Jam dinding menunjukkan pukul lima pagi. Sebagian dari mereka justru baru saja terlelap. Yoojin dan Yichan tertidur bersandar pada rak buku dengan bolpoin dan buku masih setia di tangan mereka. Kyungsoo, Baekhyun dan Myungeun juga tertidur dalam posisi duduk di lantai, mereka bersandar pada meja dan kursi tak jauh dari Yoojin dan Yichan.
Yichan membuka sedikit matanya saat ia mendengar suara langkah seseorang ke arah pintu. Ia melihat anak baru di antara mereka berjalan mengendap-endap keluar. "Kau mau kemana?" Tanya Yichan membuat anak itu tersentak.
"Eung.. aku.. ingin keluar sebentar.. kau mau menemani ku?" Jawab Yaeji gugup.
***
NEXT 2 HOURS
Jaehee terbangun dari tidurnya. Entah sudah berapa lama ia tertidur. Ia memperhatikan sekitarnya yang kosong. Hanya ada Taehyung yang tidur di sampingnya. “Eung? Kemana yang lainnya?”, gumamnya setengah sadar. Ia segera bergegas bangun dan berjalan tertatih-tatih keluar ruangan. Di ruangan tengah, ia melihat anak-anak lainnya tertidur menyebar (?) di berbagai tempat. “Ige mwoya? Kenapa mereka berserakan (?) seperti habis perang begini?”, gumam Jaehee bingung. “Ah…molla”, gumamnya mencoba tak peduli.
Jaehee berjalan tertatih-tatih menuju toilet. "Aish waee?? kenapa perutku tak bisa diajak kompromi sekali setiap pagi? untuk berjalan ke toilet saja sudah susahnya setengah mati", gumamnya sambil menyandarkan kepalanya pada pintu toilet beristirahat sejenak. "Semoga tidak terjadi hal aneh lagi di dalam toilet jebal", Jaehee menutup matanya sejenak selayaknya sedang berdoa. Jaehee memegang gagang pintu hendak membukanya namun ternyata gagang pintu tersebut sudah bergerak lebih dulu dan seseorang membuka pintu dari dalam. DUUKKK!! "AAAAAAA!!", Jaehee menjerit dan BRUKKKK! kening Jaehee `mencium` pintu kamar mandi tersebut dan ia pun terjatuh. "Aphaaa...huhuhuuuu" rintihnya sambil memegangi keningnya.
"Omo!!! jweisonghamnida! Neo gwenchanayo?", ujar seorang gadis yang baru saja keluar dari dalam toilet.
Jaehee menoleh dan menatap gadis itu dengan asing. Ia belum pernah melihat gadis itu sebelumnya. "Neo nuguyeyo? Aish….apha", tanya Jaehee sambil mengelus-elus keningnya.
"Neo gwenchanayo?! apa ada yang terluka? b-biar kulihat!", seru gadis itu panik mencoba mencari-cari apakah Jaehee terluka atau tidak, tapi justru ia tak sengaja menyentuh kaki kanan Jaehee yang terkilir. "AAAAA APHAAAA... HWAAA... OMMAAA..." jerit Jaehee kesakitan membuat gadis itu semakin panik.
"W-Wae guraeyo? J-jweisonghamnida!", ujarnya panik.
"Wae gurae??", seru Baekhyun yang datang diikuti Myungeun lalu Kyungsoo dan Taehyung yang menyusul tak lama kemudian karena mendengar suara ribut-ribut.
"Jaehee-ah neo gwenchana?", tanya Myungeun ketika melihat Jaehee sudah 'terkapar' di depan pintu toilet sambil memegangi kening dan kakinya yang diperban.
"Omma huhuhuhuuuuu~", rintih Jaehee mengabaikan yang lainnya. "Apa dosaku? kenapa sial sekali pagi ini hwaaaa ommaaa... siapa yeoja itu?" sambungnya.
"Molla...aku tak mengenalnya", gumam Taehyung cuek sambil pergi menjauh dari kerumunan dan kembali tidur.
"Mi-mianhae...a-aku tak tahu kalau di luar ada orang...aku membuka pintu dan pintu itu menghantam keningnya sehingga ia terjatuh...selain itu, a-aku tak sengaja memegang kakinya lalu gadis ini menjerit kesakitan...m-mianhae" jelas gadis itu ketakutan.
"Eyy...jeongmal...", geleng Baekhyun. Ia mengusap-usap matanya karena ia masih mengantuk.
“Apa yang terjadi pada kakimu Jaehee-ah?”, Tanya Myungeun yang tak mengetahui apa yang terjadi pada Jaehee karena ia baru melihat yeoja itu lagi pagi ini.
“Kakinya terkilir”, ujar Kyungsoo singkat. Kyungsoo yang sedari tadi hanya memperhatikan menghela nafas lalu berjalan menghampiri Jaehee dan gadis itu yang masih bersimpuh di samping Jaehee yang 'terkapar'.
"J-Jweisonghamnida...", gumam gadis itu lagi ketika Kyungsoo berjongkok di samping gadis.
"Jaehee-ah ireona...", perintah Kyungsoo sambil membantu Jaehee berdiri dan memapahnya. "Neo do...", sambung Kyungsoo sambil memberi isyarat pada gadis itu agar ia juga ikut berdiri. "Jaehee-ah kenalkan, dia Jeon Yaeji. Ia baru datang semalam. Kau tak sempat bertemu dengannya karena kau sudah tertidur", Kyungsoo memperkenalkan mereka satu sama lain. Kedua gadis itu saling membungkuk. "Dan gadis ini bernama Moon Jaehee, kaki kanannya sedang terkilir" sambung Kyungsoo.
"Jweisonghamnida" ujar Yaeji kesekian kalinya seperti mainan rusak.
"Gwenchana...salahku juga yang tidak berhati-hati" jawab Jaehee.
"A-Apa kau mau kubantu?" tanya Yaeji menawarkan bantuan.
"Aniya aniya gwenchana...aku masih bisa melakukannya sendiri. Lebih baik kau segera sarapan sebelum adikku menghabiskan jatah sarapanmu nanti", ujar Jaehee.
Baekhyun dan Myungeun pun kembali ke meja makan. "Ne....sekali lagi aku minta maaf Jaehee-ssi", ujar Yaeji.
"Ne gwenchana", balas Jaehee. Yaeji pun pergi menyusul yang lain ke meja makan. Ia pun kemudian tersadar bahwa Kyungsoo masih memapahnya. “Aish…pergilah”, gerutu Jaehee mendorong Kyungsoo pelan lalu berjalan menuju toilet. Namun namja itu masih berdiri di tempatnya. "Kenapa kau masih di situ?" tanya Jaehee pada Kyungsoo yang masih berdiri di depan toilet.
"Hanya sekedar memastikan bahwa kau tak akan menggunakan toilet pria lagi. Dengan kondisi kakimu yang seperti itu, aku tak tahu apa yang akan terjadi jika kau menggunakan toilet pria...dan dikejar lagi oleh sekelompok pria tak dikenal seperti kemarin", jawab Kyungsoo santai.
"Pergilah....lihat sendiri kan aku menggunakan toilet wanita bukan pria? aish", Keluh Jaehee sambil menunjuk tanda 'Toilet khusus wanita' yang terpampang pada pintu toilet.
"Gurae....", gumamnya datar dan bergegas pergi meninggalkan toilet.
"Aish jeongmal....kenapa aku sial sekali pagi ini?heol...." gumam Jaehee.
***
"Yaeji-ah, bagaimana kau bisa sampai masuk kemari? kemarin malam kita bicara panjang lebar tapi aku belum sempat bertanya" Tanya Myungeun.
"A-Aku juga tak terlalu ingat...yang ku ingat hanya saat itu aku pergi ke toilet bersama dengan salah seorang siswi Highschool teman sekolah adikku juga.. tapi aku tidak terlalu mengingat namanya" ujar Yaeji.
"Siswi High-school? Apa jangan-jangan dia gadis bertubuh mungil yang sering sekali menangis?" Duga Yoojin.
"Aku tak tahu dia sering menangis atau tidak", jawab Yaeji tidak yakin "Tapi memang ia sempat menangis juga" sambung Yaeji.
"Ah.....aku tahu...pasti Baek Siyou", ujar Taehyung santai. "Siyou itu gadis paling cengeng SE-Yonghan Highschool" sambungnya.
"Seperti kau tidak cengeng saja" sindir Jaehee.
"Mworagoyo?!" seru Taehyung.
"Aniyo" jawab Jaehee berpura-pura seolah tidak terjadi apapun.
"Ah! sepertinya benar ia bernama Siyou...aku pergi ke toilet bersamanya sementara adikku dan seorang pria lainnya, pria itu selalu bersama Siyou kemanapun... mereka menunggu kami di depan toilet" Yaeji melanjutkan ceritanya.
"Pasti Joonmyeon hyung.. cih" Gerutu Taehyung kesal
"UHUKKK UHUUKK!!", Jaehee tersedak begitu mendengar nama itu.
"Eottokhe ara? Kau mengenal mereka?" Tanya Yaeji.
"Begitulah.. aku juga mengenal adik noona juga sebenarnya", Jawab Taehyung. "Kkkkk! lagipula sudah kuduga, dimana ada Siyou, di situ pasti ada Joonmyeon hyung.....setia sekali sampai ia rela menunggu Siyou di depan toilet. Kakakku saja tak pernah ditemani ke toilet" ledek Taehyung sambil melirik ke arah Jaehee yang bersikap seolah-olah ia tak mendengar pembicaraan tersebut.
“Apa hubungan Jaehee dengan...”
"Yaeji-ssi bisakah lanjutkan saja cerita mu? aku tak terlalu peduli dengan masalah pribadi mereka yang tidak ada hubungannya dengan apa yang menimpa kita" potong Kyungsoo.
“Ne.. Lalu, ketika aku sudah berada di dalam toilet, aku diserang oleh seorang yeoja” Suasana hening sejenak menyeruak di antara mereka saat Yaeji melanjutkan ceritanya.
“Diserang?”, tanya Kyungsoo.
“Eung….aku tak bisa melihat wajah seseorang yang menyerangku itu dengan jelas karena kejadiannya berlalu begitu cepat. Setelah itu semua perlahan gelap…sepertinya gadis yang menyerangku itulah yang membawaku kemari” Lanjut Yaeji.
“Chakkaman….jangan-jangan, gadis yang berteriak-teriak panic sambil menggedor-gedor pintu toilet itu dirimu!” seru Jaehee tiba-tiba membuat semua mata tertuju padanya.
“Ah….suara ribut-ribut yang kemarin itu!” sambung Baekhyun.
“Maja!! Sudah kubilang aku mendengar seseorang berteriak-teriak dari bilik kamar mandi yang bersebelahan denganku!” seru Jaehee sambil melirik Kyungsoo.
"Darimana kau tahu itu semua? Ka-kau juga berada di dalam toilet saat itu?" Tanya Yaeji memastikan.
“Ne, aku juga sedang berada di dalam toilet wae?” jawab Jaehee.
“T-Tapi saat itu yang berada di toilet hanya aku dan Siyou…tidak ada orang lain selain kami…”
“Lalu kenapa?” Tanya Jaehee curiga.
Mata Yaeji tidak fokus, ia melihat kemana-mana. Ia ingin mengatakan sesuatu yang juga belum ia yakini. "Aniya.. hanya saja.. Kau.. bukan yeoja yang menyerang ku saat itu kan?”
“Mworago?!”, tanya Jaehee terkejut dengan tuduhan Yaeji.
“K-Karena saat itu sungguh tidak ada orang lain selain aku dan Siyou…Siyoulah yang berteriak saat itu. Aku sempat mendengarnya dan aku juga sempat mendengar suara lainnya dari luar toilet sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri”, ujar Yaeji.
“Kau menuduhku?”
“B-Bukan begitu maksudku t-tapi...”
“Ah.. kalau begitu sekarang jelaskan padaku apa untungnya bagiku membawamu dan menarikmu ke tempat asing yang menakutkan ini?” Seru Jaehee menanggapi tuduhan Yaeji.
“M-Mungkin…a-agar kau bi-bisa keluar dari tempat ini? J-Jadi k-kau menukar d-dirimu denganku” gumam Yaeji tak yakin.
“Mworagoyo?! Apa kau tahu bahwa banyak hal buruk terjadi pada kami karena kami ingin segera keluar dari tempat ini? Seluruh buku yang menjadi petunjuk kami di tempat ini hancur, sahabatku menjadi jahat entah karena apa, adikku hampir mati karena seseorang misterius-“
“Ya Moon Jaehee!”, protes Taehyung karena Jaehee membawa-bawa dirinya.
“Aku dituduh berbagai macam hal dan bertengkar habis-habisan dengan namja itu”, ujar Jaehee sambil melirik ke arah Kyungsoo.
“Ya Moon Jaehee”, kali ini giliran Kyungsoo yang protes karena Jaehee membawa-bawa dirinya.
“Hingga kakiku seperti ini……dan sekarang kau menuduhku menukarku dengan dirimu hanya karena agar aku bisa kembali? Lagipula aku baru mengenalmu hari ini jadi apa alasanku untuk menarikmu ke tempat ini? Woah…jincha…apa aku terlihat sejahat itu?”, ujar Jaehee mengeluarkan semua uneg-unegnya selama ini.
“J-Jweisonghamnida..”, ujar Yaeji sambl menunduk.
“Jaehee-ah sudahlah”, Ujar Myungeun mencoba menengahi perdebatan tersebut.
"Kenapa kalian jadi begini sih? dasar wanita", Sindir Taehyung mengambil kesempatan untuk makan lebih banyak selama Jaehee dan Yaeji berkelahi.
“Aku kenyang”, ujar Jaehee sambil beranjak dari kursinya dan meninggalkan yang lainnya di meja makan meskipun sarapannya belum habis.
“Aish cham…Kasihan sekali dia…..kemarin dituduh berbohong. Sekarang begitu terbukti benar, ia dituduh menyerang seseorang tsk tsk”, ujar Baekhyun setelah kepergian Jaehee.
“Kau menyindirku?” sambar Kyungsoo.
“Aniya, kau merasa?” Tanya Baekhyun balik.
“J-Jweisonghamnida…ku-kupikir itu benar-benar Jaehee”, ujar Yaeji tak enak hati.
"Semua orang sensitif disaat seperti ini.. berhati-hatilah kalau mau menuduh orang Yaeji-ssi", Baekhyun berucap pelan menasehati.
“Ne.. Jweisonghamnida..”, jawab Yaeji tertunduk.
“Hufh~” Kyungsoo menoleh kearah Jaehee yang berjalan terpincang-pincang memunggunginya dan kemudian menghilang di sudut ruangan.
"Ada apa?", Tanya Yoojin bingung melihat Jaehee pergi. Yoojin sedari tadi mengahabiskan makanannya sambil terus mencoret-coret buku mencari-cari celah masalah yang mereka hadapi, ia jadi tidak fokus dengan kejadian disekitarnya.
"Wuhooo... noona kau pasti terlewat tabrakan dua komet barusan" Jelas Taehyung justru bersemangat melihat orang berargumen. "Ayyyyayayayyaa.. Hyung" Ia memekik begitu telinganya dijewer oleh Baekhyun.
"Kau selalu bahagia kalau hal seperti ini terjadi huh" Tuduh Baekhyun.
"Eum.. ", Myungeun merasa ada seseorang yang sejak tadi tidak terlihat "Kalian lihat dimana Yichan?"
***
Jaehee bersandar pada badan kursi di salah satu sudut perpustakaan yang sepi dan menghela nafas mengingat perdebatannya dengan Yaeji tadi. Ia kemudian mengeluarkan liontin yang selalu dipakainya sebagai kalung dan membuka bandul liontin tersebut dan memperhatikan fotonya dan Taehyung bersama ibu mereka ketika mereka masih kecil. “Omma bogoshipda…” gumamnya. “aku benar-benar ingin keluar dari sini hikseu…” ujarnya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya mencoba untuk tak menangis. Lalu tak lama kemudian, ia merasakan kehadiran seseorang. Ia mengintip sejenak dan memalingkan wajahnya agar ia tak melihat orang tersebut ketika mengetahui siapa yang baru saja datang. “Mwo?”, Tanya Jaehee dingin tanpa menoleh sedikitpun pada Kyungsoo yang baru saja datang.
“Neo gwenchana?”
“Kakiku sakit, keningku memar dan hatiku sakit karena tidak ada yang percaya padaku, jadi menurutmu bagaimana keadaanku?”, Jaehee bisa mendengar Kyungsoo menghela nafas setelah mendengar jawaban darinya.
“Kau……masih kesal padaku?”
Jaehee terdiam tanpa sedikitpun menoleh pada Kyungsoo. Ia menghela nafas pelan. “Pergilah, aku tak mau berdebat denganmu lagi…aku sedang ingin sendiri”, sambungnya.
Bukannya mendengar suara langkah kaki yang semakin menjauh, Jaehee justru mendengar langkah kaki Kyungsoo yang berjalan mendekatinya. Jaehee pun menoleh lalu mendongak karena Kyungsoo sekarang berdiri di belakangnya. “Mwo?! Cepat Pergi! Ishhh!”, serunya kesal. Kyungsoo sedikit membungkuk dan mengarahkan jari -jarinya mendekati wajah Jaehee. “Yayaya! Mwohaneun goya?!” seru Jaehee yang reflex menjauhkan wajahnya dari tangan Kyungsoo.
Jari-jari tangan kanan Kyungsoo bergerak mendekati kening Jaehee dan kemudian menyibak poninya dan ia bisa melihat luka memar akibat terbentur pintu kamar mandi pagi tadi. Ia kemudian mengeluarkan selembar plester dari sakunya dan menempelkannya pada kening Jaehee lalu ia pun berdiri setelahnya. “Mianhae..” ujarnya singkat sambil berbalik dan pergi meninggalkan Jaehee.
Jaehee terdiam memperhatikan Kyungsoo yang berjalan menjauh. “Aish jincha!”, gerutunya sambil menghentakkan pelan kepalanya pada badan kursi.
***
NEXT ONE HOUR
Kyungsoo bolak balik melihat dari jendela koridor depan perpustakaan menunggu Yichan yang belum juga kembali. Kyungsoo bersembunyi pada pot bunga besar yang biasa diletakkan pada pinggir-pinggir koridor saat mendengar suara langkah seseorang keluar dari perpustakaan, perasaannya mengatakan ada yang tidak beres. Tidak lama kemudia ia melihat Yaeji keluar dari perpustakaan. Tingkah anak itu mencurigakan karena ia selalu melihat kesana kemari seperti berjaga-jaga.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Chanyeol memasuki sebuah ruangan di bangunan Yonghan Highschool dimana Jimin, Jaehyung, Eunhee dan seorang namja berpakaian hitam telah menunggunya. Datangnya sosok Chanyeol juga diikuti asap hitam lainnya yang juga memunculkan sesosok yeoja setelah asap itu menghilang.
"Kalian bisa sedikit beristirahat sekarang.. kita hanya perlu menangkap dua ekor keledai dan keledai lainnya akan datang dengan sendirinya" Ujar yeoja berpakaian putih yang baru saja muncul.
"Ibumu.. telah melakukan kerja yang bagus", Jawab sang namja berpakaian hitam yang terlihat seperti pimpinan mereka.
"Berhentilah menyebut tentang yeoja sialan itu.. Lihat saja.. aku yang akan menangkap anak-anak itu dengan tangan ku sendiri dan akan membuat mu berhenti memuji yeoja sialan itu", PUFFH~ Sosok yeoja tadi langsung menghilang lagi dari hadapan kawan-kawannya.
"Ia sangat berbeda dengan ibunya", Ujar sang namja. "Kalian semua.. fokuslah dengan incaran penting kita", Namja itu melihat ke luar jendela. Matanya menatap tajam ke arah langit dimana matahari kini tengah bersinar begitu terang.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
10.24 AM
Yoonjae dan Jungkook mendengar suara dan meminta yang lain diam sebentar "Kalian dengar suara itu?" Tanya Yoonjae.
"Suara?" Tanya Jongdae, Minhyuk.
"Suara apa? Aku tidak mendengar apapun?", ujar Soomin dan Miyoung.
Suho memberi aba-aba untuk semua agar diam. "Shuuttt....", Tapi tak ada suara apapun sekalipun mereka sudah diam. "Tidak ada apa-apa mungkin kalian salah...."
"Chakkaman..." Ujar Jongkook.
Semua yang ada diruangan itu kembali terdiam. Kali ini mereka semua mendengar suara yang didengar oelah Jungkook dan Yoonjae sebelumnya.
"Jungkook-ah~"
DREETTTT... DREETTT... Handphone Jungkook juga bergetar. Ia mengecek sebuah pesan yang masuk ke ponsel jungkook. "Yoonjae hyung.. lihat ini", Ia menunjukkan sebuah pesan pada Yoonjae. Ia terburu-buru mengambil sesuatu di dalam tasnya dan kembali mendekat pada Yoonjae. Rupanya yang ia ambil adalah sebuah earphone. Dipasangnya earphone tersebut pada handphonenya, sebelah earphone didengarkan oleh Yoonjae dan sebelahnya lagi didengarkan oleh dirinya sendiri.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Sebelum hari gelap, Yichan kembali ke perpustakaan bersama dengan Yaeji. Baekhyun, Jaehee, dan Taehyung menatap mereka berdua penuh intimidasi. Yichan tetap santai segera duduk di kasur lipatnya. "Aku lapar.. makan malam belum siap?" Tanya Yichan.
"Kyungsoo dan Myungeun sedang memasak makanan, tunggulah sebentar lagi" Jawab Baekhyun seadanya.
"Kyungsoo?", Yaeji bergumam sendiri. Ia belum dapat mengingat nama semua anak disana. Ia melihat Baekhyun dan Taehyung, baru ia ingat Kyungsoo adalah anak laki-laki satu lagi, mengingat disana hanya ada tiga laki-laki. Tanpa alasan yang jelas Yaeji tersenyum. "Ah.. boleh aku melihat ke tempat mereka memasak? tapi aku tidak tahu letaknya, perpustakaan cukup besar dan aku masih bingung..", Yaeji menatap mereka satu persatu berharap ada yang bersedia menemaninya.
Baekhyun menyenggol-nyenggol Taehyung. "Kenapa aku hyung?", Bisik Taehyung. Baekhyun melotot memaksa Taehyung. Taehyung mau tidak mau terpaksa menuruti keinginan Baekhyun. "Araseoyo..", Gerutunya. "Noona juga sih, ini kan perpustakaan kamupus, masa tidak tahu! Ayo noona", Ajaknya membawa Yaeji menemui Kyungsoo dan Myungeun.
Yichan teringat ada yang harus ia sampaikan pada Yoojin. "Mana dokter eonnie?" Tanya Yichan datar.
"Ditempat biasa" Jawab Baekhyun
"Ok" Ujar Yichan singkat, ia lantas beranjak ingin menemui Yoojin.
"Yichan-ah", Panggil Jaehee menarik tangan Yichan. "Kau dari mana sebenarnya? Kau tahu kan kita tidak bisa pergi sembarangan tanpa mengabari anak lain?"
"Tadi aku diserang anak api.. tapi aku kan superhero, jadi aku lawan dia dengan air" Jawab Yichan tak serius. Baekhyun dan Jaehee hanya menatapnya datar. "Bercanda", jawabnya sendiri dengan jawaban datar.
"Ya kami serius", Tegur Baekhyun. "Kumohon jangan pergi sembarangan apalagi tanpa tujuan" jelasnya.
"Why so serious.." Jawab Yichan meniru ucapan joker sambil berlalu santai bagaikan ucapan Baekhyun hanya angin lalu yang tak penting untuk didengar.
"Aishh Ya!" Pekik Baekhyun naik darah. "Anak itu"
***
Taehyung menjaga jarak dengan Yaeji. Ia hanya sesekali melihat Yaeji bersama Jungkook, jadi ia masih canggung bicara pada Yaeji. Hal itu membuat Yaeji menjadi sedikit merasa ikut canggung. "Taehyung-ah", panggil Yaeji memecah keheningan.
"Eung.. n.. ne noona?", Jawab Taehyung.
Yaeji menghentikan langkahnya. "Tadi pagi kau bilang kau mengenal Jungkook? apa kau cukup dekat dengannya?" Yaeji menujukkan senyum menenangkan untuk Taehyung.
Entah mengapa seketika rasa canggung Taehyung memudar begitu. Taehyung tak sedikitpun bersuara menjawab pertanyaan Yaeji. "Noona.. noona menyayangi Jungkook?" Tanya Taehyung
Pertanyaan Taehyung membuat mata Yaeji sedikit bekaca "Eumh"
"Noona..", Panggil Taehyung sekali lagi. "Jungkook selalu membicarakan noona dimanapun ia berada dan kepada siapapun ia bicara. Ia sangat menyayangi noona. Kadang aku juga sedikit iri padanya karena ia sangat disayang oleh noona.. hubungan kalian.. sangat berbeda denganku dan Jaehee..", ujar Taehyung menghela nafasnya sesaat. "Karena itu.. apapun yang terjadi dan noona pikirkan saat ini.. jangan lupakan jungkook. Noona harus pulang untuk menemui Jungkook, dia pasti menghawatirkan noona", Taehyung terdiam setelahnya. Ia juga merasa sedikit tak enak karena ia sadar telah membuat Yaeji sedih. "Mianhaeyo...", Taehyung tak menduga telapak tangan Yaeji kini menyentuh kepalanya. "Yaeji noona.." tatapnya kaget.
Mata Yaeji meneteskan butiran air mata "Gomawo.. "
"Y.. Yaeji noona jangan menangis!", Taehyung mengambil tissue dari meja didekatnya, lalu mengelap air mata Yaeji.
Yaeji berusaha tersenyum meski raut kesedihan tergambar di wajahnya. "Semenjak aku menyadari aku telah memasuki tempat ini aku terus berfikir apa yang harus ku lakukan. Kau tahu Taehyung-ah? Sekalipun aku adalah seorang kakak, Jungkook selalu berucap pada ku ia akan menjaga ku karena ia adalah sorang namja. Tanpa kusadari hingga saat ini aku... tidak menyelesaikan sesuatu yang berarti dengan tangan ku sendiri tanpa bantuan Jungkook.. hhh~", Yaeji melempar pandangan ke atap menghindari air mata kembali kembasahi pipi. "Aku tidak bisa menyerah disini... Aku kehilangan separuh dari jiwa ku tanpa Jungkook.. Tapi semakin lama aku terkurung di tempat ini.. maka semakin banyak juga bagian jiwa ku yang akan hilang.."
"Ne noona.. kita pasti akan menemukan jalan keluar bersama!", Seru Taehyung menyemangati.
"Taehyung-ah.. sebenarnya", Yaeji tersenyum. "Aku ingin sekali memeluk mu.. kau itu lucu sekali.. kau seperti Jungkook", Yaeji tersenyum sambil mengacak-acak rambut Taehyung.
Taehyung tersenyum. "Meski ucapan noona terdengar aneh ditelinga ku.. tapi sebagai mahluk bumi pertama yang menyebut ku lucu.. noona kuberi hadiah boleh memelukku" Ujar Taehyung. Ia terkekeh kemudian sungguh-sungguh memeluk Yaeji manja seperti meluapkan kerinduannya pada sang ibu yang selalu memanjakannya.
Yaeji juga memeluk Taehyung senang, setidaknya memeluk Taehyung dapat mengurangi kerinduannya pada Jungkook dan memberinya kekuatan. "Waeyo? Tidak pernah ada yang mengatakan kau lucu.. padahal kau sungguh lucu.. mereka mungkin tak pernah sadar saja", hibur Yaeji yang menganggap Taehyung memang lucu. Yaeji terdiam lagi. "Hhh~ Aku juga iri karena meski terperangkap di tempat semacam ini.. setidaknya Jaehee memiliki mu dan dapat memeluk mu kapan saja"
"Tapi Jaehee hanya memelukku kalau aku menangis saja.. itu juga aku yang memeluknya duluan.. ia tidak sayang padaku nampaknya" Adu Taehyung.
Yaeji menggeleng. “Aniya….setelah kupikir lagi…apa yang dikatakan Jaehee tadi pagi cukup masuk akal. Ia tak mungkin menukar dirinya dengan ku hanya agar bisa keluar dari tempat ini..kau tahu apa sebabnya?”
“Aniyo…waeyo?”, Tanya Taehyung menggeleng pelan.
“Karena ia tak mau meninggalkanmu sendiri di sini…..jika ia tak menyayangimu, ia pasti sudah benar-benar melakukan hal itu”, ujar Yaeji tersenyum. “Kalian memang berbeda denganku dan Jungook. Tapi kurasa Jaehee pasti memiliki cara lain untuk menunjukkan padamu bahwa ia menyayangimu…..kau juga harus selalu melindunginya…arasseo?”
Taehyung terdiam sejenak memikirkan ucapan Yaeji. Yeoja itu benar. Jika Jaehee tak menyayanginya, ia tak mungkin kembali dengan keadaannya yang seperti sekarang. Ia juga tak mungkin rela berdebat dan menjadi pelampiasan kekesalan Kyungsoo yang sempat frustasi karena insiden hilangnya Jimin akibat kecerobohan dirinya. "Ne noona.. aku akan menurut pada Yaeji noona eheehheeheheh" Taehyung melepaskan pelukannya terhadap Yaeji.
Hanya beberapa detik saja setelahnya, mendadak hidung Taehyung bergerak-gerak mencium harum makanan. Taehyung tidak salah.. Myungeun dan Kyungsoo muncul membawa makanan kemudian. “Mwohae?”, Tanya Kyungsoo yang melihat Taehyung yang masih merangkul Yaeji.
"MAKAAANNN!", Teriak Taehyung bahagia. Taehyung langsung menyambar makanan yang dibawa oleh Myungeun "Myungeun noona, sini aku yang bawa ke meja makan" Ujarnya sambil berlalu pergi.
"Anak itu kumat setiap melihat makanan", Kyungsoo mengehela nafas seraya mengikuti Taehyung meja makan.
Yaeji masih tersenyum ditempatnya bersama Myungeun yang bingung dengan apa yang terjadi. "Kenapa senyum-senyum begitu?"
Yaeji merangkul Myungeun. "Kyungsoo itu.. apa sama dengan Do Kyungsoo namja yang...", Yaeji tidak melanjutkan ucapannya karena ia sudah mendapatkan jawaban dari rona merah wajah Myungeun. "Arasseo.. kkkk"
***
"Hey doctor~~" Panggil Yichan dengan panggilan khasnya untuk Yoojin.
Yoojin mendongak melihat Yichan. "Kau sudah pulang? Darimana saja? semua orang mencari mu dari tadi", ujar Yoojin menggeser tempat duduknya, memberi ruang untuk Yichan duduk di sampingnya.
"Kau tidak tahu aku dari mana?", Tanya Yichan membuat Yoojin menatapnya bingung. Yichan duduk di samping Yoojin.
Yoojin memiringkan posisinya menatap Yichan. "Apa maksudmu?"
Yichan mengeluarkan sebuah buku dari dalam jaketnya. Yoojin membuka buku tersebut yang ternyata buku itu kosong sama seperti semua buku yang ada di perpustakaan. Yoojin mengernyitkan dahinya. Ia semakin tak mengerti mengapa Yichan memberinya buku kosong. Yichan meletakkan telapak tangannya di atas buku tersebut, lalu meletakkan tangan Yoojin diatas telapak tangannya.
"Park Yichan jangan bercan.."
"Shuussh", Yichan membimbing Yoojin agar menidurkan kepalanya pada meja, lalu menutup mata Yoojin dengan tangan kirinya.
***
Yichan memilih-milih beberapa sayuran dan bahan makanan. "Masih pagi begini rampok-rampok itu tidak berkeliaran, jangan-jangan mereka tidur juga"
"Padahal aku baru ingin bertanya pada mu.. apa memang biasanya sesepi ini?", tanya Yaeji sembari mengambil sekotak telur juga beberapa buah mentimun.
Baru saja Yaeji akan memasukkan mentimun ke dalam kantung belanjaan, Yichan sudah memperingatkannya. "Berhubung kita bisa memilih makan.. kita harus berhati-hati pada mentimun"
"Wae?"
"Itu akan dilempar keluar oleh Baekhyun. Dia itu ominivora.. minus mentimun. Dasar bocah aneh", gerutu Yichan.
Yaeji tesenyum kecil. "Arasseo..", Ia mengembalikan mentimun kembali ke tempatnya. "Lalu masakan apa yang biasa kalian buat?", Tanya Yaeji karena ia baru dan belum mengetahui kebiasaan anak-anak lain.
"Kami selalu melakukan free style cooking. Kami hanya memasak makanann berdasarkan bahan yang kami ambil karena kami harus bergerak secepat mungkin sebelum monster-monster itu menemukan kami”, ujar Yichan. “Aku tak terlalu tahu karena memasak bukan tugasku…tapi Kyungsoo”, sambungnya datar.
Yaeji melihat Yichan memasukkan berbagai macam keju dengan jumlah banyak ke dalam kantung belanjaan. "Kau suka keju?", Ia melihat Yichan mengangguk. "Bagaimana kalau kita bikin pasta malam ini?", Tawar Yaeji.
" OK Call", Jawab Yichan singkat, padat, cepat.
Yaeji mengambil sekotak pasta spaghetti, tapi karena kecerobohannya, ia menjatuhkan kotak-kotak pasta lainnya. "Ah~ baboya", Yaeji merunduk untuk membereskan, tapi sekali lagi kecerobohan beruntun yang tak pernah berubah dari Yaeji membuat ia menyenggol sisa kotak pasta dengan tangannya saat ia mencoba meletakkan satu kotak pasta ketempatnya lagi.. alhasil Bruukkk brukkk.. Kotak-kotak pasta itu hampir berjatuhan menimpa kepala Yaeji. Namun……………
Kotak-kotak pasta itu tak benar-benar mengenai kepala Yaeji. Yaeji tercengang begitu melihat kotak-kotak pasta diatas kepalanya satu bersatu beterbangan kembali ke tempatnya sendiri. Ia menatap Yichan mencoba mencari jawaban.. dan ia mendapatkannya... "Y..Yichan-ah", Yaeji menutup mulutnya dengan telapak tangan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
PROK PROK PROK...
Yichan segera merapat menyentuh tangan Yaeji. Berbahaya jika para golongan hitam sampai menemukan mereka. Yichan dan Yaeji mencari arah suara tepukan tangan tadi dan menemukan sesosok namja didekat sana.
Namja itu tertawa lebar. "Oiii noona! kkkkkkkkkkk", tawa nya semakin lama semakin terdengar menyebalkan. "Kenapa kalian berpegangan tangan begitu? Kalian mau menyebrang jalan? hahaha"
"Bahkan candaannya pun terdengar sangat menyebalkan dan tidak lucu sama sekali", Yichan langsung mengerutkan dahi melihat siapa yang ditemuinya.
***
Yichan bertolak pinggang menyadari dirinya dijebak habis-habisan oleh bocah menyebalkan seperti Sehun. "Jadi ini niat mu mengajak kami datang ke tempat persembunyian mu?"
"Ahhaha tentu saja.. Aku stres melihat gudang ini berantakan sekali, jadi susah berfikir", Jawab Sehun sembari menyandarkan tubuhnya pada kursi. "Tapi tenang saja sebagai gantinya aku akan memberikan daging segar untuk kalian semua hahaha"
Yaeji tidak bisa melakukan apapun selain tertawa. Yichan dan Sehun terlalu lucu di matanya. "Kalian pasti dulu satu perguruan sirkus", Sehun dan Yichan menatap Yaeji datar. Yaeji menggaruk kepala. "Tidak lucu ya? Mianhae.. selera humor ku belum tinggi"
"Lumayan", Jawab Yichan dan Sehun bersamaan dengan nada datar.
"Itu bukan ekspresi yang tepat untuk mengucapkan kata lumayan. Baiklah aku menonton saja", Ujar Yaeji sadar betul ia mengalami perbedaan level mencolok dengan Yichan dan Sehun dalam selera humor.
"Tapi noona, kau cocok bergaul dengan dokter Goo Hahah", Canda Sehun.
Yichan mengangguk, "Baru aku ingin menyebut dokter genit juga.."
Yaeji memerhatikan Sehun dan Yichan dengan seksama. "Kalian lama-lama seperti anak kembar.. sungguh heol kkk"
"Dokter Han Kw 2.. ", Seru Sehun. "Tenyata benar…ia cocok bergaul dengan Dokter Goo genit" Lanjut Yichan.
Yaeji melambaikan bendera putih. "Aku menyerah dengan kalian"
"Gurae”, ujar keduanya datar secara bersamaan dan mereka juga sama-sama mengangkat tangan dan melakukan high five dengan ekspresi yang sama datarnya.
Yaeji menghela nafas, frustasi tak tahu harus bersikap seperti apa lagi di hadapan kedua anak aneh ini. "Baiklah.. Ah!" Yaeji lupa harus kembali sebelum anak-anak lain bangun "Yichan-ah, kita harus segera kembali. Nanti yang lain bisa marah kalau tahu kita keluar tanpa memberi tahu mereka”.
"Oke bye" Pamit Yichan pada Sehun.
Sehun menarik kerah belakang pakaian Sungchan. "Noona.. kau berjanji mau membereskan gudang. Aku bisa mati kalau membereskan sendiri dengan tangan kosong", keluh Sehun. "Ayolah…aku perlu keadaan yang rapih dan bersih untuk dapat berfikir jernih", Jelas Sehun. "Kepala ku serasa ingin pecah kalau aku tidak bisa main, makan dan beristirahat dengan teratur"
"Alasan", gumam Yichan datar.
"Chakkam.. Kau serius?", Tanya Yaeji tak percaya dengan ucapan Sehun.
"Mana bisa anak aneh sepertinya, serius..", Sahut Yichan lagi.
"Benar sekali Noona chan... Aku tidak bisa serius dalam waktu lama. Kalau aku serius dalam waktu lama kepala ku sakit sekali", Ujar Sehun sepertinya menjelaskan dari hati. Yichan dan Yaeji masih berusaha mencerna ucapan Sehun. Sehun menyingkir dari dekat mereka. Ia menyalakan laptopnya entah untuk apa. "Noona Chan...", Ia menyerahkan sesuatu pada Yichan dengan wajah serius sekali.
"Heeeehh?", Yaeji habis akal begitu benda yang diserahkan Sehun dengan wajah serius itu adalah stik game. Parahnya lagi Yichan langsung menyambar dan duduk manis sambil bermain game bersama Sehun.
"Kenapa tidak bilang kalau ada game.. ", gerutu Yichan kepada Sehun, keduanya bermain dengan damainya, melupakan Yaeji disana.
Selama mereka berdua bermain. Semua barang-barang dalam gudang bergerak sendiri dan menempatkan diri mereka masing-masing dan tersusun rapi satu persatu. Yaeji tersenyum tipis. Ia menuliskan no handphonenya pada secarik kertas. "Aku kembali lebih dahulu.. kalau kau ingin kembali ke perpustakaan, hubungi aku Yichan-ah.. jangan pulang sendiri, aku takut akan ada yang menyerang mu"
"Kkkkk The Highest level of love.. ", Sehun terkekeh sendiri sambil menatap Yaeji. "Yooo hati-hati noona... hahaha meski aku tahu kau juga tidak akan diserang siapa-siapa juga hahahah"
"Ne", Yaeji belum sampai melangkahkan kakinya keluar.. tiba-tiba.
"Kalau begitu beri tahu kami siapa dia..Kau bilang kami tidak mungkin menangkapnya ataupun menghentikannya bukan? Lalu mengapa kau takut memberi tahu kami siapa dia!!"
***
DUG.. Yichan mengetuk meja tempat Yoojin membaringkan kepalanya, membuat Yoojin tersadar seketika. Yoojin segera membuka matanya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap heran Yichan. "Yichan-ah.. Kau bertemu Sehun?"
"Ne.. ", Ujar Yichan. Matanya terfokus pada sebuah buku dimana tangan Yoojin dan Yichan berada di atasnya. Yoojin dan Yichan tersentak hebat begitu tiba-tiba saja terdapat banyak tulisan tangan seseorang yang sangat Yoojin kenali pada beberapa lembar bagian buku yang awalnya kosong tersebut.
"Mustahil", Seru Yoojin tak percaya. "Tulisan ini.."
Yichan mengambil bolpoin dan melingkari sesuatu di sana. "Sehun benar.. Jawaban dari segala mimpi yang sering kau alami.. adalah karena kau.. adalah....."
Clairsentience
¢¢¢TBC¢¢¢