"Jadilah bunga yang cantik, Dan aku akan menjadi matahari yang akan selalu menyinari mu, menjadi sumber utama kekuatan mu untuk tumbuh kkkk
Tertanda : Manusia Tampan"
"AAAAAAARRRGHHHHHHHHH" Erangan Baekhyun terus terdengar.
"H.. Hiksss.. Hiks..." Myungeun tak dapat lagi menahan kesedihannya, sesak. Ia merasa begitu sesak. Ia mengabaikan hati seseorang yang sungguh.. sungguh ingin menjadi matahari agar ia dapat terus tumbuh menjadi setangkai bunga yang cantik. Seorang namja.. yang mencintai dirinya layaknya matahari yang tak pernah lelah berhenti bersinar, walau tak selamanya manusia dapat menatap keatas karena cahaya terlalu tenang. Matahari.. yang tak pernah meminta balasan meski telah berperan sebagai pemberi kehidupan. Kini Myungeun layu.. ia layu karena perasaan bersalahnya "M.. m.. mianhae.. Hikss.. M.. mian.. hikss.."
¢¢¢ SEO MYUNGEUN`S STORY¢¢¢
Myungeun berdiri di depan meja belajar barunya di dalam kamar asrama yang akan segera ditempatinya. Ia memperhatikan sebuah foto dirinya dan seorang namja dalam balutan seragam sekolah.
Pikirannya kembali pada seorang namja bernama Kang Haneul (Haneul = Langit) , sahabatnya sejak kecil yang dimakamkan beberapa bulan yang lalu setelah tewas dalam aksi baku tembak dengan polisi. Haneul yang selama ini selalu ada untuknya dan selalu melindunginya rupanya menyimpan rahasia kelam darinya. Haneul positif menggunakan obat-obatan terlarang dan ia juga merupakan seorang pengedar yang sudah lama diincar polisi. Haneul sempat memberontak di hari di mana polisi berusaha menangkapnya. Polisi yang sempat kewalahan tak sengaja menembakkan sebuah peluru hingga peluru itu menembus dada Haneul dan ia pun tewas seketika.
“Baegopha….ya Seo Myungeun, apa kau tak bisa membelikan makan siang? biar oppa yang merapikan peralatanmu” ujar Jaehyung membuyarkan Myungeun dari lamunannya.
“Ne…kau mau makan apa oppa?” Tanya Myungeun sambil meletakkan kembali fotonya di atas meja belajarnya.
“Apa sajalah…aku sudah lapar sekali….aku akan menunggumu di sini” ujar Jaehyung.
"Guraeyo...kau tunggu sebentar oppa...aku akan membelinya", ujar Myungeun. Ia bergegas keluar kamar, namun tak lama kemudian, langkahnya terhenti ketika dilihatnya sekotak susu strawberry berada di depan pintu kamarnya. "Ige mwoya?", gumamnya. Ia memungut kotak tersebut dan membaliknya. Tak sengaja, ia menemukan sebuah memo dengan sebuah pesan singkat tertempel pada kotak susu tersebut:
To: Seo Myungeun
Setangkai bunga dapat tetap hidup dan bersemi berkat bantuan Cahaya matahari meskipun mereka tak mengenal satu sama lain.
Hari ini aku melihat setangkai bunga yang terlihat sedikit layu. Untuk membuatnya bersemi kembali, mulai sekarang, aku akan memberinya energi agar ia tetap tumbuh dan mekar
- Namja Matahari-
"Mwoya ige?", gumam Myungeun masih sambil memperhatikan kotak susu strawberry tersebut.
***
Myungeun segera bergegas membeli makanan pesanan sang kakak. Restaurant hari itu terlihat ramai karena banyak para calon mahasiswa baru yang sudah mulai berdatangan untuk mengurus keperluan asrama mereka. Myungeun cukup beruntung karena pesanannya segera dilayani di tengah suasana restaurant yang begitu ramai. Tak berapa lama pesanannya pun datang. Myungeun segera mengambil pesanannya namun tak lama kemudian, tiba-tiba seseorang menabrak hingga ia kehilangan keseimbangannya dan hampir saja terjatuh. Keberuntungan lagi-lagi menaungi dirinya. Seorang namja refleks menangkapnya sehingga ia tidak terjatuh.
"Neo gwenchanayo?" tanya namja itu pada Myungeun. Myungeun mendongak dan menatap pria itu. Kedua mata besar pria itu juga menatapnya balik. Entah mengapa perlakuan namja itu mengingatkannya pada Haneul yang selalu melindunginya ketika ia masih hidup dulu.
"Eo? N-Ne...N-Nan gwenchanayo..G-Gamsahamnida" ujar Myungeun gugup lalu kembali berdiri tegak.
"Bagaimana makananmu? Apa ada yang tumpah?" ujar namja itu.
"Eo...ne! M-Maja" ujar Myungeun sambil memeriksa kantung makanannya. "Untungnya tidak ada yang tumpah...neomu kamsahamnida" ujar Myungeun sambil membungkuk sopan.
"Ne, cheonmaneyo,Josimhaeyo" ujar pria itu sambil bergegas pergi terburu-buru
Myungeun terdiam memperhatikan namja itu yang berlari membelakanginya lalu sosoknya menghilang di tengah kerumunan. Seulas senyum tipis tergambar di wajahnya hingga......"YA SEO MYUNGEUN!" gadis itu tersentak kaget.
"Ne oppa!" jawabnya sambil berlari menghampiri Jaehyung yang menyusulnya.
***
“Kau ini benar-benar rajin sekali...lihat saja...teman sekamarmu saja belum ada satupun yang datang" ujar Jaehyung sambil menikmati makan siang.
Myungeun hanya tersenyum mendengar perkataan sang kakak. "Gwenchanayo oppa...aku jadi bisa membereskan perlengkapanku dengan tenang" ujar Myungeun. "Karena jika Yaeji dan Soomin sudah datang pasti akan ribut sekali..." sambungnya.
"Arasseo...ah...aku jadi teringat anak yang kita temui di makam tadi" ujar Jaehyung tiba-tiba.
"Waeyo?" tanya Myungeun.
"Akan kuminta dia untuk menjagamu jadi aku tak usah khawatir lagi kkk" ujar Jaehyung riang.
"Aish oppa jincha! Aku bukan anak kecil lagi! Geumanhae!" protesnya karena Jaehyung kerap kali memperlakukannya seperti anak kecil.
"Wae gurae? Di mataku kau tetap saja anak kecil" ujar Jaehyung santai. "Lagipula kau harus belajar bergaul dengan lawan jenis...bukankah itu yang biasa dilakukan oleh gadis-gadis seusiamu?" ujar Jaehyung.
Myungeun menghela nafas dan ekspresi wajahnya berubah sendu. Jaehyung menyadari perkataannya menyakiti sang adik. "Mianhae...aku tak bermaksud menyakitimu tapi hidup ini terus bergerak dan kau tak bisa hanya tetap tinggal diam dan terus menerus terpuruk dalam rasa sakit hatimu itu" ujar Jaehyung. “Kau ingat anak bernama Baekhyun yang kita temui tadi? Meskipun ia kehilangan seseorang yang sangat disayanginya ia tetap mampu tersenyum riang meskipun ia tahu bahwa kakak yang sangat disayanginya itu tak akan pernah kembali" ujar Jaehyung lagi.
Myungeun menghela nafas mendengar setiap kata petuah yang meluncur dari mulut Jaehyung. "Keadaanmu masih jauh lebih baik darinya Seo Myungeun. Tuhan menjauhkanmu dari orang-orang yang berniat jahat padamu...kau seharusnya bersyukur akan hal itu"ujar Jaehyung mengakhiri pembicaraannya.
“Tapi Haneul bukan orang Jahat oppa…” gumam Myungeun sendu
"Araseo" Jawab Jaehyung mengalah. Jaehyung menutup pembicaraannya dengan Myungeun dengan sebuah pelukan hangat.
¢¢¢ END OF SEO MYUNGEUN`S STORY¢¢¢
Myungeun melihat pria berjubah hitam itu kembali mendekati Jaehyung dan Baekhyun yang terlilit dalam belitan akar yang diciptakan Jaehyung. Perasaan marah menelusup dalam batinnya. Pria itu lah penyebab dari segalanya. Karena pria itu sekarang ia terjebak di tempat berbahaya seperti ini, karena pria itu juga ia terpisah dari kakak yang amat disayanginya. Pria itu juga bahkan merubah kakaknya menjadi orang jahat yang berusaha membunuhnya dan teman-temannya, termasuk Baekhyun yang selama ini sudah begitu baik padanya. Matanya lirih menatap Sang kakak, ada harap tersimpan jauh didalam hatinya agar Jaehyung dapat mendengar rintihan itu saat ini "Hik.. Oppa.. Oppa" Rintihnya lirih.
Jaehyung menatapnya. Ia merasa Myungeun sedang melawannya saat ini, ia sangat dapat merasakannya, merasakan kekuatan Myungeun berusaha menekan dirinya "Kkamaniseo dongsaengi" Perintahnya, ia menggerakkan tangannya untuk memperkuat akar-akar mati yang melilit tubuh Myungeun. Sang adik seketika menutup mata. Kekuatan yang tadi sempat ia rasakan menekan itu perlahan memudar "Seperti itu.. seorang adik memang harus menuruti kakaknya"
EEEEERRRRGHHHHHHHHHHHHH" Tubuh Baekhyun melemah, sudut matanya masih sempat mencari sosok Myungeun ditengah rasa sakit dan sedikit kesadaran yang ia miliki. dapat juga didengar olehnya suara Kyungsoo terus meneriaki namanya. "BAEKHYUN-A... MYUNGEUN-A!!!!!!" Dilihatnya Kyungsoo tertahan oleh bayangan. Bayangan itu menghalangi ia dan Jaehee untuk bergerak. Ia menyesal mengapa ia begitu bodoh, mengapa ia begitu lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk menyerang seperti anak lainnya. Ia.. juga ingin melindungi orang-orang yang ia sayangi.
Tes...
Tes..
Tes..
Baekhyun menangis.... Langit pun ikut menurunkan airnya. Lebat.. detik demi detik air yang turun semakin lebat. Hitam kelam warnanya belum juga berubah. Sudah hampir seluruh Krystal ditangan Jaeyoo terisi warna kuning menyala, Hujan yang turun pun tak menjadi hambatan baginya melanjutkan sisa pekerjaannya.
Joohye pun tersenyum sinis "Welcome to the group.... The Sun Element"
WUUUUSSHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH......
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAA" BRRRRRRRRRRAAAKKKKKKKK!!
SHUUUUNGGGGGG.... Angin di sekitar sana mendadak bertiup begitu kencang, keadaan seperti badai besar timbul. CTTTAAAAARRRRRRR.. Petir dilangit juga terus bersahutan mewarnai suasana mencekam tersebut.
SSSSSHHHHHUUUUUUNGGGGG BRAAAAKKKKK Badai besar yang mengelilinginya melempar tubuh Jaeyoo dan juga Joohye jauh. Ia mengamuk, mengamuk seperti monster. "AAAAAAAAAAAAAAARRGGH" Bayangan Yang Jaeyoo ciptakan masih menempel pada kepala Baekhyun dan sekuat apapun Baekhyun melawan, bayangan itu masih membuat Jaeyoo dapat menyerap sisa kekuatan yang dimiliki olehnya.
"BAAEEEKHYUNNNNN-AAAAAAAAA!!!!" Kyungsoo dan Jaehee berusaha berteriak sekerasnya, tapi tidak merubah apapun. Badai yang diciptakan oleh Baekhyun juga menghancurkan hampir sebagian besar halaman Yonghan University. Meniup setiap rerumputan yang telah mati karena keberadaan Jaehyung. Tapi.....
SSSSSLLLLUUUUUUUTTTTTTTTT SSSSREEEEKKKK
KREEEEKKK.... TRAAAAANGGGGGGGG... "SIAAALL!!!!" Pekik Jaeyoo melihat sesuatu di tangannya telah hancur menjadi berkeping-keping setelah sebuah tumbuhan rambat bergerak begitu cepat ke arahnya dan menyerang tangannya sehingga benda itu hancur dan terjatuh. Hujan kembali turun, turun begitu lebat menguyur pagi yang tak jua berubah terang.
"Yeoja itu!!" Pekik Joohye.
Joohye menoleh dan mendapati beberapa tanaman hijau tumbuh di sekitar Jaehyung. Pada jalan setapak di samping Jaehyung, Joohye melihat seorang yeoja dengan bola mata berwarna hijau. Tepat di depan kaki yeoja itu terdapat sebuah benda dengan bentuk seperti daun. "Ya Seo Jaehyung, Jauhi adik mu itu!!!!!!!!" Seru Joohye. SSSSSSUUUUSSSHHHHHHH DDDDDAAAKKKKKKKK "AAARGH" Baru saja Joohye melangkah, angin kencang dan petir melintas di hadapannya.
"Kalian... telah merubah hati seseorang yang telah hidup dan tumbuh bersama ku!! kalian.. telah mencoba mencuri sumber cahaya kehidupan utama yang dibutuhkan oleh seluruh mahluk hidup... kalian.. TIDAK PANTAS DISEBUT SEBAGAI MANUSIA!!!!" Pekik Myungeun.
Dari dalam tubuh Myungeun mengeluarkan sinar cerah berwarna hijau yang menerangi setiap sudut tempat itu dan juga mengusir kabut tebal yang sempat menutupi tempat itu. Sinar hijau dari dalam tubuh Myungeun juga turut mengenai akar-akar pohon ciptaan Jaehyung yang kini kembali hidup seperti tanaman baru. Akar-akar pohon yang semula membelit tubuh Myungeun secara perlahan melepaskan Myungeun dengan sendirinya dan membantunya berdiri kembali di atas tanah yang perlahan berubah menjadi rerumputan hijau tepat setelah Myungeun menginjakkan kakinya. Akar-akar pohon berwarna hijau yang kini hidup kembali kini bergerak atas perintah Myungeun. Myungeun membiarkan akar itu juga membelit Baekhyun, melindunginya dari serangan Jaehyung ataupun Jaeyoo. Myungeun berjalan menghampiri pria berjubah hitam dan Jaehyung sementara tubuh Baekhyun melayang dalam belitan akar hijau milik Myungeun.
Myungeun menggerakkan tangannya dan akar-akar pohon itu bergerak membelit pria berjubah hitam itu. "SIAAL!!!" Teriak Jaeyoo. Ia menarik Joohye cepat. Kemudian keduanya menghilang menjadi kepulan asap hitam. Asap hitam itu juga berusaha menarik tubuh Jaehyung. Namun WWWUUUUSSSSHHHHHHHHHHHHH Api menyambar asap hitam itu sebelum berhasil membawa Jaehyung.
Joonmyeon dan Siyou berdiri di ujung pintu gedung Universitas. Joonmyeon tidak mengerti bagaimana hal itu terjadi. Tapi baru saja ia berhasil mengeluarkan api menggunakan tangannya sendiri "Mwoya ige?" Tanya bingung. Ia segera merangkul Siyou, melindungi yeoja kecil itu dari hempasan Badai yang dibuat oleh Baekhyun. "Oppa.. pallihae" Ajak Siyou, Ia berlari ke arah Jaehee dan Kyungsoo. "Eonnie, Oppa!!" Pekiknya. Joonmyeon pun ikut berlari bersama dengan Siyou.
Jaehyung masih terpana akan kekuatan yang muncul secara tiba-tiba dari dalam tubuh adiknya. Ia mencoba menyerang Myungeun kembali dengan berusaha membelit Myungeun dengan akar-akar pohon mati namun usahanya gagal karena akar pohon mati yang mendekati Myungeun berubah menjadi akar hidup yang menyerangnya balik. "SLUUUUUUUTTT BUKKKK!" Akar itu bergerak cepat ke arah Jaehyung dan menghempaskan tubuh Jaehyung hingga membentur salah satu dinding hingga Jaehyung tak sadarkan diri. Myungeun hendak menyerang Jaehyung kembali seolah ia kehilangan kesadaran dan lupa bahwa yang diserangnya adalah kakaknya sendiri.
"Myungeun-ah..... geumanhae", Myungeun menghentikan aksinya ketika mendengar suara lemah di belakangnya. "Myungeun-ah geumanhae jebal....j-jangan menyerang kakakmu s-sendiri...."
Myungeun terpaku di tempatnya ketika mendengar Baekhyun mengingatkannya agar ia berhenti menyerang Jaehyung. Kedua bola mata Myungeun kembali normal dan akar yang membelit Baekhyun pun terlepas dan menyebabkan Baekhyun terjatuh di atas tanah yang telah berubah menjadi rumput hijau. Myungeun menoleh dan menghampiri Baekhyun yang sudah terkapar lemah. Wajahnya memucat.
"N-Nan gwenchana Myungeun-ah....jincha" ujarnya lemah. Suasana yang semula gelap berubah kembali cerah dan kabut tebal yang semula menghalangi pemandangan mulai menipis.
"Pergilah...k-kakakmu membutuhkanmu" gumam Baekhyun lemah.
"T-tapi..." Myungeun terlihat ragu.
"Myungeun-a... ugh.. na.. tidak.. akan mati.. uguh ugh.." Ucap Baekhyun terbata, ia tersenyum ringkih. Ditunjukkannya jari kanannya, dimana sebuah cincin telah melingkar disana "Aku.. superhero he.. ugh. ." Ia mencoba bercanda ditengah kondisinya yang begitu buruk "Aku.. ugh tidak akan membiarkan matahari diatas sana.. eugh.. dirubah menjadi kegelapan. The.. Sun Element.. eugh.. naneun hehe. ught argh"
"Babo.. Hikss.. neo hikss" Myungeun tersenyum meski hatinya perih.
"Baekhyun-ah!", Myungeun mendongak dan mendapati Jaehee tengah memapah Kyungsoo berjalan menghampiri mereka. Diikuti oleh Joonmyeon dan Siyou. Mereka semua terlihat basah kuyup akibat Hujan serta badai yang dibuat Baekhyun.
"M-Mianhae...ugh",rintih Baekhyun tersenyum getir. "K-Karena aku...kalian...ugh...kalian j-jadi begini"
"Ya..sudahlah", gumam Kyungsoo. “Neo gwenchana?”, Tanya Kyungsoo mengkhawatirkan kondisi sahabatnya tersebut.
Baekhyun hanya mengangguk pelan. “Tapi kurasa aku butuh…ugh…tidur yang cukup lama”, gumamnya lemah. Secara perlahan, kedua mata namja itu tertutup.
“Baekhyun-ah!”, seru Myungeun panic.
Joonmyeon bergegas menghampiri Baekhyun dan mengarahkan telunjuknya mendekati hidung Baekhyun. “Gwenchana Myungeun-ah ia masih bernafas”, ujar Joonmyeon.
"Myungeun-ah kha....biar kami yang mengurus Baekhyun" ujar Jaehee meyakinkan Myungeun. Myungeun mengangguk pelan dan ia segera berlari menghampiri Jaehyung yang juga tak sadarkan diri.
"Oppa...hikss...oppa mianhaeyo....jeongmal mianhaeyo" ujar Myungeun sambil menangis terisak-isak di atas tubuh Jaehyung yang telah terkapar tak berdaya. Tak lama kemudian ia merasakan seseorang menyentuh kepalanya lembut. Myungeun mengangkat wajahnya yang sedari tadi dibenamkannya di atas tubuh Jaehyung. Di hadapannya ia melihat Jaehyung tersenyum lemah. Ia melihat kedua mata Jaehyung telah kembali normal. Air mata kembali membasahi wajahnya. "Oppa jeongmal mianhaeyo...hiksss" ujarnya sambil menangis tersedu-sedu.
"Akulah yang s-seharusnya minta maaf padamu...." gumam Jaehyung lemah. "Aku ini kakak macam apa....berusaha membunuh adikku sendiri" gumam Jaehyung menyalahkan dirinya sendiri. Air mata juga turut mengaliri wajahnya. "Jeongmal mianhaeyo Myungeun-ah.....gomapta kau telah menyadarkanku....hi-himnaeseyo..." gumam Jaehyung sembari memejamkan matanya perlahan.
Tubuhnya perlahan menghilang dari hadapan Myungeun. "Oppa....Jaehyung oppa...kajima...hikkkss" gumam Myungeun menangisi sosok Jaehyung yang perlahan menghilang dari hadapannya.
Myungeun menangis tersedu-sedu sembari bersimpuh hingga ia merasakan seseorang menyentuh pundaknya dari belakang. Ia menoleh dan mendapati Jaehee, Kyungsoo, serta Siyou dan juga Joonmyeon yang mempiggy-back Baekhyun. "Himnae Myungeun-ah" gumam Jaehee tersenyum mencoba menyemangati Myungeun.
"Eonnie.. hikss" Siyou yang dapat merasakan sakit dihati orang lain itu terisak, ia berlutut disamping Myungeun, kemudian segera memeluknya. Jaehee pun ikut memeluk Myungeun dan menepuk-nepuk pelan punggung Myungeun mencoba menenangkannya sebelum membujuknya untuk segera kembali ke perpustakaan.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
01.05 PM
"Sreek...srekk...argh" Yeoja itu menghempaskan pensil yang sedang digunakannya untuk menggambar project design bangunan yang sedang dikerjakannya. Sudah hampir satu jam ia tak bisa berkonsentrasi mengerjakannya karena dilanda perasaan yang tak menentu. Ia meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang. Hampir satu menit berlalu namun tidak ada jawaban. Ia kembali menghubungi nomor lainnya dan kejadian serupa terjadi. "Aish....ige mwoya? Kenapa mereka tak menjawab panggilanku?" gerutunya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja kerjanya dan menyandarkan kepalanya pada leher kursi. Perasaan tak enak semakin intens menderanya. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi. Yeoja itu refleks terbangun dari kursinya dan meraih ponselnya, nama "Moon Chulsoo" tertera di sana.
"Yoboseyo? Eo...yeobo...ne...mereka sudah kembali ke asrama. Aku yang mengantar mereka kemarin. Eo...gwenchanayo...ne..." ujarnya mengakhiri pembicaraan dengan suaminya tersebut.
"Ottohkae....apa aku harus kembali ke sana dan memastikan mereka baik-baik saja?" gumamnya ragu. Tak lama kemudian ponselnya kembali berbunyi. Kali ini sebuah pesan singkat muncul di ponselnya.
From: Kim Kyungjae
Ada berita buruk yang harus kusampaikan padamu. Jaeyoo tak main-main dengan terornya selama ini. Yonghan kacau dan beberapa anak dilaporkan hilang. Putraku salah satunya. Baru saja aku mendapatkan daftar nama mereka yang hilang dari Minhyuk.
1. Park Jimin
2. Park Chanyeol
3.Jeon Yaeji
4. Jeon Jungkook
5. Goo Yoonjae
6. Han Yoojin
7. Park Yichan
8. Lee Sehun
9. Baek Siyou
10.Seo Myungeun
11. Byun Baekhyun
12.Kim Joonmyeon
13. Moon Taehyung
14. Moon Jaehee
15. Do Kyungsoo
Yeoja itu menutup mulutnya tak percaya dengan pesan yang baru saja dikirimkan Kyungjae padanya. Terutama ketika ia melihat tiga nama terakhir dalam daftar yang dikirimkan Kyungjae padanya. Terjawab sudah mengapa sedari tadi ia merasa tidak enak. Apa yang ditakutkannya selama ini terjadi. Ia menggerakkan jarinya menyentuh tombol-tombol pada layar ponselnya, mencoba menghubungi seseorang.
"Yoboseyo? Hyungshik-ah...Naneun Kim Eunkyo..." ujarnya pelan. "Kau sudah tahu apa yang sedang terjadi di Yonghan? Anak-anakku juga menghilang..." ujarnya khawatir.
"Yoboseyo.. ah,.. neoya..Mworago?! anak-anak mu juga?" ujar Hyungshik. Dari seberang telepon.
"Ottohkae?" gumamnya tanpa bisa menyembunyikan kepanikannya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
NEXT 3 DAYS
Myungeun menghela nafasnya. Satu hari lagi ia memulai harinya dengan setumpuk perasaan bersalah karena namja dihadapannya belum juga membuka setelah 3 hari lamanya terbaring. Ia membasuh kening Baekhyun dengan handuk basah "Ireona" ucapnya pelan. Respon yang ia harapkan tak jua terjadi.
"Baekhyun terlalu memaksa dirinya untuk menggunakan kemampuan yang ia miliki. Ditambah lagi kemampuannya hampir sempat terampas oleh musuh. Hal itu menyebabkan ia pulih lebih lama. Tapi tak lama lagi ia pasti bangun. Aku sudah membaca tentang semua ini pada Third Eye", ujar Yoonjae yang juga berada disana bersama Yaeji dan Joonmyeon.
"Kkokjong hajima" Yaeji menepuk pundak Myungeun. Ia kemudian ikut mengelap bagian tangan Baekhyun dengan handuk basah lainnya untuk membantu Myungeun.
"Kuharap begitu.. psh.. Aku merasa begitu bersalah padanya. Ia berkorban terlalu banyak untukku", Sesal Myungeun. "Tapi aku.. tidak dapat memberikan apapun padanya. Bahkan sekedar untuk sebuah perhatian"
"Setidaknya kau sudah jujur terhadapnya. Bukankah itu lebih baik daripada kau membiarkan ia berharap banyak akan sesuatu yang tidak bisa ia dapatkan? Kau akan menyakitinya lebih dalam lagi", Jawab Yaeji.
Joonmyeon tidak banyak bicara, sejak tadi pandangannya terus mengarah pada Jaehee dan Kyungsoo. Namja itu terlihat tengah memberikan secangkir teh hangat pada Jaehee yang terserang flu setelah kejadian tiga hari yang lalu.
"Sigh~" helanya. "Setidaknya yeoja harus sedikit menghargai pengorbanan yang dilakukan oleh seorang namja yang menyukainya. Apa sulitnya membuka hati untuk seseorang? mereka terlalu naif", Sambar Joonmyeon mendadak panas.
"Ara.. Nan nappeun yeojaya", Myungeun yang berfikir kata-kata Joonmyeon adalah untuk dirinya itu semakin merasa bersalah pada Baekhyun.
Yaeji memperhatikan mata Joonmyeon yang melihat ke arah lain. Ia menggelang sebal karena namja itu mencampur adukkan masalahnya dengan apa yang sedang terjadi pada Myungeun dan Baekhyun. Padahal kasus percintaan (?) mereka sungguh jauh berbeda. "Myungeun tidak mengabaikan Baekhyun. Myungeun hanya mencoba menjaga perasaan Baekhyun saja dan Baekhyun mengerti hal itu, karena itu ia memilih melindungi Myungeun dengan caranya sendiri. Jangan samakan Baekhyun dengan diri mu. Ia namja baik-baik yang mencintai seseorang tanpa berharap balasan dari orang yang dicintainya"
"Ah.. guriguna.. Kau sepertinya begitu mengerti Baekhyun", ledek Yoonjae. "Ia pasti sangat hebat dimata mu"
Perkelahian ini berbuntut panjang (?) Yaeji menanggapi ucapan Yoonjae. "Kau juga! Mengapa kalian para namja hobi sekali mencampur adukkan masalah semua orang tanpa mau melihat dan memilih ucapan sebelum mengatakannya?".
Myungeun kebingungan ditengah perdebatan itu. Ia bahkan sudah tak tahu lagi kemana arah pembicaraan orang-orang disekitarnya. "Salyeojuseyo…" Ujarnya dalam hati. Dengan hati-hati Myungeun menyinkir dari lingkungan yang sudah tidak sehat itu.
"Ya! Tahu apa kau tentang urusan ku dengan Jaehee?!" Selak Joonmyeon membuka suara sendiri bahwa yang ia bicarakan sejak tadi adalah hubungannya dengan Jaehee yang sebenarnya tak ada hubungannya dengan Myungeun juga Baekhyun. "Semua yeoja selalu mengatakan ia lah yang paling menderita. Mereka selalu merasa tertekan padahal tidak ada seorangpun yang menekan mereka. Kalau saja mereka dapat sedikit saja menahan..."
"Neo!", Yaeji. "Apa kau pernah membaca buku, atau mennonton televisi?! Menurut penelitian yang sudah teruji.. Kalau saja semua laki-laki di dunia ini harus mengandung dan melahirkan anak, maka mereka semua akan mati?! Kau tahu mengapa?! Karena namja tidak dapat menahan rasa sakit dibanding yeoja! Jadi jangan coba-coba kau membandingkan seberapa tahan dirimu akan rasa sakit, kalau kau belum pernah merasakan rasa sakit yang yeoja rasakan!!"
"Mianhae"
"Aku tidak bicara pada Oppa!! Aisshh. Jincha", Seru Yaeji menoleh ke arah Yoonjae.
"Bukan aku yang bicara Jebal…hing…”, ujar Yoonjae sambil menunjuk Baekhyun yang kini sudah membuka matanya.
"Baekhyun-ah?!", Seru Micha mendekat. "Kau sudah sadar? Myungeun sangat...", Yaeji melihat sekelilingnya dan tidak menemukan Myungeun disana. "Dimana dia?", Karena sibuk bertengkar dengan Joonmyeon, ia sampai tidak sadar Myungeun sudah pergi.
"Kk Tentu saja aku terbangun, kalian berisik sekali", Baekhyun Tertawa pelan. Ia mencoba duduk karena tubuhnya sangat pegal. Ia mengarahkan pandangan pada Joonmyeon yang masih kesal atas ucapan Yaeji sebelumnya. "Jangan bicara tentang teori cinta dan sejenisnya dengan Jeon Yaeji, kau pasti kalah telak Joonmyeon-ah" Baekhyun terdiam sesaat. Sekedar menghirup udara kehidupan.
Baekhyun kembali tersenyum. "Ia benar. Namja terkadang begitu egois untuk memiliki sesuatu dan merasa kalah saat gagal memilikinya. Begitu juga diriku.. Tapi..", Ucapan Baekhyun kembali terputus saat ia mengehela nafasnya yang masih sedikit sulit itu. "Aku tidak pernah tahu seberapa Myungeun akan menderita jika ia memang berakhir dengan memilih untuk menerima ku sementara hatinya berkata lain. Tujuan awal ku ingin memilikinya adalah untuk membuatnya bahagia, lalu.. apa artinya jika memiliki tapi ku tahu, aku adalah penyabab utama ia tidak akan pernah bahagia", Senyum Baekhyun semakin parau. "Kalau sudah seperti ini.. tentu keinginan ku dan kenyataan yang ada tak akan pernah menemui titik terang. Karena itu.. Hal terakhir yang bisa ku lakukan adalah merubah cara pandang tentang apa yang sebenarnya ingin kau miliki darinya. Hal itu juga yang seharusnya... pada akhirnya akan ku jadikan hal yang ingin ku miliki."
Joonmyeon terdiam, begitu juga dengan Yoonjae dan Yaeji.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
01.10 PM
“Ottae?” Tanya Jinyoung pada Hyungshik sesaat setelah Hyungshik mematikan sambungan teleponnya dengan seseorang.
“Yang menelepon barusan adalah Eunkyo” jawab Hyungshik.
“Oh…apa ia akan kemari?” Tanya Jinyoung.
“Ne…ia akan kemari…kurasa kantornya tak jauh dari sini…sebentar lagi ia akan sampai” ujar Hyungshik. Tak lama kemudian, Eunkyo pun tiba di rumah sakit. Ia terlihat berlari terburu-buru dan masih terlihat dalam balutan baju kerjanya.
“Annyeong haseyo..” sapa Eunkyo pada semua yang ada di sana.
“Kupikir kau berada di Busan” ujar Jinyoung.
“Ani…aku sedang berada di Seoul. Ada project bangunan yang harus kuselesaikan” ujar Eunkyo yang kini bekerja sebagai seorang Arsitek.
“Ottae? Apa ada kabar terbaru lagi dari Kyungjae?” Tanya Eunkyo khawatir.
“Sejauh ini belum. Kudengar L, Howon, dan Precise juga sedang menuju kesana” ujar Hyungshik.
“Apa kalian berencana menyusul mereka?” Tanya Eunkyo.
“Aku ingin sekali..geundae…putraku sedang koma” gumam Jinyoung khawatir.
“Biar aku dan Minhee yang menjaga Taekwoon. Kalian pergilah” ujar Nana.
“Jincha? OK…kabari kami jika ada apa-apa ne?” ujar Jinyoung yang segera bergegas mengajak Eunkyo dan Hyungshik pergi.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
01.25 PM
“Neo gwenchana?” Tanya Jinyoung pada Eunkyo yang duduk diam di kursi belakang mobilnya.
“Eung…aku memikirkan nasib mereka” ujar Eunkyo “Anak itu…ia juga berada di sana” gumam Eunkyo.
“Aku sudah menduga hal ini pasti terjadi” ujar Jinyoung menghela nafas. Tak lama kemudian, ponsel Jinyoung pun berbunyi. “Yoboseyo? Eo….aku sedang bergerak menuju Yonghan waeyo? Mworago? Kalian menemukannya?! Jincha? Ah..arasseo…kami akan segera kesana” ujar Jinyoung sigap.
“Wae gurae?” Tanya Hyungshik.
“Apa kalian keberatan jika rencana ke Yonghan kita tunda sejenak? Sebelum ke sana, kita harus pergi ke suatu tempat untuk menemui seseorang” ujar Jinyoung.
“Odie?” Tanya Hyungshik.
“Nugu?” Tanya Eunkyo. Jinyoung tersenyum tipis mendengar pertanyaan Eunkyo dan Hyungshik. “Nanti kalian juga akan tahu dengan sendirinya” gumamnya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
01.26 PM
Soomin dan Junior membawa serta Jimin menuju rumah sakit milik Hyungshik. Disana mereka bertemu dengan Nana, Juga Minhee, istri dari Jinyoung yang juga Ibu dari Soomin. Sesampainya disana, pihak rumah sakit langsung mennangani Jimin. Kondisi Jimin dinyatakan stabil, tapi ia memang tidak bisa membuka matanya sama sekali. Nana sebagai ibunya sangat khawatir dengan keadaan anak bungsunya itu, sementara anak sulungnya Chanyeol belum juga kembali. Ia menggenggam erat tangan Jimin "Jimin-ah.. kau mendengar eomma kan? Ireona Jiminnie, jebal.. Hikss.."
"Nana-ya.. tenanglah, Jimin pasti akan baik-baik saja. Ia belum sadarkan diri juga pasti ada hubungannya dengan semua kejadian ini", ujar Minhee memeluk Nana.
"Mungkin sebaiknya kita kembali ke Universitas menemui Seohyun ajuma dan yang lainnya, mereka pasti mengetahui sesuatu, karena seperti yang juga telah ku jelaskan. Sebelum Jimin juga ada seorang yeoja yang mengalami hal seperti ini" Saran Soomin.
"Andwe Soomin-ah, kau harus tetap disini bersama Eomma. Appa mu sudah pergi kesana bersama Hyungshik. Jadi kau dan Jinyoung lebih baik jangan pergi kemanapun. Benar kan Jinyong-ah?", ujar Minhee menatap namja bernama Jinyoung itu. Ia sering disapa Jinyoung Junior karena memiliki nama yang sama dengan suaminya. "Jinyoung-ah", Panggil Minhee pada anak laki-lakinya ini sekali lagi.
"Eoh.. ne Eomma?", Jawab Jinyoung. "Ah.. ne ne. . maja" Jawabnya. Pandangan Junior terus terarah pada Cincin bermata Krystal violet ditangan Jimin. Ia juga memerhatikan kalung Krystal Magenta yang tergantung di leher Soomin. "Eomma.. bibi.. boleh aku menjenguk Taekwoon hyung?"
☆*:.。. o)o .。.:*☆