home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DIFFERENT DIMENSION

DIFFERENT DIMENSION

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jul 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : BTS Jin, V, Jungook, Jimin EXO Suho, D.O.,Baekhyun, Sehun, Chanyeol, Chen AOA Hyejeong, Miss A Suzy,
Tags :
Status : Complete
2 Subscribes |10377836 Views |8 Loves
DIFFERENT DIMENSION
CHAPTER 34 : Reset (2)

¢¢¢ GOO YOONJAE`S STORY ¢¢¢

POV : Yoonjae

"Yaissh", Pakkkk!!... Joohye melayangkan pukulan pada lengan ku yang sedang sibuk mengobatinya. Ia terluka, apalagi kalau bukan karena di bully oleh teman-teman sekelasnya. Sudah kesekian kalinya hal ini terjadi. Bujukanku juga Joowon, adik Joohye agar yeoja ini pindah sekolah ke sekolah Joowon pun hanya seperti angin lalu bagi Joohye. "Yoonjae-ah pelan sedikit, rasanya sakit sekali", keluhnya memelan.

"Hm….araseo", Jawab ku tanpa perlawanan. Bukan tidak berani, hanya saja Joohye sedikit.. ani banyak.. kerasa kepala juga sensitif. Tiga bulan lalu ia menyatakan cinta padaku. Ia meminta ku menjadi namjachingunya..heol…wanita jaman sekarang menjunjung tinggi emansipasi, apa menyatakan cinta lebih dulu juga emansipasi? aissh molla! yang pasti aku hanya bisa bicara jujur padanya bahwa aku tidak menyukainya. Terdengar sadis (?) tapi akan lebih sadis jika aku berbohong dan akhirnya terbongkar bukan? Tapi seperti yang kukatakan sebelumnya, yeoja ini keras kepala. Ia bahkan tetap mengakui ku sebagai namjachingunya di depan banyak orang.  Bisa apa aku sekarang?

"Noona, sebaiknya kita pulang sekarang. Di rumah obat-obatan lebih lengkap, lagipula banyak orang yang memperhatikan kita disini", ujar Joowon tak enak melihat pandangan banyak orang yang sejak tadi terarah pada kami, karena Joohye terus berteriak, sehingga menarik perhatian mereka.

"Shireo.. aku akan pulang ke rumah Yoonjae"

"Mworago?!", Pekik ku. Halmoni bisa menghajar ku kalau aku sampai membawa Joohye ke rumah. Ia dan Joohye sama sekali tak akur, Joohye pernah datang ke rumah ku mengaku sebagai yeojachingu ku heol~~ ia kurang sopan, jadi.. maklum saja kalau halmoni tak menyukainya. "Aniya.. aniya.. Halmoni bisa marah nanti! Aku akan mengantar mu pulang saja. Tak masalah kalau aku harus menginap sekalipun kalau kau memang belum cukup sehat asal kau tidak datang ke rumah ku"

"Yoonjae hyung benar, noona hanya akan membuat masalah saja disana.. ayo pulang..Yaeji noona sudah menelpon terus karena ia menghawatirkan mu", Ajak Joowon.

"Cih.. ", Joohye membuang muka. "Cepat kembalikan rumah kita, baru aku akan pulang! Kalau yang kau sebut pulang adalah rumah yeoja itu, aku tidak akan pernah sudi untuk pulang!", Kulihat Joowon menghela nafas mendengar jawaban sang kakak. Ah.. ku dengar beberapa hari lalu Joohye dan Joowon diusir dari tempat mereka tinggal mereka. Sekarang mereka tinggal dirumah tetangga mereka yang kebetulan memberi izin pada mereka untuk tinggal bersama. Hmm.. tapi yeoja ini adalah yeoja yang sering dibicarakan oleh Joohye, ribuan kali Joohye mengatakan tidak menyukainya.

***

"Taekwoonnnnn-aaaaaaa", Yoojin menghampiri ku dan Taekwoon. Ia memeluk Taekwoon dengan perasaan gembira. "Lihat ini.. lihat ini.. " Yoojin memperlihatkan hasil test kemarin. Tes yang dilakukan rutin oleh sekolah kami untuk menentukan bakat dan minat siswa kelak agar memilih bidang yang tepat untuk melanjutkan ke Universitas.

Taekwoon melihat lembaran keras itu tanpa ekspresi berarti, namun senyumnya yang 'Mahal' itu selalu ia obral untuk Yoojin. "Yokshi, uri Yoojinnie", Dibelainya pelan kepala Yoojin.

"Aku juga mengambil hasil tes mu Taekwoon ah, nilai mu lebih tinggi dari ku….hing… Geundae! Gwenchana…nanti kau ajari aku lagi, masih ada satu tahun untuk berusaha lebih keras. Kita bertiga harus berhasil menembus tes masuk kedokteran kelak! Hwaiting!" Seru Yoojin bersemangat dan lagi-lagi mendapat pasokan semangat dari Taekwoon yang kini menepuk-nepuk pundaknya.

Huffhh~~ aku hanyalah domba hilang arah di antara mereka berdua. Hey... meski mendapat julukan playboy, aku tidaklah sebrengsek seperti apa yang orang-orang bicarakan. Aku hanya berusaha bersikap baik di depan semua orang, tapi kebanyakan dari para yeoja salah paham atas perlakukan ku. Sesungguhnya meski aku tidak menyukai Joohye, aku masih menjaga hati ini.. aku bukan raja tega yang mencampakan yeoja yang menyukaiku begitu saja. Setidaknya pasti ia menekan harga dirinya untuk menyatakan cinta lebih dulu padaku. Hal ini yang harus sedikit ku hargai, toh saat ini aku belum menemukan orang yang tepat, barangkali suatu saat anak itu bisa sedikit berubah yang mungkin juga akan merubah hati ku terhadapnya.. siapa yang tahu?

"Yoonjae-ah" Panggilan Yoojin menyadarkan ku dari lamunan tak berujung ini.

"Eo?"

"Aku tidak melihat hasil ujian mu disana. Padahal tadi aku ingin mengambilnya sekalian, apa kau sudah mengambilnya? bagaimana hasilnya?" Tanya Yoojin bertubi-tubi.. Hm…bagaimana aku harus menjawabnya?

"Ya.. tentu saja nilai ku lebih tinggi dari kalian! kalian tidak perlu lihat, nanti kalian terkejut ahhahaha..", Jawab ku beralasan. Candaan adalah jurus terakhir yang ku miliki untuk menutupi kenyataan yang ada.

***

ClingggCliingg~~ Lonceng di atas pintu berbunyi saat kumasuki sebuah toko boneka sebrang sekolah yang sering ku sambangi. Aku seorang penggemar karakter super Mario bros. Aku menyukai baik game ataupun benda-benda lain yang berhubungan dengannya. Toko ini tempat ku membeli koleksi-koleksi ku.

"Selamat datang.. kami sedang beristira..", Seorang yeoja pelayan toko ini masih mengenakan seragam sekolahnya. Sepertinya ia baru datang. Ia belum mengganti seragam sekolahnya dengan seragam toko. Saat ini adalah jam istirahat toko, dan ia memang bekerja siang hingga malam hari.

"Mianhae.. ini aku" Ujar ku enteng.

"Ah.. Aku belum membungkus rapi pesanan anda. Jweiseonghamnida tapi semua barang baru sampai kemarin sore. Tunggu sebentar", ujarnya sopan dan sedikit panik. Banyak plastik-plastik di sekitarnya. Ia berjalan cepat menuju gudang tanpa memperhatikan langkahnya, alhasil SSRUKKKK..

"Apa aku masih terlihat seperti orang lain sampai-sampai kau selalu panik saat aku datang? aku tidak akan membentak mu hanya karena kau belum membereskan pesanan ku, tolong jangan melukai dirimu sendiri", Ku tahan tangannya menghindari ia terjatuh tadi. "Pesanan ku juga sudah ku ambil semalam, aku hanya datang karena sedang bosan saja"

Ia memiringkan sedikit kepalanya, menatap ku dengan polos seperti ingin bertanya tapi tak keluar dari mulutnya. Selalu.. setiap saat aku dalam masalah, ia menatap ku dengan cara yang sama atau mungkin ini hanya perasaanku saja. Srekk.. Selembar kertas tes ku keluarkan dari dalam tas ku, selembar kertas hasil ujian yang tak bisa ku tunjukkan pada Yoojin dan Taekwoon. "Omo..", Ia terkejut melihat nilai 20 pada lembar itu. Hasil test ku jauh dari standar. Memberi tahu Yoojin dan Taekwoon hanya akan menghancurkan impianku dan mereka untuk melanjutkan ke Universitas dan bidang yang sama. Ahh~ mengapa Tuhan memberi ku otak udang seperti ini?

"Eottokhe?" Tanya ku padanya. Ya memang…setiap kali aku datang ke tempat ini, nasib ku berakhir dengan bercerita masalah ku pada yeoja ini. Bukan salah ku, tapi mata anak ini yang terus memanggil ku untuk bercerita, jadi bukan salah ku ara?!

"Chakkaman", Ia berlari entah kemana. Cukup lama.. aisshh! aku butuh hiburan! mengapa anak itu justru membuat ku menunggu begini? Aku keluar dan duduk di salah satu kursi di luar toko, melihat-lihat sekitar ku namun tidak ada yang menarik.

Setelah cukup lama, akhirnya ia keluar juga. Ia menyembunyikan sesuatu di belakang tubuhnya. Ku coba untuk melongok namun ia menghalangi ku lagi. "Untuk mu", ujarnya. Apa pentingnya ia sembunyikan kalau nantinya ia perlihatkan juga, tapi...

"Mini muhsroom? Kau ingin membuatku mengecil?", Tawa ini merebak begitu saja setelah mendapatkan sebuah boneka mini mushroom darinya.

Ia mengangguk sambil tersenyum. "Mini Mushroom menyebabkan tubuh Mario dan Luigi mengecil agar memudahkan mereka untuk bersembunyi dari serangan musuh”, Ujarnya. "Saat kau merasa lebih kecil dari yang lainnya, kau tidak boleh lupa.. lebih kecil sama dengan lebih ringan disaat bersamaan, dengan begitu kau bisa melompat lebih tinggi, ku berikan kekuatan ini khusus untukmu.. Hwaiting!"

DEG! bodoh.. aku begitu bodoh. Sering kali aku datang ketempat ini saat pikiran ku sedang kacau. Setiap kali aku bercerita atas panggilan pancaran mata yeoja ini, ia selalu memberikan ku beberapa miniatur ataupun boneka kecil yang melambangkan berbagai macam kekuatan yang berada di dalam game super Mario bros. Simple, kupikir ia melakukannya hanya karena aku menyukai benda ini dan mungkin ia berfikir memberikan benda-benda itu untuk menghibur ku. Karena itu aku selalu membayar benda yang diberikannya. Aku tidak ingin ia juga bermasalah dengan pemilik toko. Aku.. tidak pernah sampai berfikir setiap power yang ia berikan pada ku berhubungan dengan apa yang ku ceritakan padanya dihari yang bersangkutan. Ia tersenyum lalu membungkuk sopan kemudian hendak memasuki kembali toko tempatnya bekerja. "Jogiyo.." panggil ku.

"Ne?" Ia terhenti, berbalik kembali kearah ku.

"Ini ke 25 kalianya kita bertemu..", Ku julurkan tangan ku padanya. "Aku belum mengetahui nama mu, Nan.. Goo Yoonjae imnida"

"Nan..", Ia ragu untuk menyambut tangan ku, karena itu aku menjabatnya lebih dulu "Eoh?", Ia tersentak sedikit, tapi kemudian ia tersenyum. "Naneun.. Jeon Yaeji imnida"

Jeon.. YaeJi? Ini hanya perasaan ku saja atau.. nama anak ini sama persis dengan yeoja yang sering kali dibicarakan oleh Joohye? ahh tidak mungkin, pasti banyak anak lain yang bernama Jeon Yaeji! Jeon Yaeji yang Joohye ceritakan selama ini sangat jauh berbeda darinya, mustahil mereka adalah Jeon Yaeji yang sama. Aku juga sering menceritakan Tentang Joohye padanya, kalau memang ia mengenal Joohye, ia setidaknya akan curiga, tapi selama ini ia biasa saja.

***

Waktu menjawab semua kecurigaan ku selama ini. Hari ini aku mengantarkan Joohye pulang, lebih tepatnya memaksa dirinya pulang karena dua hari ini ia bersikeras untuk menginap dirumah ku, membuat murka (?) halmoni. Di rumah ini kutemukan dirinya.. ya yeoja itu Jeon Yaeji.. Ia benar-benar yeoja pemilik rumah yang selama ini selalu dibicarakan oleh Joohye.

"Baegopha.. ", Pekik Joohye. "Ya Jeon Yaeji, jangan diam saja! Cepat buatkan aku makanan!", Perintah Joohye. Apa-apaan anak ini? ia menumpang dirumah ini, tapi ia memerintah pemilik rumah seperti itu.

***

Satu-dua bulan berlalu semenjak aku mengetahui hubungan Joohye dan Yaeji. Pemikiran ku berubah. Apa yang kulihat dan kudengar jelas memberi ku dorongan untuk berfikir lebih jauh. Joohye bukanlah seseorang yang pantas untuk diberi belas kasihan seperti apa yang kupikirkan awalnya. Ia memang liar.. dan sampai kapan pun akan tetap seperti itu. Setiap orang yang ia benci, justru adalah orang-orang yang berusaha memperbaiki dirinya. Aku juga cukup geram dengan tindakan yeoja ini pada Yaeji, Jungkook ataupun adik kandungnya sendiri, Joowon. Ia selalu seenaknya, memperlakukan ketiga orang ini seperti budaknya saja. Yang tak habis kupikir, mengapa mereka bertiga hanya diam saja? bukankah kesabaran juga ada batasnya.

Saat ini, aku berada di dapur bersama Yaeji. Aku datang pagi-pagi sekali karena bosan. Halmoni ada urusan di luar kota, sehingga dirumah ku tak ada orang. Di hadapan ku Yaeji sibuk memasak sarapan untuk kami. Ia selalu terlihat terburu-buru dalam mengerjakan banyak hal, bisa dibilang karena tuntutan juga.. kalau sampai pekerjaannya belum selesai sampai Joohye bangun, Joohye pasti berteriak.

Bruk!! "Ouch", Ia terburu-buru membuka rak bagian atas, beberapa kotak cereal terjatuh menimpa kepalanya, juga isinya berserakan dilantai. Ia menunduk tapi justru kepalanya terbentur rak bawah.  Virus-virus ceroboh Yaeji berkembang biak dari hari ke hari. Kuhampiri ia "Biar aku yang membereskan ini, kau lanjut masak saja"

"Gwenchana..", Ujarnya menolak. Ia terburu-buru berjongkok bersamaan dengan ku dan kemudian TAKKK.. "AH!" Pekik kami berdua, saat kepala kami berbenturan. "Oppa mianhaeyo!", seru Yaeji panic. Ia begeser kearah ku dan menyentuh kening ku yang sedikit memerah. Panik, dan khawatir.. entah mengapa setiap kepanikannya membuat ku ingin tertawa, ia bahkan lupa kalau kepalanya sendiri.. tunggu.. Mata ku membelalak saat kulihat darah di bagian kiri keningnya.

“Ya Yaeji-ah chakkaman!", Seru ku. Refleks ku keluarkan sapu tangan ku, lalu kusentuh keningnya. Ia tersentak lalu kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh menimpa ku. Tapi.. aku masih sempat menahan pundaknya. Kami terdiam, pandangan kami saling terkunci satu dengan yang lainnya. Mata itu.. aneh, tapi aku selalu menemukan sesuatu di dalam sana. Sesuatu yang tak pernah kutemukan dari sinar mata yeoja lainnya yang pernah kutemui. Mata itu selalu terlihat sedih, selalu memancarkan kekhawatiran.. tapi juga membuat ku merasa menemukan.. entahlah harus kusebut apa. Mimpi? Harapan? Atau….cinta?

Ku matikan kompor yang masih menyala.  Kuminta Yaeji untuk duduk sebentar saja agar aku dapat mengobati lukanya. Tidak ku lihat ia mengerang kesakitan saat ku obati. Hanya kecemasan yang dapat ku baca. Berulang kali ia menengok ke arah tangga. Ia pasti takut Joohye muncul dari sana. "Aku yang akan bicara padanya kalau sampai ia memarahi mu", Ujar ku.

"A.. Aniya.. tidak perlu seperti itu", sanggah Yaeji takut.

Aku selesai mengobatinya. Ku letakkan semua obat juga yang lainnya di atas meja. Kami duduk berhadapan. Sengaja ku majukan posisi kursi ku dan kuapit kedua lututnya dengan lutut ku. Ia terkejut dengan apa yang ku lakukan. Mungkin memang apa yang ku lakukan terlalu berani, tapi aku sungguh sudah tak sabar menghadapi sifatnya yang selalu diam ketika diperlakukan semena-mena oleh Joohye. Menahannya seperti ini mungkin satu-satunya cara untuk bicara padanya agar ia tidak terus menghindar dari ku. Ada satu hal.. yang juga ingin kusampaikan padanya. "Jeon Yaeji….aku menyukaimu", ujarku tanpa ragu sedikitpun.

Seketika itu juga Ia membeku dalam posisinya. Ia refleks tertunduk. "Oppa.. t.. tapi Oppa dan Joohye eonnie"

"Aku mengenal mu sebelum Joohye bertemu dengan ku", Sela Yoonjae. "Sejak ia mengenal ku, ia terus mengucapkan hal-hal buruk tentang mu yang saat ini ku ketahui dengan jelas hanya sebuah kebohongan. Ia tidak menyukai mu.. ia iri padamu. Ia iri karena ia menganggap ayah mu juga seorang penjahat seperti kedua orang tuanya. Tapi semua orang memperlakukanmu dengan baik, tidak seperti dirinya. Ia membenci semua orang tanpa mau mencari tahu mengapa semua orang berprilaku tak adil padanya, tanpa mau melihat ke dalam dirinya.. tanpa mau menyadari betapa buruk ia memperlakukan seseorang sehingga orang lain juga membalasnya dengan perbuatan yang lebih buruk", ujar Yoonjae cepat, tanpa membiarkan Yaeji bicara. "Aku sudah berusaha Yaeji-ah, berusaha memahaminya dan menerimanya. Aku bahkan menahan perasaan yang sudah sejak lama ku rasakan pada mu hanya untuk menghormati Joohye. Tapi batas kesabaran ku telah habis. Aku tidak bisa menyerahkan hati ku pada yeoja seperti dirinya. Aku tidak bisa dan aku tidak ingin melakukannya". Aku terdiam, kurasakan jari telunjuk Yaeji menyentuh punggung tangan ku, jarinya bergerak ragu. Sruk.. Aku tak sabar menunggu Yaeji. Ku balik telapak tangan ku dan ku genggam lebih dulu telapak tangannya. Tidak ada perlawanan, ia memang selalu seperti itu. "Sekali ini saja.. kumohon berhentilah hanya diam dan menerima. Kau bukan benda mati yang tak bersuara dan tak bergerak. Kau memiliki hati dan pikiran juga keinginan yang tidak seharusnya kau pendam hanya untuk seseorang yang bahkan tidak memperdulikan mu"

"EHEM!!", Karena terlalu serius bicara pada Yaeji, aku tidak sadar seseorang sudah berdiri di depan tangga dan menatap lurus ke arah kami. Ia kemudian berjalan tenang mendekati posisi ku dan Yaeji.. SREEKKKK.. Ia memundurkan kursi ku dengan kaki.

Yaeji ditarik olehnya pelan. Ia menghalangi Yaeji dengan tubuhnya. "Lupakan saja hyung", ujarnya. Ia.. Jungkook, adik dari Yaeji. Ia belum genap berusia 15 tahun dan belum juga lulus dari Junior HighSchool, tapi ia cukup tegas mengambil tindakan terutama yang berhubungan dengan kakaknya. "Jangan membuat noona ku terlibat dalam urusan mu dengan Joohye noona"

"Aku…aku bukanlah kekasih Joohye!" Ujar ku pada Jungkook.

"Ara, tapi ia menyebut mu namjachingu nya", ujar Jungkook tegas. "Dengar, ini peringatan pertama ku Hyung, menjauh dari noona ku atau aku akan..."

"Cookie-ya…", Sela Yaeji. Aku dan Junggkok menatap ke arahnya. "PR mu sudah selesai? Semalam ku lihat kau tertidur sebelum menyelesaikannnya"

"T-Tapi noona..", Ia mencoba membantah.

"Tidak akan ada sarapan untuk mu kalau begitu", ujar Yaeji tenang namun tegas. Ia segera bangkit dari posisinya.

"A-Arasseo!", Ia kemudian pergi.  "Awas kau!", ancamya padaku. Sial.. aku baru sadar ia memang hanya seorang anak-anak yang berlagak preman untuk melindungi kakaknya, Kwiyeobta kk.

"Kalau kau bisa menembus prisai ku.. Menangkap ku bukanlah hal yang sulit", ujar Yaeji. Ia melanjutkan memasak. Ia berbicara tanpa menatap ku sedikitpun. Ia memunggungi ku. Meski begitu dapat ku lihat ia tersenyum tenang.

***

One Day before Yoonjae's accident

Hari ini, aku masih menjenguk Halmoni.. aniyo.. uri Eomma yang telah tertidur tenang dibalik batu nisan yang kini menindih raganya yang terkubur di dalam tanah. Yeoja itu.. yeoja iblis itu, Son Joohye.. di hadapan kedua mataku ia dan namja bernama Jaeyoo menghabisi nyawa Ibuku. Kata-kata eomma sebelum ia pergi masih tergiang jelas dalam ingatan ku.

"Kau.. dan Yoojin ugh.. adalah anak kandung ku..k.. kalian lahir sebagai.. a..nak kembar Yoonjae-a. N..namja itu Ha.. Jaeyoo. Ia sangat membenci kakakmu Myungsoo yang telah.. meninggal puluhan tahun lalu.. pergi.. bawa Yoojin pergi. Ughh.. Juga.. Yaeji, bawa dia dan Jungkook.. pergi jauh dari yeoja bernama Son Joohye itu, ia.. a.. adalah anak dari.. ugh.. mantan kekasih Jaeyoo dulu, pergi lah sejauh mungkin.. d.. dari mereka"

Empat bulan terakhir Yaeji telah menjadi yeojachinguku. Kemarin.. aku berniat mengenalkan Yaeji pada Yoojin dan Taekwoon. Tapi... peristiwa ini terjadi menimpa orang tua ku. Ku kepalkan tangan ku kesal. Dosa apa yang ku perbuat sampai aku harus bertemu yeoja seperti Joohye? Apa yang harus ku katakan pada Yoojin tentang kenyataan ini? Apa yang bisa ku lakukan untuk melindungi mereka semua?

Handphone ku bergetar dan tertera nama Joowon tertera dilayar. "Yoboseyo...Mworago?! Jungkookie! Araseo.. aku akan segera kesana!”

***

NIGHT

PLAKKKKKKKK!!!! Baru kali ini kulihat Yaeji begitu marah. Ia menampar Joohye sangat keras. Kalau bukan karena ku tahan tubuhnya, mungkin ia akan berlaku lebih. "Pergi.. Hikss.. PERGI DARI HADAPAN KU!!!!", Teriaknya meninggi terhadap Joohye.

"Cih, tanpa kau minta pun.. aku memang akan pergi", BRAKKKK!! Joohye membanting pintu, ia pergi keluar. Setelah itu seketika Yaeji terjatuh, ia menatap Jungkook yang terduduk meringkuk memeluk dirinya sendiri dipojok ruangan sana. Yaeji menghampirinya, beberapa kali ia mencoba merangkul Jungkook, tapi anak itu selalu menepisnya. Mereka menangis terisak.

Joohye sungguh keterlaluan. Aku tidak dapat memaafkannya. Ia sama sekali tidak puas hanya membuat sengsara hidup satu orang saja. Di tengah kemarahan ku, Joowon yang juga berada disana menarik tangan ku, untuk meninggalkan Yaeji dan Jungkook.. memberi keduanya waktu untuk bicara berdua saja.

Kami keluar untuk mencari Joohye. Aku juga Joowon sangat kaget menemukan Joohye bicara dengan seorang namja dengan jubah hitam menutupi tubuhnya. Namja itu.. aku yakin sekali namja itu adalah namja yang sama dengan namja yang kulihat di apartemen rumah ku bersama Taekwoon. Jowoon segera berlari menuju tempat dimana Joohye berada, namja berjubah hitam itu menghilang saat Joowon mendekat. Ia meraih pergelangan tangan Joohye. "SUDAH KU PERINGATKAN NOONA UNTUK TIDAK MENEMUI NAMJA ITU! MENGAPA KAU TIDAK PERNAH MENDENGARKAN KU?!", Brukkkk! Joowon tersungkur karena Joohye mendorongnya.

"JANGAN CAMPURI URUSAN KU SON JOOWON!" Balas Joohye. Ia tersentak melihat diriku yang ternyata juga ada ditempat ini, ia menatap ku sinis. "Kalian berdua.. tunggu lah waktunya!!" Pekiknya meninggi. Kemudian pergi meninggalkan ku dan Joowon.

***

THE DAY (POV : AUTHOR)

Yoonjae tertidur di atas sofa rumah Yaeji dan Joowon duduk di sampingnya. Ia membuka matanya, menatap Yaeji dan Jungkook yang masih terlelap di sofa depan mereka. Mereka juga juga dalam posisi duduk. Jungkook memeluk Yaeji, mata keduanya masih terlihat sembab. "Kau tidak tidur Joowon-ah?", Tanya Yoonjae saat terbangun.

Joowon menghela nafasnya. "Mereka.. hanya berniat baik menolong & memberi ku tempat tinggal, tapi mereka justru terseret dalam masalah ini", sesal Joowon "Hyung"

"Hm?"

"Kau dan Yaeji noona.. saling menyukai matchyo?", Tanya Joowon. Memang benar, Yoonjae dan Yaeji tidak pernah memberi tahu siapaaun kecuali Jungkook tentang hubungan keduanya

"Mianhae.."

"Tak perlu minta maaf hyung, aku tahu hyung sudah berusaha menerima Joohye noona sebelumnya. Tapi Yaeji noona.. memang jauh lebih baik dari Joohye noona, bersama dengan keduanya juga bagai disurga dan neraka.. itulah yang ku rasakan selama ini", ujar Joowon. "Tapi.. aku sudah menerima takdir ku sebagai adik dari seorang Son Joohye, karena itu hyung.. sampai aku matipun, mungkin aku tak akan pernah terlepas darinya", Joowon menatap Yoonjae tajam. "Tapi Hyung, Yaeji noona dan Jungkook bisa.. karena itu, bawa mereka pergi hyung. Bawa mereka ke tempat dimana tidak akan ada Joohye noona, jauhkan mereka darinya. Kumohon…", Hal ini.. adalah permintaan terakhir Joowon sebelum akhirnya dihari yang sama keduanya mengalami kecelakaan yang menyebabkan Joowon tewas dan Yoonjae kehilangan ingatannya, melupakan semua peringatan yang ia terima sebelum dapat berbuat sesuatu.

¢¢¢ END GOO YOONJAE'S STORY ¢¢¢

Tak ada suara, baik Yaeji ataupun Yoonjae bungkam. Yaeji mengangkat sedikit tangan Yoonjae yang dipegangnya. Ia merobek sedikit bagian dari pakaiannya, kemudian melilitkan kain hasil sobekan itu pada tangan Yoonjae yang terluka akibat memukul kaca. Setetes air mata mengalir pada pipi kanan Yoonjae akan hal tersebut.

"Aku.. pernah mengatakan hal ini pada Jungkook sebelumnya", Ucap Yaeji pelan. "Ada beberapa hal.. yang tidak bisa manusia pilih dalam hidupnya. Dua diantara hal itu.. adalah.. Dari siapa ia dilahirkan dan dengan siapa saja ia akan dipertemukan dalam hidupnya", Helaan nafas Yaeji semakin berat di sela-sela ucapannya. "Bukan kesalahan mu, kau harus lahir dari seorang yeoja yang memiliki masa lalu rumit seperti Halmoni, juga bukan keinginan mu harus bertemu seseorang seperti Joohye eonnie.. Diluar kedua hal itu mungkin.. sebagian adalah kesalahan mu, sebagian lain juga mungkin adalah kesalahan ku, tapi dibanding terus mengungkit suatu kesalahan yang telah diperbuat.. bukankah lebih baik berfikir cara memperbaiki apa yang diakibatkan dari kesalahan itu?", Mata Yaeji berkaca, Kesal.. Sakit., ia merasakan semua itu dalam hatinya. Ia merasa begitu bodoh karena menunggu tanpa mengetahui apa yang ia tunggu justru berlari semakin jauh darinya. Setelah mengobati tangan Yoonjae yang terluka, ia melepaskan tangan itu, Kemudian digenggamnya kalung berbandul Krystal magenta miliknya. Krystal itu terus memancarkan cahaya kecil dari dalamnya. "Aku memiliki satu pertanyaan untuk mu, Oppa.. Apa.. mungkin.. jika ku ucapkan aku.. memafkan mu.. kau.. dapat berhenti membenci diri mu sendiri?"

"Hh~hnghh", Yoonjae memiringkan posisi berdirinya. Ia menghadap Yaeji yang masih berdiri menyamping, ia lalu menarik tubuh Yaeji ke dalam pelukannya. "Kini aku tahu.. mengapa kekuatan itu memilih mu sebagai tuannya, Jeon Yaeji .. Hh.. Hks..", Pelukan Yoonjae semakin erat, seiring dengannya ia juga merasakan Yaeji memeluknya balik "Mianhae.. Mian. hh~"

Tiga Meter dari tempat Yaeji dan Yoonjae berdiri saling memeluk erat, Jungkook memperhatikan mereka. Ia menangis.. menangis untuk semua yang ia saksikan. Sejak awal ia berada disana, ia mengikuti Yaeji. Ia menggunakan shelter agar tidak terlihat oleh siapapun. "Eomma.. saat aku dewasa nanti.. Hiks.. Aku ingin mencintai seseorang seperti Noona. Seperti ia tulus menyayangi ku dan Yoonjae Hyung.. kami yang.. seharusnya menjadi orang yang dibenci olehnya. Aku juga ingin dapat memaafkan dan menyayangi mu eomma.. kau yang tidak pernah sekalipun ku lihat... Karena mungkin jika kau tidak pergi saat melahirkan ku, takdir tidak akan pernah mempertemukan ku dengan seseorang yang begitu tulus menyayangi ku seperti noona"  Ujar Jungkook miris pada dirinya sendiri. "Dan tanpa noona, aku tidak akan pernah mengerti cara melindungi sesuatu yang penting dalam hidup ku", ujar Jungook sambil menatap Brown Krytal pada jarinya yang memancarkan cahaya kecil.

¢¢¢ JEON JUNGKOOK`S STORY ¢¢¢

Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam. Jungkook baru saja pulang setelah beralasan akan belajar bersama di rumah temannya. Nyatanya anak itu hanya bermain game disana untuk melepaskan penat karena hari itu ia kembali terkena hukuman, akibat tertidur di kelas. Ruang keluarganya kosong. Di dapur juga tidak ada orang sama sekali. Ia menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Tidak sengaja ia melewati kamar sang Ibu. Ia tertarik untuk menguping karena pembicaraan sang Ibu dengan Yaeji sepertinya menyebut-nyebut namanya.

"Anak itu terus membuat masalah disekolahnya! dan kau terus melindunginya? Psh.. Apa yang kau pikirkan sebenarnya Yaeji?! Kalau kau tidak mau bicara padanya, biar Ibu yang bicara padanya sendiri!", seru Jieun, Sang Ibu, yang begitu terlihat sangat marah.

Yaeji menahan tangan sang Ibu. "Eomma.. Eomma jebalyo.. aku berjanji akan bicara pada Jungkook nanti, Eomma tidak perlu seperti itu"

"Jangan tahan Ibu!  Ibu sudah tidak bisa membiarkan tingkah anak itu!", seru Jieun berjalan menuju pintu. Begitu ia membuka pintu, Jungkook berdiri didepan sana. "Ah! Kau kebetulan ada disini! Masalah apa lagi yang kau lakukan disekolah mu?!!!! Mengapa kau terus menyusahkan hidup ku dan Yaeji?!!"

"Eomma!!", Yaeji langsung menarik Jungkook. "Kookie tunggu noona dikamar. Noona ingin bicara pada mu", Ia mengelus lembut kepala sang adik, ia segera meminta Jungkook pergi sebelum sang Ibu semakin marah padanya.

***

Jungkook menyandarkan tubuhnya pada kepala tempat tidur. Yaeji duduk di sampingnya. Jungkook menyandarkan kepalanya pada pundak sang kakak sembari memeluk. "Noona.. aku membuat eomma marah lagi", sesalnya. "Noona.. Eomma.. sepertinya sangat membenci ku"

"Itu tidak benar Kookie.. semua Ibu yang peduli pada anaknya pasti seperti itu", Ia mencubit kecil hidung Jungkook. "Mulai sekarang kau harus tidur lebih cepat, sehingga kau tidak akan dihukum karena tidur di kelas lagi, araseo.."

"Aku tidak suka belajar noona, itu membosankan", keluh Jungkook. Ia menatap beberapa piala yang berjejer di kamarnya, dari bidang vocal, music, dance sampai sport yang ia dapatkan selama ia bersekolah. "Eomma tidak pernah bangga pada ku saat aku mendapatkan semua itu", Tunjuk Jungkook pada jejeran piala miliknya. "Hanya noona saja yang selalu bangga pada diri ku. Sejak kecil aku.. merasa hanya noona yang menyayangi ku.. dan karena hal itu juga.. noona selalu bertengkar dengan Eomma" Mata Jungkook mulai berat karena ia mulai mengantuk.

Yaeji membantu Jungkook untuk berbaring, menarik naik selimutnya. "Eomma, pasti bangga juga padamu, sekarang kau harus istirahat.. cup", Ia mengecup kening sang adik. Yaeji menunggui Jungkook sampai sang adik benar-benar tidur.

***

Jungkook memasuki JuniorHighschool tingkat satu. Setelah lulus dari sekolah dasar, ia sudah mulai bertekad akan memperbaiki dirinya. Ia tidak ingin Yaeji selalu berkelahi dengan sang Ibu karena dirinya. Kalau memang ia tidak bisa membuat bangga sang Ibu, setidaknya ia bisa tetap diam tanpa membuat masalah, itulah yang Jungkook pikirkan. Ia pulang sekolah tepat waktu, tapi.. sekali lagi ia mendapati sang Ibu berkelahi dengan Yaeji. "Kali ini apa kesalahan ku?" Tanya Jungkook miris pada dirinya.

“Terserah kau saja! Ibu sudah menerima pekerjaan disana. Sekarang kau pilih! Kau ingin tetap disini bersama anak itu? atau kau ikut Ibu ke Busan?"

"Kenapa hanya aku? kita bisa pindah bertiga"

"Psh.. Kau suka melihat Ibu mu menderita harus terus hidup bersama anak itu!"

Pertengakaran itu berakhir dengan Yaeji memilih tetap tinggal bersama Jungkook. Jungkook berpura-pura tidak pernah mendengar perbincangan hari itu, tapi jauh dalam dirinya kata-kata sang Ibu meninggalkan berkas yang mendalam baginya. Ia sadar betul betapa Yaeji mengorbankan banyak hal untuknya. Bahkan mengorbankan kesempatan untuk tinggal bersama sang Ibu yang sangat menyayangi Yaeji. Rasa sakit itu Jungkook pendam sendiri. Ia hanya berjanji apapun yang terjadi ia akan melindungi sang kakak. Ia akan belajar lebih giat dan tetap mempertahankan prestasi non akademis yang juga dimiliki olehnya, karena kini mereka hanya tinggal berdua saja, dan hanya Yaeji satu-satunya tempat Jungkook membagi keluh kesahnya. Sang Ibu memang akan pulang, namun hanya satu atau dua bulan sekali. Walaupun ia tetap mengirimkan uang untuk hidup kedua anaknya itu.

***

NEXT 1 YEARS

D-1 YOONJAE'S ACCIDENT

Joohye meminta Yaeji membelikan sesuatu untuknya. Ia merencanakan hal besar. Selama beberapa hari, ia membongkar-bongkar berkas pada kamar Ibu Yaeji, entah dari mana ia mendapatkan kunci kamar. Ia menemukan sebuah rahasia yang siap untuk dikuaknya. Kemarin, Ibu Yaeji baru saja datang dan hari ini telah kembali ke busan. Joohye melihat jelas sikap ketus Nyonya Jieun pada Jungkook.

Joohye mendatangi Jungkook yang sedang belajar sendiri diruang tengah. "Rajin sekali Cih.. Apapun yang kau lakukan, bibi Jieun juga tidak akan peduli", Sindirinya. Jungkook tak mau ambil pusing, ia mengacuhkan Joohye dan itu membuat Joohye geram. "Psh.. Anak sombong", BRAKK Joohye menendang meja ruang tengah sampai semua buku Jungkook tejatuh dari sana.

"YA!!" Bantak Jungkook kesal "Kau pikir aku takut pada mu!"

Joohye balik mengcuhkan Jungkook. Ia melempar beberapa lembar foto ke atas meja, foto seorang yeoja. Jungkook memunguti bukunya, acuh terhadap tingkah Joohye. Ia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, berniat belajar di kamarnya saja. Saat ia melangkah pergi....

"Kau yakin tidak ingin menatap foto Ibu mu lebih lama? Jungkook-ah", Joohye berlagak terkejut. "Ups.. Aku lupa kau belum mengetahui bahwa kau adalah anak dari kekasih gelap ayah Yaeji", Joohye tersenyum puas melihat perubahan raut wajah Jungkook.

 Jungkook menatapnya tajam. "Apa maksud noona?"

"Kau tertarik dengan ucapan ku rupanya?", Joohye memainkan nada bicaranya. "Ibu kandung mu adalah teman baik Ibu kandung ku, Ia bernama Goo Hara. Eomma pernah menceritakan pada ku, bibi Hara sejak dulu memang suka menggoda banyak namja. Dan ku dengar Ayah mu juga seorang buronan yang akhirnya mati tertambak saat ia sedang menjalankan kejahatannya", Joohye semakin bersemangat bercerita saat ia melihat mata Jungkook memerah dan Jungkook mengepalkan tangannya. "Yaeji pasti tidak pernah bercerita pada mu.. kasihan sekali kau. Yaeji pasti sengaja melakukannya untuk menjaga perasaan mu.. Omo omo omo.. Yaeji cheonsa ya ckckc..", Puji Joohye yang lebih berniat kepada menyindir. "Padahal sangat tidak adil bagi mu.. Kau tidak pernah tahu mengapa Bibi Jieun membenci mu ckckc.. mana ada wanita yang akan siap menerima anak dari yeoja penghancur rumah tangganya sendiri", Joohye mendekati Jungkook, ia berbisik pelan. "Kalau aku jadi diri mu.. lebih baik aku mati daripada harus menyusahkan hidup orang lain terus.. kalau kau tetap hidup, Yaeji dan Ibunya akan terus berkelahi karena diri mu omoo~~ uri Jungkookie"

Akibat ucapan Joohye yang tak sepenuhnya benar itu, Jungkook benar-benar melakukan tindakan bodoh. Anak seusianya masih sangat labil, apalagi harus menerima kenyataan seberat itu. Ia melakukan percobaan bunuh diri dengan mencoba menggores nadinya sendiri. Untung saja Joowon datang dan melihatnya. Joowon segera membawa Jungkook ke rumah sakit, yang membuat nyawa Jungkook masih dapat diselamatkan. Masalah tidak selesai disana, Jungkook melarikan diri dari rumah sakit. Sekali lagi keberuntungan masih berpihak, karena Yoonjae dan Yaeji berhasil menemukannya dan membawanya pulang.

Sesampainya di rumah, Jungkook masih membiarkan dirinya tenggelam dalam pikiran buruknya sendiri. Ia meringkuk di pojok ruangan sana tanpa bersedia diajak bicara ataupun disentuh, baik itu oleh Yaeji sekalipun. Yoonjae dan Joowon pergi ke luar. Jungkook hanya bersama Yaeji disana. Yaeji sendiri sudah menyerah untuk mencoba menggapai sang adik, ia menyandarkan dirinya pada dinding dan duduk diam disamping Jungkook. "Nado moreugesseoso…" Ujar Yaeji.

"Hiks…hh.. Hiks.."

"Tentang kedua orang tua mu.. aku juga tidak mengenal mereka. Saat itu... Aku juga masih terlalu kecil untuk mengerti hubungan yang rumit tentang Eomma, Appa dan mereka yang terlibat didalam hubungan itu, termasuk kedua orang tua mu. Yang ku tahu..", Yaeji terdiam, menahan ucapannya beberapa saat. "Hari dimana pertama kali aku menatap bayi kecil itu.. Ku rasa ia begitu kesepian, kelak saat ia tumbuh.. ia tidak akan pernah tahu siapa kedua orang tuanya. Ia tidak memiliki seorang kakak ataupun adik... bayi itu begitu lucu dan manis, tangisnya begitu keras tapi ia berhenti menangis begitu aku menyentuhnya. Waktu mendewasakan ku.. melihat mu juga tumbuh menjadi seorang namja yang hebat, hebat dalam melakukan bebagai hal.. tidak seperti diri ku yang ceroboh ini. Saat waktu juga sudah membuat ku mengerti siapa diri mu dan mengapa Eomma tidak bisa menerima mu.. pandangan ku terhadap mu mulai berubah. Aku bukan seorang malaikat Jungkook-ah….berulang kali setiap kau membuat masalah, ada tekanan dalam diri ku.. berfikir apa mungkin lebih baik aku bersikap seperti Eomma saja agar kau jera.. Tapi.. sekali lagi waktu merubah ku. Setiap kali ku buka mata ku dipagi hari.. tidak kutemukan seorang pun disamping ku.. termasuk eomma, hanya seseorang yang selalu datang.. hari ini, kemarin, esok dan seterusnya.. ia menyapa ku dengan manis, memanggilku 'noona~' lalu berpindah ke tempat tidur ku sambil memelukku manja, juga mengeluh 'Aku tidak suka berada di sekolah' ...", Yaeji tersenyum miris dengan hiasan beberapa tetes air mata yang telah mengalir membasahi pipinya. "Namja itu.. anak kecil itu adalah kau, Jungkookie.. Hh..ss. Hiks.. Kau kesepian.. sekalipun kau tidak mengetahui kau sebatang kara di dunia ini.. hati mu, pasti merasakannya. Hhh.. Dan saat ku tengok lebih dalam lagi ke dalam hati ku.. Aku.. juga seperti itu. Hiks.. Tanpa kusadari sebelumnya.. Kau adalah satu-satunya teman yang selalu ada didekat ku. Aku bertahan membela mu didepan Eomma.. juga mungkin karena dorongan perasaan itu.. perasaan takut kehilangan satu-satunya orang yang membuat ku merasa aku dibutuhkan untuk tetap ada.. untuk menjaga dan hidup bersamanya selama ini.. H..Hiks"

Jungkook mengangkat kepalanya, ia menoleh pada Yaeji yang telah terisak disampingnya saat ini. Ia tidak menyalahkan kakaknya itu, sungguh tidak sedikitpun. Ia justru takut keberadaannya hanya akan menyusahkan Yaeji saja, tapi ia.. sama sekali tidak mengetahui bahwa dirinya begitu penting bagi Yaeji. "Hik.. Hikss noona.. Hikss", Jungkook menggerakkan tangannya untuk merangkul Yaeji, ia memeluk erat yeoja bertubuh kecil itu.

Tubuh gemetar Yaeji mendekap erat Jungkook, begitu juga sebaliknya. "Hiks.. Mianhae Jungkookie.. Mianhae.. hiks.. karena menyimpan rahasia ini dari mu. Aku takut kau pergi.. kau tidak memiliki siapapun diluar sana. Aku takut kau terluka.. aku.. hikss", Ucapan Yaeji terputus karena ia terlalu sesak untuk bicara, nafasnya terus tersengal karena tangis. "Aku tidak pernah mengetahui dimana ayah ku, juga tidak pernah dapat mengerti mengapa Eomma terus mencari banyak uang hanya untuk membuktikan ia dapat hidup tanpa seorang pun namja membantunya.. Semua orang dewasa itu terus mempermainkan perasaan anak-anak yang tidak seharusnya menanggung semua buah dari perbuatan mereka.. Hikss.. h..k karena itu.. Jangan pernah mencoba mengakhiri hidup mu hhk.. Hiks.. hikss Kalau pun kau melakukannya, ajak saja noona mu ini bersama mu.. Hiks. Cookie"

Jungkook menggeleng, ia merasa begitu bodoh dengan perbuatan nekatnya. "Hikss. Andwe noona.. Hikss noona jangan bicara seperti itu.. hikss Aku.. aku akan disini, aku akan menjaga noona, aku berjanji akan melakukannya"

¢¢¢ END JUNGKOOK`S STORY ¢¢¢

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK