home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DIFFERENT DIMENSION

DIFFERENT DIMENSION

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jul 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : BTS Jin, V, Jungook, Jimin EXO Suho, D.O.,Baekhyun, Sehun, Chanyeol, Chen AOA Hyejeong, Miss A Suzy,
Tags :
Status : Complete
2 Subscribes |10377834 Views |8 Loves
DIFFERENT DIMENSION
CHAPTER 32 : The Hidden Twins

WUSHHH.. Jaeyoo dan Jimin muncul ke tempat persembunyian mereka melalu asap hitam seperti biasanya. Di sana mereka bertemu dengan Chanyeol, yang nampak terluka, Chanyeol membungkuk tunduk pada Jaeyoo. "Tuan…ugh"

"Dimana Violet gem milik namja itu? apa Joohye memberikan padamu?" Tanya Jaeyoo.

Wajah Chanyeol pucat, ia bingung harus menjawab apa pada Jaeyoo. "B.. begini tuan, Nona Joo..Hye.. membunuh namja itu diluar Different dimension…..aku tak bisa berbuat banyak untuk mencegahnya"

BRAKKKKKKKK!!!! "ANAK ITU!!!", Pekik Jaeyoo. Jaeyoo memang memerintahkan Joohye untuk membunuh Yoonjae yang merupakan reflction strength dari Jimin, karena dengan begitu kekuatan Yoonjae bisa jatuh pada Jimin sepenuhnya. Tapi membunuhnya di luar Different dimension hanya akan menghilangkan terjadinya benturan kekuatan di antara keduanya saja. Kekuatan Yoonjae tak bisa dimiliki Jimin sepenuhnya karena ia dibunuh di luar area yang berbeda dengan lokasi dimana Jimin berada saat ini. Singkatnya, kekuatan Yoonjae pergi bersama Yoonjae yang telah dihabisi di Real world sana.

"Tenang tuan.. selama aku masih memiliki kekuatan ini, kita akan tetap bisa membuka Third Eye. Aku yakin di dalam sana pasti terdapat cara untuk memenangkan perang ini" Ujar Jimin.

Jaeyoo menahan amarahnya, ia mengambil kunci dari Third eye yang direnggut dari Yoojin Sang Penjaga kunci tersebut. Namun........ CREKKK!!!!!

BBBBAAAANGGGGGGG!!!!!!!!!! Suara letusan keras terdengar.

SSSHHHUUUUNGGGGGG PRANGGGGGGGG!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Sosok Jaehyung dan Joohye yang telah kehilangan sebelah tangannya itu terlempar jauh dari Yonghan University hingga sampai di ruangan Yonghan Highschool yang terletak diseberang bangunan tersebut hingga memecahkan kaca jendela ruangan itu. Bersamaan dengan hal itu, tanpa sebab... Brown Gem milik Jaeyoo retak dan kembali berubah warna menjadi Grey.

"ADA APA INI???!!!!!!!!! APA YANG KAU LAKUKAN SON JOOHYE!!!!"

☆*:.。. o)o .。.:*☆

March, 3rd 2014

01.03 PM

Minhyuk, Miyoung, Jongdae juga Soomin sampai di halaman luar Yonghan. Mereka berpapasan dengan Seohyun yang berniat mengejar Jungkook.

"Bibi!!", Panggil Miyoung. "Bibi, mengapa bibi keluar dari perpustakaan? Di sini berbahaya bibi"

"Jungkook pergi, bukan hanya aku yang dalam bahaya.. kalian semua... juga begitu", Seohyun menundukkan kepalanya. Ia merasakan hawa aneh di sekitarnya, tapi ia masih merasakan aura Shelter di sana, padahal ia yakin betul Jungkook telah pergi memasuki Different Dimension.

"Omo!! Itu.. ada seseorang disana!", seru Soomin menunjuk arah taman kampus. Ia melihat sosok seseorang tergeletak di atas rerumputan.

Minhyuk dan Jongdae berlari lebih dulu, mereka dengan cepat menemukan sosok yang Soomin maksud. "Dia masih hidup" Ujar Minhyuk.

"Benar ssaem" Jawab Jongdae.

Soomin, Miyoung dan Seohyun juga mendekat. Miyoung terkejut melihat sosok yang sangat dikenali olehnya. "EUNHEE!", Pekiknya. Ia langsung berjongkok, menepuk-nepuk pipi Eunhee, tapi Eunhee tak juga sadarkan diri.

Seohyun juga tidak kalah terkejut.  Ada sesuatu yang berbeda yang baru saja ditemukannya saat ini. "Mustahil.. Hal ini mustahil.. B-Bagaimana Jungkook..."

☆*:.。. o)o .。.:*☆

"Aku tidak menemukan Jaehee dimanapun!", Seru Myungeun setelah mencari ke berbagai sudut pada perpustakaan bersama Kyungsoo, Baekhyun, Joonmyeon, Sehun dan Yichan. "Yaeji, Yoonjae Oppa, Yoojin eonnie menghilang dan sekarang Jaehee.. apa sebaiknya kita mencari mereka keluar? mungkin di luar sana mereka sedang dalam bahaya"

Taehyung, yang terlalu panik akan menghilangnya Jaehee, lupa memberi tahu anak lain mengenai apa yang dialami oleh Yoojin. Ia baru teringat setelah Myungeun menyebut nama Yoojin tadi. "Ahh jinja paboya.. Noona, Hyung.. Tadi Yoojin noona dikejar oleh namja berjubah hitam. Aku dan Siyou ingin memberi tahu kalian untuk meminta bantuan, tapi kami dihalangi oleh namja api"

"Ya Taehyung-ah! kenapa berita seperti ini tak kau sampaikan sejak tadi" Bentak Joonmyeon meninggi.

"YA!! KAKAKKU MENGHILANG! KAU PIKIR AKU BISA BERPIKIR JERNIH SAAT INI?!", balas Taehyung frustasi akan sikap Joonmyeon yang seenaknya saja menyalahkannya tanpa memikirkan apa yang sedang terjadi padanya.

"Taehyung-ah sudahlah", gumam Kyungsoo mencoba menenangkan Taehyung. "Aku akan mencarinya di luar gedung”, ujar Kyungsoo.

"Kita tidak bisa sembarangan pergi. Kita tidak tahu pasti apa yang kita hadapi di luar sana. Yoonjae hyung yang biasa mengatur formasi kita juga tidak ada disini, eottokhe?" Baekhyun mengigit bibir kebingungan.

"Dan membiarkan mereka yang berada disana dalam bahaya? Kau seorang namja atau bukan?" Pekik Joonmyeon pada Baekhyun. "Begini saja, siapa yang ingin ikut dengan ku? silahkan jika yang lain ingin tetap disini. Yang pasti aku akan mencari Yoojin noona dan Jaehee sekarang juga!"

"Shuussh!", Yichan meminta anak lain untuk diam.

BRUKKK!, terdengar suara gaduh di sisi lain ruangan perpustakaan.

"Jangan-jangan itu Jaehee!", duga Taehyung. Ia bergegas berlari menuju sumber suara diikuti yang lainnya.

Sehun memainkan game miliknya di tengah kondisinya yang tengah berfikir keras. Sejak tadi ia sudah menahan sakit di kepalanya akibat terlalu banyak mengingat dan berfikir. Tapi Joonmyeon di sampingnya sedikit terganggu dengan tingkah Sehun yang seolah terlihat santai di tengah kondisi panik seperti ini. "Ya! Kau pikir ini saatnya bermain!"

Yichan segera membela Sehun. "Urus saja apa yang menjadi urusan mu, kami akan berfikir dan bekerja dengan cara kami"

"Ahhh terserah!", Joonmyeon berlalu meninggalkan Sehun dan Yichan.

Sehun melirik Yichan. "Kau belum bisa menggunakan kekuatan mu juga?", Tanya Sehun sembari terus memainkan game pada ponselnya.

"Sedikit.. aku ingin keluar mencari Dokter eonnie.. tapi keadaan seperti ini membuat ku tak yakin, aku takut semakin memperkeruh suasana", ujar Yichan lesu.

"Aku jadi semakin yakin dengan dugaan ku. Aku juga tidak bisa berbuat banyak mengingat aku dan 'dia' berada ditempat ini bersamaan. Kekuatan ku juga sering tak bekerja dengan baik.. gejalanya persis dengan apa yang kau alami saat ini", Jawab Sehun juga serius walau pandangannya terfokus pada game.

"Apa salah satu dari mereka juga..."

"Ani.. Mungkin orang lain", potong Sehun.

"Mwo?"

"Selama ini kau baik-baik saja dengan mereka, jadi prediksi ku bukan satu dari mereka yang menyebabkan kau merasakan hal ini. Sepertinya ada orang lain.. atau sesuatu yang lain yang tak pernah menggunakan kekuatannya sebelumnya"

Penjelasan Sehun terdengar cukup masuk akal. Yichan terdiam karena ia sendiri tak tahu jawaban sesungguhnya dari apa yang sedang mengganggu dirinya itu.

Sehun mengingat sesuatu. "Beberapa kali saat kau melewati koridor kau selalu mengeluh kau semakin mengantuk, dan mata mu terasa berat"

"Aku memang mengantuk dimana saja", sanggah Yichan.

"Aniya.. "

Yichan menatap Sehun tajam, Pembicaraan tak jelas Sehun seringkali membuahkan hasil yang benar. Sehun dapat mengingat setiap detil hal yang penting ataupun tidak. Dari hal-hal itu ia selalu dapat memecahkan sesuatu.

"Kau selalu mengeluh di tempat yang sama, tepat di koridor depan perpustakaan dan selalu tepat saat bersama dengan Dokter noona. Aku tidak yakin apa hal ini mungkin, tapi.. sepertinya ada sesuatu yang tak dapat kita lihat namun terus mengikuti dokter noona…..kurasa itu adalah penyebabnya" Jelas Sehun.

"Tidak... dapat.. kita lihat?"

***

Jaehee terbujur lemas di lantai. Taehyung dan Kyungsoo menemukannya pertama kali. "Jaeheee!!", Seru mereka bersamaan. Mereka segera berjongkok mendekati Jaehee, "Jaehee-ah sadarlah Jaehee..", Pinta Taehyung panik sambil menggoyangkan tangan Jaehee.

Kyungsoo memeriksa nadi Jaehee. "Gwenchana Taehyung-ah, ia baik-baik saja", ujar Kyungsoo menenangkan Taehyung.

Jaehee menerjap-nerjap membuka matanya. "Aku...kembali?", Gumamnya. "Taehyung-ah.. Kyungsoo-ya" Panggilnya lemas.

"Jaehee-ah... gwenchanayo?", Tanya Taehyung masih panik.

Jaehee mengangguk pelan. "Aku bertemu seorang namja.. eumhhh", Jaehee memaksa diri untuk bangkit. Ia duduk dibantu oleh Kyungsoo dan Taehyung. "Aku tak tahu apa yang terjadi....tapi...ia sempat meminta tolong padaku....aura anak itu kuat sekali....kurasa ia yang menarikku hingga hal tadi terjadi", gumamnya.

"Ia menyakiti mu?", Kali ini Kyungsoo yang bertanya pada Jaehee.

Jaehee menggeleng. "Sama sekali tidak. Ia.. sempat menangis lalu.. semua gelap.. kemudian tiba-tiba kami berada di lorong lantai satu Universitas ini dan tubuh ku.. kembali terhisap lalu kembali ke tempat ini, Hanya itu yang ku ingat"

Taehyung dan Kyungsoo berucap bersama. "Dimana namja itu sekarang?"

"Moreugesseo.. ia berlari meninggalkan ku dan... Ah! ALu ingat sesuatu! Aku melihat Y-" Belum selesai Jaehee bicara, ucapannya terpotong oleh teriakan Myungeun.

"AAAAAAA!!!!", Myungeun menjerit histeris dari sisi lain ruangan.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

"Hh.. Hh.. H...", Nafas Yaeji terengah.  Ia mengatur kembali emosinya, bagian poni rambut Yaeji menutupi sebagian wajahnya. Pada lantai terjatuh sebuah kalung dengan bandul Krystal Magenta yang akhirnya didapatkan oleh Yaeji. Kekuatan Cloaking (an ability where she can make things / someone's dissapear by touching that thing / person) miliknya juga telah mencapai kekuatan level tertinggi, dimana ia mampu menghilangkan apapun yang ia sentuh, termasuk bagian tubuh manusia seperti apa yang ia lakukan terhadap Joohye saat dirinya tak terkontrol. Yaeji adalah The element of Love. Kekuatan itu didapat dan berhasil diaktifkannya saat hati Yaeji memberontak akibat ia merasa orang-orang yang ia cintai berada dalam bahaya.

Tak akan ada seorang pun yang dapat menghentikan kemarahan seorang Love Element selain pelindungnya sendiri. Hal ini... yang menyebabkan seorang namja, yang kini berdiri di belakang Yaeji, memeluknya erat dengan kedua tangan karena Yaeji hampir saja membunuh Joohye dengan kekuatannya. "Aku disini.. tenanglah", gumam namja itu memeluk Yaeji erat.

"H.. Hiks.. Hikss.." Yaeji merangkul lengan namja yang merangkulnya dari belakang itu, namja ini yang entah dengan cara apa.. ia mempu melemparkan Eunhee kembali ke Real World bertukar tempat dengan dirinya tak sampai 6 menit (1 detik Real world) dari pertama kali ia menginjakkan kaki di Different Dimension. "K..Kookie..", sebut Yaeji lirih.

The Shelter / The Element of Protection adalah Jeon Jungkook, adik dari Yaeji. Ia mengontrol kekuatan Yaeji dengan Shelternya. "Gwencahanayo noona..gwenchanayo…", Pelukan hangat juga rindu ia berikan pada sang kakak. Jungkook adalah pemilik dari Danger Sensing (an ability where he can sense danger which happens happens to his closest person) berulang kali ia merasakan sang kakak dalam keadaan berbahaya, namun baru saat itu ia dapat benar-benar meneluk Yaeji secara langsung. Jungkook menangis sedih di belakang Yaeji. "Aku.. Hikss akan selalu melindungi noona.. hiks.. noona kau.. tak perlu takut akan apapun"

"Hikss.. Kookie.. Hikss Yoonjae.. Hikss Joohye eonnie.. ia. . hiksss", gumam Yaeji lirih sebelum akhirnya ia tumbang tak sadarkan diri.

"Noona!", Jungkook menahan tubuh Yaeji saat Yaeji kehilangan kestabilan tubuhnya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Yoojin membuka matanya, ia mendapati dirinya tengah berbaring di tempat tidur pada ruang kesehatan Yonghan University tempat ia biasa bekerja bersama Yoonjae. "Dimana aku? Apa aku sudah mati?", Tanya Yoojin sambil memeriksa keadaan tubuhnya sendiri. Ia membiarkan dirinya untuk bernafas beberapa saat, memastikan dirinya bahwa ia masih benar-benar hidup. Yoojin tak ingat apapun selain terakhir kali ia sadar ia sedang dalam jeratan bayangan dari namja berjubah hitam. SREKK.. Suara tirai bergeser mengejutkan Yoojin. Ia terperangah dengan apa yang dilihatnya saat ini. Matanya terbuka lebar. Air mata Yoojin mengalir tanpa perintah "T... t.."

Di hadapannya berdiri seorang namja yang tak lain adalah Jung Taekwoon. Taekwoon lah yang menyelamatkan Yoojin tadi. Namja itu mendekat, ia duduk di sisi tempat tidur dimana Yoojin juga duduk di sana. Ia tidak mengucapkan sepatah katapun seperti Taekwoon yang biasanya. Taekwoon yang selalu diam dan tak banyak bicara. Taekwon menarik pelan tangan Yoojin. Ia membubuhkan obat pada punggung tangan Yoojin yang terluka, sekali lagi tanpa bicara apapun.

Yoojin masih terperangah menatap Taekwoon yang tengah mengobatinya. Hingga tak terasa air matanya mengalir semakin deras. "Hiks.. H! hh.. ", Tangis Yoojin semakin deras. Ia telah bertahun-tahun membenci Taekwoon atas kesalahan yang Taekwoon tak pernah lakukan. Namja itu juga tak pernah memprotes ataupun berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada Yoojin. Ia membiarkan Yoojin membencinya, ia membiarkan Yoojin melakukan apapun yang dapat membuat Yoojin hidup dengan tenang.

"Uljima", suara pelan dan lembut Taekwoon terdengar pilu bagi Yoojin. "Huuufhhh~" Taekwoon meniup obat yang ia bubuhkan pada luka Yoojin agar rasa sakitnya berkurang.

Tingkah manis Taekwoon membuat hati Yoojin semakin sakit. Bagaimana mungkin ia tetap memperlakukan yeoja yang telah menuduh dan membuat hidupnya menderita dengan begitu manis seperti saat Yoojin masih menjadi yeojachingunya.  SRUKK! Yoojin segera memeluk Taekwoon. "Eung.. Hkh.. Hikss... paboya.. Hikss.. pabo hiksss eunghh rghh pabo hikss..Hikss. Mian.. Mianhae hkkk hiks... Mianhae". Ia merasakan Taekwoon memeluknya balik. "Hikss Jika memang aku harus menghabiskan sisa hidup ku untuk menemani mu di tempat ini.. Jika memang hal itu bisa membalas semua kebodohan ku.. Jika memang hanya di tempat ini aku dapat menyentuh mu hikss. hikss aku akan melakukannya.. Aku.. hiks ugh. hikss.. Jangan pergi dari ku Taekwoon-ah.. Saranghae.. Hikss Neomu.. hikss neomu sarangahe.. hhhhh~ Hikss.. emhhhh hiksss mianhae. Hiks"

"Aniya", Jawab Taekwoon dengan suaranya yang begitu pelan. "Hiduplah.. Kau harus tetap hidup Yoojin-ah. Kau.. harus hidup dan kembali ke dunia, maka aku akan bertahan hidup untuk mu. Kau adalah satu-satunya alasan ku untuk hidup.. jika kau tidak kembali maka aku.. akan kehilangan alasan tersebut"

Yoojin melepaskan pelukannya dan menatap Taekwoon. "Apa maksud mu Taekwoon-ah? Bukankah kau.. telah"

Taekwoon menggeleng. "Aku masih hidup Yoojin-ah. Kau bisa menyentuh ku saat ini karena aku masih hidup", Taekwoon menyentuh pipi Yoojin. "Namja berjubah hitam itu mencoba membunuh ku, tapi appa dan paman Park menyelamatkan ku.. aku.. memang masih kritis di rumah sakit saat ini dan tubuhku yang kau sentuh saat ini.. hanyalah ruh yang belum bisa kembali ke dalam tubuhku yang masih terbaring koma di real world

"Jadi.. kau tidak bunuh diri? Kau tidak.."

"Kau pikir aku sebodoh itu?", Taekwoon tersenyum tipis pada Yoojin. Senyuman yang selalu disebut mahal oleh banyak orang. "Kau pikir aku rela mati sebelum dapat memiliki mu lagi?", Taekwoon menarik pelan dagu Yoojin dan dikecupnya singkat bibir yeoja yang ia cintai itu. "Aku menghabiskan hampir semua waktu dalam hidup ku hanya untuk mencintai mu, sampai aku benar-benar mati suatu hari nanti aku akan tetap mencintai mu. Aku bahkan meninggalkan raga ku hanya untuk menyusul mu ke tempat ini" Ujar Taekwoon.

Yoojin tak mengerti tentang perasaannya saat ini. Semua seperti bercampur aduk menjadi satu. Di satu sisi ia ingin sekali menangis sekencang mungkin, tapi di sisi lain Ekspresi Taekwoon yang selalu datar-datar saja itu membuatnya enggan menangis. Sejak dulu ia juga jarang sekali menangis di hadapan Taekwoon, atau mungkin lebih tepatnya, ia tidak memiliki waktu untuk menangis.. karena ia selalu mendapatkan kebahagiannya saat berada disamping namja itu. "Aku sungguh benci saat kau sudah mulai bicara", protes Yoojin. Ia memeluk Taekwoon kembali. Kali ini ia memendamkan wajahnya pada dada namja itu. "Taekwoon-ah"

"Hm?"

"Aku kehilangan kunci itu.. mengapa aku begitu lemah? bagaimana kalau sampai pihak musuh dapat membuka Third Eye, bagaiman kalau sampai.."

"Mereka tidak akan berhasil", Potong Taekwoon.

"Wae?", Yoojin mendongak tanpa melepaskan pelukannya pada Taekwoon. "Mereka memiliki seorang indigo bersama mereka dan mereka juga sekarang memiliki kunci dari Third Eye.. Bukankah itu berarti mereka memiliki semuanya sekarang?"

Lagi-lagi jawaban Taekwoon hanya sebuah senyum, ia mengacak-acak manja rambut Yoojin. Taekwoon menyerahkan sebuah buku pada Yoojin, disamping buku itu tergantung sebuah kalung dengan bandul Blue Krystal.

"Apa ini Taekwoon-ah?"

"Deep Blue krystal", Jawab Taekwoon. "The Key.. The Element of Reality" Taekwoon mengenakan kalung itu pada leher Yoojin dengan senyum yang penuh arti.

Yoojin memandangi kalung itu, ia menduga-duga beberapa kemungkinan. “Ini…milikku?”

Taekwoon mengangguk pelan. Sejenak, Taekwoon merubah ekspresinya. Ia memperhatikan sekelilinganya. "Yoojin-ah... bagaimana dengan Yoonjae?"

Mendengar nama Yoonjae, entah mengapa dada Yoojin merasa sedikit sesak. Ia melepaskan pelukannya terhadap Taekwoon. Yoojin meremas pakaiannya. "Perasaan ini, perasaan ini datang lagi, sejak tadi setiap kali aku mengingat Yoonjae dadaku menjadi sesak.. tubuh ku merasa panas seperti terbakar"

Taekwoon tersentak. "Yoojin-ah, Apa Yoonjae.. tidak pernah bercerita apapun tentang dirimu dan dirinya?"

Yoojin menatap Taekwoon bingung. "Mworago? Aku dan Yoonjae? Ada apa di antara diriku dan Yoonjae?"

Taekwoon menatap Yoojin tak percaya lalu ia menghela nafas pelan.

 

¢¢¢ JUNG TAEKWOON`S STORY¢¢¢

Two Days before Yoonjae`s accident

Yoonjae dan Taekwoon menaiki tangga apartment dengan terburu-buru. Langkah mereka tak juga terhenti meski sudah delapan lantai mereka susuri. Lift yang tiba-tiba saja mati membuat mereka terpaksa melakukannya.

BRUKK! Yoonjae membuka pintu dengan kasar setelah menekan nomor pada pintu. "Halmoni!!", Pekiknya. Apartment miliknya sudah dalam keadaan berantakan. Semua barang-barang telah berada di tempat yang tak seharusnya. Di hadapan matanya, ia melihat sosok namja berjubah hitam menginjakkan kakinya tepat pada kepala seorang yeoja berusia sekitar 60 tahun yang mengangkat Yoonjae menjadi anaknya. Yoonjae bergerak maju, tapi Taekwoon menahannya.

"Lepaskan aku!", Seru Yoonjae emosi. Taekwoon menariknya ke tempat lain, Sehingga saat sosok namja berjubah hitam itu mencari mereka. Ia sama sekali tidak menemukan dimana mereka berada.

"Sebaiknya kita pergi, urusan kita sudah selesai", Seru seorang yeoja.

"Barusan aku mendengar suara seseorang dan suara pintu. Mereka pasti ada di sekitar sini. Siapapun yang menyaksikan apa yang baru saja kita lakukan juga harus mati", Ujar namja berjubah hitam yang tak lain adalah Jaeyoo itu.

"Kau pasti salah.. sudahlah.. aku tidak ingin Yoonjae melihat ku ditempat ini, akan semakin sulit menyingkirkannya kalau ia mengetahui siapa diriku sesungguhnya" Langkah yeoja itu terdengar jelas.

"Son Joohye"

"Wae! Wae!"

"Kau harus segera membereskan bocah itu secepatnya.. atau.. aku tak akan membantumu mendapatkan apa yang kau mau", Ancam Jaeyoo.

"Shikeureo!"

Joohye dan Jaeyoo meninggalkan tempat itu. Yoonjae dan Taekwoon keluar dari persembunyian mereka. Yoonjae memiliki emosi yang lebih tak stabil dibandingkan Taekwoon yang tenang, ditambah lagi ia melihat satu-satunya orang tua yang ia miliki, sekalipun hanya orang tua angkatnya terbunuh dalam kondisi mengenaskan. "Halmoni..Ireonaseyo jeball.. halmoniii!!! AAAAAAAAARRRRRRGGH!!", Geramnya kesal.

***

Pemakaman berjalan begitu kelabu. Langit sekalipun menunjukkan warna yang sama. Taekwoon masih berdiri di samping Yoojin, yang menunggu Yoonjae yang masih berlutut di makam ibu angkatnya dari kejauhan.

Tak lama kemudian mereka merlihat sosok Joohye datang dengan pakaian serba hitam, memasang kesedihan palsu dalam wajahnya. Ia berlutut di samping Yoonjae. Disentuhnya pundak Yoonjae perlahan.

SRET.. Detik itu juga Yoonjae menepis tangan yeoja itu, kemudian berdiri dan pergi berlalu begitu saja. Menyaksikan hal tersebut, Taekwoon menjadi begitu khawatir jika Yoonjae akan menjadi target selanjutnya dari pembunuhan ini. Jika ia bersikap seolah ia mengetahui sesuatu akan mempercepat 'proses' tersebut.

"Itu yeojachingu Yoonjae yang ia selalu katakan ingin ia kenalkan pada kita? Mengapa Yoonjae mengacuhkannya?", Tanya Yoojin berbisik pada Taekwoon. Taekwoon tidak menjawab sedikitpun. Ia hanya berharap setidaknya untuk saat ini Yoojin tak harus terlibat dalam kasus ini. Ponsel Taekwoon berbunyi, ayah angkat Taekwoon memintanya untuk segera kembali ke rumah.

***

1 Week after Yoonjae's accident

Yoonjae masih terbaring pada salah satu kamar VIP rumah sakit setelah mengalami kecelakaan satu minggu lalu. Ia belum bisa banyak melakukan kegiatan apapun. Yoonjae juga kehilangan ingatannya. Selama satu minggu ini, Taekwoon dan Yoojin bergantian menjaganya. Mereka juga bercerita tentang diri Yoonjae, orang-orang yang Yoonjae kenal juga mereka kenal. Taekwoon juga bercerita bahwa Yoonjae pernah mengatakan pada dirinya bahwa ia ingin mengenalkan yeojachingu nya pada Taekwoon dan Yoojin. Yoojin mengira yeoja itu adalah yeoja yang ditemuinya dihari kematian Ibu angkat Yoonjae, berbeda dengan Taekwoon yang sedikit banyak mengetahui tentang kenyataan sesungguhnya.

Malam itu Yoonjae baru saja tertidur. Taekwoon beranjak keluar untuk mendapatkan segelas kopi karena ia terlalu mengantuk. Saat ia membuka pintu ruangan rawat Yoonjae, ia dikagetkan dengan sosok seorang yeoja yang terlihat panik ketika melihat Taekwoon. Yeoja itu berbalik dan ingin meninggalkan tempat. "Chakkaman..", cegah Taekwoon.

"M.. mian.. a..ku salah kamar" Ujar yeoja itu beralasan.

Tap.. Taekwoon menahan tangan yeoja itu. "Apa kau kekasih dari Yoonjae?"

"A.. an.aniyeyo", Ia berusaha melepaskan tangan Taekwoon. "J-Jebal.. biarkan aku pergi", Pintanya ketakutan. Ia terus tertunduk, tak berani menatap Taekwoon.

"Biarkan ia pergi Taekwoon-ah..", suara Yoonjae terdengar tepat di belakang Taekwoon.

DEG! Taekwoon dan yeoja itu terdiam ketika mereka mendengar suara Yoonjae. Mereka melihat bayangan Yoonjae di balik tirai yang menutupi tempat tidur ruang rawatnya. "Yoonjae-ah", panggil Taekwoon. “T-tapi yeoja ini-“

"Gwenchana…..", Jawab Yoonjae. "Aku tak akan melihatnya seperti apa yang ia inginkan. Ia juga.. pasti memiliki alasan sendiri mengapa ia tak ingin melihat ku"

Punggung tangan Taekwoon terasa basah oleh tetesan air mata yeoja itu. Taekwoon menghela nafas sejenak. “Gurae jika itu yang kau mau”, gumam Taekwoon. Ia membimbing yeoja itu keluar dari kamar rawat Yoonjae. Sesampainya di luar, ia masih belum juga melepaskan yeoja itu. "Apa anak itu mengancammu? Apa yang ia katakan?", gumam Taekwoon pelan.

"Ia akan datang.. hh.. g..untuk mencari dan membunuh Yoonjae Oppa hh.. kalau sampai ia mengingat ku.. Ia.. tidak akan membiarkan Oppa menjadi milik siapapun selain dirinya.. hiks..", gumam Yeoja itu menahan tangisnya. "Aku datang.. karena hh aku mengkhawatirkan Yoonjae Oppa, tolong berikan ini untuknya", Yeoja itu menitipkan sepucuk surat untuk Yoonjae.

"Tunggulah disini sebentar", Pinta Taekwoon.

Taekwoon lantas masuk kembali ke dalam kamar rawat Yoonjae. Taekwoon menyerahkan surat dari yeoja itu pada Yoonjae. Ia dan Yoonjae membaca surat dari yeoja itu. "Yoonjae-ah, ada sesuatu yang harus kau dan yeoja itu ketahui.. kau akan menyesal membiarkan yeoja itu pergi dengan cara seperti ini"

Yoonjae berfikir cukup lama. "Kita bicarakan hal itu nanti Taekwoon-ah….saat ini, aku hanya ingin ia aman.. Jika kau menjadi diriku, dan Yoojin ada di posisi anak itu.. kau pasti juga akan melindunginya dengan cara yang sama dengan ku matchi?" Jawab Yoonjae dengan suara pelan.

"Tapi.."

"Gwenchana..", Sela Yoonjae. "Chamkaman..", Yoonjae mengambil sesuatu dari laci ruang rawatnya. Ia sudah memasukkan benda itu ke dalam sebuah kotak. Ia mengambil note kecil, menuliskan pesan dan memasukkan pesan itu ke dalam kotak yang sama. "Tolong aku berikan ini padanya" pinta Yoonjae

"Kau sungguh tak ingin melihat wajahnya? Kau yakin akan memintanya pergi?", Tanya Taekwoon memastikan. Ia tidak ingin Yoonjae menyesal. Namun Yoonjae menjawab dengan sebuah anggukan.

***

1 Month AFTER Yoonjae's accident

Taekwoon kembali ke kediamannya bersama dengan Yoonjae. Ia pergi ke ruang kerja sang ayah angkat, tertera nama Jung Jinyoung pada meja kerja sang ayah angkat. Taekwoon dan Yoonjae menunggu karena sang ayah ternyata belum ada di ruangan. Taekwoon memperhatikan Yoonjae. Keadaan Yoonjae sudah membaik setelah kecelakaan yang dialaminya sebulan yang lalu. Namun karena Yoonjae kehilangan seluruh ingatannya, ia masih sering serba salah untuk memulai sesuatu. Iba juga sedih bercampur menjadi satu. Taekwoon tak dapat mencegah hal yang sudah ia duga akan terjadi. Seandainya ia dapat menjaga sahabatnya itu dengan lebih baik, mungkin Yoonjae tidak akan mengalami kecelakaan itu.

Clek.. Ayah angkat Taekwoon, Jung Jinyoung memasuki ruang kerjanya bersama seorang dokter yang selama ini merawat Yoonjae, Dokter Park. Park Hyungshik. Mereka memulai pembicaraan dengan hal sederhana, sampai akhirnya mereka membahas hal inti dari pertemuan mereka siang itu.

Hyungshik menyodorkan sebuah foto. Di dalam foto itu terdapat dirinya bersama seluruh teman sekelasnya dulu. Di sana juga berdiri seorang yeoja, yang juga merupakan ibu angkat Yoonjae. Yoonjae menatap nanar gambar yeoja itu. “Igeon…Halmeoni matchyo?”, gumam Yoonjae datar.

"Maja…Kim JungAh ssaem.. ia adalah Ibu dari Kim Myungsoo, seseorang yang kematiannya disaksikan oleh Jaeyoo saat itu", ujar Hyungshik.

"Jadi Halmeoni adalah guru dari paman Jinyoung dan paman Hyungshik dulu?" Tanya Yoonjae.

"Maja Yoonjae-ah.. dan beberapa tahun setelah kejadian itu, meski usia JungAh ssaem sudah hampir menginjak 40 Tahun, ia bertemu dengan tambatan hatinya dan mereka memutuskan untuk menikah kembali", Jelas Jinyoung yang saat ini menjabat sebagai salah satu petinggi kepolisian. "Meski di usianya yang hampir memasuki 40 tahun saat itu, ia mengandung kembali…Suaminya telah mengingatkan JungAh ssaem untuk menggugurkan bayi itu karena mungkin akan berbahaya untuk dirinya kelak, namun JungAh ssaem tetap mempertahankan anak itu"

"Aku dan Istri ku Nana secara langsung menangani JungAh ssaem selama ia mengandung hingga ia melahirkan", Hyungshik dan Nana, istrinya, adalah seorang dokter yang juga sebagai salah satu pemilik saham terbesar rumah sakit tempat mereka bekerja. "Alasan beliau tak mau menggugurkan kandungannya saat itu adalah…karena ia tak mau membunuh dua nyawa yang sudah dikandungnya selama Sembilan bulan lamanya"

“Halmeoni…memiliki anak kembar?”, Tanya Yoonjae.

"Maja…tapi..", ujar Jinyoung menyela ucapan Hyungshik. "Saat itu, tanda-tanda kemunculan Jaeyoo sudah mulai Nampak. Bukan hanya JungAh ssaem, tapi teror Jaeyoo juga diterima oleh kami semua yang dulu terlibat dalam kejadian 25 tahun silam", Jinyoung menghela nafasnya.

 "Tapi memang JungAh ssaem yang menerima teror paling berbahaya, hingga ia harus kembali menerima kenyataan suaminya menjadi korban dari pembunuhan.. untuk itu.. "

Taekwoon dan Yoonjae mendengarkan penjelasan Jinyoung dan Hyungshik dengan seksama, mereka begitu serius sehingga tidak menjawab apa-apa.

"Aku dan Hyungshik dengan persetujuan JungaAh ssaem memutuskan untuk menyembunyikan keberadaan kedua anak kembar JungAh ssaem dan mengirim keduanya ke panti asuhan.. bersama anak kandung ku sendiri", Jelas Jinyoung. Ia dan Hyungshik saling berpandangan satu sama lain. Jinyoung menghela nafas berat, sementara Hyungshik menepuk pundaknya pelan mencoba memberi dorongan moral pada temannya tersebut.

DEG!!! Yoonjae dan Taekwoon mulai mengerti arah pembicaraan dari Jinyoung dan Hyungshik.

Hyungshik menghela nafas. "Kedua anak kembar JungAh ssaem.. bernama Kim SeokJin dan Kim Yoojin. Kedua anak itu.. adalah..", Hyungshik mengarahkan pandangannya pada Yoonjae. "Kau.. dan Yoojin….Yoonjae-ah"

"Sedangkan anak kandung ku, adalah Kau Taekwoon-ah", Sambung Jinyoung. Ia merasa bersalah baru mengatakan hal ini pada keduanya. "Untuk tetap menjaga kalian bersama kami, kami merancang skenario agar seolah kalian hanyalah anak angkat kami. Kami juga meminta tolong pada Younghee, sahabat kami, untuk mengangkat Yoojin juga untuk menyamarkan kenyataan bahwa Yoojin dan Yoonjae adalah anak kembar. Dengan begitu.. kami tetap dapat mempertahankan kalian untuk tetap hidup", Jinyoung menepuk pundak Taekwoon dan Yoonjae. "Mianhae.. kami tidak bermaksud membuang kalian, kami.. hanya tak ingin kalian menjadi target dari apa yang terjadi dulu, sementara kalian tidak mengerti apapun..percayalah…seseorang bernama Jaeyoo itu sangat berbahaya…kami tak ingin kalian juga hidup dalam terornya”

"Sampai detik ini aku juga dihantui rasa takut, kelak kedua anak ku Jimin dan Chanyeol akan mengalami hal buruk nantinya. Aku menyesal tidak mengikuti cara Jinyoung dulu, karena itu.. bisakah aku meminta tolong pada kalian berdua?", Pinta Hyungshik berharap.

Yoonjae dan Taekwoon mengangguk. Mereka mengerti mereka tak dapat menyalahkan apa yang dilakukan orang tua mereka.

"Kami berencana untuk memasukkan kalian ke Yonghan University. Teman kami adalah rector di kampus itu sehingga ia bisa mengawasi kalian dan juga dapat mengabarkan kami apabila terjadi hal yang buruk kelak. Teman kami L, serta Hoya dan istrinya, Precise juga sudah sepakat untuk menyekolahkan anak mereka di sana sementara kami masih berusaha menghubungi teman kami yang lainnya", ujar Hyungshik.

“Kudengar Eunkyo juga akan membawa anak-anaknya ke Yonghan”, sambung Jinyoung setelahnya.

***

3 Days after Taekwoon n Hakyeon's accident

Yoonjae menemui Taekwoon meski Yoojin sudah meminta dirinya untuk tak lagi menemui namja itu setelah apa yang terjadi. Tapi Yoonjae tetap yakin bahwa tak mungkin bahwa Taekwoon lah yang menyebabkan kematian Hakyeon. Ia bicara cukup lama dengan Taekwoon. Namja itu menjelaskan banyak hal pada Yoonjae.

"Kau harus menjelaskannya pada Yoojin. Taekwoon-ah.. kau membiarkan Yoojin salah paham.. apa kau pikir ia bahagia berada jauh dari mu seperti sekarang? Ia harus membenci seseorang yang telah sekian lama dicintainya?!", Sentak Yoonjae karena Taekwoon tidak menunjukkan respon apapun.

"Aku hanya melakukan apa yang sempat kau ucapkan dulu Yoonjae-ah" Jawab Taekwoon.

"Ucapan ku?"

"Ne.. ", Taekwoon menatap tenang Yoonjae. "Kau membiarkan yeojachingu mu pergi tanpa melihatnya sama sekali. Kalian memilih untuk menjalani hidup kalian bagai kalian tidak saling mengenal satu sama lain. Tapi.. kalian tidak melakukannya karena kalian menginginkan hal itu.. kalian melakukannya untuk saling melindungi satu sama lain, itu juga yang ku lakukan saat ini"

Yoonjae menghela nafas pelan. "Kasus mu dan kasus ku berbeda Taekwoon-ah"

"Tentu saja", jawab Taekwoon datar. "Tak ada kasus yang benar-benar sama persis..", lanjutnya tetap tenang. "Tapi.. Apa yang kita hadapi bukan hanya seorang manusia biasa. Kita bahkan tak tahu harus menyebutnya apa. Seseorang yang sudah mati puluhan tahun lalu, muncul kembali dengan sosok yang sama persis, menyerang orang-orang yang dikenalinya tanpa alasan yang jelas. Musuh.. yang mungkin akan menemukan mu dimanapun kau bersembunyi.. Mereka telah mengetahui kalau aku tahu banyak tentang apa yang mereka kerjakan selama ini, karena itu mereka membunuh Hakyeon. Bukan tidak mungkin mereka juga masih mengejar ku saat ini.. Aku tidak ingin Yoojin berada dalam bahaya"

"Taekwoon-ah….."

"Yoonjae-ah….Yoojin adalah saudara kembarmu", Taekwoon menyentuh pundak Yoonjae. “Apa kau ingin melihatnya terluka dan hidup dalam ketakutan seperti apa yang terjadi pada kita saat ini?”

Yoonjae menggeleng pelan.

 "Kau dapatkan ataupun tidak dapatkan kembali ingatan mu kelak, tetaplah berpura-pura kehilangan hal itu. Setidaknya sampai aku dan Appa dan juga mereka yang lainnya menemukan jawaban dari apa yang kita alami.. dan sampai saat itu datang, tolong jaga Yoojin.. untuk ku dan juga untuk dirimu sendiri", ujar Taekwoon. “Karena hanya Yoojinlah satu-satunya keluarga yang kau miliki saat ini”

Berat bagi Yoonjae, tapi berpisah untuk saat ini adalah jalan satu-satunya yang dapat mereka ambil. Ucapan Taekwoon barusan juga berarti sebuah permintaan agar Yoonjae tak lagi menemuinya, karena musuh mereka mungkin memperhatikan setiap gerak gerik mereka, karena itu mereka harus bersembunyi serapi mungkin. "Araseo.. jaga diri mu baik-baik Taekwoon-ah"

"Eum..", Keduanya saling memeluk erat satu sama lain dan berpisah di hari yang sama. Sejak saat itu mereka mejalani hidup mereka masing-masing, bersikap seolah tak saling mengenal satu sama lain tanpa seorangpun tahu betapa berat beban yang mereka pikul.

¢¢¢ END JUNG TAEKWOON`S STORY¢¢¢

Yoojin terperangah tak percaya. Selama ini memang banyak yang meledek dirinya adalah saudara kembar Yoonjae, tapi mengetahui sebuah kenyataan bahwa ia dan Yoonjae memang saudara kembar sungguhan membuatnya tak bisa berkata-kata. Selama ini Yoonjae memang selalu melindungi Yoojin. Ia menyimpan rahasia dan beban dalam dirinya agar Yoojin tidak ikut terbebani oleh hal itu. Ia beruntung.. ia memang merasa beruntung karena dikelilingi orang-orang seperti Yoonjae juga Taekwoon yang rela membiarkan diri mereka sakit hanya untuk melindunginya, tapi disisi lain ia merasa begitu tak berguna karena ia tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi mereka. Ia teringat kembali akan perasaannya tak nyamannya beberapa jam terakhir. Yoojin mematung seketika. Wajah yeoja itu berubah pucat.  Ia mendadak mencengkeram tangan Taekwoon. "T.. Taekwoon-ah…"

"Wae?" Tanya Taekwoon halus.

"Sejak tadi.. aku merasa begitu takut.. Ku harap perasaan ku ini salah, tapi... mengapa aku merasa sesuatu yang buruk telah menimpa Yoonjae.. perasaan ku.. hhh.. hiks eottokhe?", Mata Yoojin berkaca menatap Taekwoon. "A-Apa mungkin…Yoonjae…B-Bagaimana jika ia…hikss…..

¢¢¢TBC¢¢¢

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK