Sosok arwah hitam muncul di tempat persembunyian musuh. Namja berpakaian hitam yang merupakan pemimpin dari kubu musuh menghampiri arwah tersebut. Ia memunculkan sebuah krystal hitam dari sebelah telapak tangannya. "Bawa key itu pada ku.. aku akan memberi mu kehidupan abadi. Kau bisa menguasainya karena ia akan menjadi bagian dari kita"
"Baik tuan", Jawab sosok itu patuh sembari tersenyum licik.
"Bawa ia kembali ke tempat itu, Joohye-ah", Perintah Namja berjubah hitam.
Joohye, yeoja dengan dress putih itu membuat pusaran dengan kedua tangannya, kemudian WWUSSHH... dalam sekejap sosok dirinya dan arwah itupun menghilang.
"Tuan.. Apa kita dapat mempercayakan hal besar pada sosok arwah semacam itu? aku tak yakin ia akan melakukan perintah mu dengan benar. Bukankah lebih baik jika kita menyerang pihak mereka saja. Aku pasti bisa membakar mereka semua", ujar Chanyeol yang selalu tergesa-gesa dalam melakukan serangan.
"Mustahil.. sebagian dari mereka telah menyadari kekuatan mereka dan ada beberapa dari mereka yang juga bertugas untuk menyerang guna melindungi yang lainnya..jika kita kurang hati-hati, itu sama saja dengan bunuh diri", Jelas Jimin sang pengatur rencana dalam tim mereka. Matanya terus tertuju pada gerbang Third Eye pada dinding ruangan tempat mereka berada. Gerbang Third Eye belakangan ini seringkali tak dapat lagi terkontrol oleh Jimin. "Secepatnya kita harus mendapatkan Key, kalau sampai kita gagal.. pihak lawan bisa jadi membuka gerbang itu lebih dulu.. sebab..sepertinya lawan memiliki seseorang yang sama seperti ku sekarang"
"Sial…Joohye tidak pernah mengatakan apapun pada ku! anak itu!", DDDUUK!! Namja berpakaian hitam itu memukul dinding hingga dinding tersebut retak
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
01.01 PM
"Eunggh..", Jungkook merentangkan tangannya sekedar merenggangkan otot-otot yang kaku setelah tertidur selama 15 menit.
"Kau sudah bangun?", Seohyun menunjukkan senyum tenang menyapa Jungkook yang baru saja terbangun.
"Ne bibi.. mianhaeyo aku tertidur begitu saja, sepertinya aku tertidur cukup lama"
"Gwenchana"
Begitu terbangun, Jungkook langsung mengecek handphonenya. Ia menemukan beberapa pesan dari Yaeji di sana. Matanya memicing membaca setiap pesan dengan seksama. Sementara Seohyun terus memperhatikan Jungkook. Ia merasa memang harus bertanya sendiri tentang jati diri Jungkook yang sesungguhnya, namun ia masih bingung harus dari mana ia memulai pembicaraan itu. "Bibi", Seohyun tersentak karena panggilan Jungkook "Eo.. .. n ne..?"
"Bibi, apa mungkin seseorang yang telah mati memiliki satu dari element yang ada?", Tanya Jungkook tanpa alasan yang jelas.
Seohyun terdiam.. cukup lama, ia merasa sedikit sesak mengingat mengenai masa lalunya.
"Bibi?", Panggil Jungkook sekali lagi.
Seohyun menghela nafasnya."Hal itu mungkin saja terjadi..", Jawabnya. "Untuk orang tertentu", Lanjut Seohyun.
"Jinchayo??!", Pekik Jungkook tak percaya. "Kalau begitu para arwah bisa saja memiliki kekuatan seperti mereka yang masih hidup? Mereka bisa menghilang, mengeluarkan api, menyembuhkan kawan mereka dan yang lainnya?", Raut kekhawatiran serta merta muncul dari raut wajah Jungkook. Jika memang mereka yang telah matipun mungkin memiki kekuatan, maka kemampuan musuh mengendalikan pasukan arwah yang jumlahnya amat banyak akan berdampak buruk pada keduabelas anak yang kini terperangkap di tempat itu.
"Tidak juga sepenuhnya seperti itu"
"Maksud bibi?"
Seohyun mengambil Time Dimension yang memang telah berhasil dibawa oleh mereka yang berada di dimensi berbeda ke dalam perpustakaan. Time Dimension akan tampak di tempat yang sama persis pada dua dimensi. Seohyun mengambil kapur lalu menggambar sesuatu pada meja. Dengan adanya time dimension di samping meja, maka apa yang Seohyun gambar di meja yang sama di dimensi berbeda, sehingga pesan itu dapat terkirim. Seohyun memberi garis di tengah bagian meja dan menggambar dua belas bulatan pada salah satu sisinya juga 12 bulatan yang sama di sisi lainnya. Jungkook memperhatikan apa yang Seohyun gambar tanpa sedikitpun mengganggu atau bertanya. Seohyun memberi kode pada setiap bulatan yang digambarnya. "Kau bisa merekam ucapan ku, lalu mengirimkan pesan itu pada kakak mu setelah aku selesai mejelaskan pada mu"
"Algesseumnida bibi", Jawab Jungkook. Segera ia menekan tombol record pada handphonenya.
"Dunia ini dan Dunia pada dimensi yang berbeda saling bersinggungan. Aku menggambarkan hal itu dengan garis di bagian tengah meja ini. Different Dimension dan Real World sebutlah dua hal itu seperti itu". Ia memberi tulisan pada masing-masing sisi meja. "Sejauh apa yang ku ketahui, Terdapat 24 cahaya yang seharusnya menyegel kedua area ini. Ke-12 Cahaya yang ada adalah refleksi dari 12 Cahaya lainnya"
"Jadi hanya ada 12 Cahaya asli dan 12 lainnya dalah cahaya yang sama di dimensi yang bersebrangan, begitu bibi?", Jungkook memastikan ia tidak salah menangkap ucapan Seohyun.
"Kau benar….kedua belas cahaya itu saling berpasangan satu sama lain dan setiap pasangan itu mewakili satu elemen. Cahaya-cahaya itu terdiri dari: Pure, Darkness, Fantasy, Key, Sun, Growth, Mirror, Fire, Love, Shelter, Mind dan Emotion. Ketika dua dari cahaya tersebut bertemu dengan pasangannya, maka mereka akan membentuk elemen-elemen yaitu: Balance, Knowlegde, Life, Luck, Hope dan Happiness. Keenam elemen itulah yang digunakan sebagai segel untuk mengunci Different Dimension dengan Real world agar mereka tidak tercampur dan menimbulkan kekacauan.
Tapi.. sekitar dua puluh tahun yang lalu.. saat aku masih seusiamu, keenam segel pada Different Dimension nampaknya telah hancur atas sesuatu yang aku sendiri tak ketahui apa penyebabnya. Seseorang yang telah mati dari masa lalu ku datang dan menghantui kami semua. Lalu sepuluh tahun berikutnya, Minhyuk mengalami hal serupa. Mereka terpaksa menggunakan keenam segel real world untuk membuka paksa pintu dimensi demi mengembalikan seseorang ke dalam sana", Seohyun tertunduk lemas mengingat semua kejadian tersebut.
Jungkook mencoba menelaah setiap hal yang berada jauh di luar akal sehatnya. Bagaimanapun caranya ia mencoba mengerti, hal seperti ini hanya pernah ia lihat dalam film-film dan begitu aneh saat dirinya sendiri harus mengalaminya. Ia ingin bertanya, tapi ia juga tak yakin apa yang harus ia tanyakan.
"Pelaku dari semua kejadian tersebut... adalah orang yang sama", ujar Seohyun. Jungkook kembali menatap Seohyun seolah meminta penjelasan lebih lanjut atas ucapannya. "Ha Jaeyoo, dialah seseorang yang muncul dari Different Dimension 20 tahun yang lalu. Ia juga yang dilemparkan paksa melalui pintu dimensi 10 tahun setelahnya", Sekujur tubuh Seohyun gemetar menyebut nama namja yang dulu menjadi seseorang paling berarti bagi hidupnya itu.
"Siapa dia bibi? dan mengapa ia bisa menjadi penyebab dari semua ini?"
"Ia adalah Seorang namja yang pernah kucintai. Ha Jaeyoo mati bunuh diri setelah menjadi satu-satunya saksi pembantaian ayahnya terhadap putra dari pemilik akademi dimana kami belajar saat itu. Anak yang dibunuh itu bernama Kim Myungsoo. Kala itu, Jaeyoo datang untuk menuntut balas terhadap sang ayah, sedangkan arwah dari Kim Myungsoo muncul secara bersamaan untuk memberi peringatan pada anak-anak yang ia anggap sebagai temannya, karena salah satu dari mereka berwajah mirip dengannya, namja itu bernama L.. ia tak lain adalah ayah dari Jongdae"
"Mworagoyo? Jadi itu alasan Jongdae hyung mengatakan bibi mengenal ayahnya? Kalian dulu adalah sahabat?", Jungkook terus mengajukan pertanyaan, karena ia ingin mengetahui masalah ini sejelas-jelasnya.
"Kami memang bersahabat... sebelum.. pada akhirnya aku mengkhianati mereka semua dengan bekerja sama dengan Jaeyoo", Mata Seohyun berkaca, ia meremas pakaiannya dan tubuhnya semakin gemetar. "Cinta ku padanya membutakan semua hal. Aku membantu Jaeyoo untuk membalaskan dendamnya pada Sang ayah. Tapi.. untuk menutupi peran ku, secara tak langsung aku juga membantu kejahatan Tuan Ha untuk mencelakai satu persatu dari teman ku"
"Dan kau melakukan hal bodoh itu untuk kedua kalinya saat ini?", Jungkook mengepalkan tangannya. Masih jelas dalam ingatannya, beberapa jam lalu.. dimana ia bertemu Seohyun untuk pertama kalinya. Seohyun adalah bagian dari pihak musuh. Ia yang memasukkan satu persatu dari anak-anak yang telah dipilihnya ke dalam Different Dimension dengan maksud menyerahkan mereka pada Jaeyoo.
Seohyun menggeleng cepat. Ia menggenggam tangan Jungkook semakin gemetar. "Tidak seperti itu! Dengarkan dulu penejelasan ku", Entah mengapa tatapan tajam Jungkook membuat Seohyun merasa tertekan. Ia menduga sesuatu yang sangat kuat telah terjadi. "Setelah kejadian sekitar 25 tahun yang lalu, aku menyerahkan diri pada polisi bersama dengan salah seorang temanku, Son Dongwoon. Kami menghabiskan dua tahun di dalam penjara. Setelah kami keluar dari penjara, satu tahun kemudian aku menikah dengan Dongwoon dan mendapatkan seorang anak wanita bernama Son Joohye, dari hasil pernikahan kami. Selang dua tahun setelahnya, aku mengandung anak kedua ku dan melahirkannya dengan selamat.. ia kuberi nama Son Joowon, aku..", Seohyun meneteskan air mata mengingat kedua anaknya itu. "Hiksss.. aku sangat menyayangi kedua anakku.. hikks.. Hingga datanglah waktu dimana Jaeyoo kembali muncul di hadapan ku. Ia bukan lagi Jaeyoo yang sama dengan yang kulihat sebelumnya. Ia.. seperti Iblis saat itu.. Tubuhnya selalu tertutup jubah hitam. Ia terus mengatakan pada ku.. bahwa ia akan hidup kembali bagaimanapun caranya. Hiksss.. Hiksss Ia terus menghantui ku. Aku begitu frustasi karena semua orang menganggap ku gila karena aku terus bicara sendiri.. hikss mereka tidak melihat Jaeyoo. Jaeyoo selalu menghilang setiap kali ku katakan aku melihatnya.. Sejak saat itu Dongwoon membawa pergi kedua anak ku dari sisiku. Ia takut aku akan menyakiti mereka eeengh hiksss. hiksss...", ujar Seohyun terisak sambil menatap dalam mata Jungkook. "Malam itu Dongwoon datang untuk menjenguk ku dan Aku.... aku.. Hkk Hiks tidak sengaja Hiks hiks membunuhnya karena kupikir ia adalah Jaeyoo hikss eung.. arrrgghhhhhh hiksss... Sisa hidupku, ku habiskan di dalam penjara tanpa pernah sekalipun aku bisa melihat dan mengetahui kabar kedua anak ku. Enam tahun lalu.. ia.. Ha Jaeyoo kembali muncul di hadapan ku dengan wujud yang sudah lebih nyata dari sebelumnya.. Ia mengatakan pada ku bawa anakku ada bersamanya.. Ia akan mempertemukan ku dengan anakku jika aku bersedia membantunya Hikss.. Aku sungguh tidak pernah berniat berbuat kesalahan yang sama.. aku.. aku hanya ingin terlepas dari semua ini, tapi.. aku justru membuat diri ku terlibat semakin dalam hikss.."
"Jweisonghamnida.. Hh.. bibi", Hati Jungkook terenyuh mendengar cerita Seohyun. Ia tidak tahu Seohyun mengalami hal seberat itu. Jungkook menepuk-nepuk ragu pundak Seohyun.
"M.. Mianhae hikss.. Hikss.. Mianhae.. Jungkook-ah"
"A.. eottokheyo?... aeum.. bibi.. kau tidak perlu meminta maaf pada ku!", seru Jungkook panik karena Seohyun menangis begitu histeris.
"Aku harus.. Aku harus", Ia menggenggam tangan Jungkook semakin kuat. "Aku membuat hidup mu menderita.. hikss. Aku..."
"Apa maksud bibi?", Jungkook semakin bingung dibuatnya.
"Jungkook-ah", Seohyun mencoba menenangkan dirinya selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali mengarahkan pandangannya pada Jungkook. "Jawab aku dengan jujur... jebal..", Jungkook mengangguk mengiyakan permintaan Seohyun. "Kau dan Yaeji, kakak mu.. Kalian.... mengenal Anakku Joohye?"
Jungkook mematikan tombol record entah atas dasar apa. "Ne", jawab Jungkook pelan, ia memang terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.
Air mata Seohyun menetes membasahi pipinya. "Neon... Son Joowon matchi? Neoneun.. Nae adeuli, Son Joowon matchi?"
Jungkook tersentak. Ia sontak melepaskan pegangan tangan Seohyun, namun Seohyun menggenggamnya terlalu kuat. Jungkook terdiam.. ia menundukkan kepala, pelan namun pasti isakan terdengar darinya. Ia tidak tahu bagaimana ia seharusnya menjawab pertanyaan Seohyun ini.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Hoaaahhm...", Taehyung menguap sambil terduduk santai di salah satu kursi di pojok ruangan. SHUUUUNNGG PLUK!, Tiba-tiba sesuatu mendarat di mulutnya ketika ia menguap. Taehyung terdiam sejenak lalu mulai mengunyah benda yang masuk ke mulutnya ketika ia menguap tadi. "Eum...nyum nyums nyum...ngm... massitda..lagi.. aaaa!", ia lagi-lagi membuka mulutnya.
"Ahahaha sial aku kalah satu kosong darimu noona!. Sekarang giliranku!", Sehun melempar sebutir kacang ke arah Taehyung yang duduk berseberangan dengannya. SHUUUNG!, Kacang itu melayang ke arah Taehyung dan HAP!, Taehyung dengan sigap menangkap kacang tersebut. "Wohoo! Goal-in! Satu sama! Ahahaha", seru Sehun riang.
"Tapi kan dia yang bergerak merebut kacangmu" ujar Yichan datar.
"Yang penting kacang itu masuk ke dalam mulutnya hahahaha" sanggah Sehun.
Di tengah perdebatan Yichan dan Sehun, tiba-tiba Myungeun datang dan melihat apa yang sedang dilakukan trio aneh tersebut. "Kalian ini....benar-benar tidak ada kerjaan sekali", gumam Myungeun. "Tapi sepertinya menyenangkan", sambungnya tak lama kemudian.
"Ah jincha hyung-ah!, Noonadeul! Aku bosan sekali!", protes Taehyung yang mulai lelah dengan permainan (?) ini. "Apa tak bisa kita melakukan hal yang lainnya?" protes Taehyung. Sudah tiga hari semenjak pertarungan itu berlalu. Tidak nampak lagi tanda akan adanya serangan-serangan dari kubu jahat. Selama tiga hari berturut-turut tersebut, anak-anak itu bisa dengan bebas keluar-masuk perpustakaan karena kubu jahat belum lagi nampak batang hidungnya. "Aku rindu games-games di tempat Sehun hyung dulu. Yang Sehun hyung bawa kemarin hanya ada beberapa saja, kita sudah memainkannya berulang-ulang selama tiga hari ini" rengek Taehyung.
"Ah maja! Hahaha", seru Sehun tiba-tiba sambil menjentikkan jarinya. "Beberapa game-game itu masih berada di sana!" ujar Sehun tak lama kemudian.
"Jinchayo?!" tanya Taehyung dengan mata berbinar. "Kalau begitu ayo kita ambil hyung!" ujar Taehyung bersemangat.
"Chakkaman....heheheh", ujar Sehun yang kemudian melirik ke arah Yichan yang menatapnya balik.
"Mwo?" tanya Yichan datar.
"Noona~~ pffth...hahaha aku belum pulih benar... bagaimana jika kau menggunakan kekuatanmu itu untuk- hahaha" Sehun sudah tertawa lebih dulu sebelum menyelesaikan perkataannya.
"Ish ie hyung-ah.... kau ini tampan tapi kelakuanmu benar-benar abnormal", ujar Taehyung yang tak mengerti mengapa Sehun selalu menertawakan hal-hal yang menurutnya tidak lucu. Sehun tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Taehyung. "Lihatlah…Aku benar-benar tak mengerti", keluhnya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Myungeun menahan tawa melihat interaksi di antara Sehun dan Taehyung.
"Aku paham betul" Sambar Yichan.
"Myungeun noona...bwahahah" panggil Sehun.
"HEOL..... Tapi aku sudah membantu mu waktu itu. Apa kurang banyak yang kubawa?" guman Myungeun malas. Ia kemudian berpikir sejenak. "Tapi baiklah, kurasa tempat ini juga butuh sedikit hiburan" Ujar Myungeun.
"Yehet~! Let's go! Hahaha!", seru Sehun bersemangat.
"Yehet itu apa sih noona?" bisik Taehyung pada Yichan.
"Molla..mungkin itu nama obat cacing kesayangannya", jawab Yichan asal.
Namun meskipun begitu Taehyung tetap mempercayainya. "Hooo obat cacing..." gumamnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Yichan melirik Taehyung. "Kau percaya padaku?" tanya Yichan.
"Maksudmu?" tanya Taehyung tak mengerti.
"Heol...." gumam Yichan.
"Hahahaha kalian ini hahaha!", Sehun terbahak-bahak menertawakan Taehyung.
"Ya hyung! Tawa mu itu menyebalkan sekali!", protes Taehyung.
"Hihi...sudahlah ayo kita berangkat sebelum hari gelap", ujar Myungeun menengahi kerusuhan kecil tersebut.
Yichan, Sehun, Taehyung, dan Myungeun bergegas pergi menuju gudang. Di tengah jalan mereka berpapasan dengan Baekhyun. "Ya, kalian mau kemana?" tanya Baekhyun.
"Kami akan ke gudang tempat Sehun tinggal dulu untuk mengambil beberapa barangnya yang tertinggal" ujar Myungeun.
"Tapi kenapa ia mengajak kalian para yeoja? Memangnya tidak berat membawa barang-barang tersebut?" ujar Baekhyun. "Atau kalian sekarang beralih pekerjaan menjadi kuli panggul?", ujar Baekhyun asal. PLETAK!, sebuah bolpoint melayang lalu menghantam kepala Baekhyun.
"Aaww!" rintih Baekhyun sambil mengelus-elus kepalanya.
"Seenaknya saja kalau bicara" ujar Yichan datar.
"Hahahaha ahahaha lucu sekali! Hahaha", seru Sehun sambil menunjuk Baekhyun yang sedang mengelus kepalanya.
"Tawa anak ini menyebalkan sekali", gerutu Baekhyun.
"Kkkk kau lupa kita punya Yichan di sini Baekhyun-ah", ujar Myungeun.
"Ah...arasseo....huh aku iri sekali pada kekuatanmu" keluh Baekhyun.
"Noonadeul, ayo kita pergi sebelum Baekhyun hyung berubah pikiran dan ingin ikut dengan kita!", protes Taehyung.
"Ya neo! Jincha...." seru Baekhyun pada Taehyung. "Yasudah sana pergi.. awas saja ya kalau sesuatu terjadi pada Myungeun!" ancam Baekhyun.
"Ya! Geumanhae!" protes Myungeun.
PLETAK! bolpoint tersebut lagi-lagi melayang dan menghantam kepala Baekhyun untuk yang kedua kalinya. "Berisik" jawab Yichan datar lalu berlalu dari hadapan Baekhyun dengan diikuti Myungeun, Taehyung dan Sehun di belakangnya.
"Hahaha" Sehun menertawakan sambil menunjuk-nunjuk Baekhyun.
"Hahahaha" Taehyung kemudian menirukan ekspresi Sehun sembari ikut menunjuk-nunjuk Baekhyun.
"Ishh dasar anak-anak aneh!" gerutu Baekhyun.
***
Jaehee berkeliling perpustakaan seperti tengah mencari sesuatu. "Kemana dia?" gumamnya sambil berjalan dari satu rak buku ke rak buku lainnya. Ia juga mencari ke beberapa ruangan. Jaehee hendak bergerak menuju ruangan lainnya hingga tiba-tiba Kyungsoo muncul di depannya. "Omo! kkamjakgiya!" seru keduanya bersamaan karena hampir saja bertabrakan.
"Neo gwenchana?" tanya Kyungsoo.
"Aish...jincha...kau mengagetkanku saja", gerutu Jaehee lalu bernafas lega setelahnya.
"Mianhae....kau sedang apa daritadi berkeliling saja?" tanya Kyungsoo.
"Aniyo aku hanya sedang mencari Taehyung apa kau melihatnya?" ujar Jaehee celingukan mencari saudaranya tersebut.
"Eo...tadi aku bertemu dengannya. Mereka akan pergi ke gudang bersama Sehun, Yichan dan Myungeun untuk mengambil beberapa barang-barang Sehun yang tertinggal" ujar Kyungsoo.
"Eo...arasseo...yasudah kalau begitu aku jadi lega" ujar Jaehee. Ia kemudian hendak berlalu dari hadapan Kyungsoo, namun tiba-tiba namja itu ikut bergerak menghalangi jalannya. “Ah wae?”
"Ya...apa kau sedang sibuk?" tanya Kyungsoo.
"Ani...wae?" tanya Jaehee.
Kyungsoo mengusap-usap bagian belakang lehernya. Namja itu terlihat sedikit gugup. "Eum...kau mau keluar bersamaku? Keadaan di luar sekarang sudah jauh lebih aman dari sebelumnya", ujar Kyungsoo.
"Memangnya kita mau kemana?" tanya Jaehee.
"Kemana saja...oh! Kebetulan aku mau mengambil beberapa bahan makanan. Aku ingin membuat kari untuk makan malam" ujar Kyungsoo.
"Hmm...", Jaehee terlihat berpikir sejenak. "Apa kau tak bisa menitipkannya saja pada anak-anak yang sedang keluar?", tanya Jaehee. Ia agak sedikit malas untuk keluar gedung.
"Shireo....Myungeun dan Yichan pasti akan membawa banyak barang nantinya...dan aku tak bisa mempercayakan Sehun dan adikmu begitu saja", ujar Kyungsoo. "Ya ayolah.... memangnya kau tak bosan berada di dalam ruangan terus menerus seperti ini?" protes Kyungsoo.
Jaehee menghela nafas. "Arasseo...arasseo...chakkaman aku akan mengambil jaketku" ujar Jaehee kemudian berlalu dari hadapan Kyungsoo.
"Yaedeura!", Kyungsoo menoleh lalu mendapati Yoonjae sedang berdiri di dekat sebuah rak.
"Waeyo hyung?" tanya Kyungsoo.
"Kau mau pergi?" tanya Yoonjae.
"Eung...aku ingin keluar bersama Jaehee waeyo?", ujar Kyungsoo.
"Eyyy....kencan?" ledek Yoonjae.
"M-Mworagoyo? A-Aniyo! Kami hanya ingin ke supermarket mengambil beberapa bahan makanan saja", sanggah Kyungsoo yang wajahnya perlahan memerah.
"Ya semburat kemerahan di wajahmu itu tak bisa membohongiku! kkk", ledek Yoonjae.
"Ah sudahlah hyung....kau ingin titip sesuatu?" tanya Kyungsoo.
"Aniyo...aku ingin ikut dengan kalian boleh?", tanya Yoonjae. "Ah aku juga akan ajak Yaeji, agar ada teman bicara tanpa harus menganggu kencan kalian kkkk", Goda Yoonjae mengerlingkan matanya pada Kyungsoo.
***
Jaehee mengernyitkan alisnya menatap Yoonjae dan Yaeji yang berjalan tak jauh darinya dan Kyungsoo. “Ya igo bwa”, gumam Jaehee curiga sambil menunjuk kea rah Yoonjae dan Yaeji.
“Wae?”, Tanya Kyungsoo santai.
Yaeji selalu kaku berada didekat namja lain, ia selalu canggung setiap kali Baekhyun, Kyungsoo atau Suho bersentuhan dengannya meski hanya sekedar memegang tangan, tapi ia selalu membiarkan yoonjae merangkulnya tanpa sedikitpun terlihat risih. "Ya...apa Yaeji selalu seperti itu juga jika kau merangkulnya?", tanya Jaehee sambil memperhatikan Yaeji dan Yoonjae dengan curiga.
"Musun soriya? Aku tak pernah merangkulnya...aish jincha...aku hanya memapahnya sekali saja ketika kami menyelamatkam Yichan kemarin", sanggah Kyungsoo. "Wae? Kau cemburu?”
Jaehee melirik Kyungsoo. “Psh…mwoya! Ani…”, gerutu Jaehee. "Igo bwa...aneh sekali bukan?", gumam Jaehee. "Psst... aku curiga, jangan-jangan mereka saling menyukai?" bisik Jaehee pada Kyungsoo.
"Molla..... tapi sepertinya Yoonjae hyung memang begitu ke semua yeoja, pada mu juga dia begitu", gerutu Kyungsoo.
“Wae? Kau cemburu?”, balas Jaehee.
“Psh…ani”, balas Kyungsoo.
"Ish... jawabanmu itu menyebalkan sekali", gerutu Jaehee.
"aku tak suka mengurusi urusan orang lain" ujar Kyungsoo.
"Heol..." gerutu Jaehee. "Aku hanya mencurigainya saja...jika memang benarpun tak masalah"
"Yasudahlah...yang penting kita bisa keluar bersama", ujar Kyungsoo. Tak lama kemudian ia mengaitkan jari-jari tangan kanannya pada jari-jari tangan kiri Jaehee dan menggenggamnya erat. Jaehee menoleh menatap Kyungsoo yang menatap lurus ke depan. "Hanya memastikan saja agar kau tidak hilang", gumam Kyungsoo tanpa menatap Jaehee.
"Pffth...gurae", Mereka kemudian mempercepat langkah mereka sehingga melewati Yoonjae dan Yaeji yang sebelumnya berjalan di depan Kyungsoo dan Jaehee.
"Psh..", Yoonjae tersenyum kecil melihat tingakah Jaehee dan Kyungsoo. "Mereka tidak ingin lepas sama sekali begitu", gumamnya. Yoonjae tidak mendapatkan jawaban dari Yaeji, ia melirik yeoja di sampingnya itu. Yaeji lagi-lagi terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Jeon Yae~~~ ji" Yoonjae mengcak-acak rambut Yaeji gemas.
"Eoh?", Yaeji terdiam menatap Yoonjae, langkah kakinya terhenti.
"Ada sesuatu yang sedang kau pikirkan? Kau melamun terus", Tanya Yoonjae.
Yaeji tetap menjawab, ia terus menatap dalam mata Yoonjae, mencari jawaban dari suatu pertanyaan yang mungkin hanya dirinya sendiri yang ketahui. Yoonjae membaca sebuah ketakutan dan penyesalan dari tatapan mata Yaeji. "Oppa.. ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu"
Jaehee sekilas menoleh ke belakang lalu menghentikan langkahnya sejenak. "Ya Kyungsoo-ya chakkaman", ujar Jaehee menarik tangan Kyungsoo sehingga langkahnya ikut terhenti.
"Wae?", tanya Kyungsoo.
"Kemana Yoonjae oppa dan Yaeji? Bukankah tadi mereka berjalan di belakang kita?", tanya Jaehee celingukan mencari Yoonjae dan Yaeji. Kyungsoo ikut memperhatikan sekitarnya. "Molla...mungkin mereka pergi ke tempat lain", jawab Kyungsoo santai.
"YA!", seru Jaehee sambil memukul lengan Kyungsoo
"Ah wae?", protes Kyungsoo.
"Nanti kalau sesuatu terjadi pada mereka bagaimana?!", seru Jaehee.
"Hal itu tak akan terjadi...lagipula Yaeji bersama Yoonjae hyung dan mereka tak terlihat jadi mereka akan baik-baik saja", ujar Kyungsoo. "Lagipula kita jadi bisa pergi berdua saja", ujar Kyungsoo santai.
Jaehee mencubit pipi Kyungsoo. "Aaaa yayaya aphaa!", rintih Kyungsoo. "Ya kau ini yeoja atau namja sih?! Tenagamu kuat sekali aish...apha", protes Kyungsoo setelah Jaehee melepaskan cubitannya.
"Ppali kha! Selesaikan urusan kita dan lekas kembali ke perpustakaan, aku mengantuk" rajuk Jaehee sambil menarik Kyungsoo pergi menuju supermarket.
“Ah mwoya?”, gerutu Kyungsoo.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Yoojin terduduk lemas disamping Siyou yang juga sedang sendiri. Siyou memegangi dadanya yang terasa sedikit sesak berada di samping Yoojin. Ia merasakan rasa sakit yang sekarang Yoojin rasakan. Apa yang Yoojin pikirkan juga terus terbaca oleh Siyou. Siyou menangis, ia selalu menangis setiap kali merasakan rasa sakit orang lain karena kemampuan yang dimilikinya.
Yoojin menoleh mendapati Siyou menangis. "Siyou-ya gwenchana?", Tanya Yoojin heran. Tanpa Yoojin duga, tiba-tiba saja Siyou memeluk Yoojin. Ia menangis begitu terisak. Yoojin memang heran pada awalnya, namun.. beberapa menit ia memejamkan matanya, membaca apa yang sebenarnya dimiliki oleh Siyou. Siyou memiliki kemampuan membaca, hati, pikiran dan kesedihan orang lain, hal ini yang sering membuatnya menangis tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, bukan karena dirinya.. tapi karena apa yang ia rasakan dari masalah orang lain. Yoojin tersenyum miris. "Eonnie.. gwenchana Siyou-ya", Ujar Yoojin lirih. Ia mengelus pundak Siyou yang menangis sambil memeluknya.
Dreeettt.... Dreeetttt Ponsel Yaeji yang memang sengaja ditinggalkannya diperpustakaan, karena benda itu adalah satu-satunya ponsel yang dapat dihubungi oleh mereka yang masih ada di dunia, tepatnya Jungkook untuk memberikan informasi. Siyou dan Yoojin melepaskan pelukan mereka. Siyou menghapus air matanya setelah melihat Yoojin tersenyum. Yoojin menggapai handphone Yaeji, tapi.... belum sempat ia membaca apa dan siapa yang mengirimkan pesan, bola mata Yoojin kembali berubah warna. Ia seolah tertarik masuk ke dalam memory pada ponsel itu.
***
30 minutes ago…
From : Joohye
Temui aku di lantai dasar Universitas.
Yoojin melihat kejadian dimana Yaeji membaca pesan yang berasal dari Joohye. Ia tersentak ketika mengetahui Yaeji mengenal Joohye. Sikap Yaeji memang selalu terlihat aneh, tapi Yoojin tidak pernah menaruh curiga apapun terhadap Yaeji. Dalam pikirannya, Yoojin melihat Yaeji menghilang dan sesaat setelah itu ia melihat sosok Yaeji sudah berada di luar perpustakaan.
Yaeji berjalan menuju lantai dasar Universitas. Di sana Joohye berdiri dengan sesosok namja yang sangat dikenali oleh Yoojin. Yoojin menguatkan hatinya meski air mata Yoojin menetes deras melihat sosok tersebut. Joohye sendiri juga sudah cukup dikenali oleh Yoojin. Anak itu yang berdiri di sebrang jalan dan hendak ditemui oleh Yoonjae juga anak lain yang menjadi korban kecelakaan bersama Yoonjae pada hari dimana Yoonjae kehilangan seluruh ingatannya.
Sosok hitam yang berada bersama Joohye sebelumnya, bersembunyi saat Yaeji datang. Joohye menunjukkan senyum sinis nya begitu melihat Yaeji datang padanya. "Kau lama sekali..", ujar Joohye sinis.
Yaeji terhenti tepat di hadapan Joohye. "Apa yang kau inginkan? sudah ku katakan Yoonjae Oppa tidak mengingat ku. Apapun yang akan kau lakukan padanya tidak akan merubah apapun", Jawab Yaeji cepat. Tatapannya tajam menusuk Joohye
"Psh.. tatapan macam apa itu.. Kau merasa hebat?"
"Katakan apa mau mu!" Desak Yaeji.
Joohye berjalan santai mengelilingi Yaeji. Ia memperhatikan anak itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Hanya karena Yoonjae tidak mengenali mu, kau pikir kau telah berhasil? Hh cih..", Joohye menepuk pundak Yaeji sedikit kasar. "Langsung saja..", Lanjutnya dengan penekanan. "Pihak ku sudah memiliki Jimin, kau tahu itu bukan? Ia dan Yoonjae memiliki satu element yang sama. Mempertahankan Yoonjae di tempat ini hanya akan membuatnya terbunuh cepat atau lambat. Membunuh seseorang yang memiliki kekuatan yang sama akan membuat pihak lain menjadi lebih kuat.. Karena itu.. serahkan Yoonjae pada ku dan aku akan membawa Yoonjae kembali ke dunia untuk menyelamatkannya dari tangan Tuan Jaeyoo..."
Yaeji berfikir cukup lama tanpa menjawab pernyataan Joohye.
"Berhentilah menjadi Yeoja yang serakah JoonYaeji!!", BRUKK! Bentak Joohye mendorong Yaeji hingga Yaeji terjatuh. Emosi Joohye seketika naik karena Yaeji terlihat tak setuju dengan rencananya "KAU TIDAK PUAS MEMBAHAYAKAN HIDUP YOONJAE BEBERAPA TAHUN LALU?! KAU LUPA SEMUA ITU TERJADI KARENA KESERAKAHAN MU UNTUK MEMILIKINYA?!", seru Joohye berjongkok sambil menarik kerah pakaian Yaeji. "Aku sudah cukup bersabar untuk tidak memunuh mu setelah apa yang terjadi. Bawa Yoonjae pada ku atau akan ku katakan pada Yoonjae siapa diri mu sebenarnya dan kau pasti mengerti apa yang akan terjadi pada mu setelah Yoonjae mengetahui siapa dirimu. Kau mengerti Jeon Yaeji?!"
***
"Eonnie!! Eonnie!", Siyou panic. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Yoojin untuk menyadarkan Yoojin. Sudah lebih dari lima menit Yoojin seperti hilang dari dalam dirinya sendiri. Siyou tidak dapat merasakan detak jantungnya, tidak dapat membaca papaun dalam pikiran Yoojin, juga kehilangan semua respon. Hingga..
Dug.. Dug..
"Eonnie..~", Panggil Siyou. Ia sudah merasakan kembali detak jantung Yoojin, juga semua respon pikiran Yoojin.
Yoojin membuka matanya kembali. Ia kembali dalam keadaan normal, namun ia terlihat begitu panic. "Siyou-ya.. dimana Yoonjae?!", Tanyanya.
"Ia pergi bersama Kyungsoo Oppa, Jaehee eonnie dan Yaeji eonnie, waeyo onnie?", Selesai Siyou menjawab, Yoojin langsung berlari sepertinya ingin keluar.
"Eonnie!!", seru Siyou namun Yoojin tak mengindahkan panggilannya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆