Baekhyun, Jaehee, dan Kyungsoo berlari menuju ke tempat dimana Myungeun berada, tiba-tiba....BRUUUKK!! Jaehee terjatuh di tengah jalan karena keadaan kakinya yang terkilir namun dipaksakan untuk berlari. Kyungsoo dan Baekhyun menoleh ke arahnya.
"Jaehee-ah!" seru Baekhyun. Mereka berbalik menghampiri Jaehee.
"YAA!! Kenapa kalian malah menghampiriku?! cepat pergi! Myungeun dalam bahaya! aish..." seru Jaehee sambil memegangi kakinya.
"T-Tapi kau..." ujar Baekhyun.
"Gwenchana! ini masih belum terlalu jauh dari perpustakaan...a-aku bisa kembali sendiri!" jawab Jaehee yang wajahnya mulai memucat karena rasa sakit di kakinya yang semakin menjadi.
Baekhyun dan Kyungsoo saling berpandangan, lalu tak lama kemudian Jaehee melihat Baekhyun berlari sendiri. "YA!! Kenapa kau masih berdiri di sana?!" seru Jaehee pada Kyungsoo yang masih berdiri di sana memperhatikan Baekhyun yang berlari menjauh. Tak lama kemudian ia pun menoleh ke arah Jaehee. "Ppali! Myungeun membutuhkan kalian!" seru Jaehee.
Kyungsoo menghela nafas lalu berjalan menghampiri Jaehee. "Shikkeuro, jangan bersikap sok pahlawan..berdiri saja kau sudah kesulitan", ujarnya datar sambil membantu Jaehee berdiri. "T-Tapi Myungeun membutuhkanmu" Ujar Jaehee.
“Baekhyun bisa menyelamatkannya…percayalah padaku”, ujar Kyungsoo.
***
Baekhyun berlari sendiri sampai pintu depan menuju halaman Universitas, sekujur tubuhnya kaku melihat situasi di sana. Ia berfikir keras apa yang harus ia lakukan, sampai ia tidak sadar bahwa sekumpulan asap hitam muncul di belakangnya. Sesosok manusia muncul dari asap tersebut dan tersenyum licik sambil memberi kode pada seorang namja berpakaian hitam yang kini berada di hadapan Myungeun. PAAAK! Karena pukulan yang cukup keras pada bagian keplanya, Baekhyun terjatuh ke lantai dengan kesadaran yang berkurang. Ia hanya bisa melihat samar-samar dari posisinya berdiri saat itu. "M..Myungeun-ah ugh.." rintihnya.
***
"Welcome.." Sapa namja berpakaian hitam tersebut.
SSSLLUUTTTTTTT SEEEEEELLLLLLLTTTTT...... ~~~ Seluruh akar mati bergerak, melilit tubuh Myungeun hingga tersisa hanya kepala Myungeun saja yang bebas. Jaehyung tersenyum tenang. "Jangan takut adikku.. ini tidak akan terasa sakit"
Namja berpakaian hitam tersenyum menakutkan. Diletakannya tangannya di atas kepala Myungeun. "Kau akan menjadi milikku" Namja tersebut kembali melirik sosok di belakang Baekhyun. Ia mendapatkan suatu kode. Mendadak ia menarik kembali tangannya dari atas tangan Myungeun "Seo Jaehyung"
"Ya Tuan" Jawab Jaehyung patuh.
"Bunuh saja adikmu ini.. aku tak memerlukannya", Ujar Namja itu seraya berjalan meninggalkan Myungeun perlahan dan berjalan setapak demi setapak menghampiri Baekhyun yang telah tergeletak tak berdaya.
Myungeun menangkap sosok Baekhyun disana. Matanya membulat sempurna. Ia tidak tahu Baekhyun berada disana. "B...Ba..Baekhyun"
Eunhee mengurung Yaeji dalam perisai tembus pandang yang terus menyusut sehingga seseorang didalam perisai bisa mati karena kehabisan nafas. Yaeji tidak bisa bergerak, namun sudut matanya memandang ke satu arah. Ia mengepalkan tangannya, dadanya mulai sesak dan ia menutup matanya.
Chanyeol mendekat dan tak sabar dengan penyiksaan perlahan yang Eunhee lakukan "Tidakkah itu membosankan?", Ujarnya tak berperasaan. WUZZZZHHHH Chanyeol membuat api pada tangannya "MATILAH KAU!!”
CRASSSSHHHHHHHH........ Sinar merah keunguan bersinar sangat terang dan menyilaukan. Mereka semua yang berada di sana menghalangi mata mereka dengan tangan menghindari cahaya tersebut menusuk terlalu terang pada pandangan mereka. Tanpa alasan yang jelas...... SREEEKKKKKKKKKKK SSSSLUUUUTTTTT seluruh akar mati menghilang kembali masuk ke dalam tanah. Juga keluar semacam tumbuhan rambat dengan sinar terang senada dengan warna hijau pada tanaman tersebut.
Chanyeol dan Eunhee terlilit seluruh tanaman tersebut. Efek kekuatan mereka yang telah mengilang hampir saja menghempaskan tubuh Tak berdaya Yaeji kencang ketanah, namun sebelum hal itu terjadi, sebuah karpet berukulan kecil terbang melayang menangkap tubuhnya, lalu bergerak pelan membimbing tubuh Yaeji ke tempat dimana dua orang yeoja berdiri dengan seorang namja disana.
Masih ditempat yang sama, seluruh akar mati yang tadi membelit Myungeun berubah menjadi tanaman rambat hijau dan melepas tubuh Myungeun. "Hosh..Hossh" Nafas Myungeun tersengal-sengal. Dilihatnya sang kakak Jaehyung terjatuh berlutut sambil memegangi kepalanya dan berteriak seperti kesakitan. "Oppa!" Pekik Myungeun. Ia ikut berlutut sambil menyentuh bahu Jaehyung. Tanaman-Tanaman rambat seperti mengelilingi bereka seperti pelindung. "Oppa.. Ini aku.. "
Belenggu hitam mata Jaehyung tak terlihat lagi, Jaehyung menangis menatap Myungeun "Lari... Lari Myungeun-ah" Ujarnya lirih.
Namja berbaju hitam yang sebelumnya berniat menghampiri Baekhyun melihat keadaan chaos dibelakangnya. SHUUUUNGGGGG~ Batu besar melesat cepat kearahnya. Ia menggerakkan tangannya dan DDDDDDAASSSSHHHH... Dalam sekali pukul Batu besar itu berhasil menjadi kepingan dibuatnya. Ia mengepalkan tangannya kesal.
Jimin muncul dibelakangnya melalui asap hitam. "Kita harus pergi tuan.." Ujarnya.
"AAARGH SIAL!", WWWUUUZZZZHHHHH.. Asap hitam kembali muncul menghilangkan semua pasukan hitam. Namja itu, Jimin, Eunhee, Chanyeol.. dan juga Jaehyung. Langit juga kembali berubah terang. Matahari kembali terik menyinari.
Yaeji membuka matanya. Yoojin, Yichan dan Sehun ada di hadapannya saat itu. "Tubuh ku lemas sekali", keluh Yaeji sembari memaksa dirinya untuk duduk dari posisi awal berbaring.
TAKK.. Yoojin menjitak kepala Yaeji. "Jelas saja kau lemas.. lain kali kau tidak boleh seperti itu."
"Aku jadi curiga kalau hahahaha noona hahahah", Sehun tertawa tak jelas seperti ia biasanya. "Lupakan" Ucapnya datar dengan raut wajah tanpa ekspresi setelahnya.
"Kau kumat terus", Ujar Yichan. Yichan melihat Baekhyun berlari tertatih menuju Myungeun yang pingsan setelah Jaehyung menghilang. "Sehun.. kambali ke gudang kalau kau tidak ingin ketahuan.. cepat"
"Ne.. Yaeji noona, Yoojin noona, aku kembali ke alam ku dulu hahahah", Pamitnya segera berjalan kembali ke area gudang yang tak terlihat jika hanya dilihat dengan mata orang normal.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Jaehee kembali dengan bantuan piggy back dari Kyungsoo. “Wae?”, Tanya Jaehee di tengah perjalanan mereka kembali ke perpustakaan.
“Wae mwo?”, balas Kyungsoo.
“Ya…ini tidak benar! Kau seharusnya bersama Baekhyun-“
“Dan serangan lainnya akan terjadi”, potong Kyungsoo.
“M-Maksudmu?”, Tanya Jaehee.
“Aku terpaksa berpisah dengan Baekhyun karena kami tak ingin ada serangan lainnya terjadi. Kau tak bisa bergerak cepat, lalu siapa yang akan menghalau serangan itu sedangkan kau saja tak bisa melindungi dirimu sendiri?”, ujar Kyungsoo panjang lebar.
“S-Soal itu…”
“Meninggalkanmu sendiri dalam keadaanmu seperti ini hanya akan menimbulkan masalah baru…”, ujar Kyungsoo. “Aku akan segera mencari Baekhyun dan yang lainnya setelah kau kembali ke perpustakaan”, ujar Kyungsoo datar.
“Gurae…gomawo”, gumam Jaehee.
Mereka tidak bisa mengikuti Baekhyun karena kaki Jaehee kembali terkilir setelah ia berlari begitu saja tanpa memikirkan kondisi kakinya saat mendapat mimpi aneh yang terlalu nyata baginya. Tak lama kemudian, mereka pun tiba di perpustakaan dan Taehyung sudah menyambut keduanya.
"Hyung bisakah kau menggendong Jaehee noona sampai kasurnya?" ujar Taehyung.
"Mworago?! Kau pikir badan kakakmu tidak berat?!" seru Kyungsoo.
Jaehee pun kemudian menjambak rambut Kyungsoo. "Shikkeuro! apa kau harus membahasnya di depan anak ini?! Turunkan aku ppali!" pekik Jaehee. Kyungsoo segera menurunkan Jaehee.
"Ah kalian tidak asyik" gerutu Taehyung.
"Jaehee-ah..", Jaehee mendengar seseorang memanggil namanya. Ia memiringkan kepalanya sedikit dan melihat sosok lain yang berdiri tak jauh di belakang Taehyung. "Joonmyeon?" gumamnya tak percaya. Sebelumnya, Ia tak menyadari kehadiran Joonmyeon yang sejak tadi sebenarnya sudah ada di hadapannya karena ia terlalu panik memikirkan kondisi Myungeun yang sedang dalam bahaya.
"Apa yang terjadi denganmu?", tanya Joonmyeon yang berjalan menghampirinya. Kyungsoo memperhatikan keduanya secara bergantian dengan tatapan curiga.
"K-Kau...bagaimana kau bisa...", Kalimat Jaehee terputus karena ia masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
"Molla...aku juga tak tahu...kupikir kau tahu karena kau sudah lebih dulu berada di sini..." ujarnya sambil tersenyum. "Tapi aku tak terlalu memikirkannya.." ujar Joonmyeon lagi. "Aku senang bisa melihatmu lagi" ujarnya.
Kyungsoo dan Taehyung mengernyitkan alis mereka. "Hyung..." Taehyung menyenggol lengan Kyungsoo. "Apa kau tak bisa berbuat sesuatu untuk menghentikan mereka?" bisik Taehyung.
"Mworago?! Memangnya apa urusanku dengan me-", Kalimat Kyungsoo terputus ketika melihat Joonmyeon yang berjalan mendekati Jaehee.
"Sini biar kuban-", ujar Joonmyeon yang berniat membantu Jaehee, namun Kyungsoo bergerak lebih cepat darinya. Ia segera mengalungkan lengan Jaehee di lehernya dan memapahnya membawanya menjauh dari Joonmyeon dan Taehyung yang tertawa melihat hal tersebut.
"Kkkkk~ hati memang tak bisa dibohongi hahahahaha" ujarnya tertawa terbahak-bahak tanpa menyadari bahwa Joonmyeon sudah melemparkan tatapan maut pada Taehyung. "Mwo?" tanya Taehyung bernada menantang ketus ketika menyadari bahwa Joonmyeon mengirimkan tatapan maut padanya.
"Aish!" gerutu Joonmyeon yang kemudian berjalan meninggalkan Taehyung yang tersenyum penuh kemenangan.
***
Malam hari tiba. Myungeun belum juga sadarkan diri. Yoojin sudah memeriksa Myungeun, aneh tapi tidak ada sedikitpun memar ataupun masalah pada detak jantung dan nadinya. Yoojin mengatakan Myungeun baik-baik saja. Selama itu pula mereka yang berada disana tidak saling bicara mereka hanya melakukan aktifitas masing-masing, termasuk Joonmyeon yang baru saja datang. Saat ini mereka berkumpul di salah satu meja perpustakaan yang terletak ditengah-tengah rak buku.
Baekhyun terlihat paling kesal dan terpukul. Ia tidak habis pikir Myungeun pergi keluar tanpa menunggu dirinya dan Kyungsoo kembali. Ia juga tidak mengatakan ada rencana yang ingin ia lakukan. Kyungsoo memperhatikan Baekhyun dari kejauhan. Ia teringat insiden hilangnya Jimin karena kecerobohan Taehyung. Hanya saja, kali ini mereka cukup beruntung karena mereka semua masih sempat diselamatkan.
"Moon Jaehee", Panggil Baekhyun memecah keheningan.
"Mwo?", Jawab Jaehee malas. Ia sudah tahu kalau ia mungkin akan disalahkan karena membiarkan Myungeun pergi. Karena itu sebelum benar-benar disalahkan, Ia lebih dulu membela dirinya. "Kau mau apa? Menyalahkan ku? Aku bahkan tidak tahu kenapa kalian semua tiba-tiba pergi meninggalkan ku sendiri dengan kondisi ku yang seperti ini. Yoojin eonnie dan Yichan memang sudah pergi sejak pagi. Kalian bertiga..", Jaehee menunjuk Kyungsoo, Taehyung juga pergi karena ingin mengambil keperluan obat-obatan. Setelah itu Yaeji dan Myungeun juga mengatakan ada urusan, aku sudah mencoba bertanya tapi mereka mengabaikanku dan tetap pergi begitu saja.. lalu aku harus berbuat apa? Mengikuti mereka? Dengan kondisi kakiku yang seperti ini? Terserah kau sajalah Bun Baekhyun”, ujar Jaehee frustasi.
"Yaeji-ssi, apa yang kau lakukan dengan Myungeun diluar? Keperluan apa yang kalian maksud?", Tanya Kyungsoo dengan nada tenang tidak seperti Baekhyun yang meledak-ledak.
Yaeji merasa terintimidasi dengan tatapan Baekhyun yang seperti ingin memakannya hidup-hidup itu. Juga tatapan anak-anak lain yang sepertinya juga masih mempertanyakan apa yang sebenarnya Yaeji dan Myungeun lakukan sebelum semua ini terjadi.
"YA! Kau bisu!! Atau tuli!!" Bentak Baekhyun emosi.
"Ya kau!", Joonmyeon tidak tahan melihat perdebatan mereka sejak tadi. "Sopanlah sedikit terhadap yeoja.. aku tidak tahu masalah apa ini sebenarnya, tapi cara bicara mu memperkeruh suasana sana. Bicarakan segala sesuatu dengan kepala dingin"
"Jogiyo.. Neo nuguya?! Kau tahu apa?!" Balas Baekhyun. "Yeoja ini" Tunjuk Baekhyun pada Yaeji. "Semenjak ia datang hingga saat ini, ia selalu membuat masalah. Jadi lebih baik kau diam kalau memang tidak mengetahui apapun"
"Baekhyun-ah kau juga jangan bersikap berlebihan begini.. Ada apa dengan mu? Tiba-tiba saja emosi seperti ini? bukan kah kita semua pernah merasakan terluka saat mendapat serangan? Bukan hanya satu atau dua orang saja yang pernah melakukan kecerobohan, jadi lebih baik kau tidak menyelahkan seseorang hanya karena salah satu dari kita terluka. Bersyukurlah karena mereka masih bisa diselamatkan. Cedera Yaeji bahkan lebih parah dari cedera Myungeun saat ini", Yoojin angkat bicara karena ia juga mulai tidak sabar dengan tingkah emosi Baekhyun.
Yaeji menarik lengan baju Yoojin. "Eonnie tak perlu membela ku.. Semua ini memang kesalahan ku", gumam Yaeji. Ia berdiri dan membungkuk meminta maaf pada teman-teman yang lain. "Mianhae, aku yang mengajak Myungeun untuk pergi menemui Jaehyung Oppa"
BRAKKK.. Baekhyun menggebrak meja. "NEO MICHOSEO?!", Bentaknya keras.
Kyungsoo yang duduk disampingnya segera menarik Baekhyun untuk duduk kembali "Tahan emosi mu!"
"Mworago?!", Yoojin tersentak. Ia juga tidak menyangka Yaeji berfikiran seperti itu "Tapi Yaeji-ah, apa yang kau pikirkan? Kenapa kau bisa berbuat gegabah seperti itu? Kau tahu kalau Jaehyung.."
"Eonnie.. Mereka hanya terpengaruh kekuatan hitam yang menyebabkan mereka tidak lagi bisa mengontrol diri mereka semua. Tapi tak satupun dari mereka melupakan orang-orang yang mereka kenali.. itu artinya masih ada memory yang terpendam dalam diri mereka.. Mereka mungkin bisa kembali jika kita mau mencoba menghidupkan kembali memory tersebut.. dan juga..."
"Jadi kau membahayakan nyawa teman mu hanya karena sepekulasi yang kau sendiri belum tahu akibatnya?!!!!!! Kau pikir nyawa Myungeun itu apa?!! SAMPAH?!!" Sambar Baekhyun.
Taehyung dan Jaehee yang juga duduk di dekat Baekhyun menutup telinga mereka, Taehyung bahkan berkomentar. "Hyung.. kau bisa membuat ku tuli" Taehyung juga membisikkan sesuatu ditelinga Jaehee "Noona, Baekhyun hyung sepertinya sedang datang bulan"
“Aish shikkeuro…kau jangan membuatku semakin sakit kepala”, gerutu Jaehee pada Taehyung.
Tak tak tak.. Yichan yang sejak tadi sendiri menjaga Myungeun, mengetuk-ngetuk rak buku dan membuat semua mata tertuju pada dirinya. "Kalian jangan arisan terus.. Myungeun sudah sadar"
***
Myungeun bersandar pada dinding perpustakaan yang terasa dingin setiap malam hari tiba, kepalanya berat dan matanya seperti ingin terus tertutup. Yichan datang bersama Jaehee, Joonmyeon, Taehyung dan Yoojin, sementara Kyungsoo pergi ke pantry untuk membuatkan teh hangat.
Yoojin menyentuh kening Myungeun, juga memeriksan nadinya "Apa yang kau rasakan sekarang?" Tanya Yoojin.
Myungeun hanya diam dengan mata menerawang dan sedikit berair. Memory di kepala Myungeun terus memutar raut kesedihan yang sempat ditunjukkan Jaehyung sebelum sosok itu menghilang bersama kepulan asap hitam.
"Lari... Lari Myungeun-ah"
Kalimat terakhir Jaehyung juga terus terngiang di telinga Myungeun, membuat tanpa sadar dirinya meneteskan air mata. "Hiks.. Aku baik-baik saja eonnie" Jawabnya. "Tapi..hatiku sakit Onnie…hikss.. hiks", Myungeun refleks memeluk Yoojin disebelahnya dengan tangan kiri. "Eonnie…..hatiku sakit melihat Jaehyung oppa seperti itu…hikss"
Jaehee juga mengusap-usap punggung Myungeun, Yichan membiarkan tangan kanan Myungeun menggenggam tangan tangannya begitu erat.
"Myungeun noona jangan sedih..", Ujar Taehyung jadi ikut sedih. Tapi ketika Jaehee tersenyum jahil saat Taehyung sudah hampir menangis, Taehyung gengsi dan tidak jadi menangis. "Apa lihat-lihat?" Ucapnya pelan menantang Jaehee.
"Puffff", Jaehee menahan tawa karena situasi sedang sedih, tapi wajah Taehyung terlalu lucu untuk tidak ditertawakan.
"Dasar kau tidak punya perasaan", gerutu Taehyung.
Mata Jaehee menangkap Joonmyeon yang mendadak melihat keluar dan berjalan menjauhi yang lain. "Mau kemana dia?" Tanya Jaehee dalam hati. Ia diam-diam mengikuti Joonmyeon.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
10. 59 AM
Siyou merenung sendiri menyadari Joonmyeon telah pergi. Jungkook duduk disampingnya, kedua anak yang saling bersahabat ini saling menenangkan satu sama lain "Mianhae Siyou-a, aku tidak bisa mencegah kepergian Joonmyeon hyung"
"Aniya Jungkook-ah.. mereka memang sudah memilih anak-anak yang akan mereka bawa ke tempat itu, cepat atau lambat.. mereka akan tetap pergi", Jawab Siyou jauh lebih tegar dari Siyou biasanya. Tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh yang cukup keras muncul dari dalam diri Jungkook, Siyou terdiam. Ia memejamkan matanya dan justru suara gemuruh barusan juga berpacu dengan detak tanjung yang sangat cepat.
"Siyou-ya.. jantung ku tiba-tiba berpacu cepat", Jungkook meremas pakaian di bagian dadanya. "A..aarh sakit.."
Siyou membuka matanya kaget "Jungkook-ah gwenchana?"
"Molla.. ahhh... euh.. tapi sakit sekali", ujar Jungkook merintih kesakitan
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Baekhyun mencengkram keras tangan dan menarik Yaeji keluar dari perpustakaan. Ia mendorong tubuh Yaeji yang lebih kecil darinya hingga terdengar bunyi. "BRUK" cukup keras "Argh!" Ringis Yaeji tertahan. Ia tidak berani menatap Baekhyun sedikitpun. "Mianhae.. Mianhae" Pintanya menahan sakit dengan suara yang cukup lirih.
Baekhyun melepaskan cengkramannya. Ia menghela nafas untuk mengurangi kekesalan yang terus tertahan selama seminggu terakhir. Ia sudah cukup bersabar dengan tingkah Yaeji selama ini, tapi kali ini kesabaran Baekhyun telah mencapai puncaknya. "Sebegitu sulit bagi mu menerima kenyataan kita akan terkurung ditempat ini selamanya? Wae.. Kau merindukan keluarga mu? Kau pikir semua anak ini tidak memiliki keluarga yang juga mereka rindukan? Begitu?" Baekhyun mengawali kata-katanya dengan nada biasa, tapi semakin lama nada bicaranya semakin meninggi. "KAMI SEMUA BAIK-BAIK SAJA SEBELUM KAU DATANG!!!" Bentaknya. Baekhyun kembali mengatur nafas menahan emosinya "Dengarkan hal ini baik-baik Jeon Yaeji-ssi. Jika aku bisa.. mungkin lebih baik ku kembalikan kau ke dunia lebih dulu sekalipun hal itu akan mengurung ku selamanya ditempat ini bersama anak-anak lain. Aku... hidup di tempat aneh ini lebih dari 7 bulan lamanya, dan selama itu.. aku juga satu persatu dari mereka yang terus berdatangan hidup seperti sebuah keluarga, memang tujuan utama kami adalah keluar dari tempat ini.. tapi.. meskipun seperti itu, aku.. dalam hati ku tetap berharap kami tidak ingin kami terlepas satu dengan lainnya, aku tidak ingin seorangpun diantara kami terluka.. " Baekhyun memejamkan matanya dan membuka kembali "Hhh~ Karena setiap anak yang tertangkap pun, pasti akan menimbulkan efek yang akan merugikan anak lain.. seperti apa yang terjadi pada Jimin. Dan mungkin Hal itu juga akan terjadi jika kau tertangkap.. Itu adalah satu-satunya hal yang ku pegang untuk tidak bertingkah bodoh yang mungkin akan menyebabkan kau pergi dari tempat ini. Tapi.."
Tidak ada sepatah katapun keluar dari bibir Yaeji. Ia hanya diam dan menunduk menahan tangisnya. Ia sadar betul akan kesalahannya. "Mianhae.." Ucap Yaeji pelan hampir tak terdengar.
"Tapi mengapa kau terus mengulangi ini Jeon Yaeji-ssi?! WAE NEONEUN!!! Neo... Kau selalu mengambil kesimpulan dan bertindak sesuka mu! pergi sesuka mu tanpa izin dan perintah dari siapapun! Apa yang kau ingin kan sesungguhnya?! Apa? KAU INGIN SELAMAT DARI SINI SENDIRI MESKI TEMAN-TEMAN MU YANG LAIN HARUS MATI KARENA DIRIMU?!!”
Yaeji menggeleng cepat. “A-Aniya…Baekhyun-ssi…j-jincha…hiks…aku tak pernah berpikir seperti itu sedikitpun…jincharo…hikss…mianhae…Aku…aku hanya mempercayai b-bahwa kita pasti bisa keluar dari sini…mianhae….hiks”, ujar Yaeji gemetar.
“KAU….", Baekhyun kehilangan kesabaran. Ia melayangkan tangannya kesal..
Tap... Hingga seseorang menahannya. "Geumanhae!"
Baekhyun berbalik dan menemukan Joonmyeon di belakangnya. Ia menepis tangan namja itu. Ia baru saja melihat Joonmyeon dan belum cukup mengenalnya, karena itu ia malas berdebat dan memilih pergi berlalu. “Kau terlalu banyak ikut campur”, gumam Baekhyun gusar pada Joonmyeon.
Yaeji terduduk menyapu dinding tanpa tenaga dan terjatuh ke lantai. Joonmyeon membiarkan dirinya terduduk pula didepan Yaeji. Yaeji Menekuk kakinya, memendamkan kepala disela dada dengan lipatan kaki, ia meringkuk memeluk dirinya sendiri. Suara sengguk tangisnya mulai terdengar.
"Sepertinya ia memiliki ikatan yang kuat dengan mu", ujar Joonmyeon.
"Hiks.. Hikss.." Yaeji terus menangis tidak menjawab Joonmyeon.
"Jungkookie..", Begitu nama Jungkook disebut oleh Joonmyeon, Yaeji mengangkat kepala, menunjukkan wajahnya yang kini telah dibasahi air mata pada bagian pipi. Joonmyeon tersenyum tenang. "Aku bersamanya sebelum semua ini terjadi padaku" Cerita Joonmyeon membuat Yaeji terdiam menatapnya. Joonmyeon mengeluarkan sebuah sapu tangan yang Yaeji ketahui sebagai milik Jungkook, lalu menghapus air mata Yaeji dengan Sapu tangan itu.
Yaeji mengenggam sapu tangan tersebut, membuat Joonmyeon melepaskannya. Ia menatap rindu sapu tangannya. "Hhh~ Aku membelikan sapu tangan ini untuk Jungkook hikk.."
"Ia mengatakan padaku, agar aku menghapus air mata mu kalau kau menangis dengan sapu tangan itu." Ujar Joonmyeon pelan. "Yaeji-ah.. semakin kau bersedih maka perasaan Jungkook juga akan semakin tersakiti. Kau bisa sebut ucapan ku ini tidak masuk akal.. tapi ditempat dimana Jungkook berada saat ini.. ia sangat frustasi dan selalu mengatakan ia takut terjadi hal buruk pada mu. Mungkin.. ia bisa merasakan apa yang kau rasakan. Ia.. juga sering mengatakan pada ku bahwa ia mendengar kau memanggilnya dengan nada suara sedih"
Yaeji menghapus air matanya segera. "Apa ia juga menangis Joonmyeon-ssi?"
Joonmyeon mengangguk. "Kundae gwenchana, terakhir kali aku bersamanya ia sudah lebih baik", Joonmyeon memegang sebuah boneka berbentuk landak dengan bunga merah jambu menempel di telinganya "Ah.. Jungkook sempat memegang boneka ini. Ia bilang ia ingin memberikan ini pada mu. Aku memegangnya sampai boneka ini terbawa oleh ku ke sini.. ini..", ujar Joonmyeon lalu memberikan boneka itu pada Yaeji.
Yaeji memeluk boneka sebesar telapak tangannya itu. Senyum yang sejak tadi tersembunyi dibalik kesedihannya kini muncul "Shaymin" ucapnya.
"Shaymin?"
"Eum.. Jungkook mengatakan pada ku, jika aku adalah seekor pokemon, maka aku adalah Shaymin", Yaeji tersenyum tenang menceritakan tentang dirinya dan Jungkook. "Shaymin tak akan terlihat boleh musuh-musuhnya karena ia bisa bisa menyamarkan diri di antara bunga"
"Gurae.. itu berarti Jungkook mengatakan kau tak kalah cantik dari bunga bunga yang sedang bermekaran. Eyy…adikmu cheesy juga meski ia belum dewasa berbeda sekali dengan…heol sudahlah", Canda Joonmyeon sekedar mencairkan suasana. Yaeji tersenyum mendengar ucapan Joonmyeon, memang itu yang dulu Jungkook ucapkan padanya. "Yaeji-ah"
"Ne?"
"Jungkook menerima semua pesan yang kau berikan padanya"
Yaeji membelakak mendengar ucapan Joonmyeon, "Jeongmalyo?!!"
***
Kyungsoo melihat Jaehee tengah mengintip dari ambang pintu perpustakaan. Tak lama setelahnya, ia melihat Joonmyeon dan Yaeji tengah bicara berdua. Ia segera menghampiri yeoja itu. “Ya”
Jaehee menoleh dan terkejut mendapati Kyungsoo berdiri di belakangnya. “N-Ne?”
“Mwohae?”, Tanya Kyungsoo datar.
“A-Ani”, jawab Jaehee gugup.
“Cepat masuk”, perintah Kyungsoo tegas.
“Ne arasseo!”, seru Jaehee sigap sambil melakukan hormat bendera lalu langsung berlari ke dalam perpustakaan sesuai apa yang diperintahkan Kyungsoo.
Kyungsoo hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jaehee yang tak kalah anehnya dengan Taehyung. Kyungsoo kemudian menghampiri Yaeji dan Joonmyeon. Ia menegur keduanya. "Kalian dari mana? Kalian tidak seharusnya keluar kalau sudah malam begini, akan berbahaya kalau.."
"Araeseo.. Aku sudah tahu semua. Yaeji sudah menceritakan beberapa hal pada ku, kau tenang saja" Sela Joonmyeon.
"Baiklah.." Jawab Kyungsoo datar. Ia masih segan bicara dengan Joonmyeo. "Tadi aku sudah meminta Taehyung merapikan tempat tidur mu, kalau kau mengantuk segera lah tidur"
"Dimana tempat tidur ku?", Tanya Joonmyeon melihat setiap kasur lipat yang ada sebagian telah terisi. Semua yeoja telah tidur ditempat mereka, terkecuali Yaeji. Hanya ada empat tempat yang tersisa, itupun sesuai dengan jumlah anak yang masih bangun.
Kyungsoo mengerutkan dahinya heran. Ia pun memanggil Taehyung. "Moon Taehyung!"
Taehyung muncul sambil berlari dari arah kamar mandi dengan riang, lalu mengerem (?) tepat di hadapan Kyungsoo. Ia melakukan gerakan hormat seperti tentara pada pemimpinnya "Siap hyung, aku sudah cuci muka, cuci kaki, cuci tangan, sikat gigi.. sekarang sudah siap tidur"
"Heol…kalian memang kakak-adik", gumam Kyungsoo kembali mengernyitkan dahinya. Beberapa menit yang lalu, Jaehee juga melakukan hal yang sama padanya. "Aku tadi menyuruh mu membereskan tempat tidur untuk Joonmyeon -ssi. Kenapa kau belum membereskannya juga?"
Taehyung tersenyum nakal, "Sudah hyung.. itu disana" Jawab Taenyung polos. Taehyung menunjuk daerah menuju pantry di sebuah pojokan ruangan yang jauh sekali dengan tempat tidur anak lain. Ia sengaja meletakkan kasur untuk Joonmyeon di sana. Kyungsoo ingin memarahi Taehyung, tapi ia justru tersenyum tanpa alasan yang jelas.
Joonmyeon hanya diam menahan kesal melihat tingkah adik Jaehee itu. Ia pun segera berjalan menghampiri kasur miliknya, menggulungnya dan membawanya kembali dan menggelarnya tepat di samping Baekhyun.
☆*:.。. o)o .。.:*☆