Kyungsoo, Jaehee dan Taehyung kembali ke perpustakaan. Mereka hanya melihat Yoojin dan Yichan disana. "Baekhyun dan Myungeun belum kembali?" Tanya Kyungsoo. Kyungsoo menurunkan Jaehee ke kursi.
"Bukannya dia pergi bersama mu tadi?", Jawab Yichan sambil membaringkan kepalanya di meja. "Tunggu saja sebentar lagi. Mungkin mereka sekaligus mengambil beberapa keperluan. Ah.. aku lupa bilang. Yoojin eonnie sudah tidur disana", ujar Yichan menunjuk tempat dimana Yoojin selalu tertidur. Sebuah meja yang biasa ia gunakan untuk membaca. Meski semua buku telah menghilang. Yoojin sudah terbiasa tertidur disana.
"Arasseo", Jawab Kyungsoo. "Ya Taehyung-ah, diamlah di sini jangan sampai dia kabur lagi", ujar Kyungsoo sambil menunjuk Jaehee yang sedang memegangi kaki kanannya yang terkilir.
“Psh……mwoya…memangnya aku ini tahanan penjara”, gerutu Jaehee pelan namun ternyata suaranya masih bisa didengar Kyungsoo. Namja itu segera menghantarkan tatapan maut pada Jaehee. “Arasseo! Pergilah aku tak akan keman-mana! Aish jincha…”, gerutu Jaehee kesal sebelum akhirnya Kyungsoo bergegas pergi dari hadapannya.
"Kau tidak berpura-pura terkilir supaya Kyungsoo hyung memperhatikanmu kan Jaehee?" tanya Taehyung pada Jaehee
"Mworago?! kau tidak lihat sendiri bagaimana kakiku sekarang?!" seru Jaehee sambil menunjuk ke arah kaki kanannya yang agak membengkak.
"Arasseo arasseo! Tidak usah marah-marah begitu!", balas Taehyung cuek. Jaehee kemudian mencoba berdiri dari kursinya. "Ya!! Kyungsoo hyung menyuruhmu untuk tetap di sini!", seru Taehyung.
"Aku ngantuk!", gerutu Jaehee.
"Ya! Bukankah aku menyuruhmu untuk tetap diam di sana?!", seru Kyungsoo yang telah kembali dengan sebuah mangkuk besar di tangannya. Ia kemudian berjalan menghampiri mereka. "Duduklah", perintahnya tegas. Jaehee tak punya pilihan lain selain menurut. Kyungsoo kemudian berjongkok di depan Jaehee dan meletakkan mangkuk yang berisi air hangat dan selembar handuk itu di dekatnya. Ia kemudian mengompres kaki Jaehee yang membengkak tersebut.
"Ya Hajima….ini akan sembuh setelah aku beristirahat nanti aish..jincha", gumam Jaehee.
"Shikkeuro", Kyungsoo memotong perkataan Jaehee cepat. "Diamlah dan bertahanlah karena ini akan terasa sedikit sakit" ujarnya memperingati Jaehee.
"Apa Maksudm-AAAAA APHAAAA!!", erang Jaehee kesakitan ketika Kyungsoo memijat kakinya dan kemudian menarik kaki Jaehee tanpa memberinya aba-aba terlebih dahulu. "Argh...neo jeongmal....jincha...neomu apha...", rintihnya sambil membungkuk mencoba meredakan rasa sakit yang baru saja di rasakannya.
"Taehyung-ah neo gwenchana?", tanya Kyungsoo ketika melihat Taehyung yang ikut meringis ketika ia melihat Kyungsoo memijat kaki Jaehee yang terkilir.
"Ne hyung? aniyo...sepertinya itu sakit sekali", ujarnya. Ia kemudian mendekati Jaehee. "Noona...apa itu sakit?" tanya Taehyung tanpa dosa.
"YA!!! MENURUTMU BAGAIMANA?!" bentak Jaehee yang masih meringis kesakitan.
"Arasseo...sepertinya memang menyakitkan", ujar Taehyung santai.
Kyungsoo pun kemudian berdiri setelah ia selesai memperban kaki Jaehee. "Ireona", perintahnya.
"Mwo? apalagi sekarang? neo jincha....kenapa kau tak membunuhku saja sekalian?!", seru Jaehee.
"Shikkeuro..ireona ppali!", seru Kyungsoo. Jaehee menghela nafas. Ia benar-benar tak punya pilihan lain selain menuruti Kyungsoo. Ia pun bersusah payah bangkit dari kursinya dan berhasil karena Kyungsoo membantunya berdiri. Kyungsoo kemudian mengalungkan tangan kiri Jaehee di lehernya sementara tangan kanan Kyungsoo menyentuh pinggang kanan Jaehee, hendak memapahnya. Jaehee cukup terkejut akibat aksi Kyungsoo tersebut. Apalagi sekarang jarak wajah mereka berdekatan. Kyungsoo menoleh dan memergoki Jaehee sedang terdiam memperhatikannya.
"Wae?", tanya Kyungsoo menyadarkan Jaehee dari lamunannya.
"N-Ne?"
"Apa kau mau tetap di sini? bukankah tadi kau bilang kau mengantuk?", tanya Kyungsoo datar.
"Ah...jincha? t-tadi aku bilang begitu ya?"
"Sepertinya bukan hanya kakimu yang terkilir, tapi otakmu juga tsk", ujar Kyungsoo sambil memapah Jaehee menuju kasurnya.
"Kyungsoo hyung ini tidak peka sekali.....otaknya Moon Jaehee itu terkilir karena mu kkkk", gumam Taehyung yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
***
"Ah jincha...badanmu kenapa berat sekali sih?", gumam Kyungsoo sambil melemaskan punggungnya setelah berhasil memapah Jaehee menuju kasurnya.
"Mianhae..." ujar Jaehee.
"Tidurlah" jawab Kyungsoo sambil beranjak pergi.
“Ne…”, gumam Jaehee patuh. "Kyungsoo-ya", panggil Jaehee pada Kyungsoo yang berdiri memunggunginya.
"Apa lagi?" tanya Kyungsoo datar.
"Gomapta..."
"Eung...anggap saja itu sebagai permintaan maafku. Beristirahatlah, aku masih harus menunggu Baekhyun dan Myungeun. Kalau kau butuh sesuatu dan aku tak ada, itu berarti aku keluar mencari Baekhyun dan Myungeun. Lagipula ada Taehyung jadi kau tak usah khawatir", ujarnya datar tanpa menoleh ke arah Jaehee sedikitpun.
"Ne, gomawo"
"Eung", jawab Kyungsoo singkat dan kemudian berlalu dari hadapan Jaehee yang masih memperhatikan sosok Kyungsoo yang semakin menjauh.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Baekhyun menengok ke belakang untuk melihat Chanyeol. Seketika ekspresi wajahnya berubah. Baekhyun merasa sangat bodoh karena tak mengindahkan ucapan namja yang tadi berkelahi dengan Chanyeol. Ia mundur beberapa langkah setelah menyadari hal itu "C.. Chanyeol-ah"
"Wae? Kau tidak seharusnya menjauh dari sahabat baik mu ini..", WUZZ~ Chanyeol melemparkan api yang ia hasilkan dari tangannya dan hampir saja mengenai Baekhyun "Ilowaba.. serahkan nyawa mu pada ku.. Byun Baekhyun"
Baekhyun terus mundur hingga ia terpepet tembok sehingga tak ada jalan lagi baginya. Ia masih memegang kayu yang tadi ia gunakan untuk memukul namja yang berkelahi dengan Chanyeol. "Mianhae Chanyeol-ah...", SSHHUUNG... Baekhyun melayangkan kayu tersebut ke tubuh Chanyeol, tapi belum sampai kayu tersebut mengenai Chanyeol, seluruh bagian kayu habis terbakar. Baekhyun menjatuhkan kayu itu karena jika tidak, tangannya pun akan ikut terbakar.
"Kau sudah tidak menganggap ku teman rupanya", ujar Chanyeol. Ia kembali membuat sebuah bola api menggunakan tangannya. "Aku akan menangkap mu.. dan menyerahkan mu pada tuanku”
“S-Sial”, gerutu Baekhyun sambil menggigit bibirnya. Sekujur tubuh Baekhyun juga mengeluarkan peluh tak henti. Ia tidak berkata apapun karena ia sendiri tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Langit juga sudah mulai gelap dan seharusnya ia juga Myungeun sudah berada di dalam.
Tiba-tiba saja.. SSHUUUNHGG.. Sebuah pot bunga berukuran sedang dilemparkan entah oleh siapa dari arah tangga dan hampir mengenai Chanyeol. Chanyeol menghindar.. PRANGGGG... pot bunga tersebut pecah mengenai tembok. Lalu ketika Chanyeol melihat ke arah Baekhyun berada, sosok Baekhyun sudah hilang. Chanyeol mencari disekitarnya "Dimana bocah brengsek itu? ia menghilang dalam sekejap!"
"Chanyeol-ah..", Panggil Jaehyung yang muncul dari balik pintu. "Tuan meminta kita kembali"
"Tapi aku belum berhasil untuk..."
"Kita harus segera pergi.. sekarang" Perintah Jaehyung.
“Baiklah..", Wuuuzzzzhhhhhh Sosok Chanyeol dan Jaehyung menghilang ditelan kegelapan yang menyelimuti mereka begitu saja.
Baekhyun dapat bernafas lega setelah melihat Chanyeol dan Jaehyung pergi. Ia tidak pergi kemanapun. Ia masih ada di tempat yang sama. Ia juga heran mengapa Chanyeol mendadak tak dapat melihatnya. Baekhyun merasa seseorang menggenggam tangannya. Ia memperhatikan tangan seorang yeoja dengan telapak tangan cukup mungil, sedikit jauh berbeda dengan tangannya sendiri. Tangan kiri anak itu juga memegang telapak tangan anak lain yang Baekhyun temukan sebagai Myungeun. Baekhyun melepaskan pegangan tangan anak perempuan disampingnya. Anak itu hanya diam menatap Baekhyun takut-takut lalu menyingkir saat Baekhyun melewatinya untuk menyapa Myungeun. "Myungeun-ah!"
"Fyuhhh.. Syukurlah kita selamat. Kita harus kembali secepatnya sebelum semakin malam" Ajak Myungeun.
"Kemana kita harus pergi?", Anak asing itu buka suara untuk pertama kalinya.
Myungeun masih berpegangan tangan dengannya. "Gwenchana aku tidak akan menyerang mu seperti Oppa tadi.."
"Apa yang terjadi pada Jaehyung Oppa tadi Myungeun-ah? Mengapa ia menyerang mu? juga ingin menyerang ku.. lalu-"
"Jangan banyak bertanya dulu.. Kita kembali ke perpustakaan. Kami akan menjelaskan pada mu nanti, araseo", Bujuk Baekhyun. Baekhyun mencoba merangkul pundak anak itu untuk mengajaknya pergi, tapi anak itu menjauh dan justru bersembunyi di belakang Myungeun.
“W-waeyo?”, Tanya Baekhyun bingung karena anak itu justru ketakutan.
“Yah neo…psh”, ujar Myungeun.
“Ah wae? Bukankah aku memang selalu seperti itu? Kau dan Jaehee baik-baik saja dengan hal itu”, protes Baekhyun.
“Ia bukan aku ataupun Jaehee…arasseo?”, ujar Myungeun tersenyum tipis. "Kau jalan duluan". Ia menepuk pundak Baekhyun. "Ia teman ku, tidak apa.. Ia mungkin hanya risih dengan sikap mu, kau juga kebiasaan sekali.. selalu saja main peluk sembaranga"
"Itu cara termudah untuk cepat beradaptasi hehehe", ujar Baekhyun terkekeh. "Seperti kita dulu", Kini Baekhyun beralih merangkul Myungeun.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Jadi kau tidak mau coklat? ya kuberitahu kau satu hal ya? Membuang-buang makanan itu tak baik", ujar namja itu. Ia kembali memperhatikan cokelat itu. “Tapi aku juga tak doyan cokelat sih…haha…yasudah”, sambungnya. Cokelat tersebut dilemparkan namja itu pada Jimin di hadapannya dan tepat mengenai wajah Jimin. Jimin meringis kesakitan. Kesempatan itu digunakan anak itu untuk melarikan diri.
Dua asap hitam muncul di dekat Jimin. Sosok Chanyeol dan Jaehyung muncul dari kedua asap hitam itu. Mereka melihat samar seorang namja berlari dan sekarang sudah sedikit jauh. "Kita harus mengejar anak itu!" Seru Chanyeol pada Jaehyung.
Chanyeol, Jimin dan Jaehyung mengejar sosok anak itu. "Huaaaaa!!", Suara anak itu terdengar ketika Chanyeol melemparkan api ke arahnya. Namun sosok anak itu menghilang tak lama setelahnya. Kemudian mereka mengikuti arah suara terakhir terdengar. Mereka berhenti karena tidak lagi melihat tanda-tanda keberadaan anak itu. Tiba-tiba saja... baik Chanyeol, Jaehyung maupun Jimin merasa dilempari dengan kayu-kayu potongan kecil. Mereka tidak tahu siapa yang melakukan hal tersebut. Mereka mencari-cari seperti orang bodoh.
"Sial!", Gerutu Chanyeol.
"Sepertinya kita memang harus segera kembali.. banyak hal aneh yang tidak berjalan sesuai rencana kita", Saran Jaehyung. Ketiganya pun kembali menghilang dengan sebelumnya diselimuti asap hitam pekat.
Di dalam gudang sosok anak itu sampai jungkir balik tertawa tak henti karena berhasil mengerjai ketiga namja di luar. Anak itu penasaran akan sesuatu. Ia pun mencoba menjulurkan tangannya ke luar gudang. Udara pada bagian tangannya yang ada luar gudang berbeda sekali dengan udara pada tangan dan tubuhnya yang berada di dalam gudang. "Jadi..."
***
Hujan deras mengguyur kota, petir diluar juga tak henti bersautan menambah suasana mencekam malam itu. “hhhhhh ...huff ..hhh ....”, desiran nafas tersebut begitu sesak. Seorang wanita muda mendudukkan anaknya dari posisi terbaring sebelumnya. "lihat eomma sayang .. hhhhuuuuuu.. tarik nafas mu ..huuufffff lalu hembuskan perlahan," anak tersebut memperhatikan ibunya, mencoba meniru dan mempraktekkan apa yang sang ibu ajarkan. Perlahan, nafas anak itu mulai stabil, sesekali masih tak beraturan.
"Anak pintar..", ujar wanita muda itu sambil mengelus lembut kepala anaknya, sedangkan sang anak langsung memeluk erat dirinya. "Eomma .. saranghaeyo", ujar nya pelan masih mencoba mengatur nafas nya.
BRAKKKKK!! "Ya! Shin Jieun!", Tiba-Tiba saja dari luar terdengar suara gebrakan pintu dan teriakan Namja terdengar memasuki rumah nya.
"Sayang ..tunggu lah disini," Perintah Wanita muda pada anaknya. Sang anak menggeleng.
"Shireoyo", ia dengan tegas membuka pintu kamar. Wanita muda itu tergesa-gesa mengikuti langkah anaknya yang begitu cepat menuruni tangga rumah berlantai dua itu. Sesampainya dibawah, ia melihat seorang namja membawa keranjang bambu besar , lalu meletakkannya dilantai sembarangan.
"Untuk apa kau datang?! Pergi dari sini!", Ia segera menangkap dan memeluk sang anak.
"Hadapi aku!", seru sang anak sambil mengacungkan pedang-pedangan ke arah namja itu.
"Tanpa kau usir, aku juga akan pergi sendiri! Aku hanya mau titip ini", ia menyingkirkan keranjang bambu dengan kakiny. lalu pergi begitu saja.
Jieun mendekat membuka pelan keranjang tersebut. Ia tersentak dan berdiri lalu menghampiri namja di hadapannya. "Kau sudah gila?!kau pikir aku ini apa?! Tempat penitipan anak?!. Kau dan Istri mu ..siapapun itu, seharusnya merawat anak mu ini!", ujarnya tegas setelah melihat isi keranjang besar itu adalah seorang anak yang sudah cukup besar, kurang lebih berusia 1-2 tahun sedang tertidur di dalamnya.
"Aku sibuk, tidak ada waktu mengurusi anak itu. Ibunya baru saja meninggal dua hari yang lalu. Anak itu bukan anakku, dia anak wanita bodoh itu dengan laki-laki lain. Cih aku tak sudi merawatnya. Kalau kau tidak mau kau bisa membuangnya, atau mengirimnya ke panti asuhan", jawab namja itu santai.
“Kau…benar-benar sudah gila”, ujar wanita itu tak percaya.
Jieun dan namja itu sibuk berargumen, sementara si balita dalam keranjang tiba-tiba menangis keras. Anak dari Jieun mendekat kesal. "Berisik! Jangan rewel" ujarnya, namun balita itu tak kunjung menghentikan tangisnya. Anak Jieun berjongkok kesal "Sudah ku bilang ...", ucapannya terhenti saat sang balita menggenggam erat jari kelingkingnya tentunya tanpa disengaja ..mendadak balita itu berhenti menangis. Mata balita tersebut perlahan kembali terpejam dan kembali tertidur. Tangan kanan anak Jieun bergerak pelan mengelus kening balita tersebut.
BRAKKK! pintu rumah Jieun terbanting. Namja tadi meninggalkan rumahnya. Hatinya sangat sakit ..amat sangat sakit. Ia juga terbakar emosi. Ia berbalik kesal dan bergegas ingin membawa balita dalam keranjang tadi ke panti asuhan atau kemanapun. Bagaimana tidak? anak tersebut adalah seorang yeoja yang menyebabkan rumah tangga nya hancur. Langkahnya mendadak terhenti. Ia terdiam dengan pemandangan yang terpampang dihadapannya saat ini. Sang anak tertidur pulas tepat di samping anak dalam keranjang tersebut, dengan sebelah tangannya menggengam erat tangan mungil balita tersebut.
***
"Ah!", Yoojin terbangun karena merasakan seseorang menyentuh pundaknya. "KYA! ashhh..neo", serunya kaget saat melihat Yichan lah yang menyentuh pundaknya.
“Dokter.. Kau mimpi aneh lagi? Makanya kau baca doa dulu sebelum tidur", Ujar Yichan seadanya. "By the way.. Anak-anak itu membawa anggota baru lagi"
***
Yoojin dan Yichan berjalan menuju tempat tidur anak-anak lain. Di sana ia melihat Baekhyun, Kyungsoo dan Myungeun bersama anak baru yang dibicarakan oleh Yichan tadi. "Jeon Yaeji?" Sebut Yoojin.
Yaeji menoleh mendapati Yoojin disana "Eonnie!"
"Kalian saling mengenal?" Tanya Myungeun.
"Eung.. Aku bertemu Eonnie kemarin saat kami baru datang ke asrama. Aku bertemu eonnie dengan Yoonjae Oppa", Jelas Yaeji. "Kami juga bertemu lagi malam harinya saat eonnie ingin membantu Jungkook menangkap pencuri makanan ku"
"Uhukk uhuk~!", Baekhyun mendadak tersedak mendengar ucapan Yaeji.
Yoojin meliriknya dan tersenyum kecil. Ia duduk di samping Yaeji. "Sebenarnya aku sudah bertemu dengan pencuri makanan mu itu, tapi mau bagaimana lagi.. karena saat aku bersamanya, baik kau dan Jungkook tidak ada disini, mungkin pencuri makanan mu berniat meminta maaf selagi kau sudah disini" sindir Yoojin.
Myungeun dan Kyungsoo saling melirik, mereka tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Yoojin.
"Ya Ya Ya.. Peristiwa itu sudah berlangsung 7-8 bulan lalu, untuk apa diingat-ingat?", Tiba-tiba Baekhyun membela diri meski tidak ada yang menuduhnya secara langsung. "Salah sendiri dia tertidur saat memesan makanan", Lanjutnya semakin menunjukkan ia benar-benar pelaku pencurian tersebut.
"Jadi benar kau pelakunya?" Mata Myungeun dan Kyungsoo tertuju pada Baekhyun "Heol ~~"
“Ah…eung..mwoya?! Ah kalian ini jincha..hal seperti ini saja dibesar-besarkan!”, gerutu Baekhyun. “Ya…apa Jaehee sudah kembali?”, Tanya Baekhyun sambil menyenggol Kyungsoo mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Eo”, jawab Kyungsoo datar.
“Ah aku mau melihat keadaannya”, ujar Baekhyun hendak bangkit dari posisinya alias mencoba kabur dari pembicaraan namun Kyungsoo menarik bajunya dan menahannya agar kembali duduk.
“Hajima..ia sedang tidur…..aku tak mau ada keributan lagi”, gerutu Kyungsoo yang sudah cukup merasa kelelahan akan apa yang terjadi hari in.
“Ah…gurae…”, ujar Baekhyun pasrah dan kembali duduk di tempatnya.
"Sudah ku duga…Wajahnya memang seperti pelaku kriminal sejak awal aku bertemu" Sambar Yichan.
Yaeji sendiri hanya diam memandangi handphonenya. Ia menangkap ada bagian dari ucapan Baekhyun yang sedikit janggal. "7-8 bulan lalu..", Gumamnya pelan. "Tapi kejadian itu baru berlangsung kemarin malam", ujar Yaeji. " 2 maret.. dan sekarang tanggal 3 maret". Ia menunjukkan tanggalan di handphonenya pada anak lain.
Pandangan mereka terpaku pada layar handphone Yaeji. "Hokshi..." Ujar mereka bersamaan. Mereka bergantian saling menatap satu sama lain.
Yoojin segera berdiri dan mengambil salah satu buku. Karena semua buku kosong ia mengambil asal saja untuk mencatat hal-hal yang tiba-tiba saja tergambar dalam pikirannya. "Kyungsoo-ya, kau menandai kedatangan setiap anak pada kalender bukan?" Tanya Yoojin. "Cepat bawa kalender itu kesini"
"Ne noona", Kyungsoo bergerak cepat mengambil kalender yang terletak pada dinding perpustakaan.
"Ya tidak bisakah besok saja membicarakan yang berat-berat begini? aku mengantuk sekali", keluh Baekhyun ingin segera tidur. Lalu ia membalik arah kembali ke tempat Kyungsoo dan Yoojin lagi. "Tapi aku ingin tahu", Lanjutnya. Ia tidak sengaja melihat Yaeji yang tersenyum geli melihat ke arahnya, namun terdiam ketika Baekhyun memperhatikannya. Yeoja itu juga langsung membuang muka ke arah lain. Sesekali anak itu juga mencoba melirik tapi tidak jadi karena sadar Baekhyun masih memperhatikannya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
10.20 AM
Jungkook terduduk lemas bersandar pada tembok gudang yang lembab. Di sampingnya, Yoonjae mengusap-usap pundaknya seraya berusaha menenangkan Jungkook yang beberapa saat lalu hampir saja membunuh yeoja setengah baya akibat emosi yang meluap seketika. "Jungkook-ah, Yaeji pasti kembali"
"Ajuma itu sudah merencanakan hal ini sejak awal Hikss. ia memang berniat mengirim noona pergi Hikss. seharusnya aku menyadari hal itu sejak awal", Tubuh Jungkook masih gemetar karena ia masih belum bisa mengontrol kesedihannya.
"Pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan.. ", Ujar Yoonjae berusaha berfikir apa yang ia dan yang lain yang tersisa dapat lakukan.
"Apa mungkin kita juga akan jadi anak-anak selanjutnya yang pergi ke sana hyung?" Tanya Jongdae. "Aku terus berusaha tak mau mempercayainya, tapi.. kurasa Sehun benar mengenai ajuma itu"
"Sehun?", Yoonjae melirik Sehun yang tetap pulas tertidur ditutupi selimut di bagian kursi pojok gudang. "Dia mengatakan sesuatu?"
"Sebelum dia tertidur tadi, ia sempat mengucapkan sesuatu pada ku.. dan aku sempat menghubungi ayahku karena ucapan Sehun tadi..", Jongdae mengingat ia belum mengecek ponselnya. "Ah! hampir saja aku lupa", Ia membuka sebuah pesan dari sang ayah. "Maldoandwe.. "
"Wae?" Tanya Yoonjae. Jungkook dan Soomin yang juga memperhatikan pembicaraan itu, ikut tegang dan menunggu jawaban Jongdae.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
10.21 AM
Joonmyeon dan Siyou keluar dari gudang karena Siyou kembali histeris setelah melihat hilangnya Yaeji didepan mata mereka. Ia juga sedikit sulit bernafas karena penyakitnya sedang kambuh. Joonmyeon mencoba menanangkan Siyou dengan memeluk yeoja itu, tapi Siyou terus saja panik seperti orang frustasi.
"Eung.. Ia akan membawa ku pergi.. Hikss. ia pasti akan membawa ku pergi seperti ia membawa yaeji eonnie hikss hikss.. Ung hiksss Oppa eotthokhe.. Joonmyeon Oppa aku tidak hhh~ aku tidak mau mati... Oppa", Siyou mencengkram kuat pakaian Joonmyeon karena ia sangat ketakutan.
"Aniya Siyou-ya.. tenanglah. Percayalah pada ku.. aku pasti akan menjaga mu", Jawab Joonmyeon sambil terus menenangkan dan mengekang tubuh Siyou yang terus memaksa untuk pergi dari tempat itu.
"Oppa Hikss kita harus pergi dari sini Oppa.. Hikss.. kalau kita terus disini maka ajuma itu akan membawa ku pergi Hikss., Joonmyeon Oppa.. kumohon hhiss", Pinta Siyou lirih dengan tatapan penuh harap. Sekujur tubuhnya gemetar hebat dan pakaiannya telah basah karena air mata juga peluhnya sendiri. "Oppa bawa aku pergi dari sini jebal hikss.. eunghhh hiksss."
"BAEK SIYOU!", bentak Joonmyeon frustasi.
Siyou refleks terdiam. Ia melepaskan telapak tangannya dari pakaian Joonmyeon. Ia kaget karena Joonmyeon ekalipun tidak pernah membentaknya sebelumnya. "O-Oppa~" lirihnya.
Air mata Joonmyeon menetes. Disentuhnya kedua pipi Siyou dengan kedua telapak tangannya, membuat Siyou hanya menatap ke arahnya. “Aku juga merasakan ketakutan yang sama denganmu…..Mianhae Siyou-ya.. tapi aku.. sungguh tak ingin kau terus seperti ini", Ujar Joonmyeon. "Selama ini aku selalu berada di samping mu, mengatakan pada mu bahwa tidak ada yang akan menyakiti mu, tidak ada hal buruk yang akan terjadi karena aku akan melindungi mu.. tapi Siyou-ya", Joonmyeon menghentikan ucapannya sejenak. "Hiks.. Aku.. hh~ sejujurnya tidak bisa terus membohongi mu. Dalam hidup ini.. tidak ada hal yang akan terus berjalan baik.. suatu saat hal buruk akan terjadi Siyou dan mungkin akan lebih buruk dari apa yang kita pikirkan. Semua kebohongan yang selama ini ku ucapkan untuk menenangkan mu.. tidak akan ada artinya jika suatu saat nanti.. hal yang kau takutkan itu akan terjadi. Melihat sikap mu saat ini.. aku semakin menghawatirkan mu.."
“Jun..myeon Oppa", Siyou menangis terisak menyadari Joonmyeon sekalipun tidak dapat menyangkal bahwa hal buruk memang akan terjadi cepat atau lambat menimpa mereka. "Hikkss.. Oppa.."
"Saat ini hati ku sakit. Yeoja yang ku cintai berada di dalam sana.. di tempat yang kita tak tahu seperti apa kondisinya. Dulu…Aku.. juga berjanji akan selalu berada di sisinya dan melindunginya. Tapi kau liat apa yang terjadi sekarang….ia menghilang tanpa jejak. Ia berada di sana.. sendiri menghadapi banyak hal buruk.. Hikss.. dan aku disini.. tidak dapat melakukan apapun untuk menyelamatkannya..satu hal yang membuatku mencoba untuk tetap berpikir positif adalah, sifat dan karakternya yang kuat dan keras kepala. Aku hanya berharap ia bisa bertahan di sana dan semoga keberuntungan berpihak padanya agar ia bisa kembali kemari", ujar Joonmyeon menahan diri agar tidak semakin terisak. "Hh~ lalu bagaimana aku bisa berjanji juga terhadap mu.. ? Aku bahkan tidak yakin untuk mengucap janji terhadap diri ku sendiri.. Karena itu Siyou-ya", Joonmyeon menurunkan kedua telapak tangannya ke bahu Siyou "Belajar lah untuk sedikit saja lebih kuat demi dirimu sendiri.. Aku sungguh tidak ingin kau mati sia-sia hanya karena kau tidak bisa mengalahkan ketakutan mu sendiri saat waktu dimana mungkin kau akan terpisah dari ku itu akan datang.. saat.. dimana kau.. harus berjalan dengan kaki mu sendiri, tanpa seorangpun disisi mu"
Siyou perlahan kembali memeluk Joonmyeon, "Hikss.. Mianhaeyo Oppa.. Mianhaeyo.."
Joonmyeon memeluk balik Siyou, dengan sebelah tangannya ia letakkan di kepala Siyou. "Aniya.. Gwenchana hh~ Aku.. akan terus menjaga mu saat aku masih berada disamping mu.. kau juga.. harus menjaga dirimu saat aku tidak ada.. karena semua tidak akan lagi berarti kalau pada akhirnya kau akan mati sebelum kau dapat melakukan sesuatu Siyou-ya.. hhh araeseo?”
"Hikss.. Ne Oppa" Ia mengeratkan pelukannya terhadap Joonmyeon.
Miyoung sejak tadi mengikuti mereka dan mendengarkan pembicaraan mereka. Ia tersentuh dengan apa yang Joonmyeon ucapkan. Namja itu tidak melupakan Jaehee sedikitpun. Ia masih menyimpan kesedihan mendalam karena ia telah gagal menjaga Jaehee dengan tangannya sendiri. Lalu mengenai Siyou.. Miyoung juga sadar bahwa Joonmyeon menjaga anak itu hanya karena.. anak itu memang belum cukup kuat untuk dapat menapak dengan kakinya sendiri. Berbeda dengan Jaehee yang ia yakini bahwa yeoja itu adalah yeoja yang kuat dan mandiri sehingga selama ini ia merasa bahwa Jaehee akan baik-baik saja meskipun ia tak berada di sisinya.
Ia mengusap matanya yang berair. "Aku tak menyangka akan menyaksikan hal semacam itu.. hhh~ Jaehee-ah….dimana kau sekarang? Apa kau baik-baik saja? apa kau bertemu dengan Eunhee?
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
10.22 AM
Jongdae, Jungkook, dan Yoonjae sama-sama berdiri setelah berbicara beberapa saat. Mereka mendekati Minhyuk dan Yeoja itu. Sementara Soomin sejak tadi penasaran mengapa Sehun tak juga bangun meski sudah banyak yang terjadi.
"Heoksi neo.. Seo Juhyun ajumma?" Tanya Jongdae.
Yeoja setengah baya itu membulatkan matanya sempurna. Ia tidak mengenal Jongdae, tapi mengapa Jongdae mengetahui namanya "Siapa kau.. anak muda? Mengapa kau bisa mengenaliku?!”
"Ternyata benar.. ", Jawab Jongdae. "Kau pasti mengenal Ayah, paman dan bibi ku..", ujar Jongdae tak percaya.
"Siapa mereka?", Seohyun memaksa Jongdae untuk mengatakan siapa Appa, paman dan bibinya.
"Mereka...", Belum sempat Jongdae menjawab, Soomin memekikkan sesuatu yang membuat semua orang memperhatikannya.
"NAMJA DISINI JUGA HILANG!"
Seohyun terlihat kesal dengan hilangnya Sehun. "Anak bodoh.. ia menarik jiwa yang sama ke sana, apa yang ia pikirkan?"
"Apa maksud mu? Jadi bukan kau yang menarik Sehun kesana?", Tanya Minhyuk. "Apa ada orang lain yang bisa melakukannya selain diri mu?"
Seohyun hanya diam saja.. Ia tidak ingin menjawab apapun.. "Kalaupun kalian mengetahuinya.. kalian tidak akan bisa menangkapnya ataupun melakukan sesuatu untuk menghentikannya" Ujarnya setelah berfikir cukup lama.
"Kalau begitu beri tahu kami siapa dia! Kau bilang kami tidak mungkin menangkapnya ataupun menghentikannya bukan? Lalu mengapa kau takut memberi tahu kami siapa dia?!!", Tekan Jungkook yang masih frustasi karena hilangnya Yaeji.
"Nanti juga kau akan mengetahuinya.. Kakak mu tersayang itu yang akan memberi tahu mu secara langsung.. saat itu kau akan tahu siapa dia sebenarnya..", Senyum licik menghiasi wajah Seohyun. "Atau kau yakin ingin mengetahuinya sekarang? Apa hati mu siap?..", Seohyun melirik Yoonjae. "Mengapa tak kau memberi tahu anak ini siapa kakaknya itu sebenarnya... Goo Yoonjae?"
"Yoonjae hyung.. kau mengetahui sesuatu?" Jungkook memerhatikan Yoonjae yang terlihat menutupi sesuatu. "Yoonjae hyung!"
☆*:.。. o)o .。.:*☆