NEXT DAY
"Noona, ada beberapa alat yang sulit didapatkan.. kita tidak bisa membuat ini dengan mudah.. Hahahaha.. kalau bukan karena sedang ada yang jatuh cinta pasti benda ini sudah selesai dengan cepat", Ujar Sehun tertawa lebar. Ia menghamburkan setiap bagian dari apa yang sedang di buatnya ke atas meja.
"Jangan protes terus.. kapan kita buat kalau kau bergosip terus?", Sindir Yichan.
"Mereka itu memang tukang gosip Yichan-ah", Sambar Yoojin. "Dia dan Yoonjae. .." Yoojin menunjuk Sehun dengan gerakan bibirnya.
Sehun terbahak-bahak, meski tangannya bekerja tapi fokus dan pikiran Sehun berkeliaran kemana-mana. "Ah majayo.. aku sampai lupa ahahah"
"Apa lagi?", Tanya Yichan seperti sudah mengetahui Sehun akan membahas hal lain lagi. Yichan sudah hafal betul tabiat Sehun. Bekerja sama dengannya selalu membuat Yichan sabar lahir dan batin
"Kalian bilang Junmen hyung sudah berada disini sejak dua minggu lalu? kkkk Lalu bagaimana reaksi yeojachingunya itu? kkkk", Tanya Sehun layaknya penggosip level tinggi. Walau ia tidak fokus, tanpa buku sekalipun ia menghafal setiap hal yang harus Yichan kerjakan. "Bagian 12 balik, Putar dengan bagian 7, satukan dengan no 4.. dorong ke kiri sedikit sampai mereka menangkup.. lalu", TAKKKK! "Ouch.."
Yichan menggerakkan gagang sapu untuk mengetuk kepala Sehun. "Pelan-pelan, kau pikir aku robot? dasar operator pabrik"
Sehun mengusap kepalanya yang diketuk oleh Yichan dengan sapu. "Ahahaha.. memang sulit bekerja dengan anak jenius seperti diri ku ya noona? Hahaha!", TAKK! "Ouch.. sakit noona~", Kali ini sebuah baut yang dilibatkan kertas bertuliskan angka 19 melayang, mengetuk kening Sehun.
"No 19 diapakan?", Tanya Yichan santai seolah tak melakukan kejahatan apapun. Dengan Santai Yichan menikmati puding cokelat karena barang-barang yang Sehun sebutkan bisa merakit diri mereka sendiri tanpa harus disentuh.
"Hahaha.. aku belum diberitahu bagian itu", Jawab Sehun. Ia menoleh ke arah Yoojin "Hey doctor~~ no 19 diletakkan kemana?", Tanya Sehun.
"Dimana saja suka-suka kalian" Jawab Yoojin sembari bertolak pinggang.
"Hahahah noona.. kau ngambek kkk" Tanya Sehun justru terkesan meledek Yoojin karena ia tak terus tertawa.
"Gara-gara kau", Tuduh Yichan datar.
"Ayo jangan marah,. nanti kepala ku sakit doctorr~~", ujar Sehun yang memang sulit serius itu. "Kau kan tahu penyakit ku.. sekarang kambuh sungguhan karena doctor noona marah", Sehun mengusap mata dibalik kacamata hitam yang ia kenakan.
"Sudah maafkan saja.. Anak gila ini sudah minta maaf doctor", ujar Yichan.
Sehun menyenggol Yichan dengan sikutnya. "Ya noona, dia ngambek pada mu juga kkkk! cepat pasang ekspresi bersalah"
"Ini sudah", Jawab Yichan sementara ekspresinya tetap seperti biasanya: datar.
"Apa salah ku harus menunggui kalian bekerja di sini?", Yoojin mengangkat kedua tangannya sedada layaknya sedang berdoa. Kondisi menyedihkan terperangkap dengan dua mahluk yang sulit dimengerti ini.
"Kkk Suruh Yaeji noona saja kesini kkk", Sambar Sehun. "Hey doctor~ Jadinya nomor 19 bagaimana?"
"Satukan dengan hasil bagian 1, 3, dan 5", Jawab Yoojin tak mau memperpanjang perkara.
"Oke!!!", Jawab Sehun. Belum beberapa detik, ia memegangi perutnya. "Dokter, boleh aku makan dulu? he... hehehehe"
"Yaeji-ah..tolong aku hing~", Yoojin menghela nafas pasrah.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
12. 05 AM
Yoonjae mengotak atik isi notenya, mengerahkan seluruh pikiran, imajinasi dan seluruh saraf dalam kepalanya. "Namja api, penghancur ilmu pengetahuan.. yeoja penghisap oksigen, namja pengendali tumbuhan mati.. disini.. lalu disebelah sana love, key, sun, the rebuilder.. aisshh.. pola nya harus tepat.. hufh issh", Yoonjae bergumam sembari mencoret-coret bukunya.
Miyoung meletakkan sekotak makanan di atas meja untuk Yoonjae. Ia duduk di samping Yoonjae sembari sedikit demi sedikit memperhatikan. "Makan dulu, sudah satu jam kau hanya berkutat dengan hal itu"
"Aku hanya menghabiskan satu jam waktu ku.. tapi mereka yang berada di sana bisa menghabiskan sekiranya dua minggu hidup dalam keadaan tak menentu", ujar Yoonjae menyingkirkan makanan pada meja itu. "Berikan pada yang lain saja, terima kasih sudah menawarkan", Tolak Yoonjae secara halus.
"Aku sudah membelikan makanan untuk semua, ini memang milik mu", Jawab Miyoung. "Kalau kau memang belum lapar tidak masalah, lanjutkan saja dulu"
"Ne.. ", Yoonjae menengok ke belakang, memastikan adik-adiknya telah menghabiskan makan siangnya. Ia baru menyadari Minhyuk tidak berada di tempat. "Dimana Minhyuk-ssaem?"
"Ia berbicara dengan Ayahnya Jongdae di telpon, tadi ia keluar dulu", Miyoung menatap Seohyun yang masih tertunduk lemas tanpa mau mengucapkan apapun lagi selama lebih dari satu jam. "Kau mengenal anak ajuma itu kan? apa hubungan mu dengan anak itu?"
Pertanyaan Miyoung mengagetkan Yoonjae. Tapi Yoonjae menanggapi pertanyaan itu dengan tenang. "Moreugesseoyo, aku mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu. Saat itu aku kehilangan seluruh ingatan ku, jadi aku juga tak terlalu yakin dengan gambaran di kepala ku.. tapi ini aneh sekali.. Apa kau perca...", Yoonjae menatap Miyoung langsung untuk pertama kalinya. Pandangan, mereka terpatri sempurna. Yoonjae membuka lebar matanya, menatap dalam Miyoung.
Miyoung menjadi gugup ditatap seperti itu. "Eung.. eumh.. wae? Kenapa kau menatapku begitu?", Ia hendak beranjak dari hadapan Yoonjae, namun Yoonjae segera menahan tangannya.
"Chakkamanyo.. aku menemukannya di dalam mata mu", Ujar Yoonjae. Terlihat warna lain dalam bola mata Yoonjae.
Miyoung terlonjak begitu menyadari ada yang tidak biasa dari tatapan Yoonjae. Miyoung juga melirik tangan Yoonjae yang mendadak bergerak menuliskan banyak hal dalam bukunya. Miyoung menjaga tatapan matanya agar tak terlepas dari Yoonjae. Ia juga membantu membalik kertas dalam buku Yoonjae setiap Yoonjae selesai menulis pada satu halaman buku. Ia juga tidak mengerti alasan ia tiba-tiba saja membantu Yoonjae melakukan semua itu.
Seohyun memerhatikan apa yang dilakukan oleh Yoonjae dan Miyoung. Ia menggigit bibirnya kesal. "Sial…kenapa Key yang lainnya harus muncul di saat seperti ini? Mereka pasti tengah terhubung”
"Bibi"
Panggilan Siyou membuat kaget Seohyun yang sebelumnya sedang kesal karena Yoonjae dan Miyoung. Ia membuang muka dari Siyou. Siyou berlutut didepan kursi tempat Seohyun terikat sembari menyodorkan sepotong roti. "Pergilah"
"Bibi kau juga pasti lapar.. ini makanlah. Aku akan memegangi roti ini agar kau bisa makan", Tawar Siyou.
Seohyun menatap mata Siyou mencoba mencari apa yang Siyou miliki.. namun SHUNG! Kekuatannya seperti berbalik dan terblock oleh kekuatan lain. Ia pun melihat sebuah rambatan kekuatan yang mengelilingi Siyou merambat melalui lantai dan berlabuh pada jari Jungkook yang berjarak dua meter dari posisi mereka. Seohyun tersenyum meremehkan ke arah Jungkook yang sejak tadi juga tidak melepaskan pandangan dari Seohyun. "Fierce little shelter cih.."
Siyou mengalihkan pandangannya bergantian pada Seohyun dan Jungkook yang saling melempar api melalui kontak mata mereka. "Jungkookie.. merindukan kakaknya, sama seperti bibi merindukan anak bibi", ujar Siyou.
DEG.. Seohyun terdiam, dadanya terasa sesak. "How did you know what I Fe... wait a minute! i know who you are"
"Bibi.. nilai bahasa asing ku kurang baik, aku mengerti apa yang bibi katakan, tapi aku bingung harus menjawab apa..", Siyou tersenyum tenang. "Sejujurnya aku sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. Mengapa bibi melakukan semua ini? apa yang terjadi pada anak bibi? ataupun apa yang Oppadeul dan eonnideul sedang lakukan, tapi bibi... tidakkah bibi berfikir mungkin kalaupun apa yang bibi rencanakan berhasil, itu berarti akan semakin banyak orang yang merasakan apa yang bibi rasakan", Siyou dengan suara volume rendah khas dan tatapan sedihnya kembali menyodorkan roti untuk Seohyun "Karena aku.. mendengar suara tangis yang sama di lubuk hati terdalam dari semua orang yang berada di ruangan ini.. sakit itu... juga sama dengan hati ku, begitu juga dengan bibi"
Senyum lirih ditunjukkan oleh Seohyun. "Aku tidak seharusnya bicara padamu?"
"Waeyo bibi?" Tanya Siyou.
"Kau bicara tanpa mengetahui siapa diri mu yeoja kecil", Ujar Seohyun setengah berbisik. "Kau tidak mencoba mencari tahu mengapa kau bisa mendengar suara tangis di hati setiap orang? Apa kau tidak penasaran dengan apa yang kau miliki?", Pertanyaan demi pertanyaan Seohyun ajukan dengan sedikit lirih, kepolosan Siyou membuat Seohyun kasihan pada anak itu.
Siyou menggeleng. "Apapun itu.. aku.. hanya berharap apa yang ku miliki dapat membantu yang lain, tapi kalau memang tidak, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Yoonjae Oppa bilang, semua kekuatan yang dibutuhkan telah kau bawa ke dimensi lain.. Dimensi tempat Suho Oppa berada saat ini"
"Gurae.. Geu namjaga.. ", gumam Seohyun "Seharusnya kau membenci ku karena aku telah membawa namja yang selalu bersama mu itu ke sana.. tapi kau.."
"Bibi mengatakannya sendiri bukan?"
"...."
"Bibi berkata.. aku bisa membaca hati mu, juga yang lainnya. Kalau sudah seperti itu.. Bagaimana aku bisa membenci seseorang yang ku ketahui juga merasakan sakit yang sama dengan ku?", Tatapan Siyou semakin sendu. "Sudahlah bibi, lebih baik sekarang bibi makan dulu.. kalau bibi sakit, bibi tidak bisa bertemu dengan anak bibi nanti"
Seohyun semakin tersenyum miris. Ia tidak tahu ia akan bertemu banyak anak wanita yang memperlakukan seperti seorang ibu jauh lebih baik dari anaknya sendiri. Ia mengigit sepotong roti yang disodorkan oleh Siyou, mengunyah roti tersebut dengan perasaan bersalah yang mendalam. Kepala Seohyun semakin tertunduk. Waktu yang berlalu menekan jiwa rapuhnya, mengubahnya menjadi tetesan tetesan air mata perih seorang ibu.
"Bibi~", Panggil Siyou memegangi dadanya yang ikut sesak melihat Seohyun. Jelas.. karena Siyou dapat merasakan apapun yang dirasakan oleh hati orang lain.
"Ia berikutnya.. Hikss…..kunci untuk membuka gerbang Third eye", ujar Seohyun lirih. "Katakan.. Hikss.. katakan pada namja disana hiks", Namja disana yang Seohyun maksud adalah Yoonjae.
Pipi Siyou basah oleh air matanya. Ia dapat merasakan pertentangan hebat dalam diri Seohyun saat ini. "Bibi.. gwenchanayo? Hiks"
"Cepat.. ", Perintah Seohyun. "Sedikit waktu ditempat ini, bisa berati untuk mereka disana. Terlmbat satu menit pun bisa membuat mereka terbunuh"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Taehyung membuka pintu-pintu pada rak dapur. Ia kecewa karena makanan tidak sebanyak dan selengkap beberapa waktu terakhir. "Jaehee! Moon Jaehee!", Teriak Taehyun memanggil sang noona dengan nada tidak sopan.
"Neoya!! ishh", BLETAKK! Jaehee menghampiri Taehyung dan langsung menghajarnya.
"Apasih..kau suka sekali pukul-pukul kepala ku, kalau kecerdasan ku berkurang kau harus tanggung jawab!", Seru Taehyung tak terima.
"Astaga sombongnya..", gerutu Jaehee.
Taehyung membuang muka kesal. "Shikkeureo!", Pekiknya. "Jaehee aku lapar", Adunya setelah mencari perkara dengan sang kakak. Taehyung mendengar suara langkah kaki seseorang. Tidak lama setelahnya Suho datang membawa bahan makanan. Taehyung langsung malas ketika melihat Suho. "Iyuwh.."
"Eoh! Jaehee dan Taehyung disini?", Tanya Joonmyeon terkejut. "Ini aku bawa bahan makanan, mau masak bersama?", ujar Joonmyeon menawarkan.
"Ah maaf, kami tidak lapar", Taehyung menarik tangan Jaehee meninggalkan dapur. "Ayo Jaehee"
"Ya T..tapi tadi kau bilang"
***
Jaehee melangkah ke ruang tengah. "Ah mwoya? Tadi ia bilang lapar...sekarang tidak...dasar anak aneh", gerutu Jaehee akan sikap Taehyung sebelumnya. Ia kemudian melihat Baekhyun tengah duduk sendiri di salah satu kursi. "Baekhyun-ah, tadi kau pergi keluar dengan Joonmyeon mengambil bahan makanan?", Tanya Jaehee saat berpapasan dengan Baekhyun. Baekhyun menggeleng menandakan ia tidak pergi kemanapun. "Kau sakit?" Tanya Jaehee lagi setelah melihat kondisi Baekhyun tidak bersemangat.
"Ani", Jawab Baekhyun memain-mainkan bunga yang diletakkan pada vas diatas meja. "Dia pergi sendiri mungkin"
"Hm...gurae", Jaehee bingung mengajak bicara Baekhyun karena Baekhyun sedang kurang merespon dengan baik. Ia bosan dan melihat sekitanya. Matanya tertarik pada tempat tidur Yaeji "Ya Baekhyun-ah, Joonmyeon mengatakan padaku kau memarahi Yaeji setelah Myungeun terluka dua minggu yang lalu. Kau tidak berniat memperbaiki hubunganmu dengannya? Kasihan dia.. dua hari ini ia hanya meringkuk dikasurnya saja seperti itu”
"Mau minta maaf bagaimana? dia pergi setiap kali melihat ku", Jawab Baekhyun.
"Itu juga salah mu.. kalau aku jadi dia, aku juga pasti takut pada mu. Jangan samakan hati Yeoja dengan Namja", gerutu Jaehee. "Hehe.. kenapa aku jadi emosi? Mianhae", Ia beranjak dari kursinya. "Aku ingin membangunkan Yaeji, Taehyung sejak tadi meminta makan, tapi ia tidak mau masakan Joonmyeon hufh~", Jaehee beejalan tenang mendekati tempat tidur Yaeji.
"Brukk!", Jaehee menabrak Myungeun yang muncul dari sisi rak buku saat berjalan. "Mianhae Jaehee-ah", Ujar Myungeun membungkuk. Myungeun tidak sengaja bertatapan dengan Baekhyun. Keduanya saling mengalihkan pandangan setelah itu.
Jaehee menangkap keanehan yang terjadi antara Baekhyun dan Myungeun. "Mereka berkelahi?", gumam Jaehee. Ia tidak mau ambil pusing. Ia kembali berjalan sampai ke tempat tidur, lalu menggerak-gerakkan selimut yang menutupi seluruh tubuh Yaeji hingga kepala. "Yaeji-ah"
"Yaeji tidak ada disana", Seru Myungeun. "Aku melihat ia bicara dengan Kyungsoo di tempat biasa ia bersama Yichan dan Yoojin eonnie bicara”
"Jincha!? Tapi sepertinya aku tidak lihat Yaeji bangun sedari tadi", Jawab Jaehee bingung.
"Tapi aku baru saja bertemu dengan mereka berdua tadi", sanggah Myungeun
Selagi Jaehee dan Myungeun bicara, “Bruuk!”, Dua buah buku jatuh di dekat Baekhyun duduk. Baekhyun memicingkan matanya karena ia menangkap selimut Yaeji seperti bergerak setelah itu. "Buka saja selimutnya kalau ingin tahu", respon Baekhyun.
Jaehee membuka selimut yang menutupi kepala Yaeji. Jaehee mengerutkan dahi. "Tidak ada kan?" Ujar Myungeun memastikan.
Jaehee tidak menjawab karena malas berdebat. "Ada apa ini.. eungg hoaam~", Yaeji menurunkan selimutnya dan menampakkan diri dari balik selimutnya.
"T.. tidak mungkin!", Sangkal Myungeun masih tak dapat mempercayai apa yang dilihatnya. "K-Kau tadi bersama Kyungsoo disana kan?" Ia menunjuk meja ditengah rak-rak buku.
Kyungsoo muncul dari arah yang ditunjuk oleh Myungeun. "Kau pasti salah liat, aku sendiri sejak tadi", Ujarnya datar.
"Uhukk emmh...uhuk! uhuk!" Yaeji berdehem, ia memegangi bagian tenggorokannya agar terlihat sedang tidak sehat, namun ia mencuri pendang ke arah Kyungsoo semacam memberi signal untuk Kyungsoo.
"Ya...neo gwenchana? Kau sakit? Mau kuambilkan obat?", tanya Jaehee.
Kyungsoo sedikit salah tingkah. Ia melihat kesana kemari sebelum akhirnya mendekati Yaeji dan Jaehee dan mengulurkan tangannya. "Ya Moon Jaehee.. kau ikut aku. Aku ingin mengambil obat"
"Kenapa harus aku? Lagipula Bukankah Yoojin eonnie sudah mengambil persediaan ob... yaayaa!!", Pekik Jaehee saat tanpa persetujuannya Kyungsoo menariknya begitu saja. Ia terpaksa berdiri dan mengikuti langkah Kyungsoo keluar dari perpustakaan.
Yaeji tersenyum tipis melihat Kyungsoo menarik Jaehee. "Hwaiting..", ucapnya amat pelan. Ia tidak menyadari Baekhyun dan Myungeun menatapnya penuh kecurigaan. Begitu ia sadar, ia merubah ekspresinya. "Hooaa.. aku masih mengantuk", ujarnya beralasan. Ia segera kembali tertidur, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Baekhyun semakin kesal dengan kelakuan Yaeji yang kerap kali menyakiti Myungeun, temannya sendiri. Ia hampir mencelakai Myungeun dan sekarang ia juga malah menjodohkan namja yang Myungeun sukai dengan yeoja lain. Meski suasana canggung sedang melanda Baekhyun dan Myungeun, ia memberanikan diri untuk menarik tangan Myungeun. "Myungeun-ah, ayo kita masak saja! aku lapar!"
"Ne", Jawab Myungeun seraya mengikuti langkah Baekhyun.
Yaeji mengehla nafas lega begitu Baekhyun dan Myungeun pergi.. "Hufh hampir saja"
SRUKK~ "Noona!"
“Kyaa..!!"
Tangan seseorang muncul dari balik selimut tempat tidur Baekhyun. Di samping tempat tidur Yaeji, tangan itu sigap menutupi bibir Yaeji. Kemudian muncul kepala Taehyung dari balik selimut. "Eheehehheeh.. ini aku Noona", Taehyung melepaskan tangannya dari bibir Yaeji. "Mianhaeyo noona, aku membekap noona" pintanya sopan.
Seperti biasa Yaeji mengusap-usap kepala Taehyung manja. "Aigooya. gwenchana, aku hanya sedikit kaget saja. Kenapa kau bersembunyi begitu, sejak kapan kau di kasur Baekhyun?"
"Hehe Baru saja, saat noona pura-pura tidur", Jawab Taehyung. "Hemm noona~" Panggilnya dengan suara aegyo. Sekalipun Taehyung adalah anak yang nakal, ia bertingkah manis dihadapan Yaeji karena Yaeji adalah satu-satunya mahluk bumi yang mengatakan bahwa ia lucu dan manis. "Gomawoyo", Taehyung memeluk Yaeji.
"Wae?", Tanya Yaeji lagi-lagi mengelus kepala Taehyung.
Taehyung tersenyum tapi matanya berkaca. "Noona.. aku.. melihatnya..." Noona.. jangan menghilang-menghilang lagi"
DEG... Yaeji tersentak dengan ucapan Taehyung.
Taehyung masih erat memeluknya. "Aku takut tidak ada yang menyayangi ku lagi nanti. Aku juga tidak bisa membuat Jaehee kesal lagi nanti. Jaehee selalu cemburu kalau aku memeluk noona. Dia iri karena aku hanya sekali saja memeluknya.. Tapi noona~ aku suka melihat Jaehee cemburu pada mu, karena saat itu aku tahu ia menyayangi ku"
Rasa haru sesak menghimpit dada Yaeji. Ia tidak pernah mendengar ucapan semacam ini selain dari Jungkook. "Nanti kalau kita pulang.. Aku juga akan memeluk noona di depan Jungkook",Janji Taehyung.
"Agar noona tahu rasa bahagia saat saudara noona mencemburui noona karena noona memeluk adik orang lain. Karena itu.. noona jangan pergi, noona jangan seperti hantu. Noona jangan dengarkan Baekhyun hyung, mulutnya memang seperti petasan banting. Lain kali noona juga teriak saja kalau dimarahi oleh Baekhyun hyung lagi.. biar aku dan Kyungsoo hyung menyelamatkan noona, nanti aku ajak Jaehee juga"
"Ne.. hh~ G.. hh.. Gomawo Taehyung-ah", Yaeji melepaskan pelukan Taehyung. Ia meletakkan kedua tangannya di pipi Taehyung. Yaeji kemudian mencubit pipi Taehyung gemas "Kau ini kenapa lucu sekali? Hm?"
"Aww noona!", seru Taehyung. "Ah noona!" Panggilnya.
"Hem?"
"Noona, noona juga harus bantu aku. Kita jadi Team Jaehee-Kyungsoo, Ok noona? Jangan biarkan Jaehee noona kembali pada Joonmyeon hyung!", Ajak Taehyung bersemangat. Yaeji hanya tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan ucapan Taehyung agar Taehyung senang. "Noona, aku punya rahasia", Taehyung lantas membisikkan sesuatu di telinga Yaeji cukup lama. Setelah selesai ia dan Yaeji mengaitkan jari. "Jangan beritahu siapa-siapa, Yakseok"
"Ne" Jawab Yaeji tersenyum.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Jaehee berjalan mengikuti Kyungsoo yang berjalan tak jauh di depannya. “Ah ige mwoya? Kenapa kita harus mengambil obat lagi? Yoojin noona sudah mengambil obat-obatan lengkap kemarin?”, gerutu Jaehee.
“Aku tak menemukan obat flu”, jawab Kyungsoo datar.
“Jincha? Gurae…”, ujar Jaehee mempercayai begitu saja ucapan Kyungsoo. “Ah tapi kenapa harus denganku? Kau bisa pergi bersama Baekhyun atau Myung-“
Kyungsoo menghentikan langkahnya lalu berbalik menoleh kea rah Jaehee. Ia cukup pusing karena yeoja itu terus-terusan menggerutu. Tapi sesaat, ia teringat pembicaraannya dengan Yaeji sebelumnya.
“Wae? Apa aku salah bicara? Ya…ada apa denganmu, Baekhyun dan Myungeun? Kenapa kalian bicara seperti orang asing begitu? Apa kalian bertengkar?”, Tanya Jaehee bertubi-tubi tanpa mengetahui apa yang terjadi kemarin.
Kyungsoo hanya menghela nafas lalu memijat dahinya sesaat. “Sudahlah…”, gumamnya lalu berbalik dan kembali berjalan mendahului Jaehee.
“Issanghae”, gumam Jaehee. Ia pun berjalan cepat hingga akhirnya ia menyusul Kyungsoo dan berjalan berdampingan dengan namja itu. "Kyungsoo-ya, kau menyimpan sesuatu, iya kan?". Dugaan Jaehee normal saja, mengingat sikap Kyungsoo hari ini lain sekali dengan kemarin. "Kau sudah sembuh? Apa kau baik-baik saja sekarang? Bagaimana kau bisa sembuh? Apa yang menyebabkan kau.."
"Geumanhae" Potong Kyungsoo. "Tanya satu-satu, kau pikir aku komputer terprogram yang bisa menjawab jutaan pertanyaan mu sekejap saja?", Lanjutnya seperti kembali kepada Kyungsoo yang ketus biasanya.
"Ssh~ arasseo..", gerutu Jaehee pasrah. Tak lama kemudian mata Jaehee menangkap beberapa bayangan putih melayang-layang di dekatnya dan Kyungsoo. Tiba-tiba ia merasakan bulu kuduknya berdiri. Tanpa di sadarinya, ia berjalan merapat pada Kyungsoo dan tangannya menarik lengan baju Kyungsoo.
"Wae?", tanya Kyungsoo ketika melihat Jaehee menyentuh lengan bajunya.
"A-Ani...", gumam Jaehee mencoba menyembunyikan ketakutannya.
"Kau melihat sesuatu?", tanya Kyungsoo lagi.
"A-Ani...gwenchana", gumam Jaehee.
Kyungsoo sempat terdiam,menatap Jaehee curiga. Jaehee hanya tertunduk menghindari tatapan curiga Kyungsoo. Hingga Tak lama kemudian, ia merasakan sesuatu menggenggam tangannya. Jaehee melirik tengannya yang digenggam erat oleh Kyungsoo. Hanya karena melihat tangan mereka saling terpaut, jantung Jaehee berpacu Dug.. Dug..Dug "Control Moon Jaehee.. Control" perintah Jaehee pada jantungnya dalam hati.
"Aku juga masih mencari tahu apa yang terjadi", Jawab Kyungsoo justru disaat Jaehee hampir menyerah untuk mendapatkan jawaban. "Yaeji mengatakan padaku, aku harus mencari obat ku sendiri"
"Yaeji? Tunggu..", Jaehee menahan tangan Kyungsoo sampai keduanya menghentikan langkah mereka. "Jangan bilang pernyataan Myungeun mengenai Ia melihat kau bersama Yaeji sebelumnya itu benar?"
"...."
"Ya... Ya.. Siapa Yaeji sebenarnya? Hantu? Bagaimana ia bisa berada di dua tempat berbeda sekaligus?", Jaehee memaksa Kyungsoo untuk menjawabnya. Tapi Kyungsoo hanya memijat dahi pusing. "Kau tidak ingin memberi tahu ku?"
"Geunyang ka...", ujarnya kembali menarik Jaehee untuk berjalan.
"Issanghae", gerutu Jaehee namun ia akhirnya memilih diam dan tak bertanya banyak hal.
"Ya...", panggil Kyungsoo lagi.
"Mwo?"
"Kau....kau tak takut padaku?", tanya Kyungsoo hati-hati.
"Kenapa aku harus takut padamu?", tanya Jaehee cuek.
"Kemarin aku hampir saja menghabisi Myungeun. Kau bahkan melihatnya sendiri...bukan berarti hal yang sama tak akan terjadi lagi hari ini", ujar Kyungsoo. "Terlebih lagi aku selalu berkata menyakitkan padamu....apakah kau tak membenciku?"
Jaehee menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Kyungsoo. "Jadi kau sengaja memaksaku menemanimu karena kau ingin menghabisiku?"
"A-Ani...maksudku-"
"Lakukan saja", ujar Jaehee santai. "Semenjak aku berada di sini aku sudah tak punya lagi harapan hidup...aku bisa mati kapan saja. Kalau kau ingin membunuhku sekarang lakukan saja", ujar Jaehee. "Soal sikap ketusmu padaku, aku tak terlalu memikirkannya...karena aku pernah mengalami hal yang lebih buruk dari itu", ujar Jaehee menerawang seperti tengah mengingat sesuatu. “Aku sudah tak peduli dengan apa yang orang katakana tentangku”, gumamnya.
"Ya Moon Jaehee neo...", gumam Kyungsoo tercengang mendengar ucapan Jaehee. Ia menghela nafas. "Arasseo....mianhae...", gumam Kyungsoo tertunduk. Keduanya kembali berjalan dalam diam hingga tiba-tiba Kyungsoo menghentikan langkahnya.
"Wae? Wae?", tanya Jaehee bingung ketika Kyungsoo tiba-tiba diam. "Diamlah..ada sesuatu yang aneh di sini", ujarnya waspada.
"M-Mwo? Ya...j-jangan membuatku tak- Aaaahh!", Jaehee refleks membenamkan wajahnya di pundak Kyungsoo ketika matanya melihat salah satu bayangan putih itu bergerak cepat ke arahnya dari arah belakang mereka dan menembus tubuhnya.
Di saat bersamaan, Kyungsoo tiba-tiba merangkul Jaehee dan mendorong tubuh yeoja itu bersembunyi di balik salah satu pilar dinding. Ia mendorong Jaehee tiba-tiba setelah merasakan hawa disekitar mereka menjadi berbeda. Kyungsoo melihat sekelebatan bayangan putih melintas dari arah depan mereka dan hampir mengenai Jaehee.
"Tadi itu apa? ini pasti ada sesuatu yang tidak beres...", gumam Kyungsoo masih sambil memperhatikan bayangan putih yang melintas tersebut.
"Igo mwoya?! Igo mwoyaa?!", seru Jaehee ketakutan masih sambil membenamkan wajahnya di pundak Kyungsoo.
"Nado molla....tapi hawa di sini berbeda dari biasanya", ujar Kyungsoo. Ia kemudian sedikit menunduk lalu menyadari bahwa Jaehee masih memeluknya ketakutan. "Ya...bayangan itu sudah pergi"
"J-jincha?!", tanya Jaehee cepat. Ia refleks mengangkat wajahnya. "Ya...bayang putih tadi itu-", ujarnya kembali menoleh ke arah Kyungsoo dan ucapannya terputus ketika menyadari bahwa wajah namja itu hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya. "....apa?", sambungnya. DEG DEG DEG...Jantung Jaehee berdegup semakin kencang. Ia bisa merasakan aliran darahnya naik ke kepalanya dan menyebabkan wajahnya berubah merah padam. "Kontrol Jaehee-ah...Kontrol..." gumamnya dalam hati.
"Bukankah sudah kukatakan aku tahu?", tanya Kyungsoo datar sambil menatap Jaehee.
"G-Gurae? Ah...a-arasseo haha", jawab Jaehee gugup. "Aish sampai kapan kita harus begini?", gumam Jaehee pelan.
"Ne? Kau bicara apa tadi?" tanya Kyungsoo yang kini menatap Jaehee semakin intens, membuat jarak di antara wajah mereka lebih dekat.
"A-Aniyo...", jawab Jaehee yang wajahnya merona merah.
"Wajahmu kenapa memerah begitu?", tanya Kyungsoo yang semakin intens menatap Jaehee.
"Ah jinchayo? m-mungkin hanya p-perasaanmu saja haha", sangkal Jaehee "Ya...bukankah tadi kita mau mengambil obat? p-ppali!", ujar Jaehee salah tingkah.
Kyungsoo hanya diam menatapnya. Ia kembali teringat ucapan Yaeji sebelumnya.
***
"Apa yang terjadi pada kita..kurasa hanya ada satu hal yang bisa mengendalikannya...yaitu hati kita sendiri", ujar Yaeji.
"Tapi apa yang terjadi padaku sangat berbeda denganmu Yaeji-ah....ada monster di dalam diriku", ucap Kyungsoo sedih.
"Tapi sepertinya Jaehee mampu menaklukannya...ia menyadarkanmu kemarin matchi?", tanya Yaeji.
"Molla....", gumam Kyungsoo menghela nafas. "Jujur saja aku tak bisa melihat Myungeun dengan jelas saat itu...atau mungkin aku tak bisa mengingatnya dengan baik?", gumam Kyungsoo bingung. "Geundae Jaehee....", Ia terdiam sejenak. Ia teringat kembali pada saat ketika ia terbawa ke tempat ini untuk pertama kalinya. Di tempat yang saat itu begitu sepi dan menyeramkan. Tak ada siapapun selain dirinya, ia hanya bisa melihat dan mendengar Jaehee. Hanya pada yeoja itulah saat itu, ia menggantungkan harapannya untuk membantunya keluar dari tempat itu. Meskipun pada akhirnya, mereka justru sama-sama terjebak di sana.
"Kenapa kau tak coba mengetestnya sendiri...", ujar Yaeji lagi.
"Apa maksudmu?", tanya Kyungsoo.
"Pergilah dan bicara empat mata padanya tentang apa yang terjadi kemarin dan juga tentang kondisimu sendiri. Kau bisa menilainya sendiri setelahnya nanti", ujar Yaeji.
***
"Kyungsoo-ya", ucapan Jaehee membuyarkan lamunan Kyungsoo.
"Mwo?"
"S-Sampai kapan kau akan terus 'menjepit' ku begini?", tanya Jaehee pada Kyungsoo yang masih menghadang yang menyebabkan ia terjepit di antara tembok dan Kyungsoo.
Kyungsoo terdiam sejenak. "Sampai kita selesai bicara", ujarnya tenang.
"M-Mworago? Apalagi yang mau kau bicarakan? Kita harus segera kembali sebelum malam datang!", sama halnya dengan Taehyung, kecepatan bicara Jaehee meningkat drastis ketika ia sedang gugup atau ketakutan.
"Alasanku mengajakmu pergi....adalah karena aku ingin memastikan sesuatu darimu", ujar Kyungsoo.
"M-Mwonde?", tanya Jaehee bingung.
Kyungsoo semakin melangkah maju ke arah Jaehee dan membuatnya semakin terjepit. "Apa kau...benar-benar tak takut padaku?", gumam Kyungsoo pelan namun penuh penekanan. Matanya tepat menatap ke dalam mata Jaehee.
"Y-Ya! N-Neo...Neo wae gurae?! ", tanya Jaeheee panik. "Bukankah sudah kukatakan bahwa aku tak takut padamu? dan kenapa aku harus takut padamu?", seru Jaehee frustasi.
"Karena ada monster dalam diriku yang bisa muncul sewaktu-waktu dan menghabisi dirimu kapan saja", ujar Kyungsoo.
Jaehee sontak terdiam. Kyungsoo memperhatikan ekspresi yeoja itu, mencoba membacanya. Namun, ia tetap tak menemukan adanya ekspresi takut atau khawatir tergambar di wajah Jaehee. "Kalau kau berpikir bahwa kau adalah seorang monster, maka kau akan benar-benar menjadi seperti apa yang kau pikirkan...Atau kau memang ingin menjadi seperti itu? Atau kau memang ingin aku melihatmu sebagai seekor monster? Semua kembali padamu. Tapi bagiku, Aku tak pernah melihatmu sebagai seorang monster. Di mataku, kau hanya seorang namja menyebalkan yang selalu berekspresi datar dan aku ingin sekali menghajar kepalamu itu jika aku bisa", ujar Jaehee panjang lebar.
Kyungsoo terdiam menatap Jaehee. Mungkin ia memang memiliki monster dalam dirinya dan ia merasa bahwa Jaehee pastilah sudah mengetahui hal itu. Ia cukup merasa lega setelah mengatakan yang sebenarnya pada yeoja itu tanpa yeoja itu menghakiminya atau merasa ketakutan ketika berada di dekatnya. Ia teringat ketika Myungeun mencoba mendekatinya kemarin. Meskipun, Myungeun mencoba terlihat berani, namun ia bisa merasakan ketakutan yeoja itu ketika ia mencoba bicara padanya. Maka dari itu ia memilih untuk tetap menjaga jarak dengan Myungeun, karena ia tak mau menyakiti yeoja itu lagi untuk yang kesekian kalinya.
"Kau sudah dengar jawabanku matchi? Sekarang Kita harus segera pergi ke unit kesehatan karena Yaeji membutuhkan obat!", ia hendak melepaskan diri, namun Kyungsoo menariknya hingga ia kembali ke posisinya semula. "Apa lagi? Heol.... Yah Yaeji sedang tak enak badan! Kita harus segera-"
"Yaeji bisa menunggu", potong Kyungsoo datar. "Lagipula bukan hanya Yaeji yang membutuhkan obat...", ujarnya pelan. "Aku juga butuh obatku", sambung Kyungsoo. Tangannya yang sedari tadi menyentuh punggung Jaehee, mendorong tubuh Jaehee yang menyebabkan jarak di antara mereka semakin dekat.
"K-Kyungsoo-ya...i-ige mwoya?", tanya Jaehee gugup. "Ya lepaskan aku!", berontak Jaehee memukuli pundak Kyungsoo.
Lagi-lagi namja itu tak menjawab ucapan Jaehee. Ia sadar apa yang akan dilakukannya sungguh sangat melenceng jauh dari apa yang direncanakannya bersama Yaeji sebelumnya. "Tenanglah, aku tak akan pernah menyakitimu", ujarnya pelan. Ia kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Jaehee lalu menyentuh bibir gadis itu dengan bibirnya. Mata Jaehee terbelalak ketika Kyungsoo menciumnya. Ia membeku di posisinya. Pukulan-pukulan yang sempat diberikannya pada Kyungsoo pun mereda. Ia masih tak percaya dengan apa yang kini dilakukan namja itu padanya. Namun, tak lama kemudian, Kedua matanya perlahan terpejam. Perlahan, beberapa memori yang sudah lama dilupakannya perlahan muncul kembali di dalam kepalanya seiring dengan hangatnya sentuhan bibir Kyungsoo pada bibirnya. Hingga tak lama kemudian, ia merasakan ponselnya bergetar. Ia refleks membuka matanya dan tersadar akan apa yang dilakukannya. Ia segera mendorong Kyungsoo dan mengakhiri semuanya. "H-Hajima", gumam Jaehee gugup. Ia sengaja mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tak menatap Kyungsoo. Jantungnya berdebar begitu cepat saat itu.
Jaeheee melihat nama Joonmyeon tertera di layar ponselnya. "Y-Yoboseyo Joonmyeon-ah?", gumam Jaehee sambil sesekali melirik ke arah Kyungsoo yang masih menatapnya. Ia menggigit bibirnya pelan.
"Ya..neo eodiya? Aku mencarimu sejak tadi", ujar Joonmyeon di seberang telepon.
"Aku...aku sedang...aku", SREEET~ Kyungsoo tiba-tiba merebut ponsel Jaehee begitu saja dan melihat nama Joonmyeon tertera di layar ponsel. Tut! Ia memutuskan sambungan telepon begitu saja dan menyerahkan kembali ponsel itu pada Jaehee. "Ya mwohae?!", seru Jaehee tak mengerti dengan sikap Kyungsoo.
"Kita harus segera mengambil obat untuk Yaeji ppali!" ujar Kyungsoo ketus kembali seperti Kyungsoo yang biasanya. Ia segera berjalan mendahului Jaehee.
"Mworago? Bukankah tadi aku sudah mengingatkannya? Kenapa jadi aku yang disalahkan?" gumamnya.
"YA MOON JAEHEE PPALI!" seru Kyungsoo.
"Arasseo arasseo! haish....bukankah dia sendiri yang justru memperlambat semuanya?!" gerutu Jaehee. "Tapi, apa benar dia itu.....ah sudahlah, sepertinya bukan" gumam Jaehee yang kemudian mengikuti Kyungsoo.