Satu per satu dari anak-anak itu pun kembali ke kasur mereka masing-masing setelah sesi berkumpul bersama pada malam itu selesai. SREEETT, lengan Jaehee bergerak melingkari lengan Taehyung yang juga hendak bergegas tidur. "Wae? jangan bergelayut manja begitu padaku...aku bukan Kyungsoo hyung" ujarnya cuek.
PAAKK!, Jaehee memukul lengan Taehyung. "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu" ujar Jaehee.
"Mwo? tentang apa? tumben serius...", jawab Taehyung datar. "Ilowabwa" ujar Jaehee sambil menarik Taehyung ke tempat sepi.
"Issh...apa tak bisa kita bicara di tempat ramai saja? nanti kau melakukan yang tidak-tidak padaku", ujar Taehyung sambil menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.
"Ya! kalaupun kau bukan adikku juga aku tak tertarik padamu!" seru Jaehee.
Taehyung pun menurunkan kedua tangannya lalu menatap Jaehee malas."Arasseo... cepatlah mau bicara apa? aku ngantuk ...nanti pasti Kyungsoo hyung juga akan mencari kita kalau kasur kita kosong" ujar Taehyung sambil menguap.
"Arasseo aku tak akan lama..." ujar Jaehee. "Aku hanya ingin bertanya tentang gadis bernama Siyou itu",sambung Jaehee.
"Ah... bukankah tadi sudah kubilang dia itu pacar gelapnya Joonmyeon hyung?" jawab Taehyung.
"Jincha? Kau mengenalnya?"
"Gureomyeon... dia hoobaeku, anaknya cengeng sekali! baru sebentar saja ia sudah merengek 'Joonmyeon oppaaa hiksss', menyebalkan" ujar Taehyung sembari menirukan ekspresi Siyou yang sedang menangis. Bukannya sedih atau sakit hati karena mendengar cerita Taehyung, Jaehee justru tertawa melihat tingkah adiknya tersebut. "Wae? kenapa tiba-tiba tertawa....kau cemburu ketika aku mengatakan bahwa Siyou itu pacar gelap Joonmyeon hyung? Memang benar kenyataannya begitu...jika Siyou butuh, Joonmyeon hyung selalu ada...tapi jika kau yang butuh bantuan, dia selalu sibuk!" Taehyung terus saja berbicara tanpa henti mengeluarkan uneg-unegnya selama ini.
Jaehee tertawa pelan melihatnya. "Arasseo...gomawo...sekarang aku mengerti", ujar Jaehee yang kini mengerti mengapa adiknya itu tak pernah menyukai Joonmyeon.
"Mengerti apa? kenapa tiba-tiba kau berterima kasih padaku?", tanya Taehyung bingung.
"Ani gwenchana.....tak usah dipikirkan..sekarang kita harus segera tidur..ppali", ujar Jaehee. "Ngomong-ngomong, aku bangga padamu hari ini...kau terlihat cerdas hari ini...", ujar Jaehee yang jarang sekali memuji Taehyung.
"Kau kemana saja? aku memang cerdas sejak lahir..." ujar Taehyung percaya diri.
"Issh....", gumam Jaehee sambil melingkarkan lengannya di kepala Taehyung lalu mengacak-acak rambutnya. "Dasar anak bodoh hahaha" ujar Jaehee.
"Ya...", ujar Taehyung menepis tangan Jaehee dan menatapnya serius.
"Wae? Aish hajima! Jangan menatapku begitu!", seru Jaehee. Ia selalu teringat Kyungsoo setiap kali seseorang menatapnya seperti itu.
"Ya kau tak akan kembali pada Joonmyeon hyung matchyo?"
"Molla....aku tak mau memikirkan hal itu saat ini...fokus kita adalah keluar dari tempat ini dan kembali hidup normal ara?", ujar Jaehee.
"Kau tak melupakan alasan kita kembali ke Seoul matchyo? Aku sudah melakukan banyak hal untuk itu jadi-"
"ARA! ARA!", potong Jaehee.
"Aku hanya tak mau kau melupakan janjimu untuk mencari kakak laki-lakiku yang hilang", gerutu Taehyung. "Awas saja kalau kau sampai melupakannya, aku tak mau lagi bicara padamu", ancam Taehyung bergegas pergi dari hadapan Jaehee.
"Aish i nom-ah jincha paboya...bagaimana aku harus mencarinya di tempat seperti ini sedangkan yang tinggal di sini hanya ada sembilan orang?", gerutu Jaehee. Tak lama kemudian, Kyungsoo berjalan melewatinya dan berhenti lalu menoleh ke arahnya. "Mwo? Ara! Aku akan tidur!", gerutu Jaehee berjalan melewati Kyungsoo begitu saja
"Psh...jincha...padahal aku tak mengatakan apapun", gumam Kyungsoo menggelengkan kepalanya pelan.
***
"Eonnie", Myungeun menarik lengan baju Yoojin, ia terlihat ragu-ragu juga sedikit gugup. "Eonnie ada yang ingin kubicarakan dengan eonnie, tapi aku juga sedikit tak yakin, bisa aku bicara dengan eonnie?"
"Bicara saja", ujar Yoojin tersenyum.
"A..aniyo... eum.. sedikit malam tak apa kan eonnie?" Pinta Myungeun. Ia tidak ingin pembicaraannya di dengar anak lain karena ia juga belum yakin sepenuhnya dengan kebenaran dari apa yang ia ucapkan.
"Ok", Jawab Yoojin "Aku selalu disini jika kau mencariku", Jawab Yoojin. 'Disini' maksud Yoojin adalah meja tempat mereka berkumpul malam itu, meja dimana Yoojin selalu berada setiap malam, karena ia dan Yaeji juga terkadang bersama Yichan akan tertidur.
Myungeun tesenyum tenang. Ia membungkuk sopan, lalu meninggalkan Yoojin menuju tempat tidurnya. Ia melihat Jaehee sedang mengobrol dengan Taehyung didekat sana, lalu Kyungsoo yang sedang terdiam sendiri pada tempat tidurnya yang sedikit jauh dari tempat tidur Myungeun, sedangkan Yaeji dan Joonmyeon berdiri di depan pintu melihat ke arah lorong depan perpustakaan. Myungeun ingin menyapa teman sekamarnya di asrama itu, tapi belakangan mereka menjadi canggung satu sama lain. Myungeun duduk di atas kasur lipatnya dimana Baekhyun juga duduk tepat disampingnya lebih dahulu. "Baekhyun-ah"
"Eum?", Jawab Baekhyun tak secerah biasanya.
"Gwenchana?", Tanya Myungeun khwatir karena perbincangan tadi sedikit menyudutkan posisi Baekhyun. Sedangkan Myungeun mengetahui betul bahwa Baekhyun seperti itu karena dirinya. Karena tak ada jawaban dari Baekhyun selain helaan-helaan nafas yang memberat, Myungeun pun mengutarakan apa yang ia rasakan dihatinya saat ini. "Mianhae.. jika bukan karena diriku, mungkin tak akan seperti ini" Ucapan ambigu tersebut terlontar dari mulut Myungeun. "Hanbondo.. Minahae.. tapi Baekhyun-ah... aku"
"Myungeun-ah", Potong Baekhyun. "Araseo.. Aku juga akan menyerah dan berhenti bertindak bodoh karena hal semacam ini. Aku juga mengerti... bahwa kalian semua ingin segera keluar dari tempat ini dan ucapan ku hanya memperkeruh suasana meski sesungguhnya tidak bermaksud seperti itu.. karena itu sudahlah, lupakan saja"
"Aniya.. bukan itu maksud ku", Selak Myungeun. "Bagaimana harus ku katakana? tapi.. eumh.. eum ini tentang.. kau, aku dan..Kyungsoo", Suara Myungeun memelan saat mengucapkan nama Kyungsoo. "Aku berfikir.. mungkin.. bukan saatnya aku membesar-besarkan masalah hatiku. Aku... saat ini, aku hanya akan memikirkan bagaimana cara membebaskan Oppa dari pengaruh kekuatan hitam.. hal-hal lain diluar semua itu.. aku tidak ingin memikirkannya dulu, termasuk perasaan ku pada.. Kyungsoo. Aku sedikit berharap kau juga..", Myungeun menatap Baekhyun tak enak.
"Bukankah sudah ku jawab aku juga sudah menyerah?", Baekhyun tersenyum tenang, walau jelas rasa sakit itu juga tegambar dalam senyum palsunya. "Lupakan saja. Lagipula sampai kapan pun aku tidak akan bisa menyaingi Kyungsoo. Kepribadian kami terlalu berbeda.. kau saja sudah menyerah untuk Kyungsoo, mustahil juga kau akan memikirkan ku setelah itu kan hehe", Tawa Baekhyun tedengar miris saat itu.
"Bukan begitu.. tak pernah sedikitpun telintas dalam.."
"Gwenchana, waktu akan memperbaiki hati ku kelak, hanya... eum pikirkan lah apa yang ingin kau pikirkan dan lupakan hal-hal yang hanya akan membebani dirimu Myungeun-ah", ujar Baekhyun lalu membaringkan tubuhnya pada kasur lipat "Jalja" Ujar Myungeun pada Baekhyun.
***
"Oppa.. Ini aku.. "
Belenggu hitam mata Jaehyung tak terlihat lagi, Jaehyung menangis menatap Myungeun "Lari... Lari Myungeun-a" Ujarnya lirih.
Warna mata Yoojin kembali normal setelah ia berhasil membaca memory yang tersimpan dalam ingatan Myungeun. Myungeun menunggu Yoojin bicara dengan sedikit cemas. Yoojin menatap Myungeun. Ia sendiri belum bisa mengetahui pasti jawaban dari apa yang baru saja dilihatnya. "Aku melihat semuanya", Ujar Yoojin sambil meneguk segelas air putih karena nafasnya sedikit terengah.
"Ketika aku hampir tertangkap kemarin... akar-akar pohon mati yang biasanya dikendalikan oleh Jaehyung Oppa berubah menjadi tanaman rambat yang hidup dengan lebat.. saat itu aku berfikir, mungkin apa yang Yaeji ucapkan tentang adanya memory yang tersisa pada mereka yang tertangkap bisa digunakan untuk mengembalikan mereka adalah benar.. buktinya saat itu Jaehyung Oppa sempat sadar.. ia meminta ku untuk lari, dan ia menangis", Jelas Myungeun menjabarkan dugaannya.
"Bisa jadi juga tidak sepenuhnya seperti itu", Yoojin dan Myungeun menoleh dan mendapati Yichan berdiri didekat rak, lalu duduk disamping kanan Yoojin. "Mungkin apa yang menyadarkan kakak mu adalah hal lain"
Yoojin dan Myungeun menatap heran Yichan dengan pendapatnya itu.
Yichan menggerakkan jarinya. Ia membawa sebuah pot bunga dengan tanaman yang telah kering ke atas meja, meletakkan post bunga itu tepat di depan Myungeun. Dengan tatapan mata, Yichan membalik buku Yoojin sampai ke sebuah halaman. Halaman tersebut berisi selembar kertas yang bergambarkan gambar dua buah kutub magnet dari Sehun. "Teori dua kutub magnet sejenis", Ujar Yichan.
Yoojin menangkap maksud Yichan. "Paboya.. aku sampai melupakan teori Sehun ini.." Ia lalu menatap Myungeun. "Myungeun-ah, coba ulurkan tangan mu pada tanaman ini dan berkonsentrasi lah.."
"T..tapi untuk apa eonnie?" Tanya Myungeun.
Yoojin menyerahkan gambar yang Sehun berikan untuknya pada Myungeun. "Kita bisa mengibaratkan diri kita berada dalam suatu zona... kau akan aman selama di sekitar mu adalah kutub berlawanan jenis dengan mu, bahkan mungkin dapat menempel dan memang dapat digunakan justru karena kalian berbeda.. tapi saat dua kutub sejenis bertemu.. maka.. mereka akan berselisih dan salah satu dari dua kutub itu.. akan keluar dari zona dan kutub lainnya akan tetap berada ditempatnya", Jelas Yoojin. Ia mendekatkan pot dimeja ke arah Myungeun. "Sekarang…cobalah"
Myungeun mengarahkan tangannya pada tanaman itu. Ia memejamkan matanya untuk berkonsentrasi.. Yoojin dan Yichan juga mengawasi perkembangan yang terjadi pada tanaman tersebut.
Setelah 10 menit, Myungeun membuka matanya, dan... tak ada yang terjadi.
***
"Kenapa malah haus begini tengah malam?" gumam Jaehee sambil meletakkan gelasnya lalu bergegas kembali ke kasurnya namun tiba-tiba....TAAAPPP!!! Sebuah tangan menutup mulutnya dari belakang. "hnnggghhh hngggghhhh!!" Jaehee memberontak. Orang tersebut menarik tubuhnya dan mendorongnya ke dinding.
"Sssstttt!!! Jaehee-ah shikkeuro!", ujar suara itu. Jaehee membuka matanya dan melihat siapa sosok yang membekapnya tersebut.
***
"Kau ini sebenarnya mau membicarakan apa?" Tanya Jaehee . Mereka duduk di lantai tak jauh dari kasur milik Jaehee, keduanya menikmati snack sembari bicara.
"Eobseo.. hanya tidak bisa tidur saja", jawab Baekhyun sambil merebut snack milik Jaehee.
"YA!!! kembalikan snackku!" seru Jaehee sambil berusaha merebut snacknya kembali.
"Ya! anak gadis tidak boleh makan tengah malam nanti badanmu membesar" ujar Baekhyun.
"Shikkeuro! Ya! kembalikan!" seru Jaehee.
Baekhyun pun cemberut meskipun pada akhirnya ia tetap mengembalikan snack milik Jaehee. "Nanti Kyungsoo tak cinta lagi padamu..." ledek Baekhyun.
"Shikkeuro" jawab Jaehee. "Ya Baekhyun-a..kalau aku boleh sedikit berkomentar tentang pembicaraan tadi.. menurut ku, kau memperlakukan Yaeji seolah-olah ia orang asing...aku tak akan menyangkal jika pertama kali aku melihatnya, ia memang terlihat mencurigakan" ujar Jaehee. "Tapi melihat Taehyung yang begitu dekat dengannya...aku merasa bahwa ia tidaklah seburuk yang kupikirkan meskipun kadang aku merasa cemburu padanya karena Taehyung" lanjut Jaehee. "Aku selalu melihatnya sendirian... dan berdasarkan penjelasan Yoojin onnie tadi...aku merasa bahwa Yaeji pastilah memikul beban yang sangat berat, dan perlakuanmu yang selalu menyudutkan membuatnya merasa berbeda dan dibedakan dengan yang lainnya...dan aku juga melihat hal yang sama pada Kyungsoo beberapa hari belakangan ini semenjak penyakitnya sering kambuh" ujar Jaehee menerawang. "Ia juga sepertinya merasa dikucilkan" gumamnya
"Hufh hari ini aku ditekan dari segala arah oleh semua orang sepertinya" jawab Baekhyun yang kemudian melirik ke arah Jaehee yang sedang melamun. "Kita bicarakan hal lain saja.. eummm.. Lalu bagaimana denganmu?" tanya Baekhyun.
"Ne? maksudmu? bagaimana apanya?" jawab Jaehee bingung.
"Kau dengan Kyungsoo.....sepertinya kalian jadi semakin dekat akhir-akhir ini" ujar Baekhyun.
"Itu hanya perasaanmu saja", ujar Jaehee datar sembari mengunyah snacknya.
"Kau menyukainya?", tanya Baekhyun to the point.
"UHUK! UHUK!", Jaehee tersedak mendengar pertanyaan Baekhyun. "MUSUN SORIYA?!", seru Jaehee.
"Hnggh....", terdengar suara Kyungsoo merubah posisi tidurnya di belakang mereka.
Jaehee refleks menutup mulutnya. "Yah neo!", gerutunya pelan sambil meninju pelan lengan Baekhyun yang hanya tertawa-tawa melihat reaksi Jaehee.
"Kkkk! kau belum menjawab pertanyaanku", ujar Baekhyun.
"Molla! Aku tak mau bicara padamu!", ujar Jaehee cemberut.
“Bicara soal kau dan Kyungsoo…sebenarnya aku juga ingin minta maaf padamu”, ujar Baekhyun.
“Wae?”, Tanya Jaehee tak mengerti.
“Juju raja aku sempat kesal ketika melihat Yaeji mencoba menjodohkan Kyungsoo denganmu…”, ujar Baekhyun.
“Ah….”, ujar Jaehee. Ia lalu baru menyadari ucapan Baekhyun. “MWORAGO? Yaeji mencoba menjodohkanku dan Kyungsoo?!”, seru Jaehee.
“Kau tak tahu? Heol…makanya jangan makan saja yang kau pikirkan”, ujar Baekhyun mencubit pipi Jaehee gemas. “Gera-gerik mereka terlihat sekali…aish…neo paboya”, ujar Baekhyun.
“Dijodohkan?”, gumam Jaehee. Secara perlahan wajahnya memerah ketika ia kembal teringat apa yang terjadi hari itu. “Ani! Solma! Maldo andwae!”, gumamnya sambil menampar-nampar pipinya sendiri.
“Psh…mwoya? Kkk…kau menyukainya matchi?”, pancing Baekhyun.
“Aniyaa! Aku sedang..bermusuhan dengannya..ani..aku memang selalu bermusuhan dengannya dan aku tak mau menambah musuhku lagi jika harus dijodohkan dengannya”, gerutu Jaehee.
“Musuhmu lagi? Nugu?”
“Myungeunnie……kau tahu sendiri kan kalau ia menyukai Kyung-“
"Kalau kau tak mau mengakuinya hanya karena tak enak pada Myungeun, maka harus kuberitahu bahwa Myungeun sudah merelakan Kyungsoo", sambar Baekhyun sambil menerawang. "Ini kesempatanmu Jaehee-ah....dan sepertinya Taehyung juga sangat menyukai Kyungsoo", sambung Baekhyun. "Sepertinya Kyungsoo juga menyukaimu" ujar Baekhyun lagi.
“M-Mworago? Wae?”, Tanya Jaehee sedikit tak percaya karena sebelumnya ia tahu bahwa Myungeun sangat menyukai Kyungsoo. Jaehee hanya menghela nafas sambil menunduk, ia memainkan jari jemarinya. "Nan molla....", gumamnya. "Aku hanya tak mau berharap lebih...belum tentu kami akan tetap hidup sampai akhir di sini...aku hanya tak mau sakit hati lagi", ujarnya lagi.
"Tapi kan tak ada salahnya mencoba dulu...." ujar Baekhyun.
"Apa yang harus kucoba? Aku datang padanya sambil berkata: 'Kyungsoo-ya, annyeong! aku menyukaimu maukah kau jadi pacarku?', begitu?", ujar Jaehee. "SHIREO....dimana harga diriku sebagai wanita!", gerutunya.
"Pfftthh...ya..kau ini berlebihan sekali!",ujar Baekhyun sambil memukul pelan kening Jaehee. "Jaman sekarang juga sudah banyak wanita yang menyatakan perasaannya duluan....nanti kalau dia direbut orang lain, yang ada kau menyesal", ujar Baekhyun.
"Aisssh...sudahlah berhenti membicarakan Kyungsoo!" seru Jaehee yang wajahnya memerah.
"Ya wajahmu.merah padam KKKK~" goda Baekhyun.
"Shikkeuro!", gerutu Jaehee.
"Kkkk~ arasseo...tidurlah" ujar Baekhyun. "Nanti Kyungsoo terbangun kalau mendapati kasur di sebelahnya kosong" ledek Baekhyun.
"Yaaa! Byun Baekhyun! neo jincha...." gerutu Jaehee pada Baekhyun yang bergegas menuju kasur miliknya sendiri.
"Jalja Jaehee-ah! Gomapta!" seru Baekhyun.
***
NEXT DAY
Pagi buta, saat matahari sekalipun masih enggan menampakkan wajahnya, Joonmyeon berjalan pada lorong Universitas menuju keluar. Matanya masih setengah tertutup akibat rasa kantuknya. Ia juga masih berjalan sempoyongan karena belum sadar sepenuhnya. Telapak tangannya berpegangan pada pergelangan tangan seorang yeoja yang tak lain adalah Yaeji. "Hoaahhmm..", Ia menguap menahan kantuk. "Yaeji-ah, apa harus kita mengambil bahan makanan sepagi ini seterusnya? Kemarin malam kita semua sudah berbicara, kau tidak harus pergi sepagi ini hanya untuk mengambil bahan makanan.. dan tidak harus dengan ku juga.. aku masih mengantuk”, keluh Joonmyeon yang selalu 'dipaksa' bangun oleh Yaeji untuk mengantarnya mengambil makanan.
Sang yeoja tidak bergeming. Yaeji hanya berjalan seperti orang yang sedang berfikir dan sepertinya ia sama sekali tidak mendengar ucapan Joonmyeon. "Hufh", Joonmyeon menyerah. Ia hanya berjalan mengikuti Yaeji.
Joonmyeon dan Yaeji memasuki sebuah supermarket. Keduanya memilih bahan makan seperti biasanya. Yaeji sudah lebih sehat sehingga ia bisa mengontrol keberadaan tubuhnya. Joonmyeon terus mengikuti kemanapun Yaeji pergi, karena jika tangannya terlepas dari Yaeji maka akan berbahaya. Sambil menunggu Yaeji memilih bahan makanan, Joonmyeon juga memasukkan beberapa cemilan ke dalam ransel yang sengaja dibawanya untuk mempermudah membawa bahan makanan yang mereka pilih.
"Apa harus kita membawa lebih banyak bahan makanan?", Tanya Yaeji akhirnya bicara setelah hampir satu jam anak itu diam saja. Tidak ada jawaban dari Joonmyeon. Yaeji memanggil Joonmyeon pelan. "Joonmyeon~ah", Panggilnya.
Joonmyeon tidak memandang Yaeji "Kau masih ingat ada aku rupanya" Sindir Joonmyeon.
Yaeji menatap Joonmyeon bingung "Waeyo Joonmyeon -ah? Bukannya kau memang ada disini sejak tadi?"
"Aku disini memang", Jawab Joonmyeon. "Tapi pikiran mu yang entah berada dimana"
Yaeji menggaruk kepalanya tak enak pada Joonmyeon yang sepertinya marah itu. "Mianhae.. aku sedang berfikir saja, apa kau bicara sesuatu? katakan saja ulang, akan ku dengarkan"
"Eobseo", Jawab Joonmyeon malas. "Cepat pilih bahan makanannya, aku mengantuk"
"Ah.. mianhae", Yaeji membungkuk pelan. "Maaf aku selalu membangunkan mu, besok aku akan berusaha pergi sendiri.. jweisonghaeyo"
BRUKKKKK!!!!
Yaeji dan Joonmyeon segera merunduk. Mereka mengintip dari balik jejeran kotak biskuit. Suara berisik itu berasal dari Chanyeol dan Jimin yang memasuki tempat Joonmyeon dan Yaeji mengambil makanan. Mereka juga butuh makan tentunya. Jam lima pagi nampaknya terlalu siang bagi Yaeji dan Joonmyeon pergi mengambil makanan, biasanya mereka pergi jam 2-3 pagi. Joonmyeon jadi sedikit mengerti mengapa Yaeji selalu mengajaknya pergi pagi-pagi buta. "Jangan panik Yaeji.. kita keluar perlahan" Ujar Joonmyeon diikuti anggukan Yaeji. Yaeji dan Joonmyeon memang tidak akan terlihat, tapi itu bukan jaminan mereka tidak dapat diserang.
Chanyeol adalah musuh mereka yang paling mereka takutkan, karena setiap kali Chanyeol menangkap tanda-tanda keberadaan orang, ia akan menyerang ke segala arah menggunakan api miliknya tanpa peduli ia bisa saja membunuh lawannya. Meski sebenarnya pihak mereka membutuhkan anak-anak yang tersisa untuk mengambil kekuatan mereka. Sekali lagi.. Yaeji hanya memungkinkan dirinya dan orang yang disentuhnya tidak terlihat, namun bukan berarti mereka juga tidak akan diserang.
Yaeji juga Joonmyeon berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar. Mereka sebisa mungkin melakukannya tanpa suara, tapi... Plukk.. sebuah kotak makanan terjatuh karena tersenggol oleh Yaeji. Yeoja itu memang ceroboh. Joonmyeon menepuk keningnya ketika menyadari hal itu. Ia segera menarik tangan Yaeji untuk... "Lari!!" perintah Joonmyeon.
WUZZZZH.... Apa yang mereka takutkan terjadi. Chanyeol menyerang ke segala sisi sehingga membakar hampir seisi tempat tersebut. "HYUNG!", Terdengar suara Jimin menenangkan Chanyeol. Jimin adalah tipe penganalisis, ia butuh ketenangan untuk berfikir, emosi Chanyeol yang meletup-letup setiap mendapat `mangsa` menghambat kemampuan analisa Jimin.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
12.22 PM
"Aku harus memikirkan cara memberi tahu mereka mengenai masalah ini" Yoonjae mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia adalah salah satu orang yang mengaggas terbuatnya Time Dimension. Ia ingin mengatakan pada mereka disana tentang kenyataan yang terjadi pada real world saat ini, tapi ia takut mereka akan menjadi merasa terbebani atau justru semakin down setelah mengetahuinya, sementara nasib kedua dunia kini terletak pada tangan mereka. Yoonjae memisahkan diri dari anak lainnya. Ia pergi keluar dari gudang untuk sejenak berfikir dan menghirup udara segar.
Yoonjae terdiam. Ia mengeluarkan ponsel milik Jungkook yang juga merupakan satu-satunya ponsel yang mampu digunakan untuk berkomunikasi dengan mereka yang berada pada Different Dimension saat ini. Ia mengarahkan camera ke arah wajahnya, bersiap mengambil nafas sebelum mengirimkan sebuah video message untuk mereka semua.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
12.22 PM
"Arggh", Jungkook mengerang kesakitan memegangi kepalanya. Telinga Jungkook menangkap suara-suara serta tergambar sekilas kejadian yang tergambar dalam pikirannya.
"AAAA!!!"
"Jungkook-ah.. ada apa?" Tanya Siyou khawatir.
Jungkook mendadak pucat. Ia terus mendengar suara-suara dan gambaran aneh itu di dalam kepalanya. Jantungnya berpacu kencang. Tanpa ia sadari, dari sisi bibirnya mengeluarkan darah. "Andwe.. andwee.. eungh" Ia mengeluh setengah sadar.
"Jungkook-ah!!", Siyou disampingnya panic. "Ssaemm..!! tolong ssaem!!"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
WUZZZZZH... Chanyeol menyerang ke arah yang ditunjuk oleh Jimin setelah mendengar suara pintu terbuka. Jimin menyadari musuh mereka telah tak ada di tempat, karena itu mereka menyerang keluar.
Yaeji dan Joonmyeon membungkuk menghindari Api milik Chanyeol. Beberapa kali mereka juga terpaksa harus tiarap karena Chanyeol dapat mengetahui keberadaan mereka berkat bantuan analisa Jimin yang memperhatikan keadaan rumput yang terinjak juga pasir yang membentuk bekas telapak kaki.
Mata Yaeji menutup sejenak. "Eottokhe", gumamnya pelan. Ia berlari bersama Joonmyeon menuju bangunan Universitas, tapi posisi mereka tidak jauh dari Chanyeol dan Jimin. Yaeji kembali membuka mata setelah tak lama setelahnya. Ia terhenti dan menyadari bahwa ia telah berlari hingga tangga belakang lantai dasar Universitas. Ia melihat ke belakang dan sosok Joonmyeon masih jauh di luar halaman dan kini Chanyeol juga Jimin sudah berada di hadapannya. Yaeji membelalak terkejut.. "AAAA!!!" Teriaknya berusaha mengalihkan perhatian Chanyeol dan Jimin dari Suho.
"HHMPPH!!”, Sebuah tangan membekap mulut Yaeji dan menarik tubuhnya pergi berlari menjauh, Yaeji mencoba melawan, namun tarikan tangan itu lebih kuat.
Chanyeol dan Jimin mencari sumber suara teriakan tadi. Mereka mengalihkan pandangan hanya beberapa saat dan saat mereka kembali terfokus pada mangsa di hadapan mereka... mangsa mereka menghilang.
"Sial!! Dimana namja dihadapan kita tadi?!", gerutu Jimin dan Chanyeol kesal.
"Lagi-lagi kita kehilangan mereka!", Ujar Jimin.
***
Matahari mulai meninggi, Myungeun terdiam di dekat meja pantry. Ia memikirkan tentang kejadian kemarin. Heran bercampur penasaran. Kalau memang benar teory kutub magnet benar adanya, seharusnya ia dapat mengendalikan pertumbuhan tanaman seperti yang Yoojin dan Yichan perkirakan sejak awal. Tapi kenyataan mengatakan ia tidak dapat melakukan apaun pada tanaman mati.
BRUK! BRUK! Suara Taehyung yang sedang membuka satu-persatu laci pada pantry menganggu konsentrasi Myungeun. "Aish.. kenapa makanan tinggal sedikit? Yaeji noona sakit lagi mungkin... pasti belum ada yang mengambil makanan", gumam Taehyung.
"Aku tidak lihat Yaeji sejak pagi", Sambar Baekhyun yang juga duduk di samping Myungeun sambil menikmati segelas susu coklat.
"Noona, Hyung!", Taehyung mendadak bersemangat. Ia pun bergabung dengan Baekhyun dan Myungeun. "Tentang kekuatan yang kita miliki, ku rasa sepertinya kekuatan ku adalah aku memiliki kecerdasan tingkat tinggi!", ujarnya dengan penuh percaya diri.
"PFFTTHHH~", Baekhyun dan Myungeun refleks menutup mulut mereka mencoba untuk tak tertawa ketika mendengar jawaban Taehyung. "Ya...sudahlah, jangan mempermalukan dirimu sendiri", ledek Baekhyun.
"Eyy... Hyung ini tak percaya sekali padaku? Aku ini punya kemampuan mengingat yang baik!", seru Taehyung. "Akan ku buktikan! Seperti misalnya Kyungsoo hyung......" ia kemudian diam sejenak seperti sedang berpikir.
Baekhyun dan Myungeun menunggu kelanjutan kata-kata Taehyung dengan serius, "Ah ah tidak jadi deh...jangan Kyungsoo hyung", Ucap Taehyung membatalkan ucapannya. Seketika Baekhyun dan Myungeun membuang muka malas. "Sebentar.. akan kupikirkan lagi", Taehyung melihat-lihat sekitarnya. Ia terhenti pada sebuah pot bunga yang diletakkan di dekat jendela pantry, matanya memicing. "Eo.. Hyung dan noona liat itu!!!", Tiba-Tiba Taehyung heboh kembali, tapi Baekhyun dan Myungeun sudah malas melayaninya. Taehyung memaksa keduanya untuk melihat apa yang ingin ditunjukkannya. "Ya~~ Hyung.. noona~~", Ia memohon, namun tetap tak ada tanggapan. "Ya sudah terserah.. aku hanya ingin beri tahu. Aku yakin 10000% kemarin tanaman di pot bunga itu sudah mati, pasti kalian sudah mengganti tanamannya.. itu saja", Taehyung pergi berlalu begitu saja.
Myungeun melirik kearah pot yang dimaksud oleh Taehyung. Sebuah pot berisi bunga Crysanthium berwarna kuning tumbuh dengan sempurna di sana. DEG.. Mata Myungeun melebar. "Ya Tuhan", Ia menyadari sesuatu. Ia segera mengambil pot bunga itu, kemudian berlari pergi entah kemana.
"Ya Myungeun-ah, Wae?", Tanya Baekhyun layaknya orang tersesat.
***
"Kenyaaaang!", seru Taehyung bahagia setelah menghabiskan makanannya. Siang itu ia menyantap makan siangnya hanya dengan ditemani Jaehee karena yang lain tidak merasa lapar.
"Cuci piringnya" perintah Jaehee yang sudah selesai makan lebih dulu.
"Shireoyo.." gumam Taehyung.
"Ya! Tapi kan aku sudah memasa-" ucapan Jaehee dipotong Taehyung yang mengacungkan jarinya di depan hidung Jaehee.
"Kita memasak ramyunnnya bersama-sama" ujar Taehyung mengoreksi ucapan Jaehee. Jaehee menepis jari telunjuk Taehyung yang masih menempel di hidungnya.
"Arasseo...bagaimana kalau kita suit gunting, kertas, batu untuk memutuskan siapa yang akan mencuci piring-piring ini?" saran Jaehee.
"Gurae.... jangan menangis kalau kalah... kau lupa, kalau tak pernah menang melawanku" jawab Taehyung percaya diri.
"Pffth...siapa tahu saja hari ini aku sedang beruntung" sanggah Jaehee.
Mereka pun melakukan gunting kertas batu dan Taehyung keluar sebagai pemenangnya. "Kubilang juga apa.... kau tak akan pernah menang melawanku kalau soal gunting kertas batu" ujarnya sombong.
"Hisssh neo ya!", seru Jaehee.
"Ssstt...berisik sekali marah-marah terus! sana..cepat cuci piring-piring ini Cinderella!", perintah Taehyung. Jaehee pun mengangkut piringnya dan piring Taehyung sambil menggerutu kesal.
***
"Selesai juga...fiuuh", gumam Jaehee setelah selesai melakukan pekerjaannya. Ia segera bergegas keluar dari pintu namun disaat bersamaan Kyungsoo berjalan memasuki pantry. Mereka hampir saja bertabrakan. "Omo kkamjakgiya!", seru Jaehee.
Jaehee pun bergerak ke kiri namun disaat bersamaan, Kyungsoo juga bergerak ke arah yang sama. Jaehee bergerak ke kanan, Kyungsoo juga bergerak ke kanan. "YA!", seru Jaehee tak sabaran.
"Berhentilah mengikutiku" ujar Kyungsoo datar.
"Ya harusnya aku yang berkata begitu! Minggir!" ujarnya sambil mendorong tubuh Kyungsoo dan hendak bergegas pergi. Namun...Tap!, namja itu menggenggam pergelangan tangannya. "Ya! Lepaskan aku!"
"Kita harus bicara", ujar Kyungsoo datar.
"Maaf tapi masih banyak pekerjaan yang harus kukerjakan...lepaskan aku sekarang", ujar Jaehee.
"Jaehee-aahh~ ayo kita main~!", tak lama kemudian sosok Taehyung muncul. Ia tak sengaja melihat Kyungsoo yang masih memegangi pergelangan tangan Jaehee. "Eo? Apa aku mengganggu? Aaaah! Mianhaeyo hyung!!", seru Taehyung sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf "V".
Jaehee menepis tangan Kyungsoo dan bergegas pergi begitu saja melewati Taehyung. "Omo ottokhaeyo?", tanya Taehyung. "Kalian bertengkar lagi?"
Kyungsoo menghela nafas sambil memperhatikan Jaehee yang menjauh pergi. "Sudahlah lupakan saja", gumamnya. Sudah beberapa hari terakhir ini Jaehee menjaga jarak darinya, khususnya setelah ia menciumnya beberapa hari yang lalu dan karena ia selalu mengabaikan pertanyaan Jaehee tentang kesembuhan dirinya yang berlangsung cepat. Selain itu ada hal lain yang harus disampaikannya pada yeoja itu tentang kedatangannya di tempat ini untuk pertama kalinya, dulu.
***
At Night….
"Noona, Aku tidak lihat Joonmyeon dan Yaeji sepanjang hari.. sekarang sudah malam begini dan mereka belum juga kembali", Kyungsoo khawatir karena di luar sana akan sangat menyeramkan saat malam tiba.
"Mungkin mereka ke tempat biasa. Sudahlah kalian tidur saja. Aku juga sudah mengantuk" Jawab Yoojin. Ia menyandarkan kepalanya pada meja di samping Yichan yang telah terlelap lebih dahulu. Mereka yang bisa tidur disana bertiga dengan Yaeji kini berganti anggota menjadi Myungeun. Myungeun juga telah tertidur, ia terlalu lelah setelah berlatih seharian.
"Ne.. arasseoyo. Selamat beristirahat noona", Pamit Kyungsoo. Kyungsoo berjalan mendekati kasurnya bersiap untuk tidur namun tertahan karena ia melihat kasur milik Jaehee yang masih kosong sementara anak lainnya sudah tertidur pulas."Ada satu lagi yang menghilang rupanya...", gumamnya. Ia membatalkan niatnya untuk tidur. Kyungsoo kembali berdiri dan berkeliling mencari Jaehee yang rupanya berada di ruang tengah perpustakaan. Ia mendekati gadis itu yang sedang asyik menggambar seseorang namun ia tak tahu siapa karena gambar itu belum tuntas. "Kau belum tidur?", ujar Kyungsoo yang berdiri di belakang Jaehee.
"Omo! Kau ini mengagetkanku saja!", seru Jaehee ketika mendengar suara Kyungsoo.
Kyungsoo pun bergerak dan menempati spot kosong di samping Jaehee yang segera menutup bukunya dan merapikan peralatannya. "Kau sedang menggambar apa? kenapa belum juga tidur? ini sudah larut malam", ujar Kyungsoo.
"A-Aku akan tidur sebentar lagi...kau duluan saja" ujar Jaehee terbata-bata.
Kyungsoo terdiam sejenak menatap Jaehee yang terlihat jelas tengah mencoba menjaga jarak darinya. "Jaehee-ah", panggil Kyungsoo.
"Mwo?"
"Kenapa kau menjaga jarak denganku akhir-akhir ini?", Tanya Kyungsoo yang akhirnya bisa mengutarakan apa yang ingin dikatakannya sejak siang tadi.
Jaehee terdiam sejenak. Ia teringat pembicaraannya dengan Baekhyun semalam:
"Kalau kau tak mau mengakuinya hanya karena tak enak pada Myungeun, maka harus kuberitahu bahwa Myungeun sudah merelakan Kyungsoo”
"Ini kesempatanmu Jaehee-ah....dan sepertinya Taehyung juga sangat menyukai Kyungsoo”
"Sepertinya Kyungsoo juga menyukaimu"
"M-Mwo? A-Aku tidak menjaga jarak denganmu...mungkin itu perasaanmu saja" ujar Jaehee tanpa menatap Kyungsoo.
“Jincha? Tapi kenyataannya....sekarang saja kau bahkan tak berani menatapku langsung", ujar Kyungsoo. "Apa sopan ketika seseorang mengajakmu bicara tapi kau tak menatap orang tersebut?" desak Kyungsoo.
"YA! Kau ini kenapa sih? Sebenarnya apa sih maumu?!" seru Jaehee kesal sambil menoleh ke arah Kyungsoo.
"Aku hanya ingin tahu kenapa kau menjaga jarak denganku akhir-akhir ini", ujar Kyungsoo datar.
"Karena kau menyebalkan!", seru Jaehee.
"Wae gurae?", balas Kyungsoo. "Apa karena aku selalu mengabaikan pertanyaanmu? gurae ...kalau aku menjawab pertanyaanmu apa kau tak akan menjaga jarak lagi denganku?" tanya Kyungsoo.
"Tergantung dari bagaimana kau menjawab pertanyaanku...", jawab Jaehee sambil kembali mengalihkan pandangannya dari Kyungsoo.
"Arasseo....akan kuberi kau kesempatan untuk bertanya apapun dan akan kujawab demi menuntaskan rasa penasaranmu itu...tapi itu hanya berlaku malam ini saja" ujar Kyungsoo santai.
"Arasseo", jawab Jaehee menyetujui tawaran dari Kyungsoo.
"Gurae....silahkan bertanya apapun", ujarnya sambil bersandar santai pada badan sofa menunggu pertanyaan yang akan dilemparkan Jaehee.
"kenapakaumenciumkuwaktuitu?", gumamnya cepat tanpa menatap Kyungsoo sedikitpun.
"Jogiyo? Kau ini bicara apa sih? aku tak bisa mendengarmu", ujar Kyungsoo yang tak mendengar jelas pertanyaan Jaehee.
Jaehee menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Ia sebenarnya malu menanyakan hal ini, tapi kejadian itu cukup mengganggu pikirannya selama beberapa hari belakangan ini meskipun ia sudah mencoba untuk melupakannya. "Kenapa kau menciumku waktu itu?", tanyanya sekali lagi dengan nada yang lebih pelan dan teratur.
"Ah...soal itu.." gumam Kyungsoo. Kali ini giliran Kyungsoo yang terlihat tidak nyaman. "Soal itu....sebenarnya, eum...." Kyungsoopun menghela nafas. "Sebenarnya aku...bukankah sudah kubilang aku sedang memastikan sesuatu darimu?"
"Eo...lalu kenapa? Apa yang mau kau pastikan denganku? Apa taka da cara lain untuk memastikan sesuatu selain dengan…melakukan hal itu?", tanya Jaehee bertubi-tubi.
"Kau sempat bertanya padaku apa yang membuatku tiba-tiba kembali tenang bukan?" tanya Kyungsoo. Yeoja itu mengangguk pelan. Kyungsoo menghela nafas perlahan. "Neo", ujarnya singkat.
Jaehee kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Naega? maksudnya?"
"Kau....eung..aku ingin...memastikan apa benar..monster dalam diriku tak akan muncul jika kau ada di dekatku", ujar Kyungsoo.
"Jadi obat atau bantuan yang selama ini kau sebut itu aku?", tanya Jaehee lagi yang kemudian disambut anggukan pelan dari Kyungsoo.
"Jadi kemampuanku adalah mengontrol dirimu yang lain itu?", tanya Jaehee lagi.
"Aniya…maka dari itu kukatakan aku tak ya-", ujar Kyungsoo mencoba menjelaskan yang sebenarnya namun yeoja itu terus saja memotong ucapannya.
"Jadi........kau sengaja menciumku waktu itu karena kau hanya ingin menguji apakah aku benar-benar bisa menenangkan dirimu yang lain itu?", desak Jaehee. Ekspresi gadis itu berubah.
"J-Jaehee-ah, chakkaman jangan salah paham dulu! aku-"
"Gurae......", jawab Jaehee memotong perkataan Kyungsoo. Jaehee menghela nafas panjang. "Neo paboya Jaehee-ah" gumamnya pelan yang untungnya tidak didengar Kyungsoo. "Gwenchana .... tentu saja kau harus segera sembuh agar tidak menyakiti yang lain bukan? haha...neo paboya Jaehee-ah haha...", ujar Jaehee sambil tertawa dengan nada yang dipaksakan.
"J-Jaehee-ah chakkaman, kau sa-"
"Lalu bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah merasa lebih baik? kalau sudah, syukurlah...", ujar Jaehee yang terus saja bicara tanpa henti demi menutupi kekecewaannya. "Mulai sekarang kalau kau memang merasa bahwa dirimu yang lain itu akan muncul sewaktu-waktu, kau..k-kau boleh melakukan apapun padaku... jincha... lagipula ini juga demi kebaikan yang lainnya... aku mengerti sekarang. gwenchana... jincha gwenchana" ujar Jaehee.
"Ya…dengarkan dulu bukan itu maksud-“
"Gwenchana...kau tak perlu merasa tak enak padaku...aku mengerti sekarang...mian jika aku selalu mendesakmu...terima kasih sudah menjawab pertanyaanku. Aku akan tidur sekarang...jalja Kyungsoo-ya", ujar Jaehee sambil beranjak dari sofa dan hendak berjalan menuju kasurnya namun....
TAP..... tiba-tiba langkah Jaehee terhenti ketika ia merasakan lengan Kyungsoo bergerak melingkari pundaknya, memeluknya dari belakang. Jaehee terpaku di tempatnya ketika merasakan sisi samping kanan wajah Kyungsoo yang bersentuhan dengan sisi kiri wajahnya sendiri.
"Chakkaman Jaehee-ah...", bisik Kyungsoo di telinga Jaehee. Mereka terdiam selama beberapa detik. "Kau ini....kenapa cerewet sekali? terus saja berbicara tanpa memberiku sedikitpun kesempatan untuk menjelaskan", ucap Kyungsoo lagi masih sambil memeluk Jaehee dari belakang. "Kumohon dengarkan dulu penjelasanku...", pinta Kyungsoo pelan. "Ini bukan persoalan tentang kekuatan yang kau miliki atau tidak. Aku sja tak yakin dengan diriku sendiri lalu bagaimana bisa aku mengetahui kekuatan yang lainnya termasuk dirimu”, ujar Kyungsoo yang kemudian terdiam sesaat.
"Aku membutuhkanmu karena.... memang kau bisa membantuku mengontrol amarahku dan kau bisa membuatku lebih tenang. .....Aku sadar bahwa aku.... juga pasti sering membuatmu kesal, tapi kau tak pernah membenciku dan menjauhiku setiap kali aku membuatmu kesal. Bahkan ketika diriku yang lain ini muncul dan membuat yang lain takut dan menjauhiku, kau justru menghampiriku padahal aku bisa saja menyakitimu seperti aku menyakiti Myungeun...", Tak ada sepatah katapun keluar dari mulut Jaehee.
“Selain itu…perihal mengapa kau bisa terhisap ke tempat ini….kurasa…..aku lah penyebabnya”, gumam Kyungsoo.
Jaehee melepaskan tangan Kyungsoo lalu berbalik menatapnya. “Apa maksudmu?”, Tanya Jaehee curiga.
“Kurasa kau sudah mengenaliku bahkan sejak kau masih berada di real world matchi?”, Tanya Kyungsoo.
Jaehee mengangguk pelan. “Kau…namja yang selalu muncul di hadapanku…kau juga sempat meminta tolong pada-“, Jaehee mendadak terdiam. Ia ingat di hari sebelum ia terbawa kemari. Ia sempat melihat Kyungsoo dan namja itu sempat meminta tolong padanya meskipun ia tak tahu pertolongan apa yang dimaksud Kyungsoo saat itu. “Saat itu kau meminta tolong padaku agar aku bisa mengeluarkanmu dari sini?”, Tanya Jaehee yang kini mulai mengerti semuanya.
“Maja…”, gumam Kyungsoo. “Kau hanya satu-satunya orang di real world yang bisa kulihat dan kuajak bicara saat itu….di hari dimana kau tiba di sini untuk pertama kalinya, sebelumnya aku sangat berharap bahwa kau bisa mengerti maksud pertolonganku dan menolongku…tapi yang terjadi justru sebaliknya…kau justru terhisap kemari. Saat itu aku sangat frustasi dan begitu kesal pada diriku sendiri, karena dengannya masuknya kau kemari…maka pupus sudah satu-satunya harapanku untuk bisa keluar dari tempat ini”, ujarnya. “Maka dari itu……aku selalu bersikap dingin padamu karena aku kesal pada diriku sendiri…au sadar aku terlalu bergantung padamu, padahal kau tak tahu apapun….mianhae”, sambungnya.
Jaehee menatap Kyungsoo tak percaya. Berbagai macam perasaan bercampur aduk dalam dirinya saat ini. Ia tak tahu apakah ia harus marah atau tidak pada namja di hadapannya ini. “G-Gurae?”, Tanya Jaehee tak percaya.
“Di hari dimana kita bertengkar hebat dan kau memutuskan untuk pergi, disitulah kejadian aneh mulai terjadi padaku yang menjadi tanda awal munculnya m-monster dalam diriku. Begitupun juga, dihari dimana aku menyerang Myungeun….yang kulihat saat itu sesosok berjubah hitam yang terus mencoba mempengaruhi pikiranku…aku sama sekali tak tahu jika itu Myungeun…lalu kau muncul tak lama setelahnya dan sosok berjubah hitam yang sempat kulihat, hilang ditelan cahaya putih dan aku bisa melihat semuanya kembali…..”, ujar Kyungsoo.
“Kau….tak bisa melihat Myungeun tapi kau bisa melihatku?”
“Eung…aku juga tak tahu mengapa…tapi kurasa hal-hal yang kuceritakan sebelumnya memang berhubungan satu sama lain”, ujar Kyungsoo. "Sejak itu aku selalu merasa jauh lebih tenang jika kau ada di dekatku... aku bisa menjadi diriku sendiri dan kau tetap memperlakukanku apa adanya. Selama ini aku hanya menceritakan ini semua pada Yaeji. Ia memberitahuku bahwa kemampuan dalam diri kita ini hanya bisa dikontrol oleh perasaan kita sendiri. Aku merasa bahwa…bahwa kau bisa membantuku mengendalikan diriku .A-aku sendiri tak tahu kenapa aku tiba-tiba melakukan hal itu padamu! Mianhae…. Tapi yang jelas...aku merasa nyaman berada di dekatmu", ujar Kyungsoo mengakhiri perkataannya yang tertahan sejak tadi.
Jaehee menghela nafas pelan. "Lalu...apa yang kau mau dariku?"
Kyungsoo terdiam sejenak. "Temani aku sampai aku bisa mengendalikan monster dalam diriku ini", ujarnya. “Aku…aku akan berusaha untuk memperbaiki kesalahanku yang pernah kulakukan padamu, dulu…”
"Gurae...", ujar Jaehee. Ekspresi murung masih sedikit terlihat di wajahnya.
"Kau...masih kesal padaku?", Tanya Kyungsoo hati-hati.
"Eung...sedikit", gumam Jaehee tertunduk lesu. "Ah neo wae gurae?! Kenapa kau harus melakukan ini semua padaku? Aish….ottokhanya? Aish...michigetda", gerutu Jaehee sambil mengacak-acak rambutnya sendiri frustasi. Namja itu membuat emosinya naik-turun layaknya roller coaster. Kadang ia membuatnya kesal tapi kadang di saat bersamaan ia membuatnya berdebar. Ia ingin marah tapi ia tak bisa benar-benar marah. Semenyebalkan apapun sikap Kyungsoo padanya, entah mengapa ia tak pernah benar-benar bisa membenci namja itu.
"Psh...jincha...", jawab Kyungsoo tersenyum tipis. Kyungsoo pun menarik Jaehee ke dalam pelukannya. "Mianhae...sebagai gantinya, aku akan selalu melindungimu apapun yang terjadi", gumamnya pelan.
Jaehee terdiam dalam pelukan Kyungsoo. Jantungnya mendadak berdebar cepat. "Dan Taehyung...kau harus melindungiku dan Taehyung", gumamnya setelahnya.
"Kau dan Taehyung", ujar Kyungsoo mengulangi ucapan Jaehee sambil tersenyum tipis.
KLOTAK! Jaehee dan Kyungsoo tersentak dan Jaehee refleks mendorong Kyungsoo dan melepaskan pelukan mereka. " Siapa disaana?!", Kyungsoo menatap tajam ke arah sumber suara. Ia juga menghampiri tempat dimana sebuah benda terjatuh, tapi tidak menemukan siapapun disana. Ia pun kembali ke hadapan Jaehee.
"Nuguji?" Tanya Jaehee.
"Eobseo... Sebaiknya kita tidur", Kyungsoo menyentuh lengan Jaehee seraya menariknya pelan, namun Jaehee menahannya.
"Chakkaman.. Ada satu hal lagi yang ingin ku bicarakan", Jaehee balik menarik tangan Kyungsoo. Ia membuka buku yang biasa ia gunakan untuk menggambar. "Aku tak yakin, tapi.. aku ingin mencoba sesuatu, tapi karena aku tak mau melakukannya sendiri karena aku takut gagal dan..."
"Araseo.. Aku di sini bersama mu", Sambar Kyungsoo cepat. Ia menggenggam tangan Jaehee. "Josimhaeyo"m Ujarnya dijawab dengan anggukan oleh Jaehee.
***
"Bagaimana?", ujar gadis berdress putih selutut sembari berdiri membelakangi seseorang di belakangnya.
"Belum ada perkembangan apapun nona.... sepertinya anak-anak itu mengetahui rencana Tuan tentang arwah-arwah tersebut", ujar gadis yang satunya yang berdiri di belakang gadis itu.
"Tadi pagi kami juga gagal menangkap dua orang dari mereka..", Lapor Chanyeol dengan wajah kesal. "Dan pasukan arwah itu juga tidak banyak memberi kontribusi untuk kita!"
"Bukankah sudah kubilang semuanya bahwa pasukan arwah itu tidak akan terlalu berguna!. Tapi dia tak pernah mendengarkanku!", bentak gadis itu.
"Tapi bagaimana mereka tahu tentang arwah-arwah yang mengawasi mereka di depan perpustakaan sehingga mereka sudah waspada dan hanya mengijinkan gadis tak terlihat itu keluar?", gumam gadis itu.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Molla....tapi aku akan mencoba 'melihat' apa yang sedang mereka lakukan", ujar gadis itu. Beberapa menit kemudian, gadis itu memejamkan matanya. "Sial...aku tak bisa melihat apapun!", gerutunya. "Argh...", rintihnya tiba-tiba sambil bersandar dan terduduk di kursinya.
"Nona, apa kau baik-baik saja?" tanya gadis yang satunya lagi.
"Ne......Nan gwenchana...", ujar gadis itu yang wajahnya perlahan memucat "Seseorang sedang memblokir penglihatanku. Berani-beraninya dia! akan kuberi ia peringatan!" gerutu gadis itu geram. “Eunhee-ah, hempaskan aku hingga membentur tembok itu”, ujar gadis itu sambil menunjuk sebuah dinding tak jauh darinya.
"T-Tapi...bagaimana denganmu nantinya?" Tanya Eunhee.
"Gwenchana...aku hanya ingin memberi sedikit peringatan pada anak itu", ujar gadis itu.
"T-Tapi..."
"CEPAT LAKUKAN!" bentak gadis itu.
"N-Ne...", ujar Eunhee yang kemudian mengangkat tangannya lalu menggerakkannya WHOOOOSSSHHH.....BUKKKK!! gadis itu melayang menghantam tembok lalu sosoknya menghilang dalam kepulan asap hitam dan kembali lagi ke hadapan Eunhee beberapa detik kemudian.
"Hidungmu mengeluarkan darah!", seru Eunhee.
"Gwenchana...yang penting salamku tersampaikan melalui anak bodoh itu" ujarnya sambil tersenyum licik.
***
Kyungsoo duduk di hadapan Jaehee. Yeoja itu sempat menceritakan apa yang terjadi padanya belakangan ini juga apa yang terjadi pada Joonmyeon ketika ia berada di dekatnya.
"UHUK!", tak lama kemudian, Jaehee terlihat tersentak. Darah perlahan mengalir dari hidungnya.
"J-Jaehee-ah!!", seru Kyungsoo panik. Ia segera bergegas menahan yeoja itu ketika dilihatnya tubuh Jaehee sudah mulai goyah dan hampir saja terjatuh. "Ya! Ireona!", seru Kyungsoo menepuk-nepuk pipi yeoja itu namun ia tak juga membuka matanya. “Y MOON JAEHEE!”
¢¢¢TBC¢¢¢