"Jaehee.. Ya Moon Jaehee! Ireona!". Tidak ada reaksi sedikitpun dari Jaehee. "Jaehee-ah!!" Kyungsoo menepuk-nepuk pipi Jaehee hingga tak lama kemudian....
"Jaeheee-ah!!" seru suara lainnya. Kyungsoo menoleh dan mendapati Joonmyeon dan Yaeji tengah berlari ke arahnya.
"Kyungsoo-ya! apa yang terjadi?" tanya Yaeji.
"Molla....a-aku juga tak tahu...tiba-tiba tubuhnya mengejang dan....omo" Kalimat Kyungsoo terhenti ketika melihat darah yang mengalir dari hidung Jaehee. "Ya Moon Jaehee ireona jebal!" ujarnya panik.
Joonmyeon juga turut berusaha menyadarkan Jaehee namun mendadak ia merasakan segala sesuatu di sekitarnya mendadak gelap dan samar-samar ia mendengar suara Yaeji. "JOONMYEON-AHH!!"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
12. 23 PM
Kondisi Jungkook sudah membaik, Yoonjae juga kembali ke gudang sebelum sempat mengirimkan pesan pada Yoojin ataupun Yaeji. Seisi Yonghan sedang gempar karena banyaknya penampakan-penampakan arwah yang dapat terlihat meski dengan mata telanjang. Diluar sana orang-orang berlarian seperti terjadi bencana alam dan tidak ada satu hal pun yang dapat dilakukan oleh mereka yang berada didalam gudang. Sejauh ini arwah-arwah itu hanya akan berkeliaran di sekitar Universitas juga gedung high-school yang berhadapan dengan Universitas. Namun jika sampai tujuh jam ke depan mereka belum juga menemukan cara mengatasi hal ini, arwah-arwah itu akan berkeliaran di daerah manapun mereka ingin muncul.
Minhyuk memutuskan untuk melepaskan ikatan pada tangan Seohyun karena dirasa saat ini yeoja setengah baya itu cukup bisa diajak bekerja sama. Suara orang-orang yang berteriak juga terdengar sampai ke gudang dimana mereka semua berada. "Bibi Seohyun, tidak adakah yang dapat kita lakukan untuk menghalangi arwah-arwah itu nampak?" Tanya Yoonjae.
Siyou berpegangan juga memendamkan wajahnya pada punggung Jungkook, karena ia melihat roh kakek-kakek tua yang menakutkan disana. "Iya bibi.. mereka... menakutkan"
Seohyun menghela nafasnya. "Kembalilah ke asrama kalian.. mereka tidak akan nampak disana", Jawab Seohyun.
"Wae guraeyo?", Tanya Miyoung.
"Arwah-arwah tersebut hanya menembus dunia sesungguhnya dengan bantuan time dimension, sementara ditempat dimana time dimension berada juga terdapat seorang shelter. Jadi mereka tidak akan mampu menembus dinding perlindungan Shelter tersebut", Jelas Seohyun memperhatikan Jungkook.
Jungkook sendiri juga sadar betul bahwa Seohyun memperhatikannya. Seohyun menepuk pundak Jungkook. Ia tersenyum tipis. "Kau.. harus bertahan setidaknya sampai tujuh jam ke depan. Kau juga mungkin... akan sering merasakan sakit seperti tadi…bertahanlah”, Terlihat kekhawatiran di wajah Seohyun.
Yoonjae menyadari bahwa Seohyun pasti mengingat sosok anak laki-lakinya saat memandang Jungkook. Anak laki-laki Seohyun mungkin juga kurang lebih sebesar Jungkook. "Begini saja..", Yoonjae memecah keheningan yang terjadi. "Soomin dan Siyou, kalian sebaiknya kembali ke asrama, kurasa kalian tidak akan tahan disini, karena mungkin sosok arwah akan terus muncul dan terlihat.. Jongdae-ah, kau antar mereka", Perintah Yoonjae pada Jongdae.
"Ne hyung, Siyou-ya kaja", Jongdae menjulurkan tangannya pada Siyou, karena Soomin masih menempel (?) disebelah tangannya dari tadi.
"Siyou ayo cepat! eonnie sudah tidak tahan disini!", Ajak Soomin.
"Bibi!", Yoonjae tiba-tiba saja panic. Ia segera mendekat ke arah Seohyun sembari menunjukkan sebuah pesan. Ia menunggu respon Seohyun setelah membaca pesan tersebut. "Apa yang terjadi?"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Joonmyeon membuka matanya dan mendapati dirinya berada di suatu tempat yang gelap. "Ini dimana?",gumamnya. Ia lalu berjalan selangkah dua langkah hingga telinganya menangkap suara seperti sesuatu yang terjatuh. BUUUUKKKK!!. "Argh....", ia juga mendengar suara rintihan pelan. Joonmyeon segera berlari menuju sumber suara dan matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya sedang terkapar lemah. "MOON JAEHEE!" serunya lalu berlari menghampiri Jaehee. "Jaehee-ah! Neo gwenchana?!" serunya sambil mengangkat tubuh Jaehee. Hidung gadis itu mengeluarkan darah.
"Kita harus segera pergi dari sini Joonmyeon-ah! ppali!", seru Jaehee panik sambil menarik-narik sweater Suho.
"Wae wae? Wae gurae?", tanya Joonmyeon yang ikut panik.
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan ppali!", seru Jaehee.
"T-Tapi hidungmu...berdarah", ujarnya.
"Aish ppali! bantu aku!", seru Jaehee.
Joonmyeon kemudian membantu Jaehee berdiri dan memapahnya. Mereka hendak kembali ke perpustakaan namun tiba-tiba sekumpulan asap hitam yang menjelma menjadi sekelompok arwah menghadang mereka.
"Kenapa terburu-buru sekali?" ujar suara lainnya. Jaehee dan Suho menoleh dan mendapati seorang gadis berbaju dress putih selutut dengan didampingi gadis lainnya dan seorang pria dengan api di tangannya muncul di hadapan mereka.
"Eunhee...", gumam Jaehee.
"Annyeong Jaehee-ah...lama tak bertemu" ujar Eunhee sambil tersenyum licik. Jaehee dan Suho mundur beberapa langkah.
"Kenapa kau terlihat begitu ketakutan? Aku membawa sahabatmu kemari.... apakah kau tak merindukannya?" ujar gadis berbaju putih tersebut sambil melangkah pelan ke arah mereka. "Apa yang kau lakukan di sini? Sedang mencoba sesuatu matchi? Issanghae....aku tak pernah merasa pernah membawamu kemari...", ujar yeoja itu memperhatikan Jaehee dengan seksama. "Ah...apa itu ulah wanita tua bodoh itu?! Ia memang tak bisa diandalkan!", gerutu yeoja itu kesal.
Jaehee secara perlahan bersembunyi di balik tubuh Joonmyeon. Ia menarik pelan namja itu untuk mundur.
"Kalau kau berani masuk ke dalam areaku bahkan ke dalam pikiranku, seharusnya kau berani menghadapiku", sambung gadis itu. Mereka bergerak melangkah semakin dekat ke arah Jaehee dan Joonmyeon dan bersiap untuk menyerang mereka.
Jaehee mencengkeram baju Joonmyeom erat-erat. "Ottokhaji...." gumam Jaehee ketakutan.
"N-Neo Nuguya?!", seru Joonmyeon memberanikan diri.
"JANGAN HARAP KALIAN BISA KEMBALI LAGI KE TEMPAT KALIAN!" seru gadis bersama dengan Eunhee dan Chanyeol menyerang Joonmyeon dan Jaehee. Chanyeol mengeluarkan semburan api dari tangannya.
Joonmyeon refleks bergerak cepat menghindari semburan api tersebut. Ia kemudian menapakkan kaki kanannya dengan keras ke tanah TAP! KREEEKK KREKKK KREEKKK WHOOOSH BUUUK!, tanah di sekitarnya mendadak menimbulkan retakan-retakan yang bergerak cepat ke arah gadis itu, Eunhee dan Chanyeol lalu menghantam mereka beberapa meter di hadapan Joonmyeon dan Jaehee. Begitu mereka terlempar dan lengah, Joonmyeon segera menarik Jaehee dan bergerak secepat mungkin.
Dalam sekejap Eunhee dan gadis itu kembali ke tempat sebelumnya. "KEMANA MEREKA?!" seru gadis itu. "Sial! kita kehilangan mereka lagi!" gerutu Eunhee.
***
Joonmyeon dan Jaehee pun menyepi ke suatu tempat sambil terengah-engah. "Neo gwenchana?" tanya Suho pada Jaehee yang semakin melemah. "Apa yang terjadi Jaehee-ah? Kenapa kau bisa berada di sini?!", seru Joonmyeon.
"Molla...aku tak kuat lagi...kita harus kembali...ppali..." gumam Jaehee sambil terengah-engah.
"Ch-Chakkaman...bertahanlah!" seru Joonmyeon. "ottokhaji...." gumamnya. Tubuh Jaehee lama kelamaan semakin melemah hingga akhirnya ia pun tak sadarkan diri.
"Jaehee-ah!!" Suho mencoba menyadarkan Jaehee namun ia merasa tubuhnya juga melemah hingga akhirnya semuanya berubah gelap.
***
"Kyungsoo-ya ottokhae?" seru Yaeji panik. Mereka berdua mencoba menyadarkan Jaehee dan Suho yang sama-sama tak sadarkan diri. "Suho-ya ireona!" seru Yaeji sambil menepuk-nepuk pipi Suho. Usaha Yaeji membuahkan hasil.
Suho perlahan membuka matanya lalu tersentak dan bangun. "Omo! aku kembali! aku kembalii!!" serunya senang.
Kyungsoo dan Yaeji menatap Joonmyeon dengan tatapan bingung. "Apa yang terjadi?" tanya Kyungsoo.
Joonmyeon menoleh ke arah Jaehee yang masih belum sadarkan diri dan mengabaikan pertanyaan Kyungsoo. "Jaehee-ah! sadarlah!" seru Joonmyeon sambil menepuk-nepuk pipi Jaehee.
Tak lama kemudian, gadis itu membuka matanya perlahan. Wajahnya terlihat memucat sementara darah di hidungnya sudah berhenti mengalir karena Kyungsoo menyumbatnya dengan tissue. "Jaehee-ah!", Kyungsoo membantu Jaehee bangun. "Neo gwenchana?! Apa yang terjadi?", Kyungsoo menyerbu Jaehee dengan berbagai pertanyaan.
"Ya! Apa kau bisa menahan sementara pertanyaanmu itu?! Seseorang baru saja menyerangnya!" seru Joonmyeon.
"Maksudmu?" Kyungsoo mengernyitkan alisnya tak mengerti dengan perkataan Joonmyeon.
"Aish sudahlah! Minggir!" seru Joonmyeon sambil mendorong tubuh Kyungsoo. Ia lalu membantu Jaehee berdiri dan memapahnya menuju kasurnya.
"YA!!" seru Kyungsoo hendak mengejar Joonmyeon dan Jaehee yang sudah berada jauh di depanya.
TAP! Yaeji menahan Kyungsoo agar tak menyerang Joonmyeon. "Sudahlah Kyungsoo-ya... kita bisa bertanya pada Jaehee jika keadaannya sudah membaik", ujar Yaeji menahan Kyungsoo.
Joonmyeon memapah Jaehee menuju ruang istirahat dan membaringkannya di kasurnya. "Jaehee-ah, kau bisa mendengarku?", tanya Joonmyeon.
Jaehee mengangguk pelan. "Ne...", gumamnya lemah.
"Neo gwenchana?", tanya Joonmyeon lebih jauh.
"Ya...bukankah tadi kau yang melarangku untuk bertanya banyak hal padanya?", Joonmyeon menoleh dan Kyungsoo serta Yaeji sudah berada di belakangnya. "Pergilah....tempat tidurmu bukan di sini", ujar Kyungsoo datar.
Joonmyeon mengepalkan tangannya menahan emosinya. Ia lalu segera bangkit dari posisinya dan berdiri berhadapan dengan Kyungsoo. "Gurae....awas saja jika sesuatu yang buruk terjadi lagi padanya...aku tak akan melepaskanmu", gumam Joonmyeon kesal.
"Ya...sudahlah...ini sudah malam...lebih baik kita istirahat", ujar Yaeji bergegas menengahi keduanya dan mendorong Joonmyeon pergi dari hadapan Kyungsoo.
***
NEXT DAY
"Hoaaaahhm" Baekhyun terbangun dari tidurnya. Ia memperhatikan keadaan sekitarnya dan yang lain masih tertidur pulas, jam dinding menunjukkan pukul lima pagi. Ia kemudian memperhatikan kasur Yaeji yang memang sering kosong, namun beberapa minggu belakangan diisi oleh Yaeji. "Belum pulang juga...", gumamnya sambil segera beranjak dari kasurnya dan berjalan menuju dapur. Ketika ia melewati kasur Jaehee dan Kyungsoo, ia terdiam sejenak lalu tertawa pelan ketika melihat Kyungsoo dan Jaehee yang masih tertidur dengan posisi saling menghadap satu sama lain dan tangan Kyungsoo menggenggam tangan Jaehee. "Pssh....hati memang tak bisa dibohongi", ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya lalu kembali bergegas menuju pantry.
"Klotak! Klotak" terdengar suara gaduh dari dalam dapur. Baekhyun berjalan mengendap-endap hingga pintu dapur lalu mengintip apa yang sedang terjadi di dapur. Ia melihat seseorang tengah sibuk di dapur. Orang tersebut berdiri membelakanginya. Perasaan bersalah lagi-lagi menghinggapinya. Akhirnya, Baekhyun pun berdiri di ambang pintu memperhatikan orang tersebut sibuk menyiapkan sarapan untuk yang lainnya.
"Yang lain sudah..chakkaman", gumam yeoja itu berbicara sendiri. "Sepertinya aku harus siapkan porsi khusus untuk Taehyung", Ia lalu mengambil sebuah mangkuk kecil dan berbalik. "Omo!" PRAAANNG!, mangkuk kecil tersebut meluncur cepat dari tangannya dan hancur menghantam lantai. "K... kau sudah bangun B-Byun Baekhyun?" ujarnya gugup.
"Eung...menurutmu bagaimana?", jawab Baekhyun datar sambil bersandar pada ambang pintu. "Kau sudah bangun dari jam berapa Yaeji-ah?", tanya Baekhyun."Atau mungkin tidak tidur lagi" ucap Baekhyun pelan.
"A-Aku? eung.. .be-belum lama...sekitar satu jam yang lalu", Yaeji menunduk sambil sesekali melirik ke arah Baekhyun.
"Eo...arasseo....", jawab Baekhyun singkat. Tatapan Baekhyun kemudian mengarah pada serpihan pecahan mangkuk yang pecah tadi.
Yaeji mengikuti arah pandang Baekhyun dan tersentak. "Mianhae...akan segera kubersihkan!", serunya sambil segera berjongkok dan memunguti pecahan kaca tersebut. Tak lama kemudian, Yaeji melihat adanya tangan lain yang membantunya. Ia mendongak dan mendapati Baekhyun ikut berjongkok di depannya dan membantunya memunguti pecahan kaca tersebut. Yaeji terdiam memperhatikan Baekhyun selama beberapa saat hingga akhirnya Baekhyun balik menatapnya.
"Wae? kau mau membersihkannya tidak? kalau tidak minggirlah....biar aku saja", ujar Baekhyun masih terdengar ketus.
"A-Aniya...gwenchanayo...biar aku saja...ini semua karena kecerobohanku..", ujar Yaeji. "Mianhae..." gumamnya pelan sambil kembali memunguti pecahan kaca.
"Neo jeongmal....", gerutu Baekhyun. "Berhentilah meminta maaf terus menerus... Telinga ku sakit mendengarnya", keluh Baekhyun.
"Ne...mianhae", gumam Yaeji.
"YA! Geumanhae! Aish jincha!", seru Baekhyun gemas.
"Ne...Ne....mianhae...", jawab Yaeji ketakutan. Kata "maaf" terus saja meluncur dari mulutnya tanpa bisa ia kontrol membuat Baekhyun yang mendengarnya merasa frustasi.
"YA JEON YAEJI!" Pekik Baekhyun frustasi.
"A-Arasseo-arasseo...mi...m-maksudku-", Yaeji panik, ia membereskan pecahan-pecahan mangkuk dengan cepat. Mata Bekhyun sekalipun sampai kewalahan mengikuti gerakan tangan Yaeji, tapi... bukan Yaeji kalau kehilangan kecerobohan.. "Awshh.." sebuah pecahan kaca menggores jarinya.
"Ya.. Josimhae..", Peringatan terlambat itu terucap dari bibir Baekhyun. Ia refleks menyentuh tangan Yaeji yang terluka. "ASHH!!!"
"Baekhyun-ssi!", Pekik Yaeji kaget karena mendadak tangan Baekhyun mengeluarkan darah di bagian yang tepat sama dengan tangannya, mungkin Baekhyun menyentuh pecahan kaca yang masih menusuk jarinya. "G-Gwenchana?"
"Ei.. Gwenchana, hanya luka kecil", Jawab Baekhyun. Ia lantas berdiri juga mengajak Yaeji berdiri. Keduanya menuju keran air dan membersihkan luka mereka. Baekhyun masih merasakan perih pada tangannya saat itu. Ia melirik-lirik Yaeji di sampingnya. "Jeon Yaeji-ssi", Panggilnya canggung meski sudah sebulan lebih tinggal bersama dengan Yaeji.
Tidak ada respon dari Yaeji. Ia terlihat membasuh lukanya berkali-kali dengan ekspresi wajah sedikit heran seperti mencari benda hilang yang tak dapat ditemukan. "Maldoandwe", ucapnya pelan seperti tak percaya. "Baekhyun-ssi.. ini..." , Ia menoleh pada Baekhyun, tapi disaat yang bersamaan Baekhyun sedang menoleh ke arahnya juga. Yaeji segera menundukkan kepala begitu pun dengan Baekhyun. Ia mengurungkan niatnya untuk mengatakan sesuatu.
"Yaeji-s.. Yaeji-a.. Mianhae", Ucap Baekhyun akhirnya mengatakan hal yang sejak awal ingin ia katakan pada Yaeji. "Tentang semua yang telah terjadi.. kuharap.. kau mau memaafkanku…mianhae”
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Sehun sibuk merestorasi makanan-makanan hangus yeng terbakar oleh Chanyeol kemarin malam. Jam dua pagi tadi, Yaeji datang padanya dan membawa makanan-makanan itu. "Awhhh..bodoh sekali Hyung manusia api itu! Makanan sebanyak ini dibakar sembarangan. Kalau dibakar diberi bumbu mungkin enak hahahahah" Tawa Sehun karena ucapannya sendiri.
Dreettt.. Dreeet... Handphone Yaeji yang sengaja ia tinggalkan di gudang dimana Sehun berada, bergetar. Sebuah Video Message dari akun milik Jungkook masuk pada akun SNS Yaeji. Sehun membuka pesan video tersebut. Baru melihat Preview videonya saja ia sudah terbahak-bahak hingga jungkir balik ke belakang. "Bwhahaha.. hahahah hahahha... Hey doctor~~~", Serunya heboh sendiri. "Ya…Dokter Hyung…jincha..hahaha"
Seketika Ekspresi Sehun berubah serius saat ia memutar video yang dikirimkan oleh Yoonjae. Sehun menatap Time Dimention yang belum lama ini dibuatnya. "Arghh..", rintihnya saat kepalanya terasa sangat sakit. "Gwenchana Sehun.. Gwenchana.. gwenchana.. gwenchana..", Sehun berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Mata ku sudah lapar", ujar Sehun lantas meninggalkan handphone milik Yaeji. Ia beralih pada gamenya. Walau matahari belum terbit tinggi, Sehun sudah memainkan game dengan hebohnya.
Setelah asik bermain game, ia menyambar meja makan dimana telah disiapkan sepiring sarapan untuknya. Ia tertawa lebar menikmati hidupnya, meski ia memilih sendiri dibandingkan dengan berkumpul dengan anak-anak lain di perpustakaan.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Jaehee membuka matanya perlahan. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan melihat wajah Kyungsoo yang masih terbaring di sampingnya sambil menatapnya. "Kau sudah bangun?", tanya Jaehee.
"Eo....sejak lima menit yang lalu", jawab Kyungsoo. "Apa tidurmu nyenyak?"
"Eung...begitulah", jawab Jaehee tersenyum tipis.
"Ottae? Bagaimana kondisimu hari ini?"
"Lebih baik dibandingkan kemarin", ujar Jaehee.
"Dahaengida", gumam Kyungsoo. Ia terdiam sejenak. "Apa...kau mau menceritakan apa yang kau alami kemarin?", tanya Kyungsoo hati-hati.
"Aku akan menceritakannya....di depan yang lainnya juga...kkokjongma", ujar Jaehee.
"Arasseo...gurae", jawab Kyungsoo.
"Ah...jam berapa ini? Kau tak membuat sarapan?", gerutu Jaehee.
“Ya…kau pikir aku ini pelayanmu”, gerutu Kyungsoo datar.
"Nan baeghopaaang~", ujar Jaehee melancarkan aegyonya.
"Pffth...mwoya...hajima...kau tidak cocok beraegyo ria seperti itu" ledek Kyungsoo yang disambut dengan ekspresi cemberut dari Jaehee.
"Kau menyebalkan", gerutu Jaehee.
"Sudahlah aku harus segera cuci muka dan menyiapkan sarapan untuk yang lainnya" ujar Kyungsoo sambil bergegas bangun dari kasurnya. Ia melirik lagi ke arah Jaehee yang masih berbaring malas di kasurnya. Ia menggulung kasur yeoja itu meskipun Jaehee masih berbaring di dalamnya.
"YAAAA! MWOHAE?!", berontak Jaehee dari dalam gulungan kasur lipatnya. Ia tak bisa bergerak karena terkurung dalam gulungan kasur. Ia lalu mengangkat kasur yang menggulung tubuh Jaehee tersebut dan menumpuknya di atas kasur-kasur lainnya. "YAA IGE MWOYA?!", protes Jaehee yang kini terbaring di atas tumpukan kasur lainnya. “YA KYUNGSOO-YA!”, gerutu Jaehee meminta pertolongan.
"Kalau kau tak berhasil keluar dari sana hingga aku selesai menyiapkan sarapan, maka bisa kupastikam sarapanmu akan menjadi milik Taehyung", ujar Kyungsoo tersenyum tipis lalu bergegas pergi meninggalkan ruangan.
"YA! YA! DO KYUNGSOO CHAKKAMAN! aish jincha....", gerutu Jaehee mencoba keluar dari gulungan kasur tersebut.
***
Baekhyun mendekat pada Myungeun setelah selesai sarapan. Namja itu duduk di samping Myungeun yang baru saja memekarkan bunga-bunga di tangannya. "Hoaaa.. Uri Myungeunnie daebakkidda", Baekhyun menyentuh pucuk kepala Myungeun sekedar memberi ucapan selamat karena Myungeun telah berlatih keras untuk mengendalikan kekuatannya.
"Bunga-bunga ini cantik sekali", Ujar Myungeun sembari mencium harum aroma bunga ditangannya.
"Eumh.. Yeppeo", ujar Baekhyun tersenyum menatap Myungeun. Kepada Myungeun-lah kata “Cantik” itu sebenarnya ditujukan Baekhyun.
Yichan mendengus malas. Yichan mengantuk merasakan semilir angin di dekat jendela saat menunggui Myungeun berlatih dengan pot-pot dan tanaman yang ada. "Masih pagi begini sudah banyak keju bertebaran", gerutunya. Ia memejamkan matanya tak mau ikut campur dengan adegan di hadapannya itu. Tak! Yichan kembali membuka matanya saat ia merasakan seseorang melempar benda kecil ke arahnya. Ia memicingkan matanya, mencari-cari siapa yang melakukan hal itu.. tapi tidak berhasil menemukannya. "Psh" Gerutunya.
"Pffffff...", Hanya satu meter di depan Yichan, Taehyung menahan tawanya setelah melempar Yichan dengan batu kerikil dari pot bunga di dekatnya. "Bwhaahha tidak terlihat itu menyenangkan hahhahaha! Noona, ayo kita jahili Moon Jaehee seka..", Taehyung terdiam menatap Yaeji di sampingnya. Ia mengikuti arah pandang Yaeji dan berlabuh pada Baekhyun dan Myungeun yang sedang asik mengobrol. Tawa Taehyung menghilang. Niatnya untuk mengerjai Jaehee pun menghilang. "Yaeji noona", Ia menggerakkan tangannya yang berpegangan pada tangan Yaeji yang dimintai tolong untuk membantunya mengerjai anak lain, karena ia ingin sekali dapat tidak terlihat seperti Yaeji.
"Eoh.. Ah ne.. ne..?", Jawab Yaeji tersadar dari lamunannya. "Ah.. Taehyung-ah, bagaimana rasanya bisa menghilang?”, Yaeji tersenyum palsu.
Taehyung menghela nafas sejenak. “Menyenangkan………tadinya…”, ujar Taehyung.
“Mwo? Apa maksudmu?”, Tanya Yaeji tak mengerti.
“Tadinya kupikir tak terlihat itu menyenangkan…..tapi setelah kupikir lagi…ternyata tak terlihat itu sama sekali tak menyenangkan”, ujar Taehyung. "Seseorang yang ku tatap mungkin tak akan bisa menatap ku balik karena ia tidak melihat ku.. Mianhaeyo noona, seharusnya aku tidak mengajak Noona melakukan hal-hal seperti ini"
DEG! Yaeji merasa kata-kata Taehyung yang mendadak sedih itu memiliki makna yang ia sendiri belum berani menyimpulkan terlalu dalam. Yaeji mencoba mengalihkan pembicaraan. "T-Taehyung-ah…..kalau Myungeun bisa menghidupkan kembali, juga menumbuhkan tanaman dengan kekuatannya, mungkin kita bisa mencari beberapa bibit tanaman buah dan sayur kkkk! Dengan begitu, kita bisa membantu memenuhi bahan makanan kita sehari-hari.. Noona tahu dimana tempat mengambil bibit-bibit itu.. ayo kita kesana!", Ajak Yaeji mencoba mengalihkan pembicaraan.
Taehyung yang mendadak bersemangat lagi, melupakan kesedihannya begitu saja. "Ah benar.. kita bisa menyuruh Myungeun noona menanam sebanyak mungkin tumbuhan yang bisa berbuah dan bisa dimakan hahahaha! Setidaknya kalau tidak memungkinkan bagi kita untuk keluar, kita masih bisa makan.. Yaeji noona pintar sekali.. ayo ayo.. noona! Ah.. aku minta izin Kyungsoo hyung dan Jaehee untuk keluar dulu, noona tunggu disini!", Taehyung berlari begitu saja.
Yichan dapat melihat jelas sosok Taehyung yang tiba-tiba saja terlihat. Dahinya mengernyit. "Dasar anak labil. Sudah kuduga ia pelaku kriminal tadi", gerutu Yichan.
***
Taehyung baru saja meminta izin untuk pergi. Ia kebetulan datang saat Jaehee, Kyungsoo, Yoojin dan Joonmyeon sedang berbincang.
Joonmyeon membuka pembicaraan. "Bagaimana keadaanmu Jaehee-ah?", tanya Joonmyeon yang duduk bersebelahan dengan Jaehee.
"Sudah lebih baik...", jawabnya tersenyum tipis.
"Semalam itu menyeramkan sekali", ujar Joonmyeon. "Untung aku datang menolong mu", ujarnya percaya diri.
Jaehee melirik ke arah Kyungsoo yang sedang melirik tajam ke arah Joonmyeon. Kyungsoo kemudian melirik ke arah Jaehee yang memberinya sinyal agar jangan terlalu memikirkan perkataan Joonmyeon. "Ahahah..gomawo Joonmyeon-ah" jawab Jaehee.
"Kalau terjadi sesuatu padamu lagi lekas panggil aku ne?", Joonmyeon melirik ke arah Kyungsoo dan tersenyum penuh kemenangan. Jaehee hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan namja itu. Jaehee kemudian melirik ke arah Kyungsoo yang masih menatap tajam dirinya dan Joonmyeon. Ia lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada gambarnya bersikap seolah tidak terjadi apapun.
"Jaehee noona tidak menjawab apapun...itu artinya dia tidak mau", sambar Taehyung yang baru saja datang.
Jaehee menyikut Taehyung. "Ya sudahlah!", bisiknya.
"Ah waeyo? Kalau memang tidak mau bilang saja tidak mau", ujar Taehyung cuek.
"Neo ya!" gerutu Joonmyeon kesal.
"Ya Hyung-ah....kau saja tak pernah bersikap baik padaku, bagaimana mungkin aku bisa membiarkanmu mendekati Jaehee noona! Cih…yang benar saja", gerutu Taehyung sambil memasukkan makanan kembali ke dalam mulutnya.
"Arasseo mianhae", ujar Joonmyeon dengan nada terpaksa.
"Aku mendengar keterpaksaan di nada bicaramu hyung", jawab Taehyung. "Ya sudah, aku mau pergi dengan Yaeji noona dulu", Taehyung membawa beberapa biskuit, lalu pergi meninggalkan mereka.
"Pffth...." Kyungsoo menahan tawanya. Sementara Joonmyeon terlihat semakin geram.
"Semalam? Memangnya apa yang terjadi padamu semalam Jaehee-ah?" tanya Yoojin mengalihkan pembicaraan.
"Eung..soal itu...Ini...onnie...", Jaehee menyodorkan buku gambarnya yang ia gunakan sejak tadi. Yoojin mengambil buku tersebut dan menatap Jaehee dengan tatapan bingung. "Semua yang ku alami....ada di dalam buku itu" jelas Jaehee.
"Eo...arasseo...", ujar Yoojin yang kemudian membuka halaman pertama buku tersebut. Di halaman pertama buku tersebut, terdapat sebuah gambar pria yang berdiri berhadapan dengan seorang gadis yang terlilit akar pohon. Ia lalu kembali melihat halaman selanjutnya dan gambar sekelompok arwah yang pernah ditunjukkannya sebelumnya tergambar di sana. Yoojin membuka beberapa halaman berikutnya dan melihat gambar tiga orang di sana. Dua orang gadis dan seorang pria dengan api di tangannya, Yoojin terdiam sesaat, ia sangat mengingat satu dari orang yang tergambar disana. "Apa ini yang terbaru?" tanya Yoojin menunjukkan gambar itu pada yang lainnya.
"Majayo!" seru Joonmyeon. Semua mata terarah padanya. "Aku juga melihat mereka semalam! Mereka semua memiliki kekuatan dan Pria dengan api di tangannya itu berbahaya sekali!"
"Chanyeol?", gumam Kyungsoo.
"Kau mengenalnya?" tanya Yoojin.
"Ne...pria dengan api di tangannya itu...teman sekamarku dan Baekhyun ketika di asrama" ujar Kyungsoo.
"Pagi harinya ia juga bersama dengan anak yang sering kalian sebut bernama Park Jimin", ujar Joonmyeon. "Mereka berdua hampir saja menangkap diriku dan Yaeji.. Namja api menyerang kami di posisi yang selalu tepat.. aku juga tidak tahu bagaimana mereka bisa menemukanku dan Yaeji"
"Beberapa kali saat aku bertemu Jimin, ia tidak pernah menyerang.. tapi memang aku mencurigai ia dapat melihat Yaeji, karena ia terus memandang kemanapun kami berjalan", duga Yoojin berfikir keras. "Aku juga masih cukup heran dengan apa yang dimiliki Jimin.."
"Ia bisa melihat Yaeji meskipun Yaeji menghilang? Pantas saja", Joonmyeon mengigit bibirnya mengingat bagaimana Jimin dapat mengetahui posisi ia dan Yaeji berada dan memerintahkan Chanyeol menyerang ke arah mereka saat itu. "Mereka berdua sangat berbahaya saat bersama. Kalau seperti ini.. kekuatan Yaeji sekalipun tidak akan berarti apapun"
Yoojin kembali berfikir, banyak hal yang membebani pikirannya saat ini. Pihak musuh nampak semakin kuat. Yoojin berfikir sembari kembali melihat gambar tersebut. Ia lalu kemudian membuka halaman berikutnya dan melihat sketsa seseorang di sana.
SREEET! Jaehee segera menarik buku itu dari tangan Yoojin sebelum ia menunjukkannya pada yang lainnya. Jaehee kemudian menggeleng pelan ke arah Yoojin seraya memberitahunya agar jangan menunjukkan atau menceritakan gambar yang terakhir itu pada yang lainnya. Yoojin kembali melemparkan pandangannya pada Jaehee dan Joonmyeon. "Mungkin kita dapat mencari sedikit informasi dengan kemampuan mu dan Joonmyeon, Jaehee-ah"
"Moreugesseoyo onnie...aku....baru mencobanya sekali dan aku tak berani melakukannya lagi....", ujar Jaehee. "Aku... aku... takut aku tak bisa kembali lagi", gumamnya "Anak ini", Jaehee menunjuk salah satu yeoja dalam gambarnya. "Ia juga dapat melihat kami.."
"Gwenchana Jaehee-ah,aku akan melindungimu" ujar Joonmyeon sambil menggenggam tangan Jaehee.
"EHEM!" Kyungsoo berdehem kencang. Joonmyeon menatap tajam ke arah Kyungsoo sementara Jaehee segera melepaskan tangannya dari pegangan Joonmyeon
Yoojin terus memandangi gambar yeoja yang ditunjuk oleh Jaehee. "Neoya.." Yoojin mengepal kesal menatap gambar itu.
***