March, 3rd 2014
10.50 AM
"Sampai kapan kau akan duduk dihadapan ku? Kau sungguh membuat ku muak" Sindir Seohyun pada Yoonjae yang terus berada didepannya tanpa lelah, tak melewatkan sedetikpun.
"Tentu saja sampai aku menemukan jawaban" Jawab Yoonjae. Pandangannya mengarah lurus menatap Seohyun, sementara tangannya terus bergerak menulis dan menggambar sesuatu pada buku ditangannya tanpa melihat ke arah buku itu sedikitpun. "So why dont you take me there?"
"Cih.. you need to kill another imaginer", seru Seohyun.
"I dont think so.. You're afraid of me right?" Pancing Yoonjae menekan Seohyun. "There must be another way to win over him... You're afraid that i will solve it" Yoonjae menatap Seohyun tajam dan semakin tajam. Setiap kali ia menatap Seohyun ia akan mencoret sesuatu pada notesnya.
Seohyun meringis seperti merasakan sesuatu dikepalanya "Aaa... YA NEO GEUMANHAE!!"
"I told you i wont.. " Jawab Yoonjae tenang.
Minhyuk tak henti memperhatikan apa yang sedang dilakukan Yoonjae terhadap Seohyun. Yoonjae dan Seohyun juga terus melakukan pembicaraan yang tak dimengerti oleh siapapun. Yoonjae bicara seolah ia mengetahui sesuatu dan Seohyun bertingkah seperti Yoonjae melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya, padahal Yoonjae tak menyentuh Seohyun barang sejengkal pun. Minhyuk menoleh ke arah Jungkook dan anak itu terus mendengarkan sebuah voice chat yang tak terdengar suara apa pun. Sedangkan anak yang lainnya mengalami kebingungan yang sama dengan apa yang Minhyuk rasakan. "Yoonjae-ah apa yang kau bicarakan dengannya?" Tanya Minhyuk pada akhirnya.
"Ia merencakan banyak hal sejak awal ssaem. Mengikat atapun mengurungnya saat ini sebenarnya tak terlalu berpengaruh banyak. Ia tetap bisa menarik dan membawa anak lain ke dalam sana. Satu hal lagi... ia memiliki seseorang yang bekerja sama dengannya disana dan juga memiliki orang lain yang bisa melakukan hal persis sama dengannya" Jelas Yoonjae. Ia menyerahkan buku miliknya kepada Minhyuk. "kemungkinan besar, ia juga telah mendapatkan sebagian dari apa yang ia inginkan.. itulah juga mengapa buku ditangan kita tadi lenyap ssaem.. hal itu.. karena seseorang yang tertangkap.. mungkin adalah seorang..."
"Yoonjae Hyung!" Pekik Jungkook memanggil Yoonjae. "Aku bisa mendengarnya! aku mendengar apa yang ia ucapkan!", Seru Jungkook. Anak itu mengahampiri Yoonjae dan Minhyuk. Ia mengambil buku dan bolpoin milik Yoonjae lalu menuliskan sesuatu yang didengarnya disana.
Joonmyeon dan Jongdae juga menghampiri Jungkook. Sementara Miyoung menjaga Siyou dan Soomin. Yeoja itu memegangi keduanya memastikan mereka aman. "Aku bisa menulis dengan cukup cepat, kau bicara saja biar aku yang tulis" Seru Jongdae menawarkan bantuan.
"Ah gomawoyo hyung" Jawab Jungkook.
Jongkook mengucapkan banyak hal dan voice chat itu juga terus masuk bertambah dan bertambah. Jongdae sampai tidak lagi bisa mengikuti Jungkook. "Jungkook-ah, istirahat dulu sebentar bisa tidak? tangan ku pegal sekali", Pinta Jongdae. Namun tak direspon oleh Jungkook. Jungkook memejamkan matanya dan berkonsentrasi mendengarkan voice chat tersebut, sedetik saja ia lepas konsentrasi suara pada semua voice chat itu akan hilang
"Aniya.. sini biar ku gantikan" Sambar Joonmyeon. Tangannya mengambil cepat bolpoin dan menggantikan tugas jongdae.
"Kau bisa menulis cepat juga tidak? kalau tidak lebih baik....", Jongdae terdiam memerhatikan Joonmyeon takjub.
"Tidak terlalu cepat juga tapi.. wae? Kenapa kau diam begitu" Tanya Joonmyeon heran dengan cara Jongdae melihatnya. Joonmyeon mengikuti arah pandang Jongdae yang ternyata memperhatikan tangannya yang dapat menulis dengan kecepatan 3x lipat dari Jongdae. Ia sendiri kaget melihat hal itu. Juga tak mengingat sepatah katapun yang Jungkook ucapkan setelah selesai menulis.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Baekhyun-ah~ Baekhyun-ah...", Myungeun menggoyang-goyangkan tubuh Baekhyun yang masih terlelap meski jam dinding sudah hampir menunjukkan pukul 12 siang. Bukan hanya Baekhyun, tapi Kyungsoo sekalipun masih terlelap.
"Eungghhh~~~ Eomma.. 10 menit lagi", Jawab Baekhyun hanya merubah posisi tidurnya.
Myungeun tersenyum tipis. Ia memukul pelan kepala Baekhyun. "Pufff~ Eomma?" sebut Myungeun menahan tawa. Myungeun membalik tubuhnya saat ia melihat Kyungsoo bangun dari tidurnya beberapa meter di belakang Myungeun. "Sudah bangun?" Sapa Myungeun.
Kyungsoo memegangi kepalanya yang sedikit pusing. "Eumh, jam berapa sekarang?" Tanya Kyungsoo.
"Sebentar lagi jam 12 siang.. Tumben sekali kalian belum bangun? apa yang kalian lakukan semalam?", Myungeun sangat bingung karena kedua anak itu tidak biasa bangun sesiang ini. "Apa kalian mencari bahan makanan pagi-pagi sekali?"
Kyungsoo menggeleng. "Ani.. Aku benar-benar baru bangun" Jawabnya datar. Ia bicara tanpa menatap lawan bicaranya.
Aneh sekali.. kenapa seminggu terakhir ini bahan makanan selalu tercukupi?", Gumam Myungeun pelan namun masih terdengar oleh Kyungsoo. "Anehnya juga justru bahan makanan lebih banyak dan lebih lengkap dari biasanya.. "
Kyungsoo tak menjawab sedikitpun pernyataan Myungeun. Ia mengetahui sesuatu yang tak bisa juga ia ungkapkan karena tak cukup bukti. Ia hanya berdiri, lalu membereskan kasur lipatnya. "Tak perlu dipikirkan" Jawabnya singkat. "Kita harus segera membuat makanan, Taehyung pasti sudah kelaparan"
"Yaeji sudah membuatkan Taehyung kimbab tadi pagi.Taehyung bahkan sudah makan ramyun lagi setelah itu"
"Ah..gurae?" Respon Kyungsoo singkat. "Arasseo"
"KYAAA!!", Teriak Myungeun tiba-tiba karena Baekhyun bangun berlagak seperti mumi sehingga mengagetkannya. "Baekhyun-ah jebal hufh~ Kau hampir saja membuat jantung ku copot" Eluh Myungeun.
Baekhyun tersenyum genit, sebelah matanya mengerling "Aigoo ya, Mungkin karena kau gugup berada didekat ku. Gwenchana Myungeun-ah.. aku bukan namja yang sulit membuka hati" Goda Baekhyun dengan manja.
Kyungsoo menghampiri Baekhyun dan Myungeun. Ditariknya kerah baju bagian belakang Baekhyun agar ia berdiri. "Masih pagi kau sudah kumat" Gumamnya. Melihat hal itu Myungeun hanya bisa tertawa tertahan.
***
Kyungsoo dan Baekhyun berjalan menuju kamar mandi. Mereka bangun terlalu siang dan perut mereka sudah sangat keroncongan. Mereka melewati meja-meja tempat membaca di beberapa baris rak dalam perpustakaan. Mereka melihat Yoojin dan Yichan masih tertidur dengan kepala persandar pada meja seperti biasanya.
"Semua orang jadi mengantuk begini", keluh Baekhyun. "Padahal sebelumnya hidup kita damai-damai saja"
"Prioritas kita adalah keluar dari tempat ini, bukan hidup damai ditempat ini" Jawab Kyungsoo seadanya.
Baekhyun menghela nafasnya. Sinar matanya mulai menampakkan keseriusan yang hanya datang di waktu-waktu tertetu saja (?). "Nyatanya kita belum mendapatkan apapun.. Kau, aku dan yang lain, tak seorangpun tahu kapan dan bagaimana kita bisa keluar dari tempat ini. Sampai saat itu tiba, lebih baik kita membiasakan diri untuk tidak berharap terlalu banyak. Aku hanya takut yang lain juga akan kecewa nantinya.. kau juga", Baru saja Baekhyun selesai bicara, Ia dan Kyungsoo melihat Yaeji bolak-balik disekitar rak buku, memegang handphone dan catatan 'meeting' mereka seminggu terakhir. "Kau lihat.. Ia tidak tidur selama seminggu penuh. Setiap hari seperti itu.. Bukannya bisa keluar dari tempat ini dengan selamat, lama-lama dia justru bisa mati karena terlalu banyak berfikir.. apa anak itu tidak bisa istirahat sebentar saja?", Baekhyun menatap Kyungsoo yang tak kunjung memberi respon. Ia pun berlalu meninggalkan Kyungsoo memasuki kamar mandi.
Kyungsoo menghampiri Yaeji, menyentuh pundak Yaeji sampai yeoja itu terlonjak kaget karenanya. "Omo.. Kkamjagiya!" pekik Yaeji kaget. "Aigoo.. Fyuh.. Kyungsoo-ssi kau mengagetkan ku"
"Yaeji-ssi duduklah sebentar. Kita perlu bicara" Pinta Kyungsoo melirik tempat kosong disampingnya.
Yaeji menurut kemudian duduk ditempat yang Kyungsoo minta "Waeyo?"
"Apa kau.. benar-benar yakin kita akan keluar dari tempat ini? Wae.. noneun.. sepertinya mengacuhkan hidup mu demi berusaha mencari jalan keluar.. Maksud ku"
"Kyungsoo-ssi.. Kita tidak bisa kehilangan harapan untuk keluar dari sini. Selama kita meyakini kita bisa keluar dari tempat ini, aku yakin sekali.... " Mata Yaeji tertuju pada goresan pena Kyungsoo pada buku miliknya.
Kyungsoo memberikan senyum tenang untuk Yaeji. "Kau tak perlu bertanya dari mana aku mengetahuinya". Ia menunjuk-nunjuk tulisannya pada buku. "Tidak semua hal ditempat ini buruk.. ada banyak hal yang mungkin tidak bisa kau dapatkan saat kita kembali nanti.....", Kyungsoo berdiri dari kursinya. Ia melangkah perlahan meninggalkan Yaeji.
"Kyungsoo-ssi.." Panggil Yaeji. "Kumohon jangan-"
"Jangan khawatir.. rahasia ini.. hanya antara kau dan aku saja" Jawab Kyungsoo, kemudian berjalan memasuki kamar mandi.
SREKK.. Bunyi itu terdengar jelas ditelinga Yaeji selepas kepergian Kyungsoo. Ia menoleh mencari sumber suara. Ia melihat bayangan seseorang sempat berdiri didekat rak, namun saat ia mendekat tak ada siapapun disana.
***
Pukul dua siang. Kedelapan anak makan siang bersama. Mereka menikmati hidangan yang sedikit berbeda dari biasanya. Belakangan ini bahan makanan selalu tercukupi dan selalu saja jauh lebih lengkap dari sebelumnya. Daging, Ayam, juga ikan yang tersedia juga masih segar sehingga menambah nikmat hidangan saat dimasak. Mereka saling melirik setelah makan.
"Aku masih penasaran, siapa yang sering berbelanja.. belakangan ini sekalipun aku tak pernah mendapat jatah keluar untuk mengambil bahan makanan", ujar Baekhyun membuka pembicaraan.
"Bagus bukan? jadi tidak membuang tenaga", Jawab Taehyung dengan santai mengahabiskan makanannya, meski ia sudah makan kimbab dan ramyun untuk sarapan.
"Dasar pemalas" Sindir Jaehee.
"Ya Moon Jaehee seharusnya kau bersyukur karena kau tak harus keluar ditengah kondisi kaki mu yang terkilir tidak sembuh-sembuh itu, jangan- jangan kau terkena kutukan", lawan Taehyung mejawab terus walau mulutnya penuh dengan makanan.
"Coba katakan sekali lagi", Jaehee mencubit dan menarik pipi Taehyung sebal dengan adiknya yang sulit sekali menjaga ucapannya itu.
"Aayyayayayay.... Ya Moon Jaehee! kau mengganggu makan siang ku!", seru Taehyung. Ia menepis tangan Jaehee lalu mengelus pipinya yang memerah akibat cubitan Jaehee.
Sebagian dari mereka hanya mengehela nafas melihat tingkah kakak beradik yang sulit rukun itu. Sebagian lagi tersenyum karena mendapatkan hiburan gratis. Setelah itu mereka pun sibuk melahap late breakfast mereka sampai perut mereka benar-benar kenyang.
"Taehyung-ah.. boleh noona bertanya sesuatu?" Pinta Yaeji pada Taheyung.
"Lagi? Ya tuhan ~~", keluh Baekhyun. "Makananku bisa keluar lagi kalau begini terus.. hufh"
"Mianhae.. nanti saja kalau begitu", Jawab Yaeji menundukkan kepalanya. Ia juga membereskan satu persatu piring, menumpuknya untuk selanjutnya akan dibawa ke tepat cuci piring. "YiChan.. mau membantu ku?"
"Kalau tidak mau bagaimana?", Tanya Yichan sudah tahu kalau Yaeji akan memintanya mencuci dan membersihkan semua piring dengan kemampuan yang ia miliki layaknya permintaan Sehun.
"Gwenchana", Yaeji pun berjalan sendiri menuju pantry untuk mencuci piring kotor. Karena kasihan, Yichan akhirnya mengikuti Yaeji ke pantry. Tidak sampai lima menit keduanya sudah kembali ke tempat anak-anak lain berkumpul.
"Eo? Sudah selesai?", Tanya Myungeun heran. Pertanyaan Myungeun hanya dijawab dengan anggukan oleh Yichan dan senyuman oleh Yaeji.
"Taehyung-ah", Panggil Yoojin tak sabar pada akhirnya. Ia sungguh ingin mengetahui apa yang terjadi. "Coba jelaskan pada kami semua apa yang kau ingat tentang perkataan dari Jimin sebelum ia menghilang?"
“Noona!", Seru Baekhyun lagi-lagi mencoba memprotes karena ia lelah. Kyungsoo menyenggol tangan Baekhyun meminta Baekhyun untuk berhenti protes, karena ia juga ingin segera menyelesaikan masalah yang terjadi.
Taehyung berpikir sejenak. "Jimin berkata padaku bahwa ia menemukan third eye. Jadi berdasarkan informasi yang kudapat dari Jimin, third eye adalah sebuah tempat dimana kalian akan menemukan sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain....", Ditengah penjelasannya tiba-tiba Taehyung merasa kepalanya sedikit berat. "Ah kenapa tiba-tiba kepalaku jadi pusing?", keluhnya.
"Kau masih lapar mungkin" Ledek Jaehee sambil menyodorkan sekotak choco pie pada Taehyung.
"Yeaaay....kau tahu saja kalau aku lapar! muaaach.. Saranghae Jaehee" Serunya riang. Ia kemudian menggaet leher Jaehee sambil memajukan bibirnya hendak mencium yeoja itu.
"Ya Bikyeo", gumam Jaehee menjauhkan wajahnya dari Taehyung dan menahan wajah Taehyung dengan telapak tangannya.
Taehyung pun terkekeh lalu kembali focus bercerita. "Lalu....", lanjut Taehyung sambil mengunyah choco pienya. "Lalu dia berbisik padaku dan mengatakan bahwa Hanya seorang Indigo yang dapat membuka Third eye. Dan... salah satu dari kita adalah seorang Indigo".
"Indigo?" Tanya Myungeun.
"Berdasarkan dari buku yang pernah kulihat-"
"Memang kau pernah baca buku?" potong Jaehee menyela kata-kata Taehyung.
"Ish...aku tidak bilang membaca! Tapi melihat!" sergah Taehyung.
"Moon Jaehee" Kyungsoo menegur Jaehee agar tak memotong pembicaraan Taehyung.
"Ne..mian" gumam Jaehee.
"Lanjutkan Taehyung-ah..." ujar Kyungsoo.
"Sepertinya yang dimaksud Jimin itu kemampuan Indigo, kemampuan khusus seperti melihat hantu, membaca masa depan atau masa lalu yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Sejauh yang aku tahu, mereka yang memiliki kemampuan Indigo itu rata-rata anak yang lahir di awal tahun 2000an", ujarnya.
"Daebak.. Apa efek choco pie sampai membuat mu sepintar itu?", gumam Jaehee memperhatikan choco pie yang tadi sempat berikan pada Taehyung "Haruskah kucoba satu?", SRETT.. Taehyung menyembunyikan semua bungkus choco pie ke dalam jaketnya agar tidak dimakan Jaehee. "Ya! pelit sekali"
"Itu artinya kita masih memiliki kesempatan untuk keluar dari tempat ini jika kita menemukan siapa anak indigo di antara kita.. " Sambar Yaeji bersemangat.
"Chakkaman...tapi di antara kita tidak ada yang lahir di awal tahun 2000an bukan?" tanya Baekhyun. "Bagaimana denganmu Taehyung-ah? Kau magnae diantara kami" lanjut Baekhyun.
“Eyy solma~! Ia hanya berbeda dua tahun dariku”, sambar Jaehee.
"Jaegayo? Meski wajah ku imut begini, tapi aku lahir pada akhir tahun 90an hyung" Jawab Taehyung.
"Yadeura", Sebut Yoojin lirih, terjadi perubahan ekspresi pada wajah Yoojin. Ketujuh anak lainnya memperhatikan perubahan itu. "Mianhae.. tapi kurasa aku harus mengatakan ini pada kalian semua.."
"Ada apa eonnie? katakan saja" Pinta Yaeji merasa ada yang tak beres dari cara Yoojin bicara. Yaeji mulai merubah nada suaranya. "E.. eonnie.. apa ada sesuatu yang buruk terjadi?”
Yoojin mengangguk lemas. Ia mengeluarkan sebuah kotak yang berbentuk seperti buku. Kotak yang selalu ia simpan hingga saat ini. Ia lalu meletakkan kotak tersebut diatas meja.
Mereka semua memperhatikan kotak itu dengan seksama, terdapat bentuk sebuah kunci didepan kotak tersebut. "Kotak apa itu Yoojin noona?" Tanya Kyungsoo.
Yoojin membuka kotak tersebut. Ia mengambil isi dari kotak yang ternyata adalah sebuah kunci berbentuk persis dengan bagian depan kotak. "Tepat hari dimana Taehyung dan Jimin tertangkap saat itu. Aku.. melihat gerbang third eye dengan mata kepala ku sendiri... Aku berfikir mungkin aku bisa membuka gerbang tersebut dengan kunci ini.. Tapi ketika aku mencoba menyentuhkan kunci pada gerbang Third eye. Gerbang itu... menghilang"
Sebagian dari mereka mulai mengerti arah pembicaraan Yoojin termasuk Kyungsoo. Ia tertunduk lemas sambil meremas rambutnya sendiri. "Tidak mungkin.. noona! kau tidak ingin mengatakan bahwa.. kau tidak bisa membuka pintu itu karena.."
"Kau benar Kyungsoo-ya", Potong Yoojin. "Aku.. tidak bisa membukanya karena aku.. bukanlah seorang indigo. Karena hanya seorang indigo yang dapat memunculkan, membuka.. juga menghilangkan Third eye kembali... Tanpa ia sadari, anak indigo yang Jimin maksud sebenarnya... adalah.. dirinya sendiri"
Mata Myungeun yang pertama kali berkaca mendengar hal menyesakkan itu. Ia telah berada disana selama lebih dari tujuh bulan lamanya. "Hh~ Aniya.. I.. ini tidak benar kan.. katakan pada ku ini tidak benar", Myungeun tersenyap. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia katakan.
"Jimin.. membawa serta semua informasi yang dimilikinya pergi bersama kegelapan dimana ia berada saat ini", Ujar Yoojin. "Aku sendiri sekalipun.. terus mencoba untuk tidak mempercayainya tapi.. kurasa kalian berhak mengetahui hal ini.. mianhae.. mianhae" ujar Yoojin lirih.
Diam.. Hanya itu yang mereka semua lakukan. Tertelannya Jimin ke dalam kegelapan lawan mereka yang entah siapa mereka pun tak pernah tahu seperti apa sosok dan rupanya, sekaligus mengubur harapan mereka untuk membuka Third eye, satu-satunya tempat dimana mereka dapat menemukan jawaban dari pertanyaan mereka tentang bagaimana mereka keluar dari tempat tersebut.
Sebagai salah satu orang yang paling berharap dapat segera keluar dari sana, Yaeji sangat terpukul. Ia mencoba untuk tetap percaya mereka semua pasti akan mendapatkan jalan keluarnya kelak. "Aniya.. pasti ada cara lain untuk mengambalikan Jimin, dan kalau kita berhasil mengembalikan Jimin, maka.. mungkin.."
"Geumanhae!!", Pekik Baekhyun frustasi. "Berhentilah untuk mengatakan hal-hal yang kau sendiri juga tak yakin akan terjadi Jeon Yaeji!", Respon Baekhyun dingin seolah lelah dengan harapan kosong yang Yaeji ucapkan.
"T.. tapi", Bantah Yaeji dengan bibir yang mulai gemetar.
"Terimalah kenyataan kita akan terkurung di tempat ini selamanya.. ", Ucap Baekhyun tegas. "Sampai mati pun kau tak akan pernah bisa melakukan sesuatu yang memang mustahil untuk dilakukan"
***
Taehyung mengurut-urut kepalanya yang semakin sakit akibat ia frustasi karena pembicaraan tiga jam lalu. Ia membentur-benturkan pelan kepala ke dinding di belakangya. Ia memejamkan mata saking hebatnya sakit kepala itu.
"Taehyung-ah, kau sedang apa?" Tanya Yaeji buru-buru mendekat setelah melihat Taehyung membentur-benturkan kepala.
"Yaeji Noona…kepala ku pusing", Rintih Taehyung tanpa membuka mata.
"Dimana Yoojin eonnie? Ia harus segera memeriksa mu!", Seketika Yaeji panik dengan keadaan yang dialami oleh Taehyung.
"Yoojin noona pergi dengan Yichan noona. Eotthokhaeyo noona? aku tidak tahan kepala ku sakit sekali, seperti mau mati.." Adu Taehyung.
Yaeji memejamkan mata untuk berfikir. "Chamkan yaegiseo", Pintanya. Ia berjalan sedikit menuju kasurnya. Ia mengambil sesuatu dari bawah bantal miliknya, suatu pemberian yang diberikan oleh Sehun untuk Yaeji mengusir kebosanan. Ia beranjak kembali ke depan Taehyung. "Taehyung-ah, kau suka main game?"
Taehyung menghentikan semua aktifitasnya. Ia membuka mata dan menatap PSP ditangan Yaeji. Taehyung melihat Yaeji tersenyum menjulurkan PSP itu untuk Taehyung "Ini milik noona? Noona dapat dari mana?"
"Teman.... sudah mainkan saja", Suruh Yaeji. "Kau bilang kau sering bosan, karena itu kau suka membaca komik kan? sekarang semua komik mu hilang dan kau tidak ada hiburan lagi.. jadi ambil ini untuk mu", Yaeji membuka tangan Taehyung lalu meletakkan PSP itu digenggaman tangan Taehyung.
"Noona...", Taehyung berbinar-binar bahagia. Ia memberikan sebuah pelukan hangat untuk Yaeji. Ia memainkan PSP itu langsung setelahnya. "Yaeji noona jjang kk" Jawabnya melupakan semua sakit kepala yang sebelumnya ia alami begitu saja setelah asik bermain.
Yaeji mengusap kepala Taehyung. "Eum.. Kau tenang saja. Aku...akan mencari jalan keluar dari tempat ini.. jangan kehilangan harapan mu, Kau.. percaya pada ku?"
"Ne ne ne!!!", Jawab Taehyung bersemangat "Aku akan mendukung dan mempercayai Yaeji noona apapun yang terjadi.. Noona jangan dengarkan Baekhyun Hyung, dia memang menyebalkan.. Hwaiting Yaeji noona.. Moon Taehyung padamu hehehe"
Yaeji tersenyum sebelum kemudian ia mendapati Jaehee berdiri tak jauh dari mereka. Begitu Yaeji tersenyum. Jaehee hanya menghela nafas dan berlalu.
***
Jaehee menyandarkan kepalanya pada badan kursi dan terdiam memperhatikan deretan rak-rak buku di hadapannya mencoba mengusir keresahan dari dalam kepalanya. "Selamanya di tempat ini.. apa yang bisa kau lakukan sekarang Moon Jaehee?", Tanya Jaehee pada dirinya sendiri. "Jaehee-ah!" Jaehee menoleh ketika mendengar seseorang memanggilnya. Ia menoleh dan mendapati Baekhyun menghampirinya.
"Aku mencarimu daritadi....kau sedang apa di sini?" Tanya Baekhyun.
"Melamun...wae?", jawab Jaehee lesu.
"Kkkk kurang kerjaan sekali!" ledek Baekhyun yang kini ikut duduk di lantai sambil bersandar pada salah satu rak buku.
"Dengan kondisi kakiku yang seperti ini aku bisa berbuat apa? lagipula memang tak ada yang bisa ku kerjakan juga" jawab Jaehee lesu.
"Kau kan bisa mengurus adikmu" Celetuk Baekhyun.
"Psh...dia sudah dewasa dan bisa mengurus dirinya sendiri", Jaehee tak melepaskan pandangannya dari rak rak buku yang tak pernah memberikan sedikitpun jawaban padanya. "Ia.. juga sudah memiliki Yaeji sekarang…aku sudah tak berguna baginya”
"Psh!", Jawab Baekhyun memberikan penekanan pada ucapannya "Jeon Yaeji psh~ Mangapa Tuhan membiarkan anak macam itu datang dan menceburkan kita semakin dalam kedalam perasaan seperti ini?", Kini Baekhyun ikut menatap kosong rak-rak buku. "Sebelum ia datang.. sekalipun kita tidak banyak mengetahui apapun tentang dunia ini.. setidaknya kita hidup lebih tentram"
"Jangan begitu Baekhyun-ah.. Kita memang seharusnya mengetahui bagaimana nasib kita selanjutnya, cepat.... ataupun lambat", ujarnya menghela nafas berat.
"Kkkkk..", Suara kekehan Baekhyun terdengar menyeruak ditengah keadaan sunyi.
"Kau tetap tertawa seperti itu.. ", Jaehee menoleh ke arah Baekhyun. Ia iri karena Baekhyun masih dapat tersenyum dan tertawa meski kondisi mereka saat ini tak begitu buruk. "Apa ada yang lucu?"
"Eobseo.."
"Gerom wae.. kau tertawa seperti itu tadi"
Senyum naas terkembang paksa dari wajah Baekhyun. "Aku ingin mati dalam keadaan bahagia.."
Kepala Jaehee tertunduk.. Bagai virus menular, senyum terpaksa Baekhyun kini juga ditunjukkan oleh Jaehee. "Apa kita sudah benar-benar pasti akan mati?", Ujar Jaehee lirih.
"Jaehee-ah.... Kita tidak pernah tahu berapa sisa waktu kita dapat hidup, apalagi ditempat semacam ini. Aku.. selalu berusaha untuk bahagia selagi aku masih bisa merasakannya. Sejak awal aku.. tak terlalu peduli tentang mungkin atau tidak kita keluar dari tempat ini.. bagi ku, merasakan kebahagiaan tidak harus selalu ditempat dan waktu yang sempurna. Bahagia atau tidak hidup seseorang.. tergantung pribadi mereka.. bukan apa yang mereka jalani dan alami, Semakin seseorang berharap.. maka akan semakin sakit rasanya saat harapan itu tak terwujud", Baekhyun menarik lebar bibirnya, menunjukkan pada Jaehee bagaimana cara tersenyum seharusnya. "Kau juga harus seperti itu Jaehee-ah kkkk.. lagipula disini kan ada Kyungsoo hohoho, kalau kalian mau menikah nanti aku akan menjadi pendetanya hahaha"
"Pshh...haha...tidak lucu Baekhyun-ah", ujar Jaehee datar. Jaehee tak mengerti ia harus tertawa atau tidak atas candaan Baekhyun. Ia ingin sekali mengahajar bocah itu atas apa yang ia ucapkan. Tapi disisi lain pikirannya sedang tak cukup baik untuk merespon ucapan Baekhyun. "Baekhyun-ah.. Kau tahu? Saat ini aku sangat berharap aku dapat berfikir seperti diri mu"
"Geurae.. berfikirlah haha.. Pikiran mu itu milik mu, kau bisa berfikir apaun yang ingin kau pikirkan Hahaha.." Baekhyun mendekatkan bibirnya ke telinga Jaehee "Dan satu lagi"
"Mwo?"
"Jangan terlalu banyak bergaul dengan Jeon Yaeji.. Anak itu tidak baik untuk kesehatan.. Katakan itu juga pada Taehyung" Bisik Baekhyun diakhiri dengan sebutan "Nyonya Do.."
"Ya!" PLETAK.. Jaehee tak lagi bisa menahan keinginannya untuk mengahajar Baekhyun. "AH GEUMANHAE JINCHA!", protes Jaehee. “Neo wae gurae?! Kenapa kau selalu mengaitkanku dengannya?! Aish jicnha”, gerutu Jaehee.
"Kkkk! Igo bwa...sifatmu bahkan sekarang sudah mirip dengannya! kkkk", ledek Baekhyun.
"Neo Jincha! Baekhyun-a" Jaehee dapat tertawa lepas bersama Baekhyun setelahnya "Hahaha Babo.. Cih Nyonya Do... Mwo!! issh"
***
"Cokelat?" Myungeun menyodorkan sebatang cokelat pada Kyungsoo yang tengah duduk sendiri di depan jendela besar di depan perpustakaan. Kyungsoo menoleh dan mengambil cokelat dari tangan Myungeun. "Gomawo..." ujarnya sambil tersenyum tipis.
"Apa aku boleh duduk di sini?" tanya Myungeun sambil menunjuk spot kosong di samping Kyungsoo.
"Ne...duduklah" ujarnya sambil bergeser sedikit memberi spot untuk Myungeun.
"Kau ini senang sekali melamun" Ujar Myungeun.
"Karena tak ada lagi yang bisa ku lakukan", gumamnya pelan.
"Aku mengerti perasaanmu.....kau pasti kecewa sekali"
Senyum parau Kyungsoo terkembang. "Psh~ Kurasa kau juga seperti itu?"
"Tentu saja.. tapi aku tidak mau terlalu larut dalam kekecewaan... aku yakin pasti nanti kita akan menemukan jalan keluar", ujar Myungeun sambil tersenyum.
"Semoga" Jawab Kyungsoo singkat.
"Aku hanya mencoba berpikir positif....lagipula, tempat ini tidak selamanya buruk...selama di sini, aku mengenalmu dan Baekhyun dan aku merasa bahwa aku yang sekarang berubah jauh dengan diriku yang dulu sebelum aku terjebak di sini" Ujar Myungeun sambil tersenyum.
"Maksudmu?"
"Baekhyun mengatakan pada ku.. dulu, setiap kali bertemu Baekhyun, kau dan juga teman-temanmu, aku kaku sekali. Tapi sekarang, aku merasa jauh lebih nyaman ketika berbicara dengan Baekhyun dan juga..." Myungeun memutus ucapannya denganmu Kyungsoo-ya" ujar Myungeun mengungkapkan perasaannya selama ini.
"Syukurlah kalau begitu..." ujar Kyungsoo sambil tersenyum tipis. "Kau benar, Kau sangat berubah.. bahkan cara bicaramu juga lama-lama terdengar seperti Baekhyun . . kalian cocok" ujar Kyungsoo.
Myungeun tersentak ketika mendengar perkataan Kyungsoo. "Gurae?" Raut wajah Myungeun perlahan berubah sendu.
"Aku hanya bercanda.. jangan dimasukkan ke hati" , ujar Kyungsoo lalu kembali terdiam setelahnya.
"Aniya....gwenchana ...lalu.. kalau kau sendiri bagaimana?"
"Naega? Naega wae?"
"Eung....apa ada seseorang yang kau sukai?" Tanya Myungeun hati-hati. "Ahahah...pertanyaan bodoh! seharusnya aku tak menanyakan hal itu ne? kau pasti lebih fokus memikirkan bagaimana cara agar kita bisa keluar dari sini dibandingkan mengurusi masalah percintaan kkkk" ujar Myungeun meralat sendiri ucapannya tiba-tiba. "Abaikan saja pertanyaanku Kyungsoo-ya" sambungnya.
"Gwenchana Myungeun-ah, aku juga manusia dan aku juga masih punya hati" Ujar Kyungsoo sambil tersenyum dan menerawang seolah sedang mengingat sesuatu. "Ketika aku kecil dulu, aku pernah menyukai seseorang.... tadinya kupikir itu hanya cinta monyet belaka, tapi ternyata aku tak menyangka bahwa perasaan itu terus tumbuh bahkan hingga aku dewasa".
"Jeongmal? nugu? a-apa kau sudah m-menyatakan perasaanmu padanya?" tanya Myungeun penasaran.
"Molla....aku tak bisa memberitahumu...tapi dulu, ia selalu menghiburku ketika aku sedang sendirian dan menangis karena masalah keluargaku hingga akhirnya....ia harus pindah sekolah demi mengikuti ayahnya yang bekerja di luar kota", ujarnya sambil menerawang.
"Dan kau tak sempat menyatakan perasaanmu padanya?"
"Saat itu aku masih kecil dan aku belum tahu bagaimana rasanya menyukai seseorang...hingga ketika aku dewasa, memori tentangnya masih melekat kuat dalam ingatanku dan aku selalu merasa berdebar setiap kali aku mengingatnya. Dari situlah aku sadar bahwa aku masih menyukainya"
"Hingga sekarang?"
"Eung...aneh bukan? Tidak seharusnya aku seperti ini"
"Apa kau...eum...tak mau mencoba membuka hatimu untuk gadis lain?"
"Molla....sejauh ini belum ada yang menarik perhatianku" Jawab Kyungsoo tenang.
"La-lalu bagaimana dengan Jaehee? sepertinya kau cukup perhatian padanya?" tanya Myungeun sambil menunduk. Ia sebenarnya tak mau menanyakan hal tersebut meskipun akhirnya pertanyaan itu tetap meluncur dari mulutnya meskipun entah mengapa dadanya mendadak terasa sesak.
"Pssh mwoya? Kau lihat sendiri bahwa aku sering sekali bertengkar dengannya.....gadis itu menyebalkan sekali. Semenjak ia datang aku jadi harus bekerja dua kali lebih keras untuk melindunginya" ujarnya.
"Tapi sepertinya kau perhatian sekali dengannya"
"Benarkah?" Tanya Kyungsoo dengan pandangan mata yang terus menerawang kedepan. "Mungkin itu perasaan mu saja.."
"N..ne.. nampaknya begitu"
Baekhyun memapah Jaehee berjalan keluar dari salah satu sudut perpustakaan hingga mereka melihat Kyungsoo dan Myungeun yang sedang ngobrol berdua. "Kyungsoo-ya" panggil Baekhyun.
Jaehee menggembungkan pipinya sebal. "Ya Baekhyun-ah, apa kau tak bisa mengantarku ke kasurku dulu?" protes Jaehee yang tidak ingin berpapasan dengan Kyungsoo.
"Eyy chakkaman..." ujar Baekhyun. Kyungsoo dan Myungeun menoleh dan melihat Baekhyun dan Jaehee yang berdiri tak jauh di belakang mereka.
"Wae? kenapa lagi kakinya?" tanya Kyungsoo datar kembali seperti Kyungsoo yang biasanya.
"Eyy...kau tahu sendiri kaki Jaehee belum sembuh benar...aku hanya ingin bertanya apa persediaan makanan kita masih aman?"
"Eung....kalo tidak aman, aku tidak mungkin hanya duduk diam seperti ini"
"Arasseo.....ayo Jaehee-ah kajja!. Kita bisa makan ramyun!" seru Baekhyun riang sambil memapah Jaehee menuju kasurnya. Kyungsoo memperhatikan mereka berdua yang berjalan melewati dirinya.
Myungeun melihat sosok Yaeji yang melambaikan tangan memanggilnya "Kyungsoo-ya..." panggil Myungeun.
"Ne?" ujarnya sambil menoleh ke arah Myungeun.
"Aku permisi dulu...mau beristirahat sejenak", ujar Myungeun.
"Ne...terima kasih cokelatnya" ujar Kyungsoo sambil tersenyum namun kemudian menoleh kembali ke arah Baekhyun yang sedang memapah Jaehee. Myungeun berjalan tak semangat meninggalkan Kyungsoo.
***
NEXT DAY
Pagi buta saat matahari belum menampakkan diri, seperti biasa Yaeji mengantar Yoojin dan Yichan menemui Sehun sambil mengambil bahan makanan. Yaeji pulang, lalu meninggalkan Yoojin dan Yichan disana. Mereka memang pelaku dibalik selalu tercukupinya bahan makanan beberapa hari ini. Keduanya memasuki gudang belakang Universitas.
Yoojin kaget melihat isi gudang itu. Tiga hari terakhir hanya Yichan dan Yaeji yang pergi kesana. Dalam tiga hari tempat itu sudah berubah total.
Tempat itu sudah amat rapi, bahkan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Yichan menyenggol pundak Yoojin yang masih terpaku didepan pintu. "Hey doctor~ Cepat Masuk" Suruh Yichan. Yoojin mengangguk, melangkahkan kakinya masuk dengan pandangan terperangah pada suasana gudang.
"Jangan bengong begitu noona, nanti kau kesurupan kkk" Tawa Sehun menegur Yoojin.
"Ya..bagaimana bisa…”
"Jangan tanya.. Aku dipaksa bekerja rodi untuk membenahi tempat ini. Apalagi setelah bocah itu bersatu dengan Jeon Yaeji .. mereka malah mencari design dan meminta ku memenuhi ekspektasi mereka.. kasihan sekali aku", keluh Yichan.
"Tapi dari mana kalian mendapatkan barang-barang untuk tempat ini?" Tanya Yoojin.
"Hahahahah", Sehun tertawa sambil bergulingan menonton televisi di tempat tidurnya. "Apa yang tidak bisa dilakukan kalau kau memiliki vakum cleaner dan pesulap bersama mu" Jawab Sehun enteng.
"Vacum cleaner?", gumam Yichan. "Dasar tukang daging"
Yoojin merebahkan tubuhnya pada sofa berbulu yang empuk didalam gudang. "Sehun-ah.."
"Ne?", Jawab Sehun. "Yichan noona.. ayo main game, aku mengambil cd game baru" Sehun mengajak Yichan bermain meski Yoojin ingin bicara serius dengannya. Tapi karena ia sudah mengerti 'cara bermain' dengan sehun, Yoojin membiarkan Sehun.
Yichan duduk disamping Sehun. Mereka berdua mulai bermain game. "Kalau kau menang lagi, aku tidak mau main" Ancam Yichan.
"Aku akan main sambil tutup mata.." Jawab Sehun.
"Tak akan ada perubahan" sahut Yichan lagi.
"Ah benar.. aku lupa kalau aku jenius hahaha" Puji Sehun pada dirinya sendiri.
Yoojin meneguk segelas air jeruk milik Sehun. "Sehun-ah.. kau sudah dengar dari Yichan dan Yaeji mengenai apa yang kami temukan kemarin bukan? Apa yang harus kita lakukan sekarang"
Sehun pusing. Bukan karena ucapan Yoojin mengenai masalah mereka tak ada lagi harapan untuk membuka Third eye, tapi karena stik game miliknya mendadak tidak bisa berfungsi. "Ya noona! kau bermain curang hahahah", Seru Sehun tetap bahagia meski ia dicurangi oleh Yichan. Sambil bermain ia menjawab Yoojin, "Air di sungai awalnya jernih, lalu terkotori karena aktivitas manusia, bercampur dengan pasir dan batu kotor lalu pada akhirnya tidak bisa digunakan.. tapi untuk memurnikannya kembali ternyata tak butuh alat lain.. hanya dengan pasir dan batu juga.. hahahha", ujar Sehun. "Ya Yichan noona kau menang.. kalau begitu kita main lagi"
"Kau pasti kalah lagi" Seru Yichan yang sejak tadi bermain tanpa menyentuh stik game miliknya sedikitpun. "Tapi tidak seru kalau aku menang terus.. " Serunya.
"Araseo.. sebelah otakku juga sedang dipakai untuk yang lain. Kita bisa bermain Fair, eotthe? Hanbonddo?" Tawar Sehun mengajak Yichan bermain sekali lagi.
Memang butuh kesabaran untuk bicara dengan Sehun, karena itu Yoojin lebih sering menyuruh Yaeji dan Yichan untuk bicara kepadanya, dibanding menemui bocah itu sendiri. Ia menghela nafas. "Aku menyerah" Ia mengibaskan tangannya tanda ia tidak kuat bicara dengan Sehun.
"Yichan noona, tolong.. itu hahhaha", Ujar Sehun tak jelas, karena ia sudah mulai bermain game dengan Yichan kembali.
Yoojin meguap mengantuk menunggu Yichan dan sehun bermain. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan terbukanya sendiri sebuah buku berwarna orange pada meja di sampingnya.
"Sekilas aku pernah membaca seperti itu di buku dokter Goo... aku hanya iseng membalik sampai bagian belakang hahahahah " Jawab Sehun.
"Neo jincha", Puji Yoojin tersenyum memperhatikan isi buku
"Yosssh" Seru Sehun "Hyaaaa Aku menang lagi"
☆*:.。. o)o .。.:*☆