"Baekhyun-ah" Jaehee menggerak-gerakkan tubuh Baekhyun yang masih tertidur pulas. Baekhyun pun terbangun tak lama kemudian.
"Eung...mwoji?" gumamnya masih dalam keadaan setengah mengantuk.
"Kyungsoo tidak ada di kasurnya. Aku juga sudah mencarinya ke setiap sudut perpustakaan tapi ia tidak ada" ujar Jaehee.
"Mungkin ia sedang keluar mencari makanan" ujar Baekhyun malas.
"Bersama Myungeun?" tanya Jaehee sementara Baekhyun terkejut mendengar perkataan Jaehee.
"Mwo? Myungeun?" tanya Baekhyun. Rasa kantuknya seketika hilang.
"Eo.....Myungeun juga tidak ada di tempat" ujar Jaehee.
"Mworago?!" Baekhyun segera menyibakkan selimutnya dan bergegas pergi.
"Yayaya! Kau mau kemana?!" seru Jaehee.
"Tentu saja mencari Myungeun!" balas Baekhyun. Ia terburu-buru mencuci wajahnya dan segera berpakaian lalu bergegas pergi dari sana.
"Baekhyun-ah chakkaman!" Jaehee hendak menyusul Baekhyun namun seseorang menahannya. "J-Joonmyeon?" gumamnya.
"Tunggulah di sini aku akan mengejarnya dan mencari Kyungsoo dan Myungeun" ujarnya datar lalu ia segera bergegas pergi menyusul Baekhyun.
"Ya chakkaman!" seru Jaehee menahan lengan Joonmyeon. "Aku mau ikut" pinta Jaehee memelas.
"Andwae...tetaplah di sini" ujar Joonmyeon menepis pelan tangan Jaehee lalu bergegas pergi menyusul Baekhyun.
"Aish ottokhae? Perasaanku tak enak sekali" gumam Jaehee kesal.
***
Kyungsoo membuka matanya perlahan. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Samar-samar ia melihat Myungeun yang terbelit akar pepohonan. "M-Myungeun-ah", ia bergegas hendak menyelamatkan Myungeun namun seseorang menginjak kepalanya.
"Kau mau kemana Chingu-ya?", ujar Chanyeol. "Bukankah lebih menyenangkan menyaksikannya dari kejauhan? Eo...apa dia yeojachigumu? Kupikir...yeojachingumu itu adalah gadis yang selalu menguping pembicaraan tuanku dan Joohye noona itu", ujar Chanyeol menekankan injakannya pada kepala Kyungsoo.
"Aarggh! S-Shikkeuro!", ujar Kyungsoo geram. Amarah dalam dirinya mulai meledak-ledak. "Wae chingu-ya? Apa kau mulai kesal?" tanya Chanyeol.
"Kau ini banyak bicara...sudah habisi saja dia", ujar suara lainnya yang ternyata Joohye. "Aku ingin melihatnya berubah menjadi makhluk menyeramkan dulu" ujar Chanyeol.
"Dia tidak akan berubah", ujar suara lainnya. "Karena aku ada di sini", ujar sang Pria berjubah hitam yang baru saja muncul. Ia mengabaikan Kyungsoo yang menjadi tawanan Chanyeol. Ia berdiri memunggungi Kyungsoo, Chanyeol, dan Joohye lalu memperhatikan Myungeun yang tengah menjadi tawanan Jaehyung.
"Kerja bagus Seo Jaehyung....sekarang kita hanya perlu menunggu", gumamnya sambil tertawa pelan. Kyungsoo terdiam menatap pria berjubah hitam itu tajam. Perasaan aneh menyelimutinya dan ia teringat perkataan seseorang padanya beberapa tahun yang selalu, tiga hari sebelum hari kelulusannya dari sekolah menengah atas.
“Aku tak tahu apakah Yonghan masih menyimpan misteri yang kualami beberapa puluh tahun yang lalu atau tidak. Aku tak bermaksud menakutimu, Tapi jika misteri itu terulang lagi, bisa saja kau akan menjadi bagian darinya”
***
Baekhyun berlari keluar gedung dengan diikuti Joonmyeon di belakangnya. Ia terkejut ketika melihat Myungeun yang terbelit akar pohon. Wajah Myungeun sudah terlihat memucat. "MYUNGEUN-AH!!!" seru Baekhyun yang refleks berlari berusaha menyelamatkan Myungeun tanpa menyadari bahaya yang tengah mengintainya. Baekhyun terus berlari mengejar Myungeun namun...."CRAAASSSH!" sebuah akar pohon besar muncul dari dalam tanah tepat di hadapannya. Baekhyun jatuh terjengkang namun ia tetap berusaha menghindar. Sayangnya pergerakan akar-akar pohon itu bergerak lebih cepat darinya. Dalam sekejap saja, akar-akar itu membelit dan mengangkat tubuhnya hingga sejajar dengan Myungeun.
"YA!! LEPASKAN AKU! Myungeun-ah bertahanlah aku akan-aarrggh!" akar-akar pohon itu membelit tubuhnya semakin kencang membuatnya kesulitan bernafas. Jaehyung menggerakkan akar pohon yang membelit Baekhyun tersebut kepada pria berjubah hitam yang sudah menunggu dari tadi.
"Lepaskan adik mu itu Jaehyung-ah", Perintah sang namja berjubah hitam. Jaehyung pun melepaskan Myungeun, menyerahkan sang adik pada namja berjubah hitam itu.
BRUKKKK.. namja berjubah hitam melempar Myungeun pada Joohye. Joohye tersenyum licik. Matanya menemukan sesosok roh wanita yang sejak tadi ia lihat berada di dekat sana. Crek.. Joohye mengarahkan sebuah pistol tepat pada Myungeun. "Dua wanita.. Dua kematian.. Satu cara"
DEG!! Darah Baekhyun rasanya mendidih. Emosinya memuncak sampai ujung kepala. Sekujur tubuhnya gemetar menahan emosi, "BERANI KAU MELAKUKANYA! MAKA AKU...."
DUARRRRRRR!!!!! BRUUKK Joohye tidak membiarkan Baekhyun menyelesaikan ucapannya. Tanpa perasaan ia menarik pelatuk pistol. Seketika ia biarkan tubuh Myungeun terjatuh. Ia memberi aba-aba pada Jaehyung untuk melepaskan Baekhyun.
"MYUNGEUN-AH!!!!!", Baekhyun memang begitu emosi. Tapi kepanikannya membuat Baekhyun melupakan segala hal. Ia hanya memikirkan cara menyelamatkan Myungeun. Tanpa berpikir panjang, Baekhyun menggunakan wound absorbtion yang ia miliki untuk menyerap luka Myungeun. BRUKK..
"B-Baekhyun-ah…", rintih Myungeun masih merasa pusing pada kepalanya saat dilihatnya kini Baekhyun terluka parah akibat ia memindahkan luka tembak Myungeun pada dirinya sendiri. "B-Baek..", DDDDUAAAARRRRR! "ARRGGH UGH"
Joohye melakukan satu tembakan lagi pada perut Myungeun, untuk kedua kalinya Myungeun terkapar. Dapat dirasakannya, Tangan Baekhyun yang telah melemah karena ia belum sepenuhnya menyembuhkan dirinya sendiri itu, kembali menggapai posisi luka tembak pada perut Myungeun menggunakan tangannya. Myungeun yang masih sadar terus menepis tangan Baekhyun. "Eung.. Argh..eung", Lengguhan terus terdengar darinya. Ia menghalangi Baekhyun menyerap lukanya untuk kedua kalinya. Myungeun sungguh tidak mau mati.. ia tahu Baekhyun satu-satunya yang dapat membuatnya bertahan hidup. Tapi... semalam, pada Third eye, ia jelas membaca bahwa Rapid cell regenaration (Kemampuan menyembuhkan diri) yang dimiliki oleh Baekhyun memiliki suatu batas kemampuan. Baekhyun tidak bisa menyerap banyak luka sementara luka sebelumnya yang ia derita belum tersembuhkan. Jika Baekhyun mencapai limit dari kemampuan hidup manusia untuk bertahan dari rasa sakit itu. Maka ia sendiri yang akan mati. "UGH!!"
DDUAARRRR..... Tembakan lainnya dilayangkan Joohye ke tubuh Myungeun. Kali ini Myungeun sungguh kehilangan kesadaran. "Ayo anak malas, Kau tidak ingin yeoja mu ini mati bukan? atau.. kau butuh bantuan?", Joohye tersenyum licik. Ia bergerak mendekati Baekhyun dan membantu Baekhyun menyentuhkan tangannya pada bagian luka Myungeun diperut juga leher.
“ARGH.. ARGH!”, Baekhyun pun ambruk seketika. Ia mengalami kejang. Kemampuannya untuk menyembuhkan dirinya sendiri pun melambat. Matanya terpejam dan bagian mulutnya terbuka menahan sakit yang luar biasa itu. Tidak.. Baekhyun tidak akan mati, musuh mereka tahu akan hal itu. Tiga luka tembak tersebut tak akan membuat Baekhyun mati dan memang bukan hal itu yang menjadi incaran musuh.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Cuaca pagi yang semula cerah mendadak gelap. Awan putih yang menaungi tempat itu perlahan berganti menjadi awan hitam dan suara petir mulai terdengar bergemuruh. "Eo? Ige mwoya? Kenapa tiba-tiba jadi gelap seperti ini?" gumam Jaehee yang berdiri di dekat jendela memperhatikan keadaan di luar yang tertutup kabut. "Aiissh! Aku tak bisa diam terus di sini!" gerutu Jaehee kesal. Perasaannya sejak tadi tidak enak namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena Joonmyeon memintanya untuk tetap menunggu di dalam.
"Jaehee-ah wae gurae? Kenapa tiba-tiba jadi gelap seperti ini?" Jaehee menoleh dan mendapati Yoonjae berdiri di belakangnya lalu menghampirinya turut memperhatikan keadaan di luar.
"A-Aniyo oppa...g-gwenchanayo" ujar Jaehee terbata-bata. Ia tak mau membebani Yoonjae yang baru saja pulih.
"Jaehee-ah...di saat seperti ini kusarankan lebih baik kau tak menutupi apapun. Bukan hanya padaku, tapi juga pada yang lainnya. Karena jika kau menutupi sesuatu maka itu akan menghambat kita dan yang lain bisa saja terluka atau celaka...jebal Jaehee-ah" ujar Yoonjae.
Jaehee menggigit bibirnya. Rasa ragu sedikit menghampirinya tapi apa yang dikatakan Yoonjae benar. "Kyungsoo dan Myungeun pergi sejak pagi...aku tak tahu tapi perasaanku benar-benar tak enak ketika aku terbangun pagi ini dan mendapati tempat tidur mereka sudah kosong" gumam Jaehee. "M-Mungkin ini hanya perasaanku saja oppa"
"Ani....jangan pernah mengabaikan intuisimu sendiri. Kau cukup dekat dengan Kyungsoo dan Myungeun. Bisa saja hal buruk memang sedang terjadi pada mereka. Kenapa kau tak coba melihatnya sendiri?" ujar Yoonjae.
"Tapi Joonmyeon melarangku untuk ikut dengannya" ujar Jaehee sedih.
"Kenapa kau tak menggunakan kemampuanmu?" tanya Yoonjae.
"Omo! Majayo! Kenapa aku tak memikirkan hal itu?! Neo jincha paboya Jaehee-ah!" gumamnya memaki dirinya sendiri.
"Chakkaman" sela Yoonjae. "Ingat, kau tak boleh panik dan terburu-buru. Tenangkan dirimu, pejamkan matamu, dan pikirkan tentang Kyungsoo ataupun Myungeun" ujar Yoonjae mengingatkan Jaehee.
"Ne oppa algesseumnida" ujar Jaehee yakin. Yoonjae menunggu Jaehee memastikan agar sesuatu tidak terjadi padanya.
"Yoonjae-ah!" suara Yoojin memecah keheningan.
"Wae?" tanya Yoonjae.
"Siyou tidak ada di kasurnya. Sepertinya ia menguping pembicaraanmu dengan Jaehee. Ia mengetahui Joonmyeon pergi untuk mencari Kyungsoo dan Myungeun" ujar Yoojin terengah-engah setelah berusaha mencari Siyou di sekitaran perpustakaan.
"YA BAEK SIYOU!" Taehyung tiba-tiba muncul dari sisi lain perpustakaan. Wajahnya terlihat panik. "Noona! Hyung! Siyou-" seru Taehyung terburu-buru.
"Mereka telah menembus prisai ku", Selak Jungkook "Seharusnya aku bangun lebih pagi" Jungkook hanya memproteksi agar musuh tak mampu menembus Shelternya, ia tidak memproteksi dari anak-anak yang ada didalam agar tidak bisa keluar, karena seharusnya ia akan sadar saat seseorang keluar, tapi karena ia dalam kondisi tertidur, ia telah menyadari hal itu "Mianhae"
"Kalian berdua tenanglah dulu, gwenchana" potong Yoonjae. "Jaehee sedang berusaha mencari yang lain semoga ia juga bisa menemukan Siyou.
"Aish!" Taehyung terlihat tak sabaran dan ia hendak bergegas pergi mencari Siyou namun Yoonjae mencengkeram lengannya.
"Jangan bertindak gegabah...." ujar Yoonjae penuh penekanan sembari menatap Taehyung tajam.
Yichan dan Sehun yang belum lama terbangun hanya terdiam memperhatikan apa yang sedang terjadi. "Apa kau tak bisa melakukan sesuatu?" tanya Sehun.
Yichan menggerakkan tangannya untuk menutup pintu agar Taehyung tidak kabur tapi lagi-lagi gelang turqoise miliknya hanya berkedip-kedip. "Sial tidak bekerja" gumamnya datar.
"Nado" gumam Sehun sambil menghela nafas.
"Eo! YA JAEHEE-AHHHH!!" seru Taehyung tiba-tiba. Yoonjae, Yoojin, Sehun, dan Yichan refleks mengikuti arah pandang Taehyung. Sosok Jaehee hilang dari pandangan mereka semua.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Jaehyung kembali membelit tubuh sang adik dengan akar-akar mati miliknya. Myungeun membuka matanya lemah, ia memandang Baekhyun yang tengah merenggang nyawa karena dirinya. "An.. ugh dwe..h.. Hiks.. a..ndwe Hikss.." rintihnya tak bisa melakukan apapun.
Sang namja berjubah hitam, Jaeyoo mendekati Baekhyun. Ia meletakkan tangannya di atas kepala Baekhyun. Aura hitam dari tangannya menyelimuti kepala Baekhyun, bersamaan dengan itu matahari seolah perlahan kehilangan cahayanya. Langit meredup karenanya. Mereka sejak awal memang mengincar kekuatan Baekhyun, tapi mereka membuat Baekhyun melemah agar lebih mudah untuk menarik kekuatan itu keluar dari tubuhnya. "Berikan.. kekuatan mu padaku"
"AAAAAAARRRRGGGGGGHHHHHHHHHH!!!!!!!!"
"BAEKHYUN-AAA!!!!!!", Teriak Kyungsoo keras, ia sangat marah pada dirinya sendiri karena ia tidak dapat melakukan apapun untuk menyelamatkan sahabatnya itu. Mendadak guratan-guratan hitam memenuhi bagian tangan Kyungsoo, menjalar pada bagain wajah. Ia hilang.. Ia telah kehilangan kontrol akan dirinya "AAAARRRRRRRRRR!", BRUKKKKKKKK
"AAAAARRGH!!!", BRAAAAKKKKKKKKK Chanyeol terlempar akibat dorongan Kyungsoo. Ia yang tak bahkan tidak mengenali lagi dirinya itu juga melupakan segala hal yang terjadi padanya. Hanya kemarahan yang muncul, yang dapat ia lihat hanya kegelapan yang menyelimutinya BUUUUKKKKK BUKKKK!! Kyungsoo menghajar Chanyeol habis-habisan tak sedikitpun memberi Chanyeol kesempatan untuk bertahan. SLUSSSHHHH~ WOOOSSSHH! DUAKKK!, Di tengah-tengah posisinya yang terhimpit karena serangan Kyungsoo, Chanyeol menembakkan bola api pada Kyungsoo hingga menyebabkan Kyungsoo terlempar menjauh darinya.
"ARRRRRRRRRRGG!!", Kyungsoo mengamuk. Ia mengamuk dan terus memberontak dan hendak kembali menyerang Chanyeol, tapi bayangan hitam yang dihasilkan Jaeyoo menahan dirinya. "AARRRRGGHH!", Kyungsoo terus mengerang seperti monster buas.
Tak lama kemudian, bayangan hitam yang semula menahan Kyungsoo, tiba-tiba pergi melesat menjauh darinya. Kyungsoo bergegas kembali menghampiri Chanyeol namun tiba-tiba seseorang muncul di hadapannya dan menahannya. "Hajima! Kyungsoo-ya hajima", Perlahan sentuhan itu menjadi sebuah pelukan tenang yang juga berhasil membuat satu persatu gurat hitam pada diri Kyungsoo menghilang. BLUFFHHHH! Sosok Chanyeol di hadapannya juga menghilang menjadi kepulan asap hitam. Jaeyoo menyelamatkan anak buahnya itu sebelum Kyungsoo membunuhnya.
Kyungsoo mendapati Jaehee yang baru saja muncul dan menahannya. Nafasnya yang begitu terengah mulai diaturnya. "Moon Jaehee.." Sebutnya lemah.
Jaehee menyentuh kedua pipi Kyungsoo dengan kedua tangannya. "Neo gwenchana?!", seru Jaehee panik.
Kyungsoo mendongak menatap keadaan langit yang semakin memburuk, Awan mendung menutupi hampir seluruh bagiannya. "B-Baekhyun…Baekhyun…Ugh..", Brukk! Kyungsoo terjatuh lemas. Jaehee menahan tubuhnya. Brukk!, Jaehee terpaksa jatuh terduduk karena tak kuat menahan beban tubuh Kyungsoo. "Ya Kyungsoo-ya ireona!" seru Jaehee panik sambil menepuk-nepuk wajah Kyungsoo yang bersandar di pundaknya. Tak lama kemudian….CTAAARRR!!! "Aaaaaaakkk!", jerit Jaehee ketakutan ketika mendengar suara petir menyambar tak jauh darinya. Ia refleks memeluk Kyungsoo sekaligus melindungi namja itu dari suara petir yang menggelegar itu.
"KYUNGSOO IREONA PPALI! JEBAL JEBAL!", Seru Jaehee panik sambil menepuk-nepuk pipi Kyungsoo yang tak juga sadar. "Jebal...sadarlah Kyungsoo-ya!", seru Jaehee. CTAAAARRRRRR! petir kembali menyambar tepat di dekat Jaehee. "Kyaaaaa!" Jaehee menjerit terkejut sambil menutup telinganya karena kerasnya suara sambaran petir tersebut.
"Geumanhae jebal aku bukan orang jahat jebaljebaljebal!", gumam Jaehee panik sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya dan memejamkan matanya. "CTAAAAARRRRR!" suara petir itu kembali menyambar di dekatnya. "Ommaa... hikss" gumamnya ketakutan. Ia masih memeluk erat Kyungsoo.
Tak lama kemudian ia merasakan seseorang menyentuh kepalanya seperti sedang memeluknya dan menutupi kedua telinganya. Jaehee melepaskan pelukannya sejenak. "K-Kau sudah sadar? Sejak kapan kau-", CTAAARRR! "Kyaaaaaa!", pekik Jaehee refleks memeluk erat Kyungsoo.
"Aku tak mau mengobatimu jika kau terluka. Pabo" gumam Kyungsoo datar. "Argh...", rintihnya pelan menahan sakit di dadanya. Ia tak bisa berbuat banyak karena dirinya juga terluka. Saat ini yang bisa dilakukannya, hanyalah balik melindungi yeoja yang kini tengah memeluknya tersebut.
***
"ARRRRGGGHHHHHHHHHHHHHHHH" Baekhyun menjerit kesakitan. Ia merasa seperti sesuatu tengah berusaha di tarik keluar dari dalam tubuhnya. Di tengah rasa sakit yang dideritanya samar-samar ia melihat sesosok yang amat sangat dikenalnya berdiri tak jauh darinya.
Baekhyun terdiam meskipun rasa sakit tetap menderanya. Samar-samar ia bisa mendengar seseorang bicara padanya.
"Kau harus tetap hidup Byun Baekhyun. Bertahanlah Baekhyun-ah....Himnae"
Suara itu terus terngiang di telinganya. Ia perlahan memejamkan matanya dan sosok sang pemilik suara itu muncul di dalam kepalanya. Mata Baekhyun kembali terbuka dan kali ini bola matanya berubah menjadi warna kuning cerah.
"Seperti itu.. teruslah seperti itu dan jadilah bagian dari ku" Ujar Jaeyoo merasa kemenangan telah berada tepat didepan matanya.
"Himnaeseyo Baekhyun"
Sudut mata Baekhyun meneteskan air mata. Saat dilihatnya Myungeun juga telah tak berdaya, ia hanya dapat mengisinya lirih. Hatinya bergemuruh, "Mianhae.. Mianhae" Ucapan maaf itu terus terulang seiring dengan mulai habisnya kesadaran Baekhyun. Cuaca dilangit sana semakin tak stabil dan sinar matahari secara perlahan semakin meredup.
¢¢¢ BYUN BAEKHYUN`S STORY ¢¢¢
Satu per satu orang pergi meninggalkan area pemakaman menyisakan seseorang di sana. Dengan pakaian serba hitam ia berdiri di depan sebuah makam dengan kepala tertunduk menatap rerumputan yang bergoyang tertiup angin yang bertiup kencang. Cuaca yang mendung seolah menggambarkan suasana hatinya saat ini. Tangannya menggenggam sebuah buket bunga matahari yang terdapat beberapa noda bercak darah pada pembungkusnya. Pikirannya kembali pada tragedi yang merenggut nyawa seseorang yang sangat berarti baginya yang kini beristirahat tenang di dalam makam tersebut.
¢¢
A Few Months Ago
Gadis itu berlari sekencang mungkin menerobos kerumunan orang-orang yang berlalu lalang. "J-Jweisonghamnida" ujarnya setiap kali dirinya tak sengaja menabrak orang-orang yang melewatinya. Matanya tak berhenti memantau jam yang terpasang di pergelangan tangannya.
"Sedikit lagi sampai!" gumamnya. Tak lama kemudian ia pun sampai di depan sebuah bangunan gedung Sekolah menengah atas. Sudah banyak orang-orang berkerumun di depan sekolah tersebut dengan membawa berbagai macam rangkaian bunga. "Ah! Bunga! Aku lupa!" serunya. Ia menoleh ke kanan dan kirinya mencari toko bunga atau penjual bunga.
"Ah itu dia..." gumamnya riang setelah menemukan sebuah toko bunga tak jauh darinya. Ia segera masuk ke dalam toko bunga tersebut.
"Yeppeuda..." gumamnya.
"Ada yang bisa kubantu?" sapa sang ahjumma pemilik toko.
"Ne ahjumma....aku sedang mencari bunga untuk adikku yang baru saja lulus dari SMA hari ini" ujarnya riang.
"Ah...Jincha? putriku juga lulus hari ini...tapi aku tak bisa menghadirinya karena kondisiku sedang kurang sehat”, ujar sang Ahjumma.
“Ah..sayang sekali…”, gumam gadis itu. Sang ahjumma hanya tersenyum lembut padanya.
“Ara…tapi aku sudah mengirim putra sulungku untuk menghadiri kelulusannya agar ia tak terlalu kecewa” ujar sang ahjumma.
“Algesseumnida…cepat sembuh ne ahjumma?” ujar gadis itu. Sang ahjumma lagi-lagi hanya tersenyum. Tak lama kemudian, ia mengambilkan sebuket bunga berwarna kuning cerah.
“Bagaimana kalau dengan sebuket mawar kuning sebagai simbol dari awal yang baru? Adikmu akan memulai kehidupan barunya setelah lulus dari SMA dan akan menghadapi banyak tantangan ketika ia memasuki jenjang universitas...bagaimana menurutmu?" ujar ahjumma tersebut sambil menunjukkan beberapa tangkai bunga mawar berwarna kuning.
"Ah yeppeuda.." ujar gadis. "Geundae....aku ingin bunga yang lebih menggambarkan karakter adikku seperti...", mata gadis itu berpendar memperhatikan setiap jenis bunga yang ada di sana hingga matanya tertuju pada satu jenis bunga yang terletak di pojok ruangan di tepi jendela. "Bunga itu..." ujarnya riang.
"Ah...bunga matahari?" ujar ahjumma tersebut. Gadis itu mengangguk puas. Ia kemudian mengikuti ahjumma tersebut mendekati bunga matahari tersebut.
"Ah yeppeuda..." gumam gadis itu sembari menatap kagum bunga tersebut.
"Mengapa kau memilih bunga ini?" tanya ahjumma tersebut sembari menghias bunga tersebut menjadi sebuah buket bunga.
"Nae dongsaengi....adalah seorang anak yang ceria. Apapun yang terjadi padanya, ia selalu tersenyum dan menghiburku ketika aku sedang merasa sedih...ia seperti matahari bagiku yang selalu memberi energi baru bagiku" ujarnya sambil tersenyum.
"Ah....arasseo..." gumam ahjumma tersebut. "Ini sudah selesai" ujar ahjumma tersebut sambil menyerahkan sebuket bunga Matahari pada gadis itu.
"Ah jincha yeppeuda!" ujar gadis itu riang. Ia segera menyelesaikan transaksinya dengan ahjumma tersebut dan segera berpamitan pergi. Ia bergegas menuju tempat yang dituju sebelumnya. Sudah beberapa hari terakhir ini ia bekerja keras sehingga ia tak punya waktu banyak untuk dihabiskan bersama adik satu-satunya tersebut. Kedua orang tua mereka sudah tiada sehingga mereka hanya memiliki satu sama lain. Maka di hari spesial bagi sang adik, gadis itu rela memohon pada bos tempat di mana ia bekerja agar memberinya waktu untuk menghadiri upacara kelulusan sang adik demi menebus rasa bersalahnya. Ia berlari menyeberang jalan menuju ke sekolah sang adik.
***
"Chukkhae!" seru anak itu sembari memeluk seorang anak lainnya yang juga merupakan sahabatnya. "Akhirnya kau dan aku lulus juga! kkk" ujar anak itu riang.
"Eyy mwoya...nanti juga kita pasti satu universitas lagi" ujar sang teman dengan ekspresi datar.
"kkk matta!. Ngomong-ngomong....kenapa kakakku belum datang ya?" gumam anak itu sambil memperhatikan sekitarnya mencari sosok sang kakak.
"Mungkin ia terjebak macet...gidaryeo" ujar sang teman. DUAARRR!, tiba-tiba terdengar suara keras seperti suara tembakan. Kedua anak itu terkejut ketika mendengar hal tersebut. "omo kkamjakgiya!. Igo mwoya? apa mungkin ada perampokan di sekitar sini?" ujar anak itu.
"Molla...tapi sepertinya terjadi sesuatu...dan memakan korban..." ujar sang teman sambil menatap lurus ke arah depan gerbang sekolah mereka. Di sana terdapat kerumunan orang yang tengah berkumpul.
Kedua anak itu saling menatap satu sama lain lalu mereka memutuskan untuk menghampiri kerumunan tersebut dan melihat apa yang terjadi. "Jweisonghamnida..." gumam kedua anak itu sambil merangsek masuk ke dalam kerumunan. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat siapa yang tengah terkapar bersimbah darah di depan sekolah mereka.
"NOONAAAAA!!!", anak itu berteriak histeris ketika melihat sang kakak yang sedari tadi ditunggunya sudah terkapar bersimbah darah di hadapannya. Temannya yang sedari tadi bersamanya juga tak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya saat ini. Gadis itu korban dari penembakan yang sempat mereka dengar sebelumnya. Orang-orang yang melihat kejadian tersebut hanya mampu melihat dengan tatapan tak percaya. Sebagian dari mereka prihatin tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa.
"Noona! Noona ireona!!" seru sang adik berusaha menyadarkan kakaknya. Gadis itu membuka matanya perlahan dan menatap wajah sang adik dengan lemah. Tangannya bergerak perlahan menyentuh wajah sang adik.
"C-Chukkahae..." gumamnya lemah. "K-Kau k-kini....ssudah...dewasa..." gumamnya lagi.
"Noona andwae...bertahanlah jebal...hikss" ujar sang adik. Air mata mengalir deras membasahi wajahnya.
"Uljima.....k-kau tidak...pernah menangis....s-sebelumnya" gumam sang kakak lagi. Anak itu menangis lebih kencang dari sebelumnya. "Meskipun aku tidak ada...hh..t-tetaplah..."
"GEUMANHAE!" Seru anak itu sambil menangis tersedu-sedu.
"T-tetaplah...m-menjadi dirimu y-yang biasanya...s-selalu ceria d-dan...dan mampu m-menghangatkan j-jiwa orang-orang di sekitarmu...B-Byun Baekhyun" ujar sang kakak yang kemudian menutup matanya tak lama kemudian.
"NOONAAA!! IREONA JEBAAAL! hiksss hiksss" serunya sambil menangis tersedu-sedu memeluk jasad kakaknya. Air matanya jatuh membasahi name tag bertuliskan "Baek Sihyeon" yang tersemat di baju kerjanya.
***
Baekhyun meletakkan buket bunga matahari yang sedari tadi di genggamnya di atas makam sang kakak. Ia kembali berdiri di depan makam sang kakak dan menunduk. Tak lama kemudian ia merasakan seseorang menyentuh pundaknya. Ia menoleh dan mendapati sahabatnya, Kyungsoo berdiri di sampingnya dalam balutan busana hitam sama sepertinya.
"Sihyeon noona sudah tenang di sana...biarkan dia beristirahat" ujarnya pelan.
Baekhyun kembali menunduk dan kali ini terdengar suara isakan darinya. Bulir-bulir air mata yang sedari tadi ditahannya agar tidak keluar akhirnya tak bisa tertahan lagi. Ia jatuh bersimpuh di depan makam sang kakak. Kyungsoo menghela nafas berat melihat Baekhyun yang terlihat terpuruk. Ia menunggu Baekhyun dengan sabar sembari memperhatikan keadaan di sekitarnya. Rupanya hari itu, kesedihan bukan hanya milik Baekhyun. Tak jauh darinya terdapat juga dua upacara pemakaman lainnya. Di sisi kirinya, Seorang namja yang umurnya tak jauh dari dirinya dan Baekhyun juga terlihat tengah menangis tersedu-sedu di depan sebuah makam. Di sampingnya berdiri seorang gadis yang berusia beberapa tahun lebih muda darinya. Gadis kecil itu terlihat jauh lebih tegar dari pria itu. Sementara tak jauh di depannya terdapat upacara pemakaman lainnya. Seorang gadis seusianya tengah berdiri mematung di depan sebuah makam. Tatapannya terlihat kosong. Tak lama kemudian, seorang pria muncul mendekati yeoja tersebut dan merangkulnya. Yeoja itu baru terlihat menangis tersedu-sedu ketika pria itu merangkulnya.
"Noona....hikss...noonaaa....hhh....", gumam Baekhyun menangis tersedu-sedu. Pluk!, Kyungsoo merasakan sesuatu menyentuh pipinya. Ia menengadahkan tangannya sambil menatap ke arah langit yang semakin gelap. Suara petir mulai terdengar dan tak lama kemudian rintik-rintik Hujan mulai turun.
"Baekhyun-ah, kita harus kembali....hujan mulai turun", ujar Kyungsoo mencoba membujuk Baekhyun yang masih terpaku di tempatnya.
"Noonaa....hikkss", gumamnya. Kyungsoo menghela nafas. Ia membuka payung yang di bawanya lalu menutupi kepalanya dan kepala Baekhyun, melindungi mereka dari tetesan hujan yang semakin lama semakin deras.
Kyungsoo membantu Baekhyun berdiri. Ia tak punya pilihan lain selain 'memaksa' Baekhyun untuk beranjak dari makam karena hujan yang semakin deras seiring tangis Baekhyun yang juga semakin kencang. "Ppali wa...kita harus segera kembali..." ujar Kyungsoo menarik Baekhyun pergi dari makam.
¢¢
A Few Months Later
"Ya kau dimana?" Tanya Baekhyun menelepon Kyungsoo. "Kau sudah di asrama? Kenapa terburu-buru sekali sih? Tak ada yang membantuku membawa barang-barangku" gerutu Baekhyun.
"Heol...arasseo...aku akan berangkat sebentar lagi....masih ada beberapa barang yang harus kubereskan" ujarnya sambil mematikan sambungan telepon. Baekhyun duduk terdiam di ruangan tengah apartemen berukuran sedang yang dulu ditempatinya bersama dengan kakaknya, Sihyeon. Semenjak kematian Sihyeon, Baekhyun tinggal bersama Kyungsoo yang juga tak mempunyai sanak keluarga lagi seperti dirinya.
Ia menghela nafas dan mulai membereskan barang-barangnya. Ia akan memulai kehidupan barunya sebagai mahasiswa dan ia akan menetap di asrama mengikuti Kyungsoo yang telah pergi lebih dulu. "Kkeut" gumamnya merapikan koper-kopernya. Ia beranjak dari posisinya. "Aku ingin menemui Sihyeon noona dulu" gumamnya lalu bergegas pergi.
***
Baekhyun mengganti buket bunga matahari yang telah mati dengan beberapa tangkai bunga matahari yang baru saja dibelinya tadi. Ia terdiam memperhatikan foto sang kakak yang terpajang indah di makamnya. "Aku akan menjalani kehidupan baruku sebagai mahasiswa, noona....seperti apa yang selalu kau impikan...aku...akan berusaha sekuat tenaga mendapatkan nilai terbaik dan lulus tepat waktu...aku tak akan menyia-nyiakan kerja keras dan pengorbananmu untukku noona", ujar Baekhyun. "Doakan aku dari surga ya noona" ujarnya mencoba tersenyum.
"Yeppeuda...", Baekhyun mendongak ketika mendengar suara seseorang. Ia mendongak dan mendapati seorang pria bertubuh jangkung berdiri di belakangnya. "Apa dia kakakmu? Dia cantik ya?" tanya pria itu sambil menunjuk kea rah foto yang terpajang di makam.
"Ne....Jogiyo...nuguseyo?" tanya Baekhyun bingung.
"Ah naneun Seo Jaehyung imnida...aku sedang mengantar adikku mengunjungi makam temannya...sebentar lagi adikku akan memasuki tingkat perkuliahan. Ia ingin sekali mengunjungi makamnya sebelum ia memulai perkuliahan dan menetap di asrama nantinya", ujarnya. Ia menunjuk pada satu titik tak jauh beberapa meter di sampingnya terdapat seorang gadis seusianya tengah khusyu berdoa di depan sebuah makam. "Itu adikku...sepertinya ia seumuran denganmu", ujarnya. "Apa kau juga akan memasuki tingkat perkuliahan?" tanya pria bernama Jaehyung tersebut.
"Ne....aku akan kuliah di Yonghan...setelah dari sini aku akan bergegas ke sana" ujar Baekhyun.
"Ah kau juga akan kuliah di Yonghan?! Whoaa..daebak...dunia sempit sekali kkk" ujar Jaehyung.
"Adikku juga akan kuliah di sana...siapa tahu kalian bisa berteman..." ujar pria itu yang kemudian menoleh ke belakang.
"Ya Seo Myungeun!" panggilnya. Gadis bernama Myungeun tersebut pun menoleh dan menghampiri sang kakak setelah berdoa.
"Waeyo oppa?" tanya Myungeun. "DEG!" jantung Baekhyun berdegup kencang ketika melihat sosok Myungeun dari jarak dekat. Wajahnya sekilas mengingatkannya pada sang kakak, Sihyeon.
"Omo yeppeuda!", seru Myungeun menunjuk bunga matahari yang terpajang indah di makam Sihyeon.
"Dia sangat menyukai bunga" ujar Jaehyung.
"He? Eo? Haha...begitu ya?" ujar Baekhyun tak fokus karena matanya yang tak lepas memandang Myungeun.
¢¢¢ END OF BYUN BAEKHYUN’s STORY¢¢¢
CTARRRRRRR! Langit gelap terus memancarkan kilatan kilatan petir yang tak ada habisnya. Air mata terus mengalir membasahi pipi Baekhyun, begitu juga dengan Myungeun. Lemah.. suara Myungeun begitu lemah saat ia mencoba memanggil Baekhyun. "Baek...hyun-ah...euh.. engh.. Baekhyun-ah Hikss..", Sekilas Myungeun mengingat apa yang Kyungsoo pernah ucapkan padanya.
"Kurasa kalau boleh memilih.. Baekhyun akan lebih suka membiarkan dirinya yang memiliki kekuatan itu dari pada memberikan kekuatannya pada dirimu Myungeun-ah"
"Baekhyun... mustahil membiarkan mu merasakan rasa sakit seperti yang ia rasakan saat ini"
Ia juga masih mengingat dengan baik, secarik kertas yang pernah ia temukan tertempel pada kotak susu strawberry yang setiap pagi selalu tersaji di depan pintu asramanya. Kotak susu yang baru ia ketahui bahwa.. Baekhyun lah pelakunya.
"Jadilah bunga yang cantik, Dan aku akan menjadi matahari yang akan selalu menyinari mu, menjadi sumber utama kekuatan mu untuk tumbuh kkkk
Tertanda : Manusia Tampan"
"AAAAAAARRRGHHHHHHHHH" Erangan Baekhyun terus terdengar.
"H.. Hiksss.. Hiks..." Myungeun tak dapat lagi menahan kesedihannya, sesak. ia merasa begitu sesak. Ia mengabaikan hati seseorang yang sungguh.. sungguh ingin menjadi matahari baginya agar ia dapat terus tumbuh menjadi setangkai bunga yang cantik dan terus memberinya energy agar ia bisa tetap hidup. Seorang namja.. yang mencintai dirinya layaknya matahari yang tak pernah lelah berhenti bersinar, walau tak selamanya manusia dapat menatap ke atas karena cahayanya yang terlalu terang menyilaukan mata. Matahari.. yang tak pernah meminta balasan meski telah berperan sebagai pemberi kehidupan. Kini Myungeun layu.. ia layu karena perasaan bersalahnya. "M.. m.. mianhae.. Hikss.. M.. mian.. hikss.."
Tes...
Tes..
Tes..
Langit menurunkan airnya. Lebat.. detik demi detik air yang turun semakin lebat. Hitam kelam warnanya belum juga berubah. Sudah hampir seluruh Krystal ditangan Jaeyoo terisi warna kuning menyala, Hujan yang turun pun tak menjadi hambatan baginya melanjutkan sisa pekerjaannya.
Joohye pun tersenyum sinis "Welcome to the group.... The Sun Element"
** TO BE CONTINUED**