ia tidak menemukan lagi Taehung di belakangnya. "Hyung? ... Taehyung Hyung?", Ia mencari-cari disekitarnya, tapi tak menemukan Taehyung dimanapun. "Solma.."

"AAAAHHHHHHHHHHHH!!!", Suara teriakan membuat Jungkook terlonjak.

***

Joonmyeon menghampiri SiYou. Yeoja itu terus menutupi wajahnya, kadang menghadap ke arah lain agar Joonmyeon tak melihatnya. "Siyou-ya wae?", Siyou hanya mengeleng tanpa menjawab sedikitpun pertanyaan Joonmyeon. "Siyou.. Baek Siyou!", ujar Joonmyeon mengeraskan suaranya. Joonmyeon menarik pelan tangan Siyou, saat itu ia mulai menyadari bahwa yeoja itu menangis. "Kau menangis? Wae.. siapa yang membuat mu seperti ini?" Tanya Joonmyeon mulai tersulut emosi. Ia mencari-cari dari arah Siyou datang tadi. Di sana ia melihat Jungkook dan Taehyung. Ia mengenal Taehyung, namun tidak dengan Jungook. "Kedua anak itu menyakiti mu?! Beraninya mereka!", ujar Joonmyeon geram. Ia berniat menghampiri Jungkook dan Taehyung, namun Siyou menahan lengannya.

"Aniya.. Hikss. hikks. . aniya Oppa, bukan mereka" Tahan Siyou.

"Lalu siapa? Kau mencoba melindungi mereka? Kau takut mereka semakin menganggu mu kalau aku memperingati mereka?"

"Aniya..Hikss. tapi memang bukan mereka", Pengakuan Siyou tak sepenuhnya benar, karena ia juga menangis akibat perbuatan Taehyung padanya. "Aku tadi bertemu dengan seorang ajuma Hikss... ia menyeramkan sekali Oppa, musowoyo.. neomu musowoyo", ujar Siyou menunjuk arah pergi sang ajuma. "Tadi ia pergi ke sa.....", Siyou membeku, sekujur tubuhnya mendadak kaku, tanpa sengaja pandangan matanya menatap Jungkook dan Taehyung. Sosok Ajuma yang seharusnya sudah pergi jauh itu berada tepat di belakang Taehyung.  "AAAAHHHHHHHHHHHH!!!"

 

¢¢¢¢¢TBC¢¢¢¢¢

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK