March, 3rd 2014
01.02 PM
"Neon... Son Joowon mathci? Neoneun.. Nae adeul Son Joowon matchi?"
Jungkook tersentak. Ia sontak melepaskan pegangan tangan Seohyun, namun Seohyun menggenggamnya terlalu kuat. Jungkook tersenyap.. ia menundukkan kepala, pelan namun pasti isakan terdengar darinya. Ia tidak tahu bagaimana ia seharusnya menjawab pertanyaan Seohyun ini. Jungkook mengangkat wajahnya kembali menatap Seohyun "Anibnida.. bibi" Jawabnya. “Aku bukanlah anakmu”
¢¢¢ SON JOOWON`S STORY (from Jungook’s Point of view)¢¢¢
4 YEARS AGO
BRUKKK BRUKK BBRUUUK!! "Ya! Kau pikir rumah ku ini tempat penampungan?! Kau sudah lima bulan tidak membayar sewa rumah ini, jangan berharap dapat tinggal disini lebih lama lagi!", Bibi pemilik rumah melempar keluar barang-barang Joohye & Joowon. "Cari saja tempat lain!", Brukk! pintu rumah itu ditutup oleh pemiliknya dengan kasar.
"Hyung!!", Jungkook yang tinggal di samping rumah Joowon dan Joohye segera berlari membantu Joohye dan Joowon. "Noona..noona!", Ia juga meneriaki kakaknya yang berada di dalam rumah. Tak lama kemudian Yaeji juga keluar untuk membantu. "Hyung baik-baik saja? apa ada yeng terluka?", Tanya Jungkook khawatir.
"Gwenchana Jungkook-ah", ujar Joowon tersenyum sambil membereskan barang-barangnya yang berantakan akibat dilempar sembarangan oleh pemilik rumah. Joohye sendiri langsung berdiri dan membersihkan pakaiannya tanpa niat membantu Yaeji, Jungkook dan Joowon sedikitpun.
"MICHIN AJUMA!!" Pekiknya kesal. Ketiga anak lainnya hanya bisa memperhatikan.
Joowon berdiri karena sudah tidak sabar dengan sikap Joohye. "Noona!..Aku selalu memberikan uang hasil kerja paruh waktuku padamu untuk membayar sewa rumah, tapi kenapa tadi bibi mengatakan kita tak pernah membayar selama lima bulan?"
"Ya Shikkeuro!!!", Seru Joohye mendorong sang adik kesal karena Joowon mempertanyakan dimana uang ia yang selama ini berikan pada sang kakak. "Kita juga tidak perlu tinggal dirumah murahan ini. Aku akan mencarikan tempat tinggal lain", gerutu Joohye sambil berlalu begitu saja meninggalkan sang adik bersama Jungkook dan Yaeji.
"Aissh!", gumam Joowon menjambak pelan rambutnya sendiri karena frustasi. "Dimana kami harus tinggal kalau sudah begini jadinya?", gumamnya bingung. Tap.. Joowon merasa seseorang menyentuh pundaknya, ia menoleh ke belakang dan melihat Jungkook lah orang itu.
"Hyung.. kalau hyung mau, hyung dan Joohye noona bisa tinggal bersama ku dan Yaeji noona", Jungkook kemudian melempar pandangannya pada Yaeji untuk meminta persetujuan. "Tak apa kan.. noona?"
Yaeji tersenyum tipis. Ia mengangkat salah satu kotak berisi barang-barang Joowon. "Ne.. Aku akan bicara pada eomma nanti. Gwenchana Omma juga hanya pulang satu bulan sekali dan aku yakin ia akan mengizinkan"
"Tapi.. ", Joowon merasa tak enak kalau harus merepotkan Jungkook dan Yaeji.
"Gwenchana hyung, selama ini juga kita sering bertukar makanan, belajar bersama juga berangkat sekolah bersama.. Ayo hyung, biar aku bantu memasukkan barang-barang hyung" Ajak Jungkook.
***
NEXT 7 MONTHS
Joowon dan Jungkook berjalan berdampingan sepulang sekolah. Kebetulan sekolah mereka hanya bersebelahan. Suasana canggung tercipta di antara mereka. Satu hari sebelumnya suatu kejadian yang mungkin tak akan pernah dilupakan oleh Jungkook terjadi dan Joowon merasa bersalah karenanya.
"Hyung.. bukankan hari ini ulang tahun Joohye noona?", Tanya Jungkook memecah keheningan di antara mereka. Joowon, yang lebih tua dua tahun dari Jungkook ini, merasa sedih akan pertanyaan Jungkook. Ia diam dan tidak menjawab. Jungkook memainkan bibirnya semakin canggung.
"Mianhae.. Jungkook-ah", Pinta Joowon dari lubuk hatinya yang terdalam.
"Lupakan saja hyung.. semua bukan kesalahan hyung", Ujar Jungook. Ia menghela nafasnya, lalu memasang senyum palsu yang cukup lebar sekedar memberikan tanda bagi Joowon bahwa dirinya tidak marah ataupun menyimpan dendam pada Joowon. "Hyung, aku akan beli kue can hyung yang membeli bunga untuk Joohye noona.. aku juga akan menelpon Yaeji noona di rumah agar mendekorasi ruangan untuk ulang tahun Joohye noona"
"Gomawo Jungkook-ah”
***
Jungkook menunggu kue pesanannya. Dari jendela kaca toko kue, ia melihat Joowon sudah keluar dari toko bunga sebrang jalan. Joowon sempat melambaikan tangan padanya. Jungkook sendiri mengirimkan pesan pada Joowon bahwa ia masih menunggu kue. Tak lama setelah itu, Ia melihat Joohye berdiri di sisi jalan dekat toko kue, hendak menyebrang jalan, menunggu lampu hijau muncul. Jungkook kembali mengirim pesan pada Joowon untuk menyembunyikan bunga di tangannya.
Untuk memastikan, ia melihat ke seberang jalan dimana Joowon berada. Joowon terlihat bertemu dengan seorang namja lainnya yang merupakan Yoonjae. Keduanya sepertinya juga sudah melihat Joohye di ujung jalan, Joowon dan Joohye juga saling tersenyum dari jauh. Tiga puluh detik lagi lampu merah berakhir.
Jungkook menutupi kepalanya dengan bagian hoodie nya agar Joohye tidak melihat dirinya. WUSSSSSSSHHHHH.... Mata Jungkook membelalak saat dengan jelas di belakang Joohye muncul sosok hitam yang akhirnya membawa Joohye entah kemana. Dari seberang jalan, Joowon terlihat berlari hingga tanpa disadarinya sebuah mobil melaju cepat kearahnya, tiba-tiba terdengar BBBBRRRRRUUUUUKKKKKKKK!!!!!
BRUK!!! Jungkook berdiri sampai kursi yang ia duduki jauh ke belakang. Ia segera berlari keluar toko kue, jantungnya berdetak sangat kencang. Ia berharap apa yang ia takutkan tidak terjadi. "JOOWON HYUNG!"
Dalam waktu singkat jalanan itu dipenuhi orang. Jungkook bersusah payah menerobos kerumunan orang, meski ia masih terdorong-dorong. Di hadapan matanya kedua namja itu (Joowon dan Yoonjae) dalam kondisi mengeluarkan darah dari kepala mereka tergeletak di jalanan, seorang yeoja (Yoojin) ada disisi mereka sambil menangis.
¢¢¢ END SON JOOWON`S STORY, JUNGKOOK SIDE¢¢¢
PRAAANGGG! Seohyun menyenggol gelas di atas meja. Ia terduduk lemas di kursinya setelah mendnegar cerita Jungkook tentang sang anak, Joowon yang ternyata mengalami kecelakaan parah tanpa sepengtahuan dirinya, disaat bersamaan Joohye juga menghilang.
"Aku tidak pernah melihat Joohye noona lagi setelah itu bibi.. Aku dan Yaeji noona juga sempat menanyakan kondisi Joowon hyung ke rumah sakit, tapi...", Jungkook menghentikan ucapannya. Ia takut Seohyun belum siap mendnegar hal ini. "Mereka berkata... mereka tidak dapat lagi menyelamatkan nyawa Joowon hyung dan mereka juga berkata bahwa jasadnya telah di urus oleh keluarga, sehingga kami sendiri tak pernah tahu dimana makam Joowon hyung", Perasaan Jungkook teriris melihat air mata seorang ibu seperti Seohyun. Ia adalah seorang Ibu yang tak pernah bertemu dengan anaknya dan saat ia memiliki kesempatan untuk bertemu, ternyata sang anak telah meninggalkan dunia ini. Jungkook bangkit dari tempat duduknya, ia memberikan sebuah pelukan untuk Seohyun. "Hhiik.. Uljimayo bibi.. hikss.. Joowon hyung.. selalu mengatakan ia sangat menyayangi bibi, meskipun ia tidak pernah melihat bibi"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Kyungsoo dan Jaehee kembali ke perpustakaan. Mereka dikagetkan dengan Baekhyun dan Joonmyeon yang seperti orang kelimpungan berlari menuju salah satu sisi perpustakaan. “Sepertinya sesuatu tengah terjadi”, gumam Jaehee pada Kyungsoo.
"Ada apa ini?" Gumam Kyungsoo. "Ya Baekhyun-ah! wae gurae?", tanya Kyungsoo menahan Baekhyun yang melintas di depannya.
"Ada sesuatu yang aneh terjadi di ruang tengah! Ppali!", seru Baekhyun bergegas berlari mendahului Kyungsoo dan Jaehee.
"Mworago?", gumam Kyungsoo dan Jaehee yang saling menatap bingung. "Kaja!", ujar Kyungsoo kemudian lalu menarik tangan Jaehee mengikuti arah Baekhyun berlari.
Di sana, Baekhyun dan Joonmyeon terlihat berdiri menatap bingung gambar besar pada meja tempat mereka biasa berdiskusi bersama. Time Dimension yang terletak di tengah meja juga memancarkan cahaya putih beberapa kali. "Ige... m.. mwoya?" Jaehee terperangah melihat gambar pada meja.
"Sebuah cahaya putih muncul dari meja ini dan setelahnya...gambar ini tiba-tiba muncul begitu saja", Jawab Baekhyun.
"Dimana anak lain? Mereka belum kembali?", Seru Kyungsoo sedikit panik, karena perasaannya mengatakan ada yang tidak beres sedang terjadi. Baik Joonmyeon dan Baekhyun menggeleng tak mengetahui.
Selang 10 menit kemudian terdengar suara dering ponsel. Mereka mencari dimana ponsel itu berada. Kyungsoo, Jaehee, Baekhyun dan Joonmyeon memasang baik-baik pandangan dan pendengaran mereka. Joonmyeon sedikit berjongkok. "Ah disini!", Serunya. Ia menggapai ponsel milik Yaeji yang sepertinya terjatuh ke bawah meja. Sebuah pesan suara masuk tersampaikan. Pesan itu adalah pesan yang dikirimkan oleh Jungkook juga Seohyun dari Real World. Perbedaan waktu menyebabkan pesan baru tersampaikan.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Yoojin dan Siyou seharusnya waspada akan serangan para arwah, akan sulit bagi keduanya jika mereka terkepung, namun mereka yang panik dengan keadaan Yoonjae yang pergi keluar begitu saja.
"Yoojin-ah", Suara seorang namja menghentikan langkah Yoojin dan Siyou.
Yoojin menoleh dan dilihatnya Hakyeon berdiri di salah satu sudut lorong tempat ia berdiri saat itu. "H..Hakyeon-ah?", sebutnya. Hakyeon melangkah setapak demi setapak mendekati Yoojin.
"Lama tak bertemu.. yeobo", gumam Hakyeon dengan panggilan yang selalu ia ucapkan untuk Yoojin sekalipun yeoja itu bukanlah kekasihnya. Semasa hidupnya, Hakyeon begitu terobsesi pada Yoojin. "Seandainya kau tahu betapa bahagianya diriku bertemu dengan mu tanpa ada Taekwoon disamping mu.. psh"
Yoojin menghalangi Siyou dengan tubuhnya. Siyou merasakan jiwa yang terbakar didalam diri Hakyeon. "Eonnie.. roh itu berbahaya", Bisik Siyou memberi peringatan bagi Yoojin. "Kurasa ia..."
Yoojin meminta Siyou mundur perlahan bersama dirinya meski Siyou belum menyelesaikan kata-katanya. Apa yang Siyou ucapkan juga sudah terbaca oleh Yoojin saat ini, Yoojin terlihat ketakutan. "Siyou-ya"
"Ne eonnie?", jawab Siyou takut sambil bersembunyi di belakang Yoojin.
"Jika sesuatu yang buruk terjadi.. kau.. hhm.. harus lari sampai kau bertemu yang lain, karena kalau tidak... kita berdua akan berakhir disini, araseo?", Perintah Yoojin berniat mengorbankan dirinya kalau memang mereka akan diserang. "Kau kuat Siyou-ya.. kau lebih kuat dari apa yang kau pikirkan", Yoojin memberikan senyuman tenang.
Selebar apapun Senyum Yoojin, Siyou dapat membaca apa yang ada dihatinya. Ia tahu apa yang Yoojin pikirkan. "Eonnie.. hhs..", Gumamnya sedih. "Aku mengerti", Jawab Siyou pada akhirnya. Sekujur tubuh Siyou kaku, ia merasa banyak hal yang mulai mengerumuni sekitar mereka. "Eonnie.. aku... harus pergi sekarang, mereka... akan datang"
"Palli..," Yoojin kembali mendorong posisinya juga Siyou ke belakang.
Siyou mengangguk cepat. Dengan aba-aba yang diberikan oleh Yoojin, Siyou dan Yoojin segera berlari secepat dan sejauh yang mereka bisa. Tak ada yang mengejar mereka, Hakyeon sekalipun.. mereka hanya berlari dan terus berlari, lalu berpencar ke dua sisi lorong Universitas yang berbeda. Siyou sempat terhenti saat ia melihat bayangan hitam mengikuti Yoojin. Air matanya menetes, tubuhnya sedikit gemetar memikirkan nasib Yoojin. Sejak awal Yoojin adalah salah satu kakak yang selalu menjaga dirinya. Melepaskan ia sendiri sangat menyakitkan bagi Siyou, tapi ia sudah bertekad untuk tidak selalu menjadi pecundang. Ia harus kembali ke perpustakaan dan meminta bantuan. "Bertahanlah eonnie", Ujarnya pelan, kemudian melanjutkan langkahnya.
Bruk! Baru Siyou berbalik. Ia menabrak seseorang, ia hampir saja berteriak, untung saja ia segera menyadari siapa yang baru saja ditabraknya. "Taehyung Oppa!"
"Kau sedang apa disini? mengandap-endap seperti tikus! Ya! Kau kabur ya dari perpustakaan? Ya asal kau tahu saja ya…Moon Jaehee juga pernah mencoba kabur dan-"
Siyou menutup mulut Taehyung dengan tangannya karena Taehyung banyak bicara. Ia mendekatkan bibirnya pada telinga Taehyung. Siyou sempat terhenti saat ia merasakan getaran dari di dalam dada namja itu berbeda saat dirinya mendekat. Siyou menggelengkan kepalanya, bukan saat nya memikirkan hal semacam itu, begitu pikirnya. Ia menyingkirkan tangannya dari bibir Taehyung lalu kemudian berbisik pelan. "Mereka mengejar dan hendak menangkap Yoojin eonnie"
Taehyung segera menarik tangan Siyou. "Ayo kita lapor hyung dan noona yang lain Siyou-ya!", seru Taehyung.
"Chakkaman..", Siyou merasakan keberadaan orang lain selain dirinya dan Taehyung disana. "Eotthokheyo?"
***
WWWUSSSHHH!!!~ "AAAARRGH!" DUKK!! Yoojin terjatuh setelah sebuah bayangan hitam melesat ke arahnya dan menyerangnya dengan cepat. Setelah itu, munculah sesosok namja dengan jubah menutupi sekujur tubuhnya. Mata Yoojin membelalak hebat. Ia berjalan mundur menyapu lantai dengan menarik dirinya yang belum bisa berdiri. Yoojin tertahan oleh sosok Hakyeon yang kini juga sudah ada di belakangnya, namun dengan sosok yang sangat berbeda dengan Hakyeon yang sebelumnya ia lihat. Namja itu kini juga turut memakai pakaian serba hitam dengan lingkaran hitam di sekitar matanya. Ia terlihat menyeramkan. Ia kini berada di tengah-tengah antara keduanya.
Namja berjubah hitam mendekati Yoojin sehingga posisi Yoojin semakin terpojok. Ia mengangkat tangannya seolah memberi aba-aba terhadap suatu hal, tapi hal itu terpotong oleh ucapan Hakyeon. "Tuan Jaeyoo.."
"Kau mau apa lagi? Aku tidak ingin gagal kali ini hanya karena menunda-nunda seperti sebelumnya, yeoja ini.. akan mempermudah ku menangkap anak lainnya, jadi kau diamlah" Perintah Jaeyoo.
Hakyeon juga berjalan hingga berada tepat di belakang Yoojin. Ditariknya rambut Yoojin sampai Yoojin terpaksa berdiri. "Beri aku waktu beberapa menit saja tuan" Ujarnya. Ia menyentuh paksa pundak Yoojin, membalik tubuhnya hingga Yoojin menatap matanya. "Kau akan abadi bersama ku setelah ini yeobo~"
Yoojin memasang tatapan benci kearahnya. "Cih~", Ia meludahi wajah Hakyeon. "AAARGHHH" Keberanian Yoojin melakukan hal tersebut membuat Hakyeon menjambaknya semakin keras. Pelupuk mata Yoojin melebar, warna matanya kembali berubah, tubuhnya pun kembali tertarik ke sebuah masa lalu, masa lalu yang mungkin... akan membuat Yoojin menyesalinya.
¢¢¢ HAKYEON'S STORY¢¢¢
One Day Before Yoonjae's Accident
Dari balik sebuah pohon Hakyeon bersembunyi. Di lihatnya seorang yeoja dan namja yang empat tahun lebih muda darinya berjalan bersama tanpa sepatah katapun. Ia hanya mengawasi keduanya. Sang yeoja melihat ke arahnya, lalu tersenyum tipis meminta dirinya untuk menunggu. "Jungkook-ah, tolong bawakan tas ku ke dalam sebentar, aku ada urusan, nanti aku masuk" Ujar yeoja itu.
"Ne noona", Namja yang tadi bersamanya menjawab sambil melangkah masuk.
Sang yeoja berjalan mendekatinya. Matanya tak henti melihat ke sekitar memastikan tak ada seorangpun yang melihatnya. "Kau dimana? Aku mencarimu sejak tadi. Ini yang kau pesan", Yeoja itu menyerahkan beberapa bungkus pelastik kecil berisi bubuk-bubuk obat, juga beberapa pil obat.
"Aku sibuk mencari ini", Hakyeon menyerahkan sejumlah uang untuk membayar obat-obatan yang dipesannya.
"Aku tidak memerlukan ini", Yeoja itu menolak halus uang pemberian Hakyeon. "Yang kubutuhkan adalah bantuan mu"
"Katakan saja.. aku pasti membantu gadis manis dan baik hati seperti dirimu", Yeoja itu menyerahkan satu lembar foto pada Hakyeon. Hayeon mengernyitkan dahi melihat seorang namja pada foto tersebut. "Goo Yoonjae?"
"Aku ingin kau membunuhnya", Ujar yeoja itu.
***
THE DAY OF YOONJAE'S ACCIDENT
Hakyeon menunggu di sisi jalan. Ia sudah mengamati Yoonjae yang berjalan dengan seorang namja lainnya (Joowon). Ia mengepalkan tangannya keras saat Yoojin dan Yoonjae sempat berbincang di sudut jalan selama menunggu lampu lalu lintas berubah warna. Hakyeon membenci baik Taekwoon juga Yoonjae karena kedua namja itu selalu ada di dekat Yoojin. Aliran darahnya terasa panas saat itu, ditambah pengaruh obat yang digunakannya. "Kau pasti mati di tangan ku hari ini Goo Yoonjae.." ucapnya.
Hakyeon menginjak gas lalu memacu mobilnya dalam kecepatan yang sangat cepat saat dilihatnya Joowon berlari lebih dulu karena suatu alas an lalu disusul oleh Yoonjae yang mencoba menarik Joowon. Banyak mobil yang mengerem mendadak setelah melihat ada yang berlari, tapi mobil Hakyeon tidak berhenti sedikitpun. Mobilnya terus melaju cepat mengincar Yoonjae. Hingga…BBBBBRRRRUKKKKKKKKK!!!! Sosok Joowon berbalik. Ia mendorong tubuh Yoonjae dan mengorbankan dirinya menjadi korban dari perbuatan Hakyeon. Hakyeon yang panik juga berada dibawah kendali obat terlarang terus memacu mobilnya meninggalkan tempat kejadian perkara begitu saja.
***
6 MONTHS LATER
Kejahatan Hakyeon bukannya tak tercium, namun karena tidak ada pelaporan dari korban kejadian itu dianggap hanya sebagai tabrak lari. Hakyeon membakar mobil milik temannya itu, juga membunuh sang sahabat atas bantuan Yeoja yang membayar dirinya sebelum itu. Tapi.. Taekwoon yang merupakan bagian dari keluarga seorang petinggi kepolisian ini diam-diam menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya. Selama enam bulan terakhir, Hakyeon sudah diintai oleh pihak kepolisian.
Pagi itu, yeoja yang sama menyerahkan sebuah kunci kamar yang telah lama diminta oleh Hakyeon. Entah dari mana kunci itu didapatkannya. Suasana asrama cukup sepi karena banyak siswa yang belum kembali dari liburan sekolah dan Universitas. Hakyeon menghisap bubuk shabu yang telah rutin dikonsumsi olehnya sebelum membuka kunci pada kamar yang ditujunya. Clekkk.. ia membuka pintu kamar di salah satu asrama wanita. Seorang yeoja masih tertidur nyenyak di tempat tidur. Hakyeon mendekat dan ia segera naik ke atas tempat tidur yeoja tersebut, memperhatikan wajah cantik yeoja itu. "Yeobo.. aku datang", Disentuhnya pipi yeoja tersebut. "Bersabarlah.. aku sudah menyingkirkan Goo Yoonjae. Setelah ini.. aku juga akan menyingkirkan Jung Taekwoon dari hidup mu, dengan begitu kau akan menjadi milikku seutuhnya"
"CHA HAKYEON?!", Pekikan suara seseorang menyeruak di ruangan itu. Yeoja yang sedang tertidur pun sepertinya akan hendak bangun. Hakyeon mengambil sebuah kotak yang terletak di pinggir tempat tidur, lalu BRAAAKK...ia menghantamkan ke kepala namja yang tadi memekikkan namanya. Kemudian ia berlari secepat mungkin tanpa melihat ke belakang.
Samar-samar ia mendengar suara yeoja yang sangat ia cintai. "HAKYEON!! TAEKWOON!", di tengah kondisi dirinya yang sedang dikejar oleh namja yang tak lain adalah Taekwoon.
"Yoojinku sayang.. aku berjanji akan menyingkirkan Taekwoon agar ia berhenti menganggu kemesraan hubungan kita", Gumamnya sempat tersenyum sinis sebelum berlari.
***
Hakyeon berlari hingga memasuki kawasan Universitas. Ia berlari menaiki tangga hingga ia tiba di atap gedung. Taekwoon juga mengejarnya sampai ke tempat itu, walaupun kepalanya terluka karena pukulan benda tadi, ia tetap mengejar Hakyeon. "Geumanhae.. Geumanhae Cha Hakyeon! Lebih baik kau menyerah! Aku sudah memegang semua kartu mu. Kau adalah seorang pecandu obat terlarang, kau lah pelaku di balik aksi tabrak lari yang Yoonjae alami! Kau juga membunuh pemilik mobil yang kau gunakan untuk menabrak Yoonjae!!", Seru Taekwoon dengan nafas terengah. "Serahkan diri mu pada polisi sebelum mereka mengkap mu dengan paksa! ikutlah dengan ku", Bujuk Taekwoon masih menahan emosinya. "Kau tidak bekerja sendiri bukan? Katakan.. jebal katakan padaku siapa yang menyuruh mu melakukan semua ini..?!"
Hakyeon histeris. Ia begitu ketakutan. Efek obat yang ia konsumsi juga kembali menyerang. "Andwe.. aku bukan pembunuh!! Andwee!!", seru Hakyeon tanpa sadar perlahan memundurkan langkahnya hingga….WWWWWUUUSSSSSHHHHHH bayangan hitam tiba-tiba muncul dan menyenggol Hakyeon hingga menyebabkan ia kehilangan keseimbangan.
"HAKYEON-AH!!!!", seru Taekwoon mencoba mendekat untuk menangkap tangan Hakyeon, namun sebelum ia berhasil menyentuh tangan Hakyeon.. SSSSHHUUUNNG BBRRRUUKKKK..... "Andweee!!"
¢¢¢END HAKYEON`S STORY¢¢¢
Yoojin memejamkan matanya. Mengembalikan dirinya kembali kepada kenyataan. Bersamaan dengan terbukanya kembali mata Yoojin, air matanya menetes. Ia selalu mengatakan dan berkeyakinan bahwa meninggalkan Taekwoon adalah hal yang terbaik, karena ia tidak ingin Taekwoon menjadi seorang pembunuh hanya karena ia mencintainya. Tapi kenyataannya.. apa yang Yoojin pilih hanya meminggalkan penyesalan bagi dirinya kini dan mungkin akan menjadi selamanya, mengingat ia juga telah mengetahui kenyataan Taekwoon kini telah memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan tindakan bunuh diri. "H.. Hikss.. Hhhh"
***
Yaeji membawa Yoonjae ke tempat dimana ia berjanji pada Joohye. Mereka berdua berada di hadapan Joohye saat ini. Hanya saja Joohye tak dapat melihat Yaeji. Tangan Yaeji masih kuat menggenggam tangan Yoonjae, karena itu ia juga tak terlihat oleh Joohye. Wajah Yaeji terlihat sangat datar, ia tidak menunjukkan ekspresi apapun.
"Kau mengenal ku"
DEG!
"Aku tahu kau mengenal ku sejak awal aku bertemu dengan mu bersama Yoojin dan Jungkook. Benar begitu Yaeji-ah?", Tanya Yoonjae tenang walau mereka sedang berhadapan dengan musuh saat ini.
“.....”
"Kau ingin menyerahkan ku pada Joohye, matchi?", Tanya Yoonjae lagi. "Apa yang kau tunggu? kalau kau memang berkomplot dengannya mengapa tidak segera kau lepaskan tangan ku?", Apapun yang Yoonjae ucapkan, tak ada jawaban yang keluar dari bibir Yaeji. "Begitu burukkah? Apakah apa yang terjadi di masa lalu antara kau dan aku? Hingga sepertinya kau tidak ingin aku mengenali mu"
"Buruk.. lalu apa yang akan kau lakukan?", Tanya Yaeji tanpa menatap Yoonjae.
"Seberapa buruk?" Tanya Yoonjae tetap tenang.
"Sangat buruk"
"Gurae", Jawab Yoonjae. "Kalau begitu biarkan aku melupakan itu selamanya", Setelah beberapa menit, Yaeji akhirnya menatap Yoonjae. Ia mempertanyakan sikap Yoonjae melalui tatapan matanya. "Wae? Kau bilang begitu buruk.. kalau buruk mengapa aku harus mengingatnya?"
"......"
"Apa yang kita semua lakukan dan usahakan saat ini adalah hasil dari sebuah kerja sama yang telah susah payah tercipta. Aku.. tidak ingin masalah pribadi ku mengacaukan semua hal", Yoonjae mengarahkan pandangannya ke atas. "Apapun itu, siapapun kau dimasa lalu ku, jika hal itu memang akan mempengaruhi apa yang ku pikirkan saat ini, aku hanya ingin melupakannya. Aku tak pernah mengingat bagaimana aku bisa jatuh cinta pada Joohye dan menjadi namjachingu nya, ataupun apa yang membuat ia kini berdiri di pihak yang berbeda dengan ku. Tapi.. aku masih cukup yakin pihak tempat aku berdiri saat ini adalah pihak yang benar dan kau.. berada di pihak yang sama dengan ku", Yoonjae melepaskan pegangan tangan Yaeji sedikit demi sedikit, menyisakan pautan jari kelingking mereka saja. "Tapi aku juga.. tidak ingin memaksa mu memikirkan apa yang aku pikirkan. Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi pada mu jika kau tidak menyerahkan ku padanya"
"Mianhae..", Ucap Yaeji lirih. "Mian.. hhiks Yoonjae Oppa, mianhae"
Yoonjae merasakan jari kelingking Yaeji mulai lepas darinya. Keraguan juga terbaca dari sana. "Perasaan ku mengatakan bertahan ataupun menampakkan diri dihadapan tetap akan membunuh ku cepat atau lambat", Ucapan Yoonjae kali ini sukses membuat Yaeji menghentikan tindakannya.
"Mereka membutuhkan ku untuk membuka Third Eye. Entah dengan membuang ku sehingga tidak ada benturan bagi kekuatan Jimin, ataupun membunuh ku agar Jimin lebih kuat. Bukankah keduanya akan sama saja?" ucap Yoonjae
SSSSHUUHHTTTTT~
"UGGHHHH!!"
BBBRRRUUKKKKKKK!!
"Yaeji-ah!!!!" Di hadapan mata Yoonjae, tubuh Yaeji terlempar cukup jauh akibat serangan akar-akar tanaman mati milik Jaehyung.
Jaehyung dan Eunhee muncul tepat di belakang sosok Joohye bersama dengan Jimin. Sekarang Joohye dapat dengan mudah menemukan Yoonjae di hadapannya. "Urus yeoja itu", perintahnya pada Jimin, Jaehyung dan Eunhee.
"Hentikan Joohye-ah!!! Mengapa kau begitu memben..."
"APA AKU SALAH JIKA AKU MEMBENCI SEORANG YEOJA YANG BERUSAHA MEMBUNUH NAMJA YANG KUCINTAI JUGA TELAH MERENGGUT NYAWA ADIK KANDUNG KU?!!", Potong Joohye dengan emosi yang meledak-ledak seketika membuat Yoonjae terdiam. "Mengapa kau diam Yoonjae-ah?", Joohye menyingkir dari hadapan Yoonjae. "Silahkan menyelamatkan anak itu jika kau mau, aku tidak akan menghalangi mu!", seru Joohye menyentuh lengan Yoonjae. "Ia memendam perasaan yang tak pernah kau balas karena kau hanya mencintai ku Yoonjae. Bagi dirinya lebih baik kau mati daripada hidup tapi tidak menjadi miliknya!!"
***
"Kau sudah selesai bermain-main Hakyeon-ah? Sekarang biarkan aku mengambilnya" Pinta Jaeyoo.
BRUKK.. Hakyeon mendorong Yoojin. Tubuh Yoojin kembali tersungkur ke lantai "Silahkan tuan.. urusan ku sudah selesai" Jawab Hakyeon.
“Gurae..”, Jaeyoo tersenyum licik. "Kalau begitu kau tidak berguna lagi" gumamnya "Kembalilah ke neraka"
CCCCCRAAAAAASSSHHH~! “AAAAARRRGHHHHHHH!!", erangan Hakyeon terdengar setelah Jaeyoo mencabut kembali pecahan Krystal hitam miliknya dari tubuh Hakyeon, sehingga PRRUFFFF~! sosok Hakyeon berubah menjadi kepulan asap.
"Cih.. Dasar arwah tak berguna!", Gerutu Jaeyoo. Ia menurunkan penutup kepalanya. Wajah tampan dan tak pernah menua karena kekuatan hitam yang dimiliki olehnya itu memancarkan perasaan mencekam untuk setiap orang yang melihatnya. Mata Jaeyoo tajam menatap Yoojin yang kini tercengang melihat apa yang ia lakukan terhadap roh Hakyeon. "Sekarang giliran mu", gumamnya sambil menjentikkan jarinya. Satu jentikan saja. Mendadak muncul suara gerumunan mendekat, tak lama berbagai arwah hitam bergerak tanpa arah mengerubungi tubuh Yoojin.
"AAAAAAAGGGGGGHHHH!!!"
***
Yoojin telah benar-benar masuk ke dalam jebakan Jaeyoo. Ia adalah seorang pemilik kekuatan Clairsentience (an ability where she can read a history of a person/things by touching or seeing the person/things.) Yoojin memang termasuk salah satu anak yang bisa mengontrol kekuatannya. Ia dapat memilih apa dan siapa yang dapat ia baca masa lalu dibaliknya. Namun saat object yang dilihat dan disentuhnya berjumlah banyak dan tak terkendali maka akan sulit bagi Yoojin untuk memilah dan memilih sehingga keseluruhan masa lalu dari apa yang dilihat dan disentuhnya akan otomatis tercampur dan terbaca olehnya.
¢¢¢ TBC ¢¢¢